Cinta mampu membutakan mata dan hati seseorang, sehingga mampu menyerahkan segalanya tanpa memikirkan akibat dari perbuatanya. Seperti kisah cinta Arga dengan Shereena sudah ternodai oleh hawa nafsu semata.
Shereena telah dinyatakan hamil sebelum mempunyai ikatan pernikahan. Cintanya pada Arga membuat Shereena rela melakukan hubungan terlarang sebelum waktunya.
Saat ini ia hanya tertunduk takut ketika harus menghadapi Daddy-nya yang telah mendengar kabar kehamilannya. Tentu saja kabar itu membuat Daddy-nya sangat murka pada dirinya.
"Katakan siapa pria itu!" tegas Excel dengan menahan amarahnya.
Shereena masih membisu. Ia tak mungkin mengatakan jika yang telah menghamilinya adalah Arga, kakaknya Rinjani yang saat ini telah menjadi kakak iparnya.
Hubungan keduanya memang sudah terjalin lama. Bahkan sebelum Hazel dan Rinjani menikah, Shereena telah menjalin hubungan lebih dahulu dengan Arga. Namun, saat itu kedua orang tua mereka malah menjodohkan Hazel dengan Rinjani.
"Katakan dengan jujur atau Daddy akan mencari pria itu dengan cara Daddy sendiri!" ancam Daddy-nya.
"Reen, siapa pria itu, Nak?" Kini giliran Daisy, sang Mommy yang bertanya lembut kepada putrinya.
Mata Shereena mengedar, menatap kedua orang tuanya saling bergantian. Sedalam apapun ia menyembunyikan bangkai pasti akan tercium juga.
"Kak Arga," lirihnya dengan gugup dan bergemetar.
Saat mendengar nama Arga disebut, kedua orang tua Shereena merasa sangat syok. Bahkan keduanya tidak percaya jika Arga yang dimaksud adalah Arga, kakaknya Rinjani.
"Maksud kamu Arga kakaknya Rinjani?" tanya Daddy-nya tak percaya.
"Astaga Shereena ... apa yang kalian pikirkan, Nak? Dia itu adalah kakaknya Rinjani, kakak iparmu! Mengapa bisa kalian melakukan hubungan terlarang itu, Sayang?" Daisy menangisi apa yang telah dilakukan oleh Putri kesayangannya.
"Reena cinta sama kak Arga, Mom."
"Apa kamu bilang? Cinta? Kamu sadar nggak jika saat ini Hazel dengan Rinjani sudah menikah, itu artinya Arga sudah menjadi bagian keluarga kita. Kamu benar-benar mencoreng nama baik keluarga kita, Reena!"
"Maafkan Reena, Dadd, tapi Reena sangat mencintai kak Arga, jauh sebelum Hazel dan Rinjani menikah. Seharusnya yang kalian jodohkan itu Reena dengan kak Arga, bukan Hazel dengan Rinjani yang tidak saling mencintai, Dadd!"
Plaaak!
Satu tamparan keras mengenai wajah Shereena. Ini adalah tamparan pertama dari seorang ayah kepada putrinya. Selama ini Excel tak pernah berbicara kasar ataupun mencubitnya, karena Shereena adalah anak kesayangan. Namun, untuk kali ini ia tak bisa menahan amarahnya yang sudah berada di ubun-ubun.
"Cukup, Reena! Daddy sangat kecewa denganmu! Kamu sudah mencoreng nama baik keluarga kita, Reena! Kamu sudah membuat aib untuk keluarga kita, kamu harus keluar dari rumah ini, Reen. Daddy akan mengirimmu ke luar negeri untuk melanjutkan studimu di sana!" ujar Excel dengan amarah yang masih bertahta di dalam hatinya.
Bagaimana Excel tidak kecewa ketika satu-satunya putri yang disayangi telah ternoda sebelum mempunyai sebuah ikatan pernikahan. Dan yang lebih parah lagi adalah pria yang telah menabur benih di rahim putrinya adalah kakak dari Rinjani yang saat ini telah menjadi menantunya.
