NovelToon NovelToon

Ooh, HOT UNCLE

Bab 1

Di rumah besar nan mewah milik CEO ternama, seorang gadis cantik tampak kebingungan memilih dress di dalam walk in closet kamarnya.

Dia menatap satu persatu dress miliknya dengan berbagai model dan warna. Setelah itu, dia mulai mencoba yang menurutnya cocok untuk di pakai dinner bersama calon suaminya yang tampan namun sangat dingin.

"Biasanya pria dewasa suka model baju yang terbuka di bagian da da,," Gumamnya dengan senyum nakal dan mesum.

Dia berputar di depan cermin, mengamati penampilannya dalam balutan dress di atas lutut tanpa lengan dan belahan da da yang rendah.

Tubuh rampingnya terlihat sangat cocok dengan balutan dress yang sedikit mengembang di bagian bawah. Warna dusty itu juga sangat sesuai dengan usianya yang terbilang masih sangat belia.

Setelah 3 kali berputar, gadis bernama Arumi itu tampak menatap putus asa pada gundukan da danya yang tak seberapa itu. Di banding dengan semua da da teman-temannya, cuma dia yang memiliki ukuran paling kecil.

"Apa dia akan tertarik melihat da da ku yang nyaris rata ini.?" Gumamnya putus asa. Kedua tangannya sampai menangkup dua bongkahan daging itu. Benar-benar seukuran genggaman tangannya saja.

"Ckk,,!! Obat pembesar itu juga nggak berfungsi.!" Gerutunya. Arumi sudah memakai beberapa produk pembesar pa yu dara yang dia beli secara online. Mulai dari harga murah sampai yang paling mahal sekalipun, dia sudah pernah mencobanya. Tapi ukuran da danya tidak bertambah sedikitpun.

"Masa iya aku harus mencoba saran dari Shena.?" Tanyanya pada diri sendiri seraya menatap wajahnya dari pantulan cermin.

"Tapi aku nggak mau di pegang sembarang laki-laki, apalagi sampai di hi sap." Arumi sampai bergidik jijik membayangkan dua bongkahan miliknya di pegang dan di hi sap oleh laki-laki yang tidak dia cintai.

Sekalipun saran dari Shena memang terbukti ampuh, tapi Arumi enggan melakukan selain dengan pria yang dia cintai. Tentu saja dia adalah pria dewasa yang sedang dijodohkan dengannya.

"Tapi aku juga penasaran seperti apa rasanya. Nggak seru kalau cuma dengar cerita dari Shena dan yang lainnya." Seketika senyum di bibir Arumi kembali terbit. Dia berfikir untuk terus menggoda pria dewasa itu agar rasa penasarannya selama ini bisa terjawab.

Lagipula pria itu juga akan menjadi suaminya suatu saat nanti. Jadi menurut Arumi, tidak masalah kalau dia berbuat mesum dengan pria itu asal tak melewati batas nantinya.

Suara ketukan pintu di balik ruang walk in closet itu membuyarkan lamunan Arumi. Dia sedikit berteriak, menyuruh seseorang di balik pintu untuk masuk.

"Sayang, kenapa lama sekali.? Dia sudah datang." Ucap wanita cantik berusia 48 tahun itu.

"Iya Mah, aku sudah siap." Arumi menyambar tas di atas meja dan beranjak dari sana. Pilihannya jatuh pada dress yang terakhir dia coba itu, dengan belahan dada yang sedikit rendah.

...*****...

"Om, kiss me pleaseee,,," Tanpa ragu Arumi mencondongkan tubuhnya ke hadapan pria tampan yang sedang duduk di kursi kemudi.

Bibir gadis berusia 18 tahun itu sengaja di majukan, kedua mata indahnya terpejam dengan bulu matanya yang lentik dan panjang.

Dia berharap pria dewasa berusia 32 tahun itu akan menciumnya, tapi sayangnya semua itu hanya akan menjadi khayalan Arumi saja. Karna pria tampan yang dijodohkan dengannya itu sama sekali tidak mau menciumnya.

"Dasar bocah sinting.!!" Cibir Agam. Dengan kasar dia mendorong kening Arumi menggunakan jari telunjuknya. Gadis belia itu sampai terpelanting ke senderan jok mobil dan langsung mengaduh sambil mengusap-usap belakang kepalanya yang sudah pasti lumayan sakit.

