" Kakek bangun, jangan tinggalkan aku" ucap gadis itu sambil menangis.
" Sayang jangan nangis lagi ya, kan masih ada Ayah" ucap pria itu menghibur putri nya.
Namun ada seseorang yang memandang tidak suka, ya dia ibu tiri dari gadis itu.
" Mami, ngapain si kita di sini, tempat nya kumu lagi" ucap seorang gadis.
" Siapa si perempuan itu, nggak sopan banget" ucap salah satu warga.
" Itu istri dan anak si Bagas" jawab salah satu warga.
" Sombong banget, mereka beda banget sama Naura dan Tiara."
" Iya bener banget."
" Uda ibu-ibu, jangan ngomong gitu, lihat itu kasihan Naura" ujar kepala desa.
Setelah mendengar ucapan kepala desa, para ibu-ibu pun tidak membahas kedua wanita itu lagi.
Mereka semua mempersiapkan pemakaman untuk Kakek Danu.
Setelah pemakaman selesai, kini tinggal tetangga terdekat dan ayah serta ibu dan adik tiri Naura yang ada di rumah itu.
Naura masih saja menangis, dia bingung akan tinggal dengan siapa setelah ini.
" Hiks, hiks. Kakek, kenapa Kakek ninggalin Naura. Naura tinggal sama siapa."
" Sayang uda jangan nangis, kamu mulai sekarang tinggal sama Ayah."
" Mami, dia akan tinggal sama kita. Ih aku nggak mau Mami" ucapnya dengan manja
" Mami pun, sebenarnya juga nggak mau sayang. tapi gak apalah, dapat pembantu gratis " jawabnya dengan berbisik.
" Eh, bener juga. lumayan Mi. kalau gitu gak apa-apa deh. Hehe."
"Apa yang sedang kalian bicarakan? Kesini kalian!" kata Ayah.
Mereka pun menemui pak Bagas dan juga Naura.
" Sayang, kenalin ini namanya Febri, dia istri Ayah. Jadi kamu panggil Mami ya. Dan yang disebelahnya namanya Sandra, dia anak Ayah juga. Dia adik kamu. Ayo sapa mereka!"
" Hai Mami, hai Sandra" ucap Naura sambil mencium tangan Febri.
Febri dan Sandra hanya tersenyum walaupun dipaksakan.
" Nah, mulai sekarang kamu akan tinggal bersama kami di Jakarta."
" Tapi, tapi..." jawab Naura terbata sambil memandang wajah ibu dan adik tirinya.
" Tau diri juga rupanya dia" ucap Febri dalam hati.
" Iya sayang, Mami senang kok, kalau kamu tinggal sama kami, ya kan Sandra?" ucap Bu Febri. " Ya mau nggak mau, harus mau" ucapnya lagi dalam hati. Masih dengan wajah tersenyum nya.
" Iya dong, Sandra juga senang punya Kakak" jawabnya. " Sebenarnya ogah, tapi nggak bisa bantah" ucapnya dalam hati.
" Tuh kan, kamu uda dengar sayang, jadi besok kamu ikut Ayah pulang ke Jakarta ya."
" Tapi, tapi sekolah Nau gimana Ayah?" ucap Naura. " Sebenarnya aku nggak mau ninggalin tempat ini" ucapnya dalam hati.
" Kamu tenang aja sayang, Ayah yang akan urus semuanya."
" Kalau itu kemauan Ayah, Nau ikut aja."
" Nah, gitu dong sayang" ucap ayah sambil tersenyum.
Keesokan harinya, Naura ikut dengan Ayahnya untuk tinggal di Jakarta. Sebelum pergi, Naura berpamitan dengan para tetangga dan sahabatnya "Lily". Mereka berdua menangis bersama.
" Hati-hati ya Nau, aku akan selalu merindukanmu, jangan lupakan aku ya!" ucap Lily.
" Aku nggak akan melupakan mu Lily" ucapnya sambil menangis dan memeluk Lily sahabatnya.
" Ih drama, malas banget lihatnya" ucap Sandra dalam hati
" Sayang ayo, nanti kesorean kita sampai Jakarta. Besok Ayah harus kerja lagi"
" Dah semua" ucapnya kemudian masuk ke dalam mobil, dan melambaikan tangannya.
Sesampainya di Jakarta, mereka di sambut oleh para pembantu. Barang-barang di bawah masuk oleh para pembantu.