"Tapi Dadd—"
"Kamu tidak mempunyai pilihan lain, Reen! Kamu sudah mencoreng nama baik keluarga kita. Apa jadinya ketika semua orang mengetahui jika saat ini kamu telah hamil di luar nikah? Nama baik keluarga akan hancur, Reen. Dan satu-satunya cara untuk menyelamatkan nama baik keluarga kita adalah mengirimmu ke luar negeri!"
Seberapa kuat Shereena memohon agar tidak dikirim ke luar negeri, tetap saja tak bisa menggoyahkan keinginan Excel. Dan pada akhirnya Shereena menyerah. Ia bersedia dikirim ke luar negeri dengan catatan hubungan dua keluarga yang telah bersatu tidak boleh hancur. Bahkan ia juga memohon kepada Daddy-nya untuk tidak menghukum Arga. Semua ini bisa terjadi karena keinginannya juga.
"Baiklah, Daddy tidak akan menghukum Arga, asalkan kamu menuruti semua keinginan Daddy."
"Oke," kata Shereena.
Akhirnya sebuah kesepakatan pun terjadi antara Shereena dan juga Daddy-nya. Sang Mommy tak bisa berbuat apa-apa untuk membela putrinya, karena saat ini Shereena memang sangat bersalah. Detik itu juga Shereena langsung berkemas karena besok pagi Shereena akan langsung terbang keluar Negeri.
***
Sudah satu Minggu tak ada kabar dari Shereena, membuat Arga merasa ada yang aneh. Bahkan saat ia menanyakan bagaimana kabar Shereena kepada Rinjani, adiknya itu mengatakan tidak tahu, karena sudah satu Minggu Shereena memang tak terlihat.
"Apakah kamu yakin jika Shereena tidak masuk sekolah?" tanya Arga yang masih memastikan kepada Rinjani.
"Beneran Kak, Rinjani gak bohong! Coba nanti Rinjani tanya sama Mommy dulu. Soalnya nomor Shereena juga gak bisa dihubungi," jelas Rinjani.
Ya, nomor Shereena memang tidak bisa dihubungi. Entah apa yang telah terjadi kepada gadis itu sehingga ia menghilang begitu tanpa kabar, membuat Arga merasa sangat khawatir. Dengan rasa kecewa ia pun memilih untuk meninggalkan sekolahan Shereena. Namun, saat ia hendak menuju ke mobil, langkahnya tertahan oleh Hazel, kakak dari Shereena.
"Zel, dimana Shereena?" tanya Arga langsung.
Hazel yang merasa kecewa atas apa yang dilakukan oleh Arga memilih untuk membuang muka tanpa ingin menjawab pertanyaannya.
"Zel, aku sedang bertanya di mana Shereena? Mengapa dia tidak bisa dihubungi?" ulang Arga dengan intonasi tinggi.
"Kamu mau tahu di mana Shereena saat ini? Baiklah, karena aku adalah adik ipar yang baik hati, maka akan aku memberitahumu di mana keberadaan Shereena saat ini. Tapi setelah ini tolong kamu lupakan dia, karena saat ini dia sudah bahagia dengan pilihannya sendiri," ujar Hazel dengan sinis.
"Maksud kamu apa, Zel?" tanya Arga tak mengerti.
"Saat ini Shereena memilih melanjutkan pendidikannya di luar negeri agar bisa melupakanmu. Bukankah sebentar lagi kamu juga akan bertunangan dengan wanita lain? Lagi pula mempertahankan hubungan yang tak akan pernah mendapatkan restu hanya akan menyakiti diri sendiri. Maka dari itu Shereena memilih pergi, sebelum dia benar-benar merasa tersakiti," jelas Hazel.
Arga tak percaya dengan ucapan Hazel, karena selama ia mengenal Shereena, gadis itu akan selalu terbuka pada dirinya jika ada masalah, tetapi mengapa saat ini Shereena malah lari darinya?
"Kamu jangan bohong, Zel! Aku mengenal Shereena dari kecil, aku yakin dia tidak akan lari begitu saja."