Agam tidak main-main saat mendorong kening Arumi. Entah karna ada dendam atau kesal pada gadis yang dia sebut sinting itu.

"Iihh,, sakit tau Om.!!" Arumi mencebik kesal.

Bukannya di cium, dia malah di dorong oleh Agam Padahal Arumi sudah membayangkan bagaimana lembut dan hangatnya bibir pria dewasa itu jika bersentuhan dengan bibirnya yang belum pernah terjamah oleh pria manapun.

"Aku bahkan akan melempar mu ke luar dari mobil kalau masih berani minta dicium.!" Ancam Agam tak main-main. Matanya yang tajam semakin terlihat mengerikan, tapi hal itu tak membuat Arumi merasa takut sedikitpun.

"Apa Om Agam nggak normal.?" Tanya Arumi dengan nada mencibir.

Di sebut tak normal alias suka sesama jenis, Agam kembali mendorong kening Arumi.

"Kamu yang kurang menarik, depan belakang rata.!" Cibirnya pedas. Tanpa menghiraukan Arumi yang mencebik kesal, Agam langsung melajukan mobilnya keluar dari halaman rumah Arumi.

Kalau tidak di paksa, mana mungkin dia mau makan malam dengan Arumi yang dia sebut bocah ingusan dan rata itu.

"Om udah putus beneran sama Tante Bianca.?" Tanya Arumi yang mencoba membuka obrolan karna sejak tadi saling diam.

"Menurutmu.?!" Agam balik bertanya dengan nada sinis. Harusnya Arumi tak perlu bertanya seperti itu, karna dialah yang menyebabkan kekacauan saat di kantor 2 bulan lalu. Bahkan Arumi juga yang telah mengadukan hubungan Agam dan Bianca pada Papa Airlangga yang merupakan orang tua Agam.

"Maaf Om, aku terpaksa mengadukannya pada Papa Airlangga."

"Itu salah satu bentuk upaya untuk mempertahankan apa yang seharusnya jadi milikku." Arumi berucap tegas dengan kata-kata puitis yang sok bijak.

"Ck.! Siapa yang kamu sebut milikmu.?" Agam melirik kesal. Arumi terlalu percaya diri untuk memilikinya.

"Siapa lagi kalau bukan Om.!"

"Apa Om lupa kalau kita udah di dijodohkan.? Satu bulan lagi acara pertunangan kita loh Om.!" Tegas Arumi mengingatkan.

"Aku akan kabur keluar negeri.!" Sahut Agam cepat. Dia berhasil membuat Arumi semakin mencebik kesal dan habis kesabaran. Gadis itu sampai memilih untuk diam dan membuang pandangan ke luar jendela, walaupun hanya bertahan beberapa menit saja karna Arumi tidak tahan untuk bicara.

Arumi tipe orang yang cerewet, dia paling tidak betah diam berlama-lama jika sedang bersama seseorang.

"Om, gimana kalau makannya di rumah Om aja.? Biar bebas ngapa-ngapain." Usulnya yang langsung di tanggapi tatapan tajam oleh Agam.

Gadis itu benar-benar mesum. Agam sadar kalau sejak awal Arumi berusaha untuk menggoda agar dia mau menyentuhnya.

Gadis itu juga kerap meminta untuk di ajak kerumahnya yang dulu dia tempati bersama Karina, mantan istrinya.

Sekarang rumah itu di biarkan kosong. Agam hanya sesekali datang kesana untuk sekedar melepas rindu pada sosok wanita cantik yang dulu menempati rumah di sebelah rumahnya.

2 bulan berlalu sejak hubungannya dengan Bianca berakhir, sampai saat ini hatinya masih terpaut pada wanita cantik itu. Meski kini tak lagi bisa menemuinya, tapi beberapa kali wanita itu datang dalam mimpinya.

Bab 2

Arumi memasang wajah cemberut, dia kesal lantaran Agam tak menghiraukan ajakannya untuk makan malam di rumah Agam.

Arumi tau kalau Agam pria normal, apalagi sempat menikah dan setelah itu menjalin hubungan dengan sekretarisnya yang bahkan sudah bersuami.

