NovelToon NovelToon

Tante, I Love You

Bab 1 - Bocah Ingusan (Revisi)

BAB 1

Suara gemericik hujan gerimis dari atas genting adalah santapan biasa bagi dokter umum berparas cantik ini. Ia tak pernah sekalipun mengeluh kala hujan atau panas menemaninya di awal hari. Tetap pergi menuju klinik dimana tempatnya melayani warga dan menyalurkan ilmu serta keahliannya. Segala kemewahan tak ia dapatkan melainkan suasana tentram dan damai di milikinya saat ini dan itu sangat dibutuhkan.

Aileen Dayana Kei, perempuan cantik berusia 27 tahun, lulus sebagai dokter satu tahun yang lalu. Jika kebanyakan dokter muda mengejar karir di rumah sakit besar dan ternama, tapi tidak dengan Dayana. Dirinya memilih hidup di sebuah desa yang asri, penduduk ramah, membantu warga yang sakit tanpa pamrih.

Dayana memang bukan berasal dari keluarga kaya raya, ibunya mengelola toko roti di ibu kota. Toko roti milik nenek Dayana. Serta ayah dan ibu yang telah berpisah sejak ia masih sangat bayi, baru saja dilahirkan Dayana tak pernah merasakan sentuhan kasih sayang seorang ayah. Memandang wajahnya pun tidak pernah, mengingat ayahnya pergi bersama wanita lain meninggalkan Bunda Nayra yang sedang hamil besar. Miris memang tapi itulah jalan hidup yang telah ditakdirkan untuknya.

Sampai ia dewasa pun nasib baik dan keberuntungan belum singgah mengubah keadaan. Harus sakit hati pada seorang pria yang kini menjadi suami adik sepupunya. Sekuat apapun Dayana berusaha merebut tapi pria itu bukan jodohnya, tak akan ia dapatkan apapun dari usahanya.

“Pagi dokter”, sapa perawat di klinik.

“Pagi”, senyum Dayana. Membuka jaket tebal yang membalut tubuhnya dari rasa dingin. Ia pun membuka ponsel dan menghubungi keluarga yang jauh di sana.

“Pagi bundaku yang cantik, bunda apa kabar?”, tanya Dayana dengan suara lembutnya. Matanya yang sedikit sipit mengedip indah pada sosok wanita yang sangat ia cintai. “Iya bunda nanti Dayana sempatkan pulang. Bagaimana kabar oma?”.

Cukup melepas rindu, Dayana segera menutup sambungan video, ia pun menerima secangkir teh melati hangat yang dibuat melalui proses tradisional.

Mulai membaca lebih dari 20 daftar riwayat pasien yang telah siap ia periksa.

.

.

Siang hari ketika istirahat Dayana melihat jalan depan klinik di penuhi warga dan banyak dari perawat ikut berbaris menunggu sesuatu yang akan lewat. Ah mungkin saja presiden atau pejabat yang biasanya datang dan mendapat perhatian banyak orang. Tapi tunggu, kali ini para remaja juga ikut menanti dan menunggu bahkan berdesakan ingin berdiri paling depan. Mereka menyerukan satu nama asing bagi Dayana.

Entah Dayana yang tidak tahu atau memang itu orang tidak penting yang datang. Akhirnya ia bertanya pada salah satu scurity di depan pintu klinik.

“Pak ada acara apa ya, kenapa warga dan perawat berdesakan seperti itu?”

“Oh, itu Dok. Ada artis mau syuting di desa kita. Menurut informasi villa pribadinya ada di sini Dok, dekat dari rumah kontrakan Dokter Dayana”.

“Oh villa besar diujung jalan ya? Saya pikir pemiliknya pengusaha”, Dayana terkekeh bersama petugas keamanan.

“Bukan dokter, villa itu baru dibangun 3 tahun yang lalu dan benar-benar selesai satu tahun lalu, karena sempat molor pengerjaannya”, terangnya lagi.

“Memang artis siapa yang datang? Sebegitu terkenalnya Pak, sampai saya tidak tahu siapa namanya dan asing bagi saya”.

“Ini Dokter”, pria setengah baya ini membuka ponsel dan membuka sosial media, menunjukan gambar pria tampan dan manis namun memiliki kesan arogan. “Ini Dokter, namanya Kevin Nugraha. Pendatang baru memang, wajar dokter kan sibuk. Nanti kenalan saja dok, kan sama-sama berasal dari kota”.