"Terserah padamu saja mau percaya atau tidak. Tapi begitulah kenyataannya." Hazel pun kemudian berlalu meninggalkan Arga.
Arga masih terdiam seribu bahasa. Ia tak bisa menampik akan kenyataan yang ada, dimana ia kan dituangkan dengan wanita pilihan orang tuanya. Cintanya pada Shereena tak akan pernah bisa digapai, karena saat ini mereka telah menjadi satu keluarga besar.
...BERSAMBUNG...
SELAMAT TAHUN BARU 2023 🎆 Semangat menjemput harapan baru. Ini adalah kisah Shereena dan juga Arga, tapi disini Arga dan keluarganya tidak tahu jika Shereena hamil anak Arga. SELAMAT MEMBACA, SEMOGA TERHIBUR. Jangan lupa rate bintang 5 ⭐⭐⭐⭐⭐ dan dukung terus novel ini ya 🥰 Seperti biasa ada kejutan diakhir cerita nanti 🌸
Terlahir dari keluarga kaya dan menjadi anak kesayangan, membuat Shereena harus bisa bertahan dan berjuang di negara orang tanpa ada keluarga di sampingnya. Selain untuk menutup aib keluarga, Shereena juga harus menyelesaikan pendidikan yang tertunda. Melewati masa sulit seorang diri bukanlah hal yang mudah untuk Shereena, terlebih dengan keadaannya yang sedang hamil.
"Reen, sepertinya usia kandunganmu sudah memasuki bulannya. Ada baiknya kamu lebih banyak beristirahat saja. Untuk belajar mengajar ini kita pending hingga kamu melahirkan, bagaimana?" ujar Miss Queen, guru pengajar Shereena.
Karena Shereena hamil, maka ia tak bisa masuk ke sekolah manapun, meskipun dibayar mahal oleh keluarganya. Ia hanya bisa belajar melalui home schooling.
"Sepertinya begitu, Miss. Akhir-akhir ini tubuhku juga terasa cepat lelah," terang Shereena.
"Baiklah ini adalah pelajaran terakhir kita. Kita akan sambung lagi setelah kamu melahirkan. Jaga kesehatan kamu dengan baik ya. Semoga kamu diberi kelancaran saat melahirkan nanti."
"Iya, Miss. Terima kasih doanya."
Sudah hampir 8 bulan Shereena berada di luar negeri, rasanya ia sangat merindukan keluarganya terlebih merindukan Mommy-nya. Namun, karena sebuah perjanjian yang telah ia buat dengan Daddy-nya, Shereena hanya bisa memendam rasa rindu seorang diri. Karena dalam perjanjian itu mengatakan tidak akan ada komunikasi sebelum Shereena menyelesaikan studinya dan mendapatkan gelar sarjana.
Setiap malam Shereena hanya bisa menangis seorang diri. Rasanya ingin menyerah, tetapi saat melihat perutnya yang kian membesar Shereena berusaha untuk tetap kuat. Terlebih saat ini ia sudah mengetahui jenis kelamin calon buah hatinya. Meskipun tidak ada Arga di sampingnya Shereena akan menjaga cinta dan buah cinta mereka, karena Shereena sangat mencintai Arga.
"Kak Arga, apakah saat ini kakak sudah bahagia dengan kehidupan kakak yang baru? Apakah Kakak sudah menikah? Aku disini selalu berdoa untuk kebahagiaan kak Arga disana," ucap Shereena sambil mengelus perutnya.
🌸🌸
Kepergian Shereena membuat Arga berubah menjadi sosok yang dingin. Bahkan ia berani menentang keputusan orang tuanya yang ingin menjodohkan dirinya dengan Alexa. Tidak sampai di situ saja, ia juga nekat untuk mendatangi rumah Shereena dan memohon kepada Daddy-nya untuk memberitahu dimana keberadaan Shereena saat ini. Namun, jawaban Excel sama seperti jawaban yang pernah diberikan oleh Hazel pada saat itu.