Tapi entah kenapa pria itu sama sekali tidak tertarik setiap kali Arumi berusaha untuk menggodanya. Padahal Arumi sangat penasaran bagaimana rasanya melakukan kontak fisik dengan pria. Dia cuma bisa melongo setiap kali teman-temannya bercerita apa yang mereka lakukan dengan pacar masing-masing.

Begitu sampai di restoran, Agam langsung turun dari mobilnya dan meninggalkan Arumi begitu saja. Gadis itu sampai mendengus jengkel, pria dewasa itu benar-benar cuek dan dingin padanya. Sikapnya sama sekali tidak ada hangat-hangatnya sedikitpun.

"Om, tungguin.!!" Seru Arumi sewot. Dia mengejar langkah Agam yang lebar. Pria berwajah tampak dengan mata tajam itu hanya menoleh sekilas ke belakang. Masa bodo dengan Arumi, dia memang terpaksa makan malam dengan bocah ingusan itu.

"Dasar lelet.!" Cibir Agam saat Arumi berhasil berjalan di sampingnya.

Arumi memutar bola mata malas. Jelas-jelas Agan yang meninggalkannya di dalam mobil dan jalan dengan langkah lebar. Arumi malah setengah berlari untuk mengejar pria itu.

"Kenapa sih Om, marah-marah mulu.! Jangan sampai nanti darah tinggi." Gerutu Arumi, tangannya langsung menggandeng dan mendekap lengan Agam dengan mesra tanpa rasa takut sedikitpun. Padahal sewaktu-waktu Agam bisa berubah menjadi sangat yang menakutkan karna pria itu tidak suka Arumi menempel padanya.

"Kamu nggak sadar kalau kamu penyebabnya.?!" Ketus Agam sewot. Matanya melirik lengannya yang berada dalam dekapan Arumi, dia hendak menariknya, namun Arumi dengan kuat menahan lengan Agam saat Arumi menyadari hal itu.

Arumi tersenyum lebar penuh kemenangan sedangkan Agam hanya bisa mendengus dengan tatapan tajam. Mereka sudah berada di dalam restoran dengan lumayan banyak pengunjung di dalamnya, Agam tidak mungkin gegabah bersikap kasar pada bocah ingusan dengan da da kecil itu. Bisa-bisa dia akan viral jika melakukannya.

"Om,, kenapa nggak setiap hari aja Om kayak gini. Jadi keliatan makin ganteng." Ucap Arumi setengah berbisik. Dia tertawa geli dalam hati karna Agam terlihat menjaga sikap dan tidak lagi ketus ataupun kasar padanya.

Agam menghela nafas berat. Dia memilih bersandar pada kursi dan merogoh ponsel dari saku celananya.

Selama makan malam berlangsung, Arumi terus memperhatikan Agam. Pria dihadapannya telah sejak lama ia kagumi. Kedua orang tua mereka bersahabat sejak lama, tentu saja dia dan Agam sering di pertemukan dalam berbagai acara. Tak jarang keluarga mereka berkumpul untuk makan malam bersama dan membahas soal perusahaan.

...*****...

Sementara itu di kediaman Arumi, kedua orang tuanya tengah membicarakan putri semata wayang mereka.

"Bagaimana.? Apa ada perkembangan dengan hubungan Arumi dan Agam.?" Tanya Andrew. Dia tampak serius menatap istrinya.

"Sejak awal Agam menolak untuk di jodohkan dengan putri kita, bagaimana mungkin ada perkembangan secepat ini." Jawab Amira, dia berusaha mengingatkan suaminya kalau perjodohan putri mereka tidak akan semulus yang Andrew rencanakan.

"Anak itu, apa dia kesulitan membuat Agam tertarik padanya.?!" Nada bicara Andrew sedikit meninggi, ada kekecewaan yang tersirat saat mengetahui hubungan Arumi dan Agam masih jalan di tempat. Dia sudah memberikan waktu 2 bulan agar mereka saling mengenal satu sama lain, tapi nyatanya tidak ada perkembangan yang berarti.