" Wah, rumah Ayah besar ya."
" Iya dong Sayang, dan mulai sekarang ini juga jadi rumah kamu."
Naura hanya tersenyum mendengar perkataan Ayahnya. kemudian mereka pun masuk ke dalam.
" Ningsih, tolong antar kan Putri saya, Naura ke kamarnya!"
" Baik Tuan, non Nau. Mari ikuti saya."
Naura pun mengikuti Ningsih, untuk pergi ke kamarnya.
Di lantai atas sudah Vino yang sedang melihat sekeliling dan memerhatikan Naura. " Jadi itu yang namanya kak Naura, ternyata cantik juga" Vino pun mendekat dan menghampirinya. " Hai kak, kenalin aku Vino, adik kakak yang paling kecil."
" Hai Vino, senang bisa bertemu dengan mu" ucap Naura sambil tersenyum.
" Maaf den, saya mau mengantar non Naura ke kamarnya" ucap Ningsih. " Tumben den Vino nggak dingin, senangnya kalau begini" Ningsih pun tersenyum.
" Uda bik, biar saya saja yang antar kak Naura ke kamarnya."
" Kalau begitu saya tinggal dulu ya non, den."
Bik Ningsih meninggalkan Vino dan Naura. " Ayo kak ku antar ke kamar kakak." Naura hanya mengikuti dari belakang. Dan akhirnya tiba di kamarnya.
" Ini kamar kakak. Gimana, kakak suka?"
" Suka banget, kamarnya besar, dan warnanya juga indah."
" Syukurlah kakak suka, soalnya semalaman para pelayan panik"
" P - panik, kenapa?"
" Takut kakak nggak suka sama kamarnya, dan para pelayan juga ngebayangkan kalau kakak ternyata orangnya jalak"
Naura malah ketawa, dan tanpa sadar Vino pun juga tersenyum. Pelayan yang barusan lewat juga merasa senang. Karena akhirnya Vino mau tersenyum juga.
" Hadu, perut ku sakit. Aku geli banget, masa sampai segitunya."
" Hal seperti ini sudah biasa kak, aku harap kakak juga akan terbiasa. Oh iya kakak sekolah kelas berapa?" tanyanya yang mulai penasaran.
" Aku kelas XI, kalau kamu Vino?"
" Aku kelas VI kak"
" Pantas kamu sangat imut, boleh kakak cubit nggak pipi kamu?" ucapnya. " Hadu, dia sangat menggemaskan." sambil memandang pipi Vino.
" Tentu kak, silakan" ucapnya dengan tersenyum.
Naura pun, langsung mencubit pipi Vino, yang menurutnya sangat menggemaskan. " Ih kamu mengaskan banget Vino, aku suka."
" Kalau kakak suka, aku rela kakak cubit setiap hari" ucap Vino
" Nggak gitu juga Vino. aku senang, karena kamu mau menerima aku" ucap dengan wajah sedih
" Memang siapa yang nggak mau kakak tinggal disini. nggak usa kakak jawab, aku uda tau jawabannya. Pasti kak Sandra."
" Nggak kok, bukan dia."
" Gak apa kak, kakak tentang aja. Sebisa mungkin Vino akan lindungi kakak."
" Makasih Vino" Naura pun, memeluk Vino."
" Hangatnya, baru kali ini, aku merasakannya. Andai dari dulu kak Naura pindah ke sini." ucapnya dalam hati. " Kalau gitu, aku keluar dulu ya kak." vino pun meninggalkan Naura.
Naura yang kelelahan, langsung terlelap. malam harinya, semua sudah berkumpul di meja makan.
" Naura mana? Ningsih, tolong panggil kan"
Saat Ningsih, ingin memanggil Naura, tiba-tiba Vino bersuara. " Biar aku saja yang memanggil kak Naura" ucapnya. semua orang merasa kaget dan berfikir " Sejak kapan Vino bisa mudah akrab dengan orang baru."
" Ya sudah, sana panggil Naura!"
Vino pun segera memanggil Naura, sesampainya di depan pintu kamar Naura, Vino mengetuknya. " Kak Nau, kakak di dalam?" akhirnya Naura pun keluar.
" Ada apa Vino?" tanyanya
" Sudah waktunya makan, Ayah dan yang lain sudah menunggu di bawah" ucapnya.
hai guys, sedikit perkenalan
Nama : Naura
Umur : 16 tahun
sifat. : Baik, penurut, ramah dan cantik
Hobby : Memasak
Naura dan Vino pun turun untuk makan. sesampainya mereka di meja makan.