"Om, aku mohon, beritahu aku dimana Shereena berada? Aku hanya ingin berbicara sebentar dengannya."
Sebenarnya ingin sekali Excel menghajar Arga yang telah berani menodai putri semata wayangnya. Namun, karena teringat sebuah perjanjian yang telah disepakati oleh Shereena, Excel mencoba untuk meredam amarahnya. Ia hanya menatap Arga dengan sengit.
"Sudah kukatakan berulang kali lupakan Shereena, karena dia telah aku jodohkan dengan pria lain. Perlu kamu ingat, saat ini keluarga kita telah menjadi satu keluarga. Itu artinya kamu tidak boleh mempunyai perasaan lebih kepada Shereena, karena saat ini Shereena sudah menjadi adik kamu, Ga!" tegas Excel.
"Tapi Om, aku sangat mencintainya."
"Stop Arga! Jangan katakan cinta di hadapanku. Aku muak dengan kata itu!" sentak Excel dengan dada naik turun. "Sebelum kesabaranku habis, pergi dari hadapanku sekarang juga!" bentak Excel.
Arga terkejut ketika Excel tiba-tiba membentak dirinya. Bahkan tatapan yang diberikan padanya adalah tatapan penuh kebencian. Meskipun dalam hati terus bertanya ada apa, tetapi Arga tak berani lagi untuk mencari tahu alasannya.
Dibawah guyuran air hujan Arga berdiri didepan rumah Excel. Kilatan cahaya terang membelah langit yang telah ditutupi awan gelap. Ia tak peduli lagi dengan keadaan dirinya yang telah basah kuyup sambil melihat kearah rumah yang berada didepan matanya.
"Reena, kamu dimana!" teriak Arga dengan kuat.
🌸🌸
Sesampainya di rumah, Vie sang bunda merasa sangat terkejut dengan kedatangan Arga yang telah basah kuyup.
"Astaga Arga ..., " pekik Vie yang membuat Dirga langsung keluar dari kamarnya.
"Ada apa, Sayang?" tanya Dirga penuh kekhawatiran.
"Lihat anak kamu, Mas!" Vie menunjuk kearah Arga yang berjalan lesu untuk menaiki anak tangga.
"Arga, kamu kenapa bisa basah kuyup seperti ini?" tanya Dirga, ayahnya.
Namun, sayangnya Arga tak peduli dengan pertanyaan ayahnya, ia tetap melangkah untuk menaiki anak tangga.
"Kamu lihat sendiri bagaimana kelakuan anak kamu yang semakin menjadi ini? Terus saja kamu belain dia biar makin ngelunjak!"
"Lho, bukanya itu juga anak kamu, Mas? Kalau pas jeleknya kamu bilang itu anak aku, tapi kalau pas bagusnya kamu bilang itu anak kamu. Dasar pria munafik!"
Saat itu juga Vie meninggalkan Dirga dan langsung menyusul anaknya ke kamar.
"Salah lagi, salah lagi," gerutu Dirga dengan mengelus dadanya.
Sesampainya didepan pintu kamar Arga, Vie langsung menggedor, berharap Arga mau membukakan pintunya.
"Ga, buka pintunya, Bunda mau bicara!" Vie
"Arga sedang ingin sendiri, Bunda," balas Arga dari dalam kamarnya.
Vie tidak tahu apa yang telah terjadi kepada Arga. Sejak delapan bulan terakhir ini, sikap Arga telah berubah drastis, bahkan ia juga sering pulang malam dengan penampilan yang acak-acakan. Entah apa yang sedang terjadi kepada anak sulungnya. Namun, sebagai seorang ibu tentu saja Vie merasa sangat mengkhawatirkan anaknya.
"Ga, kalau ada masalah, kasih tahu Bunda. Siapa tahu Bunda bisa bantu!" seru bundanya dari luar. Namun, tak ada sahutan dari Arga membuat Vie hanya mendesah pelan.
Semakin lama sikap Arga semakin meresahkan hingga akhirnya sang ayah memaksanya untuk segera menikahkan dengan Alexa.