"Pah, jangan menjadikan Arumi sebagai alat untuk mencapai ambisi kamu. Biarkan saja hubungan mereka mengalir begitu saja, jangan sampai mendesak Arumi. Dia pasti akan kecewa kalau tau kamu hanya memperalatnya." Amira berucap lirih, khawatir ucapannya akan membuat Andrew marah padanya dan menganggapnya tidak mau mendukung rencana sang suami.

"Siapa yang memperalat.?!" Tanya Andrew tak terima.

"Dia putriku, aku hanya ingin Arumi menikah dengan pria yang mapan dan bisa membuat perusahaan kita semakin besar." Ujarnya tanpa mau mengakui kalau secara tidak langsung dia memang telah memperalat Arumi untuk mencapai tujuannya. Andrew lah yang bersikeras membujuk Airlangga untuk menjodohkan anak-anak mereka.

"Terserah Papa saja, yang penting Mama sudah mengingatkan. Jangan sampai ambisi Papa malah menghancurkan masa depan anak kita.!" Ucap Amira penuh penekanan, dia memilih beranjak dan mengakhiri perdebatan dengan suaminya. Sekalipun Amira tau kalau putrinya memang benar-benar tertarik dan menyukai Agam, tapi rencana awal Andrew membuatnya khawatir akan masa depan putrinya.

...*****...

"Masih jam 8 Om, kenapa buru-buru pulang.?" Untuk kedua kalinya Arumi kembali protes, karna dia belum mendapatkan jawaban dari Agam saat pertama kali dia protes pada pria itu.

"Aku banyak kerjaan.!" Jawab Agam singkat, dia bahkan tak melirik Arumi sedikitpun dan sibuk melajukan mobilnya meninggalkan area restoran.

Arumi menghela nafas kecewa, dia berharap akan punya banyak waktu berdua dengan Agam, tapi nyatanya hanya 2 jam pergi bersamanya.

Agam benar-benar mengantarkan Arumi pulang, pria itu tidak menghiraukan permintaan Arumi yang ingin ikut pulang kerumahnya dan menemaninya menyelesaikan pekerjaan.

"Kenapa diem aja.?! Cepat turun.!" Ketus Agam. Mobilnya sudah berhenti di halaman rumah Arumi, tapi gadis itu terlihat enggan untuk turun.

"Aku akan turun kalau Om mau cium aku." Pintanya dengan senyum jahil. Arumi bahkan melepaskan seatbelt dan sedikit maju ke arah Agam.

Dia sudah di tolak berkali-kali oleh pria itu setiap kali meminta untuk di cium.

"Jangan harap.!" Ketusnya. Walaupun Agam mengakui kalau Arumi cukup cantik dengan kulit putih dan bibir merah muda yang alami, tapi entah kenapa dia sama sekali tidak tertarik untuk menyentuh bocah itu. Sepertinya hati dan matanya masih terbelenggu pada sosok Bianca, membuat wanita manapun tidak terlihat menarik di matanya.

"Om,, ayolah,, pleaseee,,," Arumi sampai memohon dengan tatapan memelas.

"Di kampus cuma aku yang belum pernah ciuman, aku jadi bahan ejekan mereka." Adunya dengan bibir yang mengerucut.

"Apa salahnya Om cium aku.? Aku jamin Om nggak akan rugi karna bibirku masih ori." Ujarnya yang hampir membuat Agam tersenyum geli. Gadis itu benar-benar membuatnya heran dengan ucapannya yang tidak pernah di filter.

"Kenapa nggak coba sama teman priamu." Ujar Agam yang langsung membuat Arumi menggelengkan kepala.

"No.! Aku nggak mau kasih first kiss ku sama sembarangan pria.!" Tolaknya keras. Kalau dia tidak berpegang pada pendiriannya, mungkin sejak dulu dia sudah merasakan ciuman. Mengingat banyak teman laki-lakinya yang menyukai dan tertarik padanya.

"Terus kenapa harus aku.?" Tanya Agam. Dia menatap Arumi, pria dewasa itu tempak sedikit tertarik untuk mendengarkan jawaban dari Arumi. Dia bahkan mencondongkan badannya pada gadis itu, membuat Arumi menelan ludah dengan susah payah karna jarak mereka sangat dekat.