" Sayang, kamu dari mana aja? Ayah, Mami dan Adik mu sudah menunggu dari tadi."
" Maaf Ayah, Naura ketiduran. hehehe." jawabnya sambil tertawa
" Dasar ini anak, nggak tau apa disini Uda pada lapar" ucapnya dalam hati sambil menatap sinis pada Naura
" Yauda sini, kita mulai makan malamnya"
Mereka semua pun melahap makanan dengan nikmat. Selesai makan mereka semua kembali ke kamar masing-masing.
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar Naura. " Silakan masuk, pintunya tidak di kunci."
Pintu pun terbuka, dan ternyata itu adalah Bagas, Ayah Naura. Bagas masuk ke kamar Naura, dan memberikan seragam sekolah yang akan di kenakan nya esok hari.
Keesokan harinya, Naura berangkat ke sekolah bersama dengan Sandra. Ya Naura di masukkan ke sekolah Sandra.
Sesampainya mereka di sekolah, semua mata memandang ke arah Naura. Dan hal itu membuat Sandra sangat marah. Kemudian ia meninggalkan Naura sendirian di lapangan parkiran.
" Sandra, kamu mau kemana?"
" Kelas la, nanya lagi" jawabnya ketus.
" Lalu aku?"
" Cari aja sendiri ruang kepala sekolah."
Naura sangat kebingungan, dia baru di sekolah ini. Dan dia tidak mengenal siapapun. Dia melihat kanan dan kiri untuk mencari bantuan. Tiba-tiba saja ada sebuah mobil yang ingin parkir di tempat Naura berdiri. Ia mentlakson dengan berkali-kali. Naura yang panik pun menyingkir.
" Lo, ngapain disitu nyari mati ya" ucap pemuda itu tanpa melihat wajah Naura.
"Maaf, saya tidak bermaksud begitu."
" Nggak bermaksud, Lo bo...?" ucap nya yang terhenti saat melihat wajah Naura. " Cantik banget ni cewek" batinnya.
" Halo, mas, mas" ucapnya sambil melambaikan tangannya di depan wajah pemuda yang sedang termenung itu.
" Eh, lo tadi bilang apa?"
" Nggak tadi masnya ngelamun ya."
" Enak aja lo kalau ngomong. Oh iya lo anak baru ya?"
" Iya mas, saya anak baru. Boleh minta tolong nggak?"
" Oh, pantas nggak pernah nampak. Karena gue lagi baik, yauda lo mau minta bantuan apa?"
" Tolong antar kan saya ke ruang kepala sekolah, bisa mas?"
" Yauda ayo" ucapnya sambil menarik tangan Naura. " Sumpah ni cewek, wangi banget, tapi wangi nya nggak buat muak" batinnya.
Pemuda itu pun, membawa Naura sampai ke ruang kepala sekolah. Dan Naura langsung melakukan tes, agar dia bisa masuk ke sekolah itu.
Kepala sekolah sangat kaget mengetahui hasil dari tes, yang di kerjakan oleh Naura. Dan Naura pun akhirnya di masukkan ke kelas unggulan.
" Selamat pagi Bu Indri."
" Pagi Pak kepsek" sapa Bu Indri.
" Bu saya sedang membawa anak baru untuk kelas ini."
Semua tercengang mendengar ucapan Pak Kepsek, karena yang mereka tau untuk masuk ke kelas ini sangat sulit. Tidak pernah ada sejarah anak baru masuk ke kelas ini. Namun, sekarang Naura merubahnya.
" Naura, ayo sini perkenalkan dirimu."
" Hai semuanya, perkenalkan nama saya Naura Abiyasya. saya pindahan dari Bogor."
Semua mata memandang Naura, dan mengagumi paras Naura. Kulitnya yang putih dan pipinya chubby, membuat Naura seakan tidak ada dua nya.
" Naura kamu silakan duduk di samping Tania."
" Sini Nau" ucap Tania
Naura pun segera berjalan menuju meja Tania. Melihat teman-teman sekelasnya yang tersenyum membuat nya merasa bahagia. Dan akhirnya Naura pun duduk.
" Baiklah anak-anak, mari kita lanjutkan pelajaran kita, dan untuk Naura, silakan bertanya kepada teman-temannya."