"Lupakan Shereena, dan menikahlah dengan Alexa! Kamu dan Shereena tak akan pernah bisa bersatu, karena saat ini kalian sudah satu menjadi keluarga besar. Apakah kamu tega melihat adikmu berpisah dari Hazel?"
Arga terdiam seribuan bahasa. Apa yang diucapkan oleh ayahnya memang benar. Cintanya pada Shereena tak akan pernah mendapatkan restu, kecuali jika Rinjani dan Hazel berpisah.
"Baiklah, aku menyerah, tetapi tidak untuk menikah, Yah!" tolak Arga.
"Apa kurangnya Alexa, Ga? Dia cantik, pintar dan lebih dewasa daripada Shereena. Dia wanita sempurna, Ga!"
"Kalau memang dia wanita sempurna, mengapa tidak ayah saja yang menikahinya?" ujar Arga yang kemudian berlalu.
Mata Dirga langsung melotot menatap kepergian anaknya yang semakin hari tidak mempunyai rasa sopan padannya.
"Kalau ayah menikahi Alexa, bisa-bisa perkutut ayah dipotong sama bundamu, Ga!" teriak Dirga dengan kesal.
🌸🌸
Seiring berjalannya waktu, hati Arga mulai membeku dan tak ingin mencair lagi. Hingga akhirnya ia tak tertarik untuk jatuh cinta, meskipun saat ini ia telah bertunangan dengan Alexa. Rasa yang ia miliki untuk Shereena masih tersimpan rapi di hati dan tak akan tergantikan oleh siapapun. Cintanya terhalang restu karena wanita yang ia cintai adalah adik dari suami Rinjani, adiknya.
"Tuan, diluar ada Nona Alexa menunggu Anda," ujar Janu, asisten Arga.
Meskipun sudah bertunangan, tetapi Arga tak mengizinkan Alexa untuk bebas masuk kedalam ruangannya.
"Katakan hari jika hari ini jadwalku sangat padat sehingga tidak bisa menemaninya!" ujar Arga.
"Tapi hari ini Anda tidak memiliki jadwal apapun, Tuan!" protes Janu.
Mata Arga menatap tajam kearah Janu. "Katakan atau aku potong gajimu!"
Janu mendesah dengan kasar. Dalam hati ia merutuki mengapa setiap bos akan menggunakan mantra yang sama untuk mengancam bawahannya? Sungguh egois!
...🥕🥕🥕...
...BERSAMBUNG...
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Bukan hanya setahun dua tahun yang telah terlewatkan, tetapi sudah masuk 6 tahun berlalu.
"Akhirnya aku kembali."
Shereena menghirup udara seger negara asalnya. Sudah 6 tahun ia meninggalkan tanah kelahirannya demi menutup aib keluarga. Kini ia kembali pulang karena misi yang telah diberikan oleh Daddy telah ia selesaikan dengan baik. Bahkan Shereena lulus dengan meraih Cumlaude di salah satu Universitas terbaik di Jerman.
"Mommy, apakah aku sudah bisa bertemu dengan Daddy," ujar bocah bocah laki-laki yang berjalan di samping Shereena.
Dia adalah Arshen, anak Arga dan Shereena yang kini sudah menginjak usia lima tahun. Tumbuh sehat dan mengemaskan. Bahkan wajah Arshen tak jauh beda dari wajah Arga semasa masih kecil. Siapa pun yang melihatnya pasti akan menebak jika Arshen adalah anaknya Arga. Wajah mereka bagaikan pinang dibelah dua.
"Belum, Sayang. Karena Mommy sudah lupa bagaimana wajah Daddy-mu."
"What? Bagaimana bisa Mommy melupakan wajah Daddy? Apakah Daddy terlalu jelek?" tanya Arshen terkejut.
"Sudahlah, kamu diam saja. Mommy pusing jika kamu terus bertanya."