Bab 3

Arumi mengulum senyum mendapat pertanyaan seperti itu dari Agam. Sepertinya ada alasan lain kenapa dia memilih Agam untuk menjadi pria pertama yang menciumnya. Selain karna Agam adalah calon suami dan pria yang dia sukai, Arumi juga merasa tertantang mengingat pria dewasa itu seorang duda yang tentunya sangat berpengalaman. Dia sudah membayangkan akan hot apa jika berciuman dengan Agam.

Agam mengerutkan keningnya melihat senyum Arumi yang mencurigakan, dia merasa kalau Arumi sedang memikirkan hal-hal mesum tentangnya. Tak mau membiarkan gadis itu berfikir liar, Agam sontak mengetuk kening Arumi cukup keras.

Tukk,,,!!!

"Aawww,, sakit.!" Pekik Arumi seraya mengusap keningnya yang terasa sedikit sakit.

"Apa yang kamu pikirkan.?!" Ketus Agam dengan tatapan mengintimidasi, pada dia sudah tau kalau gadis berusia 18 tahun itu sedang memikirkan hal mesum.

"Apa lagi kalau bukan soal ci-uman." Jawab Arumi jujur.

"Ayolah Om, sekali saja Om cium aku. Biar aku nggak penasaran lagi." Dengan santainya Arumi meminta Agam untuk menciumnya. Dunia jadi serasa terbalik. Kalau biasanya pria yang akan memaksa wanitanya untuk berciuman, disini sang wanita yang justru memaksa prianya agar mau menciumnya.

Agam tampak mendengus kesal. Dia bukannya tidak mau berciuman, bukan pula pria penyuka batang. Agam benar-benar pria dewasa yang normal dan tak jarang bersolo karier untuk menuntaskan hasrat yang sering datang tanpa kompromi. Tapi Arumi sama sekali tidak membuatnya berg-airah. Mungkin karna usia Arumi terpaut sangat jauh dengannya, jadi Agam merasa kalau Arumi lebih cocok jadi keponakannya yang harus dia jaga.

Atau bisa jadi karna tubuh Arumi yang lurus itu tidak menarik. Semuanya terlihat rata dan mungkin tidak bisa di genggaman.

"Benar-benar bocah sinting.! Buruan turun.!" Titah Agam tegas. Kalau saja yang di hadapannya bukan gadis belia seperti Arumi, mungkin dia sudah menci-um dengan rakus bibir wanita yang ada di hadapannya saat ini.

"Oke,, oke,, aku turun.!" Dengan terpaksa Arumi beranjak untuk keluar dari mobil Agam, tapi bukan Arumi namanya kalau dia akan menyerah setelah mendapatkan penolakan berkali-kali. Arumi berfikir jika dia terus menggoda Agam, makan pria itu pasti akan tergoda juga. Apalagi Agam pria normal, mungkin hanya butuh waktu untuk menarik perhatian pria dewasa yang kerap bersikap dingin dan ketus itu.

"Makasih Om,," Arumi berucap tulus setelah turun dari mobil. Bocah itu tampak sumringah dengan senyum ceria dan melambaikan tangan pada Agam.

Sayangnya pria itu hanya melirik datar tanpa memberikan respon.

"Ck,, dasar sombong." Gerutu Arumi seraya menutup pintu mobil dan berlalu begitu saja. Dia sedikit kesal lantaran setiap kali jalan dengan pria itu, selalu berakhir menjengkelkan. Tidak ada kesan manis sama sekali saat akan berpamitan. Agam akan memasang wajah datar, tentu saja sesuai dengan isi hatinya terhadap Arumi.

Gadis itu sangat sadar kalau Agam memang tidak menyukainya dan menyayangkan perjodohan mereka. Tapi dia tak habis pikir kenapa pria itu tidak mencoba untuk memulai dari awal dengan membuka hati untuknya.

Sementara itu tanpa sepengetahuan Arumi, Agam terus menatap kepergiannya sampai Arumi masuk ke dalam rumah.

...*****...

Pagi itu Arumi sudah bersiap berangkat ke kampus. Gadis berkulit putih dan bertubuh mungil itu memakai rok hitam di atas lutut dan shirt putih yang pas di tubuhnya. Tak lupa memadukannya dengan jaket kulit hitam yang dibiarkan terbuka. Arumi juga memakai sepatu hitam hak tinggi. Rambutnya yang panjang dibiarkan terurai. Style gadis itu sudah seperti remaja-remaja di Korea.