“Bapak ada-ada saja, sudah ya pa saya masuk lagi ke dalam”.

Dayana duduk di kursi kerja, ia menunggu jam istirahat usai, tapi kenapa waktu berjalan lama dan sangat lambat. Sampai sebuah teriakan cukup nyaring terdengar menusuk kedua telinganya.

“Ahhhh Kevin, kenalan dong”

“Kevin, aku mencintaimu”

“Kevin, aku penggemar berat kamu”

Dayana bergidik ngeri membayangkan semua fans itu, benar-benar akan bertindak apa jadinya jika sang idola tidak sesuai harapan mereka.

“Sehebat apa Kevin itu?”, gumam Dayana yang juga membuka sosial media dan melihat beberapa cuplikan film layar lebar Kevin. “Cukup mengagumkan dan ya sama seperti aktor lain”, ucap Dayana pelan.

.

.

Sore hari Dayana yang telah selesai praktik, mengunjungi rumah makan padang,  ia tersenyum melihat rendang yang masih tersisa satu lagi itu.

“Uni biasa ya dengan rendang”, ucap Dayana tersenyum manis, dia memang biasa membeli makan untuk santap malam. Malas sekali setelah berkutat dengan segudang pekerjaan harus masak di rumah. Kecuali sarapan, Dayana memang selalu masak sendiri cukup mudah,  bahan yang tersedia pun gampang hanya telur, roti, oatmeal, beef slice dan buah-buahan serta susu segar yang dikirim setiap pagi oleh koperasi di dekat desa.

“Bu sudah selesai? Mana pesanan saya?”, suara dingin dan datar pria.

Sontak Dayana menoleh pada pria jangkung yang berdiri di sampingnya. Mendelik sebal karena pada akhirnya makanan yang siap untuknya diberikan oleh pemilik rumah makan pada Kevin.

“Maaf ya Mbak, sama lauk yang lain saja ya Mbak”

“Tapi kan saya lebih dulu uni”, Dayana mendengus kesal. “Hey, anda bisa mengantri kan? Sangat tidak sopan, kembalikan itu milikku”, seru Dayana sangat marah.

“Enak saja, perempuan kampung seperti mu minum air saja sudah cukup”, ejek Kevin, tepat sesuai dugaan Dayana jika pria ini sangat arogan tak memiliki hati.

“Heh, dasar anak ingusan. Berani sekali bibirmu itu menghina”, kesal Dayana berusaha menggapai satu bungkus nasi di atas tangan Kevin yang tinggi.

“Maaf mba, tadi Mas ganteng itu pesan lebih dulu sebelum ke toilet. Saya lupa, tiba-tiba mbak datang. Maaf ya mba”.

“Yasudah uni, lain waktu saja”, senyum Dayana, mungkin terpaksa malam ini ia hanya makan roti dan telur lagi.

Dayana berjalan kaki menuju rumah kontrakannya yang berjarak 1 km dari rumah makan itu. “Ahhhhh kurang ajar”, pekiknya pada mobil Honda Civic Turbo berwarna merah, melaju tanpa belas kasih dan menginjak genangan air sampai pakaian Dayana terciprat air kotor.

“Ups, maaf perempuan kampung”, ejek Kevin yang memang sengaja membawa mobilnya melintas genangan air kotor.

“Dasar bocah ingusan”, kesal Dayana. Wanita cantik kakak sepupu Dwyne Bradley ini kesal bukan main karena jas putih kebanggaannya pun kotor. Dayana hanya menghembus napas kasar. Ia pun tiba di persimpangan jalan, sebelum masuk rumah, Dayana melihat pintu gerbang Villa milik Kevin nuansa tropis sangat kental terlihat.

“Aku berharap kau sakit perut, karena makanan itu harusnya milikku”, geram Dayana mengacungkan jari manis ke arah villa. Tidak peduli dia artis atau bahkan CEO sekali pun kalau sikap menyebalkan kenapa tidak di lawan.

...TBC...