Arshen pun hanya mendengus pelan sambil sambil mengikuti langkah Mommy-nya untuk keluar dari Bandara. Entah siapa yang sedang ditunggu oleh Mommy-nya, tetapi Arshen berharap yang menjemput mereka adalah Daddy-nya.
Tak lama kemudian seseorang melambaikan tangan ke arah Shereena.
"Nah itu dia," kata Shereena yang juga melambaikan tangannya.
"Siapa Mom? Apakah itu Daddy?"
"Bukan, Sayang. Dia sahabat Mommy."
Seketika wajah yang sempat bersemangat itu tiba-tiba luntur begitu saja. Arshen sudah sangat merindukan Daddy-nya. Ia ingin segera bertemu dan melihat bagaimana wajah Daddy-nya, sehingga Mommy-nya tak pernah mau untuk memberitahu bagaimana bentuk wajah Daddy-nya. Mungkin Daddy-nya sangat jelek sehingga Mommy-nya tidak ingin mengakuinya?
"Hai, Reen!" sapa seorang wanita yang sudah berada di depan Shereena.
"Naomi," ujar Shereena sambil memeluk tubuh sahabat lamanya.
Mata Naomi pun menangkap bocah kecil yang ada disamping Shereena dan bertanya, "Siapa dia?"
Shereena langsung melepaskan pelukannya dan memperkenalkan Arshen pada Naomi. Betapa terkejutnya Naomi saat Shereena mengatakan jika ia telah memiliki seorang anak. Ingin rasanya mencecar berbagai pertanyaan tetapi Shereena sudah lelah dan ingin beristirahat.
Sepenjang perjalanan, Arshen memilih diam tak banyak kata, meskipun pada kenyataannya dia adalah anak paling cerewet.
"Reen, bukannya kamu belum menikah. Tapi mengapa kamu bisa—" Naomi tak enak hati untuk melanjutkan pertanyaannya.
"Karena itulah aku diasaingkan oleh Daddy. Tapi sudahlah, semua telah berlalu. Saat ini aku sudah bahagia dengan hidupku," ujar Shereena dengan senyum tipis di bibirnya.
"Lalu siapa ayahnya, Reen?" tanya Naomi ingin tahu.
Shereena hanya tersenyum tipis. "Suatu saat kamu akan tahu sendiri."
Tak terasa kini mereka telah sampai di apartemen mewah milik Naomi. Kerena saat ini Shereena belum yakin untuk menemui keluarganya, ia meminta tolong pada Naomi untuk sementara waktu tinggal di apartemennya. Shereena juga berjanji akan segera mencari rumah sewa jika ia sudah mendapatkan pekerjaan.
"Kamu tidak usah mencari rumah sewa, tinggallah disini bersamaku, aku akan sangat bahagia jika kamu dan juga Arshen tinggal disini. Dengan begitu aku tidak akan kesepian lagi," ujar Namoni.
Shereena merasa terharu akan kebaikan Naomi. Entah bagaimana ia akan membalas kebaikan yang telah diberikan untuknya.
"Oh iya Reen, kebetulan di perusahaanku sedang membutuhkan karyawan, kali aja kamu mau melamar disana," kata Naomi yang mengingat jika di kantornya sedang membutuhkan karyawan.
"Boleh, Na. Besok aku akan mencoba untuk melamar kesana," ujar Shereena.
"Mommy ingin bekerja? Lalu bagaimana denganku?" tanya Arshen yang sejak tadi menyimak pembicaraan Mommy-nya.
Mata Shereena mantap bola mata kecil yang selalu membuatnya merindukan seseorang, tetapi ia sadar jika tak bisa untuk memiliki cintanya.
"Jika Mommy bekerja, kamu akan Mommy masukkan kesalah satu tempat tempat penitipan anak. Disana kamu bisa belajar dan bermain. Kamu mau kan?"
"Tergantung, Momm. Jika tempatnya enak, Arshen mau."
Naomi yang melihat gaya bicara Arshen hanya menggelengkan kepalanya. Baru saja lima tahun Tetapi gaya bicaranya sudah melebihi orang dewasa. Jangan-jangan yang menghamili Shereena adalah bocah tengil, pikir Naomi.