Keluar dari kamarnya yang luas dan menuruni tangga tanpa ada anggun-anggunnya sebagai wanita, Arumi berjalan santai menuju ruang makan.

"Selamat pagi Mah, Pah,," Sapa Arumi dengan ceria. Dia mencium pipi kedua orang tuanya secara bergantian. Sikapnya yang selalu ceria membuat rumah besar itu terasa ramai dan hangat. Tak di pungkiri kalau kebahagiaan Amira dan Andrew terletak pada putri semata wayangnya itu.

"Anak Papa terlihat semakin bahagia. Apa dinner tadi malam menyenangkan.?" Tanya Andrew. Terlepas dari rencana liciknya untuk mendapatkan menantu yang lebih kaya darinya, Andrew tetaplah seorang Ayah yang selalu berusaha untuk membahagiakan putrinya.

"No bad." Jawab Arumi, dia tersenyum tipis dan duduk di kursinya.

"Om Agam,,," Arumi langsung menghentikan ucapannya karna salah bicara.

"Maksudku Kak Agam, dia sudah mulai mencair. Mungkin sebentar lagi dia akan menyukaiku." Tuturnya dengan mata yang berbinar. Sedikit berbohong, Arumi enggan membuat kedua orang tuanya menjadi sedih karna kedekatannya dengan Agam belum ada perkembangan sejauh ini. Itu sebabnya pagi ini dia berbohong. Dengan begitu, kedua orang tuanya akan terus mendukung keinginannya yang ingin menikah dengan Agam.

"Syukurlah, Mama ikut senang mendengarnya."

"Putri Mama sangat baik dan cantik, siapapun pasti akan menyukai kamu. Termasuk Agam." Ucap Amira untuk membuat putrinya semakin percaya diri dan yakin kalau Agam akan menyukainya.

"Humm,, tentu saja Mah." Sahut Arumi yakin.

Mereka kemudian mengakhiri obrolan dan mulai sarapan bersama.

...*****...

Sampainya di kelas, Arumi langsung di todong beberapa pertanyaan oleh 3 teman dekatnya. Satu di antaranya adalah sahabat Arumi sejak mereka di bangku SMA. Meski baru genap 1 bulan Arumi berinteraksi dengan teman-teman kuliahnya, tapi dia termasuk mahasiswi yang cepat akrab dan mudah mendapat teman. Beberapa kali dia hangout bersama teman-teman barunya itu.

"Gimana Ar.? Udah dapet first kiss belum.?"

"Kamu berhasil bujuk Om tampan itu kan.?"

"Di pasti nggak nolak lagi kan.?"

"Terus ngapain aja selain ci-uman.?"

Semua pertanyaan itu membuat Arumi menutup kedua telinganya. Rasanya panas karna dia tidak berhasil lagi menggoda Agam agar mau menciumnya.

Melihat Arumi yang menutup kedua telinga dan memasang wajah lesu, mereka bertiga sudah bisa menebak kalau Arumi gagal lagi.

"Ya ampun, Arumi cantik yang malang." Ucap Gea dengan mengulum senyum, tentu saja dia sedang meledek Arumi yang tidak beruntung lagi malam ini.

"Ck,,! Menyebalkan." Keluh Arumi. Dia langsung duduk di kursinya dengan kedua tangan yang menyangga dagu dan siku yang bertumpu pada meja.

"Kamu yakin Om itu bukan g*y.?" Tanya Sena. Sejak awal diceritakan oleh Arumi, hanya Sena yang masih ragu kalau Agam adalah pria normal.

"Tapi dia sudah pernah menikah dan berkencan dengan wanita." Timpal Aileen, dia tidak yakin kalau Agam seorang g*y. Apalagi saat pertama kali dia melihat pria tampan itu, sama sekali tidak ada indikasi kalau pria yang terlihat dingin itu adalah seorang g*y.

"Om Agam memang bukan g*y, aku sangat yakin seratus persen kalau dia normal." Tambah Arumi.

"Apa kalian punya ide lain.?" Tanyanya. Arumi tidak pantang menyerah, dia akan terus meminta saran dari ketiga sahabatnya yang sudah berpengalaman.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!