Bab 2 - Bertengkar

BAB 2

Tok.....tok

“Tuan Kevin bangun”

“Tuan, apa anda baik-baik saja? Pagi ini ada shooting di sungai dekat sini Tuan Kevin”

“Tuan Kevin”

Panggil supir pribadi yang setia menemani Kevin melakukan perjalanan jauh, namun hampir setengah jam mengetuk dan memanggil tak jua mendapat respon dari dalam. Supir yang khawatir ini terus berusaha membuka pintu yang terkunci tapi sayang tidak ada kunci cadangan.

Sementara dalam kamar, Kevin bolak balik kamar mandi sejak pukul 6 pagi. Perutnya mendadak mulas sejak bangun tidur. “Ah sial apa yang aku makan sebenarnya?”, Kevin mengadu sakit sembari memegangi perutnya.

Suara yang terdengar dari balik pintu ia abaikan, rasa sakit pada perutnya terlalu kuat. Kevin pun menatap resah pada jarum jam yang bergerak di atas meja. Beberapa menit lagi shooting dimulai dan ia tidak boleh mengecewakan pihak-pihak yang telah menunjuknya memerankan film ini.

“Ah sakit”

“Aku rasa kemarin hanya makan nasi padang saja, ah apa perutku tidak cocok tinggal di desa seperti ini?”, keluh Kevin memaksa diri mengganti piyamanya.

“Ah sial, kenapa wajah perempuan kampung itu memenuhi isi kepalaku. Hah, mungkin dia menyimpan racun didalam makanan”, pikiran negatif Kevin tertuju pada Dayana.

.

.

**

Di sisi lain Dayana sibuk pada kegiatannya, memeriksa sejumlah pasien yang datang. Di klinik ini memang hanya ada dua dokter umum saja dan rekan senior Dayana praktik di klinik yang jaraknya 3 km dari desa. Terkadang datang bilamana diperlukan bantuannya.

“Oh ya ampun kenapa hujannya belum reda juga”, Dayana mengingat jas putihnya yang kotor ia cuci pasti tak akan kering dalam waktu dekat. Dirinya pun mengingat wajah menyebalkan Kevin, Dayana harap pria itu benar-benar sakit perut.

“Huh, bisa-bisanya bocah ingusan itu memiliki banyak penggemar. Apa mereka tidak tahu kelakuannya?”, kesal Dayana langsung mengatup bibir rapat-rapat. Bisa gawat jika ada yang mendengar apalagi penggemar Kevin, bisa jadi ia mendapat serangan dari para remaja yang menyukai bocah ingusan itu.

“Dokter ada pasien lagi, mau diterima sekarang atau istirahat dulu dokter?”, tanya petugas bagian waktu pendaftaran.

“Oh ya boleh sekarang saja”

.

.

Satu minggu setelah kejadian nasi bungkus, Dayana tidak lagi melihat wajah Kevin. Ia mengira bahwa pria menyebalkan itu telah kembali ke ibu kota. Setiap hari pun Dayana selalu melirik pada Villa Kevin yang memang banjir cahaya ketika malam hari. Ada atau tidak penghuni sama saja, pengurus Villa akan mematikan lampu pada pagi hari.

“Kenapa aku selalu melihat ke arah Villa bocah itu?”, aneh Dayana. “Ah mungkin karena lampunya indah, suasana menjadi hangat”, Dayana pun kembali masuk dalam rumah.

Suasana malam seperti inilah yang Dayana sangat rindukan dari adanya keluarga, ia pun terpaksa menghabiskan waktu menonton film atau membaca buku untuk mengusir rasa jenuh. Walau terkadang melakukan panggilan video, tapi tidak setiap hari karena akan semakin membuatnya rindu rumah.

Tanpa terasa waktu telah lewat dari pukul 12 malam, Dayana membawa selimutnya dan pindah ke kamar, memejamkan mata. Pagi nanti kegiatannya akan sama seperti hari-hari sebelumnya, ia pun belum tahu kapan akan kembali ke ibu kota. Mungkin jika perasaannya telah lenyap untuk Dokter Dewa, dirinya benar-benar akan kembali pulang. Telah lewat beberapa tahun Dayana masih sering mengamati foto dokter yang merupakan suami adik sepupunya itu.

Keinginan untuk menjalin hubungan dengan pria pun tidak pernah terpikir, rasanya hati Dayana telah membeku terkubur dalam sakitnya patah hati cinta yang tak bisa memiliki.

Tepat pukul 5 pagi Dayana telah bangun dan bersiap, ia membersihkan rumah lebih dulu kemudian membasuh diri dan mulai sarapan. Hari ini Dayana menggunakan dress sepanjang betis, motif bunga dan flat shoes hitam membingkai kaki jenjangnya. Penampilan sederhana Dayana memang berbeda dari yang lain, mungkin karena wajah cantik dan sikap ramahnya yang mendukung.

Dayana keluar rumah dan mengamati Villa di ujung jalan sebelum benar-benar melangkah menjauh menuju klinik.

“Pagi dokter”, sapa beberapa orang yang lewat. Ya Dayana berjalan kaki untuk sampai pada tempat dimana ia mengabdikan diri sebagai dokter.

Fasilitas mewah yang ditawarkan pamannya, dia tolak mentah-mentah karena tidak layak mendapat itu semua, mengingat Dayana hanyalah keponakan. Dibiayai pendidikan sampai lulus saja  beruntung baginya.

“Dokter banyak pasien mengeluhkan gejala flu”, ujar perawat yang selalu mendampingi Dayana.

“Iya, mulai saja dengan pasien urutan nomor 1”, Dayana mengalungkan stetoskop pada lehernya.

.

.

Tidak terasa waktu telah sore, bahkan hampir gelap. Dayana cukup kelelahan menangani pasien yang jumlahnya lebih banyak hari ini. Seperti biasa ia berjalan kaki untuk sampai ke rumah kontrakannya tapi sebelum itu Dayana mengganjal perut lebih dulu, rasa lapar tidak tertahankan, sedari siang belum mengisi apapun dalam perutnya.

Tiba-tiba seorang pria setengah baya mengendarai motor, tergopoh-gopoh, kelelahan mencari kesana kemari.

“Permisi bu, di desa ini apa ada dokter? Majikan saya sakit”

Dayana hanya mendengar samar-samar dari ujung meja, sembari meneguk teh manis hangat pesanannya.

“Oh, ada pak. Itu dokter di desa ini”, tunjuk pemilik rumah makan pada Dayana.

“Dokter  bisa bantu, majikan saya sakit, karena jauh ke kota beliau tidak bisa berobat. Badannya menggigil, sudah 2 hari ini flu berat. Berapa pun dokter minta pasti akan di bayar, bisa ikut saya sekarang dokter?”.

“Oh tidak perlu repot pak, memang tugas saya sebagai dokter. Ayo cepat pak”, Dayana dibonceng sampai masuk villa. “Lho, ini kan Villa bocah itu”, gumam Dayana.

“Tuan Kevin flu berat, dokter. Tidak mau makan juga, badannya saja besar tapi sikapnya kekanakan”, ujar pria setengah baya itu.

“Rupanya benar, hah haruskah aku tolong bocah kurang aja itu?”, batin Dayana bergejolak ingat kejadian menyebalkan setelah bertemu Kevin.

“Silahkan masuk dokter, kamar tuan ada di lantai 2”, membimbing Dayana melewati undakan tangga yang terbuat dari kayu. “Ini kamarnya dokter”.

“Pak, kenapa perempuan kampung itu ada disini?”, teriak Kevin dalam balutan selimut.

“Ini dokter yang mas minta. Hanya ada Dokter cantik ini mas”

“Hah, kamu dokter gadungan kan? Jangan-jangan kamu mau meracuniku, ayo ngaku?”, tuduh Kevin.

‘Heh, jaga mulut anda. Dasar bocah ingusan”, sergah Dayana.

“APA? Kamu tidak tahu siapa aku?”.Kevin membuka lebar mata dan menunjuk dirinya tepat di depan hidung.

“Mas Kevin, jadi bubur ayamnya? Saya cari dulu ya mas”, supir kepercayaan Kevin pamit mencari bubur ayam pesanan sang majikan tengilnya itu.

“Ck, sudahlah tidak penting mengenalmu atau tidak. Sekarang apa keluhan yang kamu rasakan?”, Dayana mengeluarkan alat-alat kedokteran dari tasnya.

“Flu, demam”, ketus Kevin menatap tajam Dayana. “Kamu kan yang menyimpan pencahar di nasi bungkus tempo hari? Aku sakit perut dan mundur jadwal shooting”, cecar Kevin.

“Oh, akhirnya doaku terkabul, pria arogan sepertimu memang pantas sakit perut”, ketus Dayana.

“Perempuan kampung kurang ajar”, Kevin membuka selimut dan mendorong tubuh Dayana sampai membentur sofa.

...TBC...

 

Bab 3 - Gerebek

BAB 3

“Aw”, pekik Dayana merasa sakit pada bokong, langsung mendorong Kevin dengan kedua tangannya. Meskipun pria ini lebih muda tetap saja ia pria yang memiliki tenaga lebih kuat dari Dayana.

“LEPAS”, sentak Dayana, ia merasa takut dan marah sekaligus. Baru kali ini diperlakukan tidak sopan oleh orang lain.

“Dengar, akibat ulahmu aku mengalami kerugian. Ck, kau pasti sengaja menyamar jadi dokter iya kan? Katakan saja kalau perempuan kampung sepertimu menyukaiku, aku tidak perlu di periksa oleh mu”, tegas Kevin yang menuduh Dayana.

“Seandainya aku tahu kalau kamu majikan bapak tadi, pasti ku tolak mentah-mentah membantunya”, emosi Dayana memuncak. Dirinya ingin bangun tetapi Kevin masih tetap memandangi Dayana di bawah kungkungan kedua tangannya.

Pria ini pun tersenyum licik, mendekatkan wajah pada telinga Dayana dan membisikan kata-kata, “Kalau kau menyukaiku jangan memberi racun tapi aku menerimamu di sana”, tunjuk Kevin pada ranjangnya, ia hanya menggertak Dayana, mengintimidasi dokter muda itu agar menjauh dan tidak bersikap lancang padanya.

Dari luar villa, posisi keduanya yang saling berhimpitan di atas sofa, jelas terlihat bayangan dari luar. Hingga beberapa orang yang melihat segera membuka pagar dan pintu villa Kevin, untung saja supir pribadi yang membeli bubur telah kembali, memudahkan warga masuk kedalam.

“Ayo cepat buka, hey apa yang kalian lakukan”, pintu pun terbuka lebar saat itu juga. Mereka yang hadir tercengang melihat dokter yang dikagumi telah bertindak tidak senonoh bersama aktor pendatang baru. Ada pula yang merekam keduanya dalam kamar. Tapi yang lain segera memisahkan dua insan itu, menggiring keduanya turun ke ruang tamu.

“Kalian benar-benar mengotori desa kami”, amarah seorang warga.

“Tapi pak ini tidak seperti apa yang kalian lihat”, Dayana memberi alasan.

Bagaimana mereka akan percaya kalau tertangkap basah dengan posisi yang tidak menguntungkan seperti ini.

“Kalian mau apa? Uang?”, tanya Kevin sangat angkuh.

“Uang? Dasar artis baru saja sombong”, cemooh warga lain.

“Dengar kalian harus menikah malam ini juga, kami tidak mau desa kami terkena musibah”

“Ta-tapi pa.....”, seru Dayana dan Kevin bersamaan. Kevin tidak menyangka perbuatan tadi membawa sial sampai digerebek warga.

Para tetua desa datang membantu pernikahan dadakan yang akan dilakukan malam ini juga, mereka menatap rendah Dayana yang dinilai baik dan bermartabat ternyata perempuan rendahan.

“Sudah jangan nangis", ujar seorang ibu membantu Dayana merias wajahnya.

“Saya tidak sangka dokter yang ternyata baik, huh. Cuma topeng ternyata”, cibir wanita lainnya.

“Tapi bener bu, saya tidak pernah melanggar norma. Saya datang kesini untuk memeriksa Kevin yang sakit”, Dayana menangis, ia kesal tidak ada satu pun warga yang percaya padanya. Termasuk ibu pemilik kontrakan rumah, malam ini juga mengusir dan mengembalikan uang yang telah Dayana bayar untuk satu tahun ke depan.

“Bu, tolong jangan usir. Dimana saya tinggal ?”, tatapan Dayana sangat memohon, sungguh ia tidak terima pada tuduhan yang diberikan warga.

“Kamu kan malam ini nikah sama Kevin ya tinggal dengan suami kamu Dayana. Gagal anak saya mendapatkan Kevin artis kota”, menarik kasar tangan Dayana turun ke bawah.

Tatapan tajam Kevin berikan pada Dayana yang turun dari lantai 2, walau hanya terbalut kebaya sederhana dan riasan natural. Dayana memancarkan kecantikan melebihi kekasih Kevin, sejenak ia terpanah dan mengagumi sosok Dayana.