🌸🌸🌸
Pagi ini Shereena sengaja bangun lebih awal karena ia ingin menyodorkan lamaran di kantor tempat Naomi bekerja. Jika bukan karena bantuan Naomi, mungkin Shereena masih mengantri di belakang untuk mendapatkan panggilan.
"Na, aku titip Arshen sebentar ya. Dia anaknya nggak mau diam, jadi kamu yang sabar ya," pesan Shereena sebelum meninggalkan Naomi.
"Kamu tenang aja karena aku sudah terbiasa menghadapi anak-anak."
Sebelum pergi Shereena juga berpesan kepada Arshen agar tidak membuat ulah, meskipun tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya.
"Mommy tenang saja Arshen tidak akan membuat ulah tidak ingin menjadi anak yang baik," ucap Arshen dengan sangat meyakinkan.
"Bagus. Mommy pergi dulu ya." Shereena pun mendamaikan tangannya sebelum menutup pintu.
Begitu juga dengan Arshen yang membalas lambaian tangan Mommy-nya.
Setelah kepergian Shereena, Arshen memastikan jika Mommy-nya benar-benar telah pergi. Naomi yang melihat tingkah Arshen hanya menggelengkan kepalanya.
"Aunty, aku ingin bertanya kepadamu. Jawablah dengan jujur!"
Naomi yang baru saja ingin menscrol tiba-tiba mengernyit saat mendengar kata yang terucap dari mulut Arshen.
"Memangnya kamu ingin bertanya apa?"
"Aku ingin Aunty mengatakan siapa Daddy-ku. Karena aku ingin bertemu meminta pertanggungjawabannya."
"Kamu itu anak kecil, tahu apa dengan tanggung jawab?"
"Stop! Jangan tertawa, karena ini tidak lucu?! Sekarang katakan siapa Daddy-ku!"
Naomi yang memang tak tahu siapa Daddy-nya Arshen tidak bisa menjawab pertanyaan bocah itu. Dia saja baru tahu kemarin jika Shereena telah melahirkan seorang anak.
"Aunty tidak tahu, Sayang. Kenapa Arshen tidak tanya saja sama Mommy, kan hanya dia yang tahu siapa Daddy-nya Arshen," ucap Naomi.
"Mommy bilang dia sudah lupa dengan wajah Daddy-nya, tapi Arshen tak percaya."
Ternyata anggapan Naomi tentang Arshen yang pendiam itu salah besar. Bahkan dirinya hampir pusing saat Arshen terus menekan dirinya untuk mengatakan siapa Daddy-nya. Namun, beruntung saja sebuah telepon membuat Naomi lepas dari tekanan Arshen. Matanya melirik kearah Arshen, sebelum ia mengatakan kata iya.
"Arshen, tiba-tiba Aunty ada panggilan mendadak. Kamu ikut Aunty ke kantor ya. Tapi kamu nggak boleh masak kemana-mana takutnya nanti kamu hilang," ujar Naomi.
Bocah itu hanya mengangguk pelan, lalu mengikuti Naomi untuk keluar dari apartemen.
..
Sesampainya di kantor Naomi segera masuk ke ruangan managernya. Ternyata hari ini ada pemotretan dadakan dan modelnya tidak bisa datang. Kepala Naomi sudah sangat berdenyut jika sampai pemotretan ini gagal hancurlah semua usaha dan jerih payahnya. Saat ia memijat kepala, matanya melirik ke sebuah sofa yang sudah tak ada Arshen disana.
"Astaga, kemana perginya bocah itu? Arshen!" pekik Naomi panik.
Arshen yang merasa bosan memilih menyelinap keluar. Tetapi karena bingung ia asal masuk ke sebuah ruangan tanpa tahu itu ruangan apa.
Baru saja ia ingin mengintip tempat apa yang ia masuki, tiba-tiba tangannya langsung ditarik oleh seseorang yang tak dikenal.
...🥕🥕🥕...
...BERSAMBUNG...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!