Bu Indri melanjutkan pelajaran, tanpa sadar Bel pun berbunyi yang menandakan jam pelajaran telah selesai.
" Baik anak-anak, karena jam pelajaran telah selesai. Silakan istirahat, dan ingat jangan lupa PR dikerjakan!"
" Baik Bu" jawab mereka serentak.
Bu Indri pun pergi meninggalkan ruangan kelas. Para siswa pun berdatangan untuk berkenalan dengan Naura.
" Hai Nau, jujur kami kaget." ucap salah satu dari mereka
" Kaget kenapa?" jawabnya dengan bertanya-tanya, dan melihat kerumunan yang ada.
" Waktu kamu tes, nilai kamu berapa?" ucap seorang pemuda yang merupakan ketua kelas.
" Kalau nggak salah 80 an" jawab nya dengan santai.
Mereka semua kaget mendengar jawaban dari Naura, dan Naura semangkin terlihat kebingungan.
" Wau, tinggal banget"
" Ha tinggi, bukannya rendah ya. kan 90 an baru tinggi." jawabnya masih dengan kebingungan.
" Disini itu, 90 paling tinggi Nau."
" Apa, kalian nggak bercanda kan?" jawabnya kaget.
" Lo nggak tau ya Nau. Pantas lo biasa aja, padahal kami uda kaget dari tadi." ucap Tania
" Ya wajar si, Naura kan bukan orang asli Jakarta. Jadi dia nggak tau" ucap Zaky ketua kelas di kelas itu.
semuanya hanya mengangguk menanggapi perkataan Zaky. Mereka semua pun akhirnya keluar untuk istirahat dan makan di kantin. berita tentang Naura yang masuk kelas unggulan pun, dengan cepat menyebar ke seluruh sekolah.
Dion, Ryan, dan Arga yang dari tadi di kantin juga sudah mendengar tentang Naura, anak baru yang masuk kelas unggulan.
Ketika Naura dan Tiara datang ke kantin semua mata memandang Naura, karena kabar yang mereka dengar.
" Bro, lihat sebelah sana" ucap Dion yang menunjuk ke arah Naura dan Tiara.
" Kenapa Bro?" tanya mereka, dengan mengikuti arah yang di tunjuk oleh Dion.
" Itu Naura Bro, cewek yang masuk ke kelas unggulan itu" jelas Dion.
" Oh, jadi cewek itu namanya Naura" ucap Arga
" Lo kenal ga?" tanya Ryan yang penasaran.
" Nggak, cuma nggak sengaja ketemu aja tadi pagi."
" Terus gimana?" Ryan dan Dion pun tambah penasaran.
" Gue hampir nabrak dia"
" apa " teriak Ryan dan Dion.
" Nggak usa teriak napa. Lagian dia gak apa-apa juga. Dan satu lagi, gue juga yang antar dia ke ruang kepala sekolah."
" Ah, kehilangan kesempatan ngelihat cewek cantik dari dekat kita" ucap Dion dengan sedih. " Lo di Yan tadi pagi pakai kesiangan segala."
" Ya maaf, ya mana tau gue akan ada anak baru, cantik pula tu. Dan satu lagi, pintar. lengkap banget."
" Uda, kalian ini, dia uda jadi punya gue." ucap Arga
" Apa, gue nggak salah dengar kan. kulkas sepuluh pintu, hilang kemana?" ucap Dion yang asal bicara karena mereka memang sudah berteman sejak masih kecil.
" Apa lo bilang tadi Dion?" Arga sangat marah mendengar ucapan Dion.
" Ryan bantuin gue dong."
"Salah lo sendiri. Singa jadi mengamuk kan. Ups kelepasan."
" Ryan, Dion" ucap Arga marah
Ryan dan Dion pergi melarikan diri dari Arga. Dan Arga pun mengejar mereka. Mereka pun menjadi pusat perhatian siswa dan siswi di sekolah itu. Naura yang melihat hal itu tertawa. dan Tiara langsung menutup mulut Naura.
" Kenapa kamu tutup mulut aku Ti?" tanya Naura yang tidak tau apa-apa.
" Lo jangan tertawa, lo nggak tau siapa mereka. dan lo harus ingat jangan berurusan sama mereka, kalau nggak lo nggak akan lepas dari hukuman yang tidak diketahui." Jelas Tiara.
hai guys, sedikit perkenalan
Nama : Bagas Abiyasya
Status : Ayah Naura
Sifat. : Baik, penyayang, tegas dan adil.