“Sudah, nak Kevin nanti juga bisa. Sekarang kita nikahkan keduanya”, pungkas seorang tetua.

Malam ini pun Dayana resmi menjadi istri dari seorang bocah ingusan yang sangat ia benci, Kevin mengucapkan ikrar dengan terpaksa di depan saksi warga desa.

Tak ada ucapan selamat dari semua hanya ada kata-kata cibiran dan umpatan untuk Dayana, karena disini para ibu menilai Dayana lah yang salah bukan Kevin.

“Bisa berhenti menangis tidak?”, geram Kevin berjalan mondar mandir, mengusap kasar wajahnya.

Sejak kepergian warga Dayana tak henti menangis, ya hanya itu yang bisa dilakukannya sekarang. Beribu kata pembelaan diri, tak di dengar oleh siapapun. Bahkan supir pun membela Dayana tapi tak didengarkan juga, hingga supir kepercayaan Kevin ini mendapat skors dari majikannya tidak boleh bekerja selama satu bulan yang artinya tidak akan mendapat gaji selama satu bulan.

“Semua ini gara-gara kau perempuan kampung”, desis Kevin mendekat dan mencengkram kedua bahu Dayana.

“Enak saja, kenapa kamu mendorongku sampai jatuh ke sofa? Ini salah mu”, Dayana balik mengomel, dia tidak terima begitu saja pria arogan yang masih muda ini menyalahkan dirinya.

“Hah, diam jangan banyak bicara”, bentak Kevin, menyeret beberapa koper milik Dayana keluar Vila. “Keluarkan barang jelek ini sekarang juga, aku tidak mau villa ku terkena kuman dari semua pakaian mu”, ucap Kevin tanpa hati.

“Dasar pria tidak punya hati”, teriak Dayana hendak memukul kepala Kevin tapi kedua tangannya lebih dulu di tangkap dan menghempas tubuh Dayana sampai terjatuh menyentuh lantai.

“Dengar, untuk malam ini aku izinkan kau menginap di villa, tapi jangan tidur di kamarku. Mengerti !!!!!”, pria berwajah tampan ini pun membawa tas berisi pakaiannya dan beberapa benda penting, menuruni anak tangga tergesa membuka kasar pintu utama.

“Besok penjaga villa akan datang, ku yakin mereka tahu apa yang terjadi malam ini”, Kevin pun berlalu menuju mobil yang terparkir di depan villa. Tepat di malam pernikahan meninggalkan Dayana sendirian di villa pribadi miliknya.

Kevin mencari hotel di sekitar desa, karena untuk satu minggu ke depan ia masih harus menjalani proses shooting. Tidak peduli apa yang akan dilakukan istri dadakannya itu, yang jelas Kevin masih memiliki setitik kebaikan memberi Dayana tempat bernaung malam ini.

“Arrrghhh, wanita pembawa sial”, memukul setir mobil berkali kali. Sampai dering ponsel menggangu konsentrasi pria bernama Kevin Nugraha ini, “Selena”, gumamnya.

“Ya, ada apa?”, suara Kevin datar, dadanya kembang kempis, kedua sorot matanya tajam kesal pada Dayana.

“Bee, kapan pulang aku kangen sama kamu. Lain waktu ajak aku ya, siapa tahu sutradara mencari pemeran lain. Kamu lagi apa bee?”

Suara manja dan kekanakan terdengar dari balik ponsel, kekasih Kevin bernama Selena seorang model yang baru saja menginjakan kaki di dunia hiburan, menempel pada Kevin seperti benalu.

“Hem ya, sudah dulu, aku sibuk”

Kevin memutus sambungan teleponnya, melempar benda pipih keluaran terbaru itu pada kursi sebelah.

Setelah ini apa yang harus dilakukanya? Hidup bersama Dayana sebagai suami istri? Oh tidak mungkin, apa jadinya jika media tahu, bisa rusak karir yang ia bangun dari nol. Selain itu bagaimana dengan mamanya? Alasan apa yang akan Kevin berikan, dan bagaimana Selena kekasih yang telah dikencaninya selama 1 tahun ini. Ia benar-benar pusing memikirkan semua yang akan terjadi.

...TBC...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!