NovelToon NovelToon

Mengejar Restu

"KEHIDUPANKU"

Namaku Mila Rahmawati, aku terlahir tanpa bersaudara. atau bisa di katakan aku adalah anak tunggal.

Suka duka menjadi anak tunggal.

kasih sayang orang tua sepenuh nya hanya untuk ku, tidak terbagi untuk siapapun. dan duka nya?

jika orang tuaku pergi bekerja, aku hanya seorang diri. tidak ada teman di rumah. tidak ada kakak yang menjaga atau adik yang ku jaga.

.Aku benar benar sendiri jika kedua orang tuaku bekerja.

Ayah ku hanya buruh Tani dengan penghasilan yang tidak menentu. jika panen sedang bagus maka Ayah ku akan mendapat upah yang banyak. jika panen sedang tidak bagus. maka upah yang Ayah dapatkan terbilang tidak sebanding dengan keringat yang keluar.

Kami tinggal di sebuah desa di pelosok kota K. desa kami masih sangat jauh dari per kota'an. hanya ada sawah dan Empang yang terbentang sejauh mata memandang.

Aku hanya lulusan sekolah menengah atas(SMP) sejujurnya aku ingin sekali melanjutkan sekolah ke jenjang SMA, namun apa mau di kata. kedua orang tuaku tidak memiliki cukup biaya untuk memenuhi keinginan ku untuk terus melanjutkan pendidikan.

Keseharian ku, aku membantu Ibu membereskan rumah. setiap Subuh aku sudah bangun untuk membereskan rumah kami. dan mencuci pakaian serta menjemurnya. ibu sudah sibuk dengan rutinitas dapur setiap pagi.

Ibu menjadi buruh ikan asin. ibu bekerja di salah satu rumah yang membuat ikan asin dan terasi di Desa tempat kami tinggal. dengan upah 40 ribu sehari.

Aku membantu membereskan rumah, di usiaku yang tidak lagi anak anak. membuat ku malas keluar rumah, berkumpul atau untuk sekedar berjumpa teman teman ku.

Aku adalah gadis yang lumayan pemalu, aku tidak mudah dekat dengan orang. namun jika sudah dekat maka aku akan memalukan. itu kata teman teman ku.

Satu tahun setelah Lulus sekolah, Ada rasa ingin bekerja di kota seperti anak anak yang lain. Namun Ayah dan Ibu belum juga memberiku ijin. mereka selalu mengatakan bahwa aku masih kecil. dan takut tidak bisa menjaga diri.

Padahal aku juga ingin membantu perekonomian keluarga. mungkin saja jika aku bekerja di kota. aku bisa mendapat gaji yang bisa membantu perekonomian Ibu dan Ayah.

Namun aku juga tidak bisa bertindak egois. Aku tak ingin memaksakan keinginan ku untuk merantau. jika mereka masih belum memberikan ku restunya.

Aku tahu alasan mereka belum memberiku ijin. mereka pasti berat melepaskan aku pergi jauh dari mereka. selain tidak bisa mengawasi. mereka juga pasti akan sangat kehilangan. karna aku adalah putri tunggal mereka.

"Nak, ibu bawa mangga buat mu" teriak ibu kala memasuki rumah.

"Wah, ibu dapat mangga dari mana" ku sambut mangga pemberian ibu setelah mencium tangan nya.

"Ini, tadi Bu Riva panen buah mangga, jadi dia bagi bagi buat karyawan nya" jawabnya.

"Kayak nya enak ya Bu" ucapku.

Ya, begini lah perlakuan yang ku dapat dari ibuku. dia masih menganggap ku anak kecil. walau usiaku sudah tidak belia lagi. Namun ibu selalu menganggap dan memperlakukan ku layak nya bayi.

"Kamu sudah masak nak?" tanya ibu seraya duduk di depan tv.

"Sudah Bu, ibu mau makan sekarang?" jawabku.

"Tidak, nanti saja kita makan bareng Ayah mu" ucapnya.

Kami pun berbincang, obrolan ku dan ibu seperti obrolan pada teman teman ku. Ya, tidak ada satu hal pun yang ku sembunyikan dari ibu.

Kedekatan ku pada kedua orang tua ku lah yang membuatnya terus menganggap ku seperti anak kecil, namun aku sangat menyukai itu. walau terkadang aku menginginkan Memiliki saudara.

melihat beberapa teman ku yang memiliki saudara kandung. membuatku juga ingin merasakan hal yang sama. kadang mereka berantem, kadang mereka akur. Melihat kakak yang dengan apik nya menjaga adik nya. dan adik yang bermanja manja dengan kakak nya. membuat ku ingin juga dapat merasakan hal tersebut.

Entah seperti apa rasanya, berantem dengan saudara sendiri? atau main dan berbagi cerita dengan saudara.

Saat tengah asik melamun. aku di kaget kan dengan suara Salam dari Ayah.

"Assalamualaikum" ucap Ayah dari luar.

"Waalaikumusallam" jawab ku dan ibu.

"Mila, lihat Ayah bawa apa?" ucapnya seraya menenteng sebuah ember kecil di tangan nya.

"Apa itu Yah?" tanya ku. seraya berjalan menghampiri Ayah.

"Wah, Ayah bawa ikan. Bu lihat Ayah bawa ikan banyak" ucap ku

Ibu pun menghampiri kami.

"Ayah dapat dari mana ikan ini? kok banyak banget?" tanya ibu.

"Tadi Sawah air nya surut, pas Ayah lihat ada banyak ikan yang kejebak. jadi Ayah ambil buat makan kita" jawabnya.

"Sini Yah, biar Mila masak. Mau di masak apa ikan nya Bu?" tanya ku pada wanita yang melahirkan ku.

"Terserah kamu saja Nak" jawab ibu dengan lembut.

Itulah ibu, dia tidak pernah marah dan membentak ku. Walau kehidupan kami yang di bawah rata-rata. namun Keharmonisan yang di perlihatkan ibu dan Ayah dapat mencairkan setiap suana.

Pernah satu hari.....

Hasil panen turun anjlok, semua petani merugi. salah satu nya pemilik sawah yang ayah garap. Ayah mendapat hasil yang jauh dari kata cukup. bahkan bisa di bilang tidak sebanding dengan jerih payah yang Ayah lakukan.

Kami bertiga termenung melihat hasil panen ayah, kala itu kami hanya mengandalkan hasil sawah yang Ayah garap untuk kebutuhan kami,

Kami semua tertunduk melihat sejumblah uang yang hanya ada beberapa lembar berwarna merah itu,

kami semua terdiam bagaimana bisa mencukupi kebutuhan sehari hari kami bertiga. jika di katakan pun uang segitu paling hanya bisa bertahan 2 Minggu dengan mengirit semua kebutuhan

Lalu, bagaimana dengan hari hari seterusnya.

sedangkan sawah akan panen dalam kurun waktu 3 bulan lebih.

Kebingungan yang melanda kami bertiga seketika ter cairkan kala ibu tiba tiba angkat bicara.

"Sudahlah syukuri saja apa yang kita punya saat ini, di luar sana masih banyak orang yang tidak punya uang. jaman dulu juga orang orang banyak yang makan singkong" ucapnya dengan wajah yang nampak begitu tenang

"Iya, Kita bisa beli singkong sebagai pengganti nasi, atau bisa beli jagung. kita jemur lalu kita tumbuk" jawab Ayah.

"Ya, kalau Mila mah ikut apa baiknya aja" ucapku meyakinkan bahwa aku baik baik saja.

Ku lihat wajah kedua nya begitu tenang, walau sebenarnya kesusahan akan kelaparan berada di hadapan mata.

dengan uang 500 ribu yang Ayah dapat sebagai upah menjadi buruh. Ibu membelikan beras setengah karung kecil. dan membeli jagung satu karung.

Sisa nya kami beli mie instan dan persediaan sabun untuk mencuci.

Kami jemur jagung yang ibu beli di pasar kala itu.

"Dulu orang orang mau makan nasi aja susah nya minta ampun, hanya kalangan orang kaya yang bisa makan nasi" ucap Ayah membantuku menjemur jagung di depan rumah.

"Lalu, bagaimana dengan nasib orang susah?" jawabku.

"Mereka hanya makan singkong sebagai mengganti nasi. dan jagung juga" ucap Ayah

"Oh" jawabku.

"Di Padang Mahsyar nanti, kita semua juga tidak akan menemukan makanan atau minuman. itu lah umat Islam di anjurkan untuk berpuasa, selain untuk bersyukur atas nikmat yang Allah beri. kita juga di ajarkan menahan hawa nafsu untuk bekal di sana nanti" ucap Ayah seraya mengelus pucuk kepala ku.

Ya, Ayah selalu menerapkan Ajaran Islam dalam diri kami. Ayah selalu menganjurkan untuk kami berpuasa Senin Kamis, dan puasa Ramadhan tidak boleh kami tinggalkan. karna kata beliau nanti kita akan merasakan lapar yang teramat sangat, dan haus yang serasa membuat tenggorokan kita kering luar biasa,.

Ayah mengatakan. di Padang Mahsyar nanti. tidak akan ada jarak dan perbedaan semua manusia, karna Manusia yang hidup di Awal jaman dan Akhir jaman akan di kumpulkan,

Jika kita sering berpuasa selama di dunia.

In shaa Allah kita akan terbiasa akan. hal tersebut....

"PULANGNYA SARI"

Setelah kejadian itu, ibu memutuskan untuk bekerja dan membantu perekonomian keluarga.

Namun walau dengan begitu kondisi kami belum juga kunjung berubah. Walau tinggal di desa kami hidup rukun dengan warga setempat. Gotong Royong antara warga desa memang masih sangat kental di sini,

namun banyak nya warga yang miskin seperti keluarga ku, membuat sebagian warga desa yang memiliki sawah, mereka memperkerjakan kami yang memang kesulitan ekonomi.

********

Ayah, Ibu. ikan nya sudah masak. ayo kita makan sekarang" panggilku pada dua malaikat ku.

Tak lama setelah ku panggil, Ayah dan Ibu datang menghampiri ku di dapur.

"Ayo kita makan sekarang" Ucap Ayah.

Kami bertiga pun makan dengan lauk ikan yang Ayah bawa tadi dari sawah. Kami makan dengan lahap nya. kebiasaan makan sebelum lapar, dan berhenti sebelum kenyang. selalu Ayah menerapkan Ajaran Islam padaku dan Ibu.

Hari itu.......

Ku lihat salah satu Anak gadis di kampung tempat tinggal ku baru saja kembali setelah merantau di kota. dia pulang dengan penampilan yang sangat jauh berbeda. dengan tas yang ia tenteng, dan koper besar yang ia seret.

Dia memakai celana jeans ketat. dan kaos serta kaget jeans pula. penampilan nya sangat jauh berbeda, dia seperti orang kota. apalagi kaca mata besar yang ia pakai. seperti milik salah satu artis yang sangat fenomenal.

"Sari...." panggilku pada gadis yang tak lain pernah menjadi teman ku.

"Iya" jawabnya seraya membuka kaca mata besarnya.

"Ya ampun, kamu berubah. benar benar cantik dan bergaya" ucapku.

"Iya dong, aku kan kerja di kota. punya penghasilan untuk merawat diri dan membeli apapun yang mau aku beli" jawabnya.

"Eemm, enak gak tinggal di kota?" ucapku penasaran. karna sejujurnya aku pun ingin merasakan merantau seperti apa?.

"Enak lah, di sana itu banyak gedung gedung tinggi, mobil dan motor yang bagus bagus. pokonya enak deh" jawabnya.

Kini Sari sudah di dikerubungi banyak orang, rupanya bukan aku saja yang penasaran akan kehidupan di kota, beberapa muda mudi dan beberapa warga kampung juga merasa heran dengan perubahan pada diri Sari.

Sari yang dulu selalu memakai pakaian seperti ku, kini berubah drastis. penampilan nya sangat amat jauh berbeda.

"Sari, kamu berbeda sekali?"

"Ya ampun kamu tambah cantik"

"Wah Sari, kamu sudah sukses ya di kota?"

"Ceritain dong di sana itu seperti apa?"

"Wah Sari, banyak sekali barang bawaan kamu? pasti oleh oleh untuk orang tuamu banyak ya?"

Beberapa pertanyaan menghujani Sari, yang memang berpenampilan jauh berbeda.

Sepertinya Sari sudah sukses dan berhasil di kota. Aku jadi ingin merasakan tinggal di kota seperti apa?

Setelah Sari dan beberapa orang berjalan ke arah rumah nya Sari, aku pun berjalan kembali ke rumah ku. Pikiran ku terganggu akan kesuksesan yang berhasil di gapai oleh Sari,

"Assalamualaikum" ucap ku kala memasuki rumah.

"Waalaikumusallam" jawab ibu dan Ayah yang berada di ruang tamu.

"Lama sekali Nak, Warung nya Bu darmi sedang ramai?" tanya ibu padaku.

"Tidak Bu, Tadi Mila bertemu Sari yang baru pulang" jawabku seraya duduk di samping ibu.

"Sari? Eemm sari anak nya Bu Leha?" tanya ibu.

"Iya Bu, Dia tadi baru pulang merantau dan penampilan nya jauh berbeda, Sari bertambah cantik. dan dia membawa banyak sekali oleh oleh dan barang" jawabku antusias.

"Alhamdulilah, Kalau Sari sudah sukses" ucap Ayah seraya terus memandang TV tabung yang berukuran sangat kecil.

"Iya Yah, Eemm, Kalau Mila mau ikut kerja seperti sari boleh gak? biar Mila bisa membantu perekonomian Ayah dan Ibu?" ucapku sambil menunduk.

Tidak ada jawaban dalam beberapa saat. Ku lihat Ayah dan Ibu menatap ku lekat. membuat ku gugup.

"Kamu mau merantau Nak?" tanya ibu yang masih memandangku.

"Iya Bu, Mila ingin merantau ke kota seperti Sari, Kalau Mila merantau terus punya pekerjaan yang bagus. Mila bisa membantu perekonomian kita. Ayah dan ibu tidak perlu cape cape kerja lagi. cukup Mila yang kerja dan mengirim uang" jawabku panjang lebar.

Ayah tidak menjawab sama sekali ucapan ku. dia masih terus menatapku lekat. entah apa yang ada di pikiran Ayah saat ini padaku?

"Kamu yakin Nak, kamu yakin mau meninggalkan Ibu dan Ayah?" tanya ibu yang menahan bulir bening di sudut matanya.

Ku lihat mata ibu berkaca kaca. Apa ucapan ku menyakiti hati beliau?

Ya Allah, maaf kan Hamba jika aku secara tak sengaja menyakiti hati wanita mulia, yang telah melahirkan dan membesarkan ku.

"Bu, Ibu kenapa menangis? Maaf Bu Maafkan Mila. Mila tak bermaksud menyakiti Ibu" ucapku seraya duduk di hadapan ibu dan memeluk lutut nya.

Dan benar saja, tangis ibu benar benar tumpah. tak kuasa rasanya aku mendengar tangisan ibu. hatiku begitu sakit kala mendengar tangisan ibu benar benar pecah.

"Tidak Nak, kamu tidak menyakiti hati Ibu" jawabnya seraya memaksaku bangkit dari bawah.

"Lalu, mengapa Ibu menangis?" tanyaku.

"Ibu masih belum sanggup jika harus berpisah dengan mu Nak," jawabnya seraya menunduk.

Ku lihat Ayah pun ikut mengusap matanya. Rupanya bukan hanya Ibu, namun Ayah pun juga ikut menangis.

"Nak, Ayah tahu kamu sudah remaja, melihat teman mu sukses di kota pasti membuatmu juga ingin seperti dia. terlebih niat mu begitu mulia, kamu ingin membantu perekonomian keluarga kita yang memang di bawah rata rata. Namun Ayah masih sangat berat melepas mu pergi jauh dari pandangan Ayah. Maaf kan Ayah Nak, Maaf kan Ayah yang tidak mampu memberikan kehidupan yang layak untukmu. dan tidak bisa membahagiakan mu seperti yang di dapat Anak anak yang lain" ucap Ayah seraya mengusap air matanya.

Ku hampiri Ayah dan memeluk tangan nya.

"Tidak Yah, Ayah adalah Ayah terbaik di seluruh dunia. Mila begitu bahagia memiliki Ayah dan Ibu. Maaf kan Mila Yah, karna Mila terus mengatakan tentang merantau di kota. Mila janji, Mila tidak akan mengucapkan itu lagi" jawabku pada Ayah.

Jujur saja ada penyesalan yang teramat sangat dalam. kala melihat kedua orang tuaku menangis karna perkataan Ku.

"Tidak Nak, kamu sama sekali tidak salah dan berdosa. Ini semua salah Ayah. Ayah janji suatu saat nanti Ayah akan mengijinkan mu untuk merantau ke kota seperti yang kamu inginkan. tapi beri Ayah sedikit waktu. untuk mengumpulkan bekal untuk mu selama di sana. dan mempersiapkan diri untuk melepas dan jauh darimu Nak" ucap Ayah seraya mengusap air mataku.

Ku tatap manik Ayah, yang berusaha menahan kesedihan di sana. namun berusaha tetap tegar seperti biasanya.

"Tidak Yah, jika Ayah belum mengijinkan Mila untuk pergi, Mila tidak akan pernah pergi" jawabku meyakinkan diri

"Kamu yang sabar ya Nak, suatu hari nanti kami pasti mengijinkan mu untuk pergi merantau seperti Sari" ucap ibu seraya mengelus pucuk kepala ku.

Ku tatap wajah ibu. wajah wanita yang telah melahirkan ku, wanita yang mengurusku dengan penuh kasih sayang.

ku peluk kedua orang tua ku.

"Maaf kan Mila ya Yah,Bu. Ayah dan ibu tidak perlu memikirkan ucapan Mila. Mila tidak akan pernah mengulangi ucapan Mila yang tadi" ucapku.

Kami pun saling larut dalam kesedihan kami masing masing. sebenarnya kehidupan ku begitu teramat bahagia. memiliki kedua orang tua yang teramat sangat menyayangiku. tidak pernah memarahi dan berkata kasar padaku.

kami selalu hidup rukun bertiga.

Hanya, aku sangat ingin merasakan bekerja di kota. dan tujuan ku ingin sekali membantu perekonomian keluarga. aku juga ingin bisa memberikan gaji tiap bulan pada orang tuaku.

Namun aku tak boleh egois. jika Ayah dan ibu masih belum siap jauh dariku. maka aku tidak akan meninggalkan mereka....

"LOWONGAN KERJA"

Setelah hari itu, aku tidak lagi membahas tentang merantau atau berbicara tentang Sari, aku menjalan kan hari hari ku seperti biasa.

Aku merasa sangat menyesal. mengetahui telah membuat kedua orang tuaku menangis karna perkataan ku.

Ayah, dan Ibu kembali bekerja seperti biasa nya. tidak ada satu dari mereka pun yang mempermasalahkan ucapan ku hari itu. mereka seperti melupakan nya dalam sekejap.

hingga hal tak terduga pun terjadi.

"Ini uang yang Ayah kumpulkan selama satu bulan ini, mungkin cukup untuk bekal mu merantau Nak" ucap Ayah yang sontak membuatku kaget.

"Ini juga ibu beli HP buat kamu Nak, tapi ya memang tidak bagus. tapi semoga bermanfaat" ucap Ibu seraya memberikan ponsel keluaran lama

"Ini Apa maksudnya?" jawabku

"Ayah dan Ibu, sudah mengijinkan mu merantau Nak, kami tidak bisa terus memaksamu terus bersama kami. kamu bebas menentukan pilihan mu" ucap Ayah seraya memegang tanganku

"Tapi YaH, Mila sudah melupakan rencana merantau Mila" jawabku.

"Kami tahu, kamu sangat ingin merantau ke kota. terlebih Niat mu amat sangat Mulia Nak, yaitu membantu perekonomian keluarga. dulu kami pernah berkata akan mengijinkan mu pergi. dan sekarang kami sudah memberikan mu ijin" ucap Ayah menjelaskan.

"Besok ibu akan mencari informasi lowongan pekerjaan untuk mu Nak, semoga saja ada yang tahu informasi pekerjaan di kota yang bagus untuk mu" ucap ibu.

"Iya, Sementara itu kamu bisa bersiap siap dan menghabiskan waktu bersama kami" ucap Ayah.

"Kenapa Ayah dan Ibu menginginkan Mila pergi? apa perkataan Mila hari itu berhasil membuat Ayah dan Ibu sampai kepikiran" jawabku

"Tidak Nak, kamu jangan berpikir demikian. Setelah hari itu Ayah memikirkan semua perkataan mu. memang sebelumnya Ayah sangat amat berat melepas mu pergi jauh dari pantauan Ayah. Namun setelah Ayah bicarakan dengan Ibu dan berdiskusi dengan orang yang lebih berpengalaman. Ayah mengerti. dan Ayah mengijinkan mu pergi mencari pengalaman" ucap Ayah

"Apa Ayah dan Ibu sudah Yakin?" jawabku mencari kepastian di sana.

"Ayah yakin Nak," ucap Ayah.

"Ibu percaya kamu bisa menjaga diri, dan ibu berharap kamu jangan pernah berubah " ucap ibu kemudian.

"Terima kasih, Ayah. Ibu, Mila janji tidak akan mengecewakan kalian berdua. Mila akan bekerja dan merubah kehidupan kita" jawabku memeluk lutut kedua orang yang teramat sangat ku sayang.

Setelah perbincangan itu, Ku lihat Ayah dan Ibu beberapa kali berusaha meredam kesedihan mereka.

Aku menjalankan hari hariku dengan biasa, tidak banyak perbincangan antara aku dan kedua orang tuaku. sepertinya mereka tengah membiasakan diri menjalani hari tanpa diriku.

apa aku akan sanggup meninggalkan mereka?

Hari itu.......

"Nak...." suara Ayah dari luar menggelegar memanggil ku.

Lekas aku dan ibu berjalan menghampiri sumber suara tersebut.

"Iya Yah?" jawabku.

"Ayah ada kabar baik untuk mu Nak" ucap Ayah.

"Kabar baik Apa Yah?" tanya ibu yang nampak penasaran.

"Iya Yah, kabar baik apa?" jawabku.

"Tadi Ayah habis bicara dengan pak Akmal, saudaranya sedang mencari karyawan untuk bekerja di restoran Nak" ucap Ayah sambil suara yang terputus karna nafas yang tersenggal.

"Pak Akmal?" tanya ibu sambil menautkan alis nya.

Pak Akmal adalah bos yang memiliki sawah yang di garap Ayah, pak Akmal menyerahkan tugas pada Ayah untuk mengurus sawah nya sudah sejak lama. dari pertama pak Akmal memiliki sawah, Ayah sudah di perintahkan untuk mengurus sawah beliau.

"Iya Bu" jawab Ayah.

"Saudara nya pak Akmal yang di mana Yah?" tanya ibu berusaha mencari kepastian.

"Yang di kampung sebelah Bu, kebetulan beberapa hari yang lalu. Ayah mencari informasi pada pak Akmal yang membuka lowongan pekerjaan untuk Mila, dan pak Akmal akan membantu mencarikan nya. Nah tadi pas Ayah hendak pulang. pak Akmal mengabarkan bahwa Saudaranya yang tak lain Adalah anak dari adiknya mencari orang untuk bekerja di restoran" jawab ayah panjang lebar.

"Bagaimana Nak, kamu bersedia bekerja dengan Saudaranya pak Akmal?" tanya ibu padaku.

"Iya, kalau kamu setuju. besok pagi Ayah akan memberi tahu pak Akmal" ucap Ayah.

"Kalau Mila sih gimana Ayah dan Ibu saja, kalau Ayah dan Ibu sudah mengijinkan Mila ikut