Hobby : Tenis meja
" Apa, siapa mereka sebenarnya?" ucap Naura dengan kaget.
" Gue akan ceritakan tentang mereka, tapi nggak Sekar." ucapnya. " Sekarang lebih baik kita pergi dari sini, sebelum hal yang tidak kita inginkan terjadi."
Naura dan Tiara pun pergi ke kelas mereka. Disisi lain, Sandra yang sudah mendengar tentang Naura menjadi sangat marah. Dia tidak menyangka kalau Naura lebih pintar dari nya yang hanya masuk kelas X³.
" Lo kenapa San?" tanya seseorang bernama Cika ya merupakan teman Sandra.
" Gue lagi emosi" jawabnya
" Pasti karena anak baru di kelas XI itu kan. Jujur gue pun emosi, dia baru masuk uda masuk kelas unggulan. Sedangkan kita uda susah paya, cuma masuk kelas X³." jelasnya.
" Gue kira, cuma gue yang emosi sama anak baru itu."
" Nggak la San, apa lagi dengar para cowok cerita kalau dia itu cantik, tambah emosi aku."
" Kenapa, takut kalah saing buat dekati DRA ( Dion, Ryan, dan Arga)." sahut seorang gadis yang cantik namun sangat cuek. sebut saja Hany. kemudian dia langsung pergi.
" Si Hany ini, selalu saja mengganggu kesenangan kita." ucap Cika
" Ya dia memang begitu dari dulu"
" Oh iya, anak baru itu kan kakak tingkat, jadi kita nggak bisa berbuat apa-apa, kecuali."
" Kecuali apa?"
" Kita kerjasama dengan Kakak tingkat yang berpengaruh, agar lebih mempermudah kita."
" Eh bener juga, tapi siapa ya?"
" Nta la bingung, nanti aja kita bahas. Gue uda laper, bentar lagi juga uda mau masuk."
mereka berdua pun memakan, makanan yang telah mereka pesan. Setelah habis mereka pun kembali ke kelas, karena bel sudah berbunyi yang menandakan jam pelajaran telah dimulai.
...****************...
Saat pulang sekolah, semua mata masih tertuju kepada Naura. Naura sedang menunggu Sandra di parkiran. Namun, Sandra tidak menunggu Naura dan langsung pergi meninggalkan Naura.
" Sandra, tunggu" teriak Naura. Namun, Sandra tidak menghiraukannya, dan dia berharap Naura tidak akan kembali ke rumah lagi.
Tiba-tiba DRA muncul, dan mereka menemui Naura. " Hai Nau, lo belum di jemput?"
untungnya sebelum Naura menjawab, Tiara segera datang. " Sorry Nau, gue kelamaan ya di toilet" ucapnya dan langsung menarik Naura ke mobilnya. " Kami duluan ya kak" ucapnya dengan Panik. Mobil yang mereka tumpangi akhirnya menjauh.
" Selamet, selamat. Untungnya mereka nggak ngejar kita" ucap Tiara
" Memangnya biasa mereka bakalan ngejar?" tanya Naura dengan kebingungan.
" Ya terkadang mau, tapi nggak semua orang kok. Tapi kayaknya kamu dekat ya sama mereka? kan uda gue bilang jauhin mereka"
" Iya, iya. Aku nggak dekat sama mereka. Cuma tadi pagi nggak sengaja ketemu sama salah satu dari mereka."
" Lo, kok bisa?"
Naura pun menjelaskan kejadian pagi hari tadi kepada Tiara. Tiara yang mendengar merasa cemas. " Untung Lo nggak di apa-apain, kalau misalnya iya kan gawat."
" Sebenarnya mereka siapa si, aku jadi tambah penasaran."
Tiara pun memarkirkan mobilnya di trotoar. Kemudian dia membuka Handphone nya, dan memperlihatkan foto ketiga orang yang di kenal dengan nama "DRA" kepada Naura.
" Nau, lo perhatikan handphone gue, disini ada foto mereka bertiga. Gue akan jelaskan siapa mereka, dan lo harus ingat, jangan dekat-dekat dengan mereka." jelas Tiara, dan Naura hanya mengangguk saja. " Yang ini namanya Dion, sebelumnya namanya Ryan dan yang terakhir namanya Arga. Mereka ini adalah anak dari yayasan sekolah kita. Jadi kalau lo buat salah sama mereka, lo bisa di keluarkan dari sekolah."
" Ha, sekuat itu mereka? Jadi takut aku Ti."
" Iya, tapi dari mereka yang paling berkuasa itu kak Arga."
" Ha, tapi kayaknya dia baik la" Naura mengingat kejadian tadi pagi. " Ya walaupun agak ketus si."
" Ha, kapan memang lo ketemu dengan kak Arga, atau jangan-jangan yang nolongin lo tadi pagi kak Arga?"
Naura tidak menjawab, hanya tersenyum. Tiara yang melihat respon Naura, langsung mengetahui kalau yang menolong Naura tadi pada adalah Arga.
Tiara pun tidak melanjutkan lagi pembicaraan mereka tentang Arga, dan langsung menanyakan alamat rumah Naura. Setelah mengetahuinya Tiara langsung mengemudikan mobilnya ke arah rumah Naura.
Akhirnya mereka sampai di rumah Naura, dan Naura sudah di sambut oleh Vino adik kecilnya.
" Masuk dulu yuk Ti!"
" Nggak usa Nau, aku juga harus pulang. Uda di tungguin soalnya." ucapnya sambil memandang sekitar, sebenarnya dia malas bertemu dengan seseorang yang tinggi di rumah itu.
" Ya uda, hati-hati ya. dan makasih uda nganterin aku pulang."
Tiara hanya mengangguk. " Nau, kenapa kamu harus tinggal di rumah itu si. Gue kan sebenarnya ingin menjauh dari keluarga ini. Tapi yauda mungkin uda takdir. Tapi kelihatannya lo baik, nggak kayak mereka." ucapnya dengan mengingat kenangan masa lalunya dengan salah satu anggota keluarga itu. " Oh iya aku harus pulang, nanti aku bisa di marah Mama."
" Kak Nau, baru pulang? bukannya kakak satu sekolah sama kak Sandra ya, tapi kenapa sendirian sekarang?" tanya Vino yang penasaran. " Apa kak Naura di tinggal ya." batinnya.
" Sandra uda pulang duluan." jawabnya sehalus mungkin agar Vino tidak curiga.
Mereka berdua pun masuk ke dalam, setelah mengganti pakaian mereka menuju meja makan, untuk makan siang. Namun, tidak ada makanan di meja makan. Vino segera memanggil Ningsih, pelayan yang bertugas di dapur.
" Bik Ningsih" teriak Vino
" Jangan teriak-teriak Vino, nanti bik Ningsih kabur. hehehe" ucap Naura sambil tertawa.
" Kenapa Sayang?" tanya Febri Maminya yang tiba-tiba datang.
" Oh, Vino mau makan." Vino hanya mengangguk. " Bik ambilkan makanan yang sudah saya siapkan untuk Vino!"
Pelayan itu pun mengambilkan makanan yang sudah di siapkan untuk Vino dan langsung meletakkannya di hadapan Vino.
Vino yang merasa heran, karena hanya ada 1 piring. Ia pun bertanya. " Mi, kenapa cuma satu? untuk kak Naura mana?"
" Kalau dia mau makan, ya masak sendiri la. di dunia ini nggak ada yang gratis." ucap Febri dengan sinis.
" Tapi kan Mi, kak Naura ju..." belum selesai Vino berbicara, Naura langsung menyelanya.
" Gak apa-apa Vino, kakak bisa masak sendiri kok. Jadi kamu tenang aja." Naura menyakinkan Vino. " Belum tau Tante ini, kalau aku hobby masak."
Naura pun segera pergi ke dapur, dia langsung mengecek kulkas untuk melihat ada bahan apa saja yang bisa dia masak. Setelah memilih bahan Naura langsung memasak sup yang menurut dia mudah dan cepat karena dia sudah lapar.
Aroma masakan Naura tercium ke segala penjuru rumah. Dan membuat Vino dan para pelayan ikut lapar dan menantikan masakan Naura.
Akhirnya masakan Naura pun selesai, dia langsung membawanya ke meja makan. Dan bersiap untuk makan. Ketika Naura dan Vino akan menyiapkan makanan ke mulutnya, tiba-tiba ada yang muncul, dan membuat mereka menghentikan makan mereka.
hai guys, sedikit perkenalan
Nama : Febri Anggraini
Status : Mami (ibu tiri Naura)
Sifat. : Pemarah, egois, dan plin-plan.
hobby : shopping (belanja)
Selamat tahun baru semua ☺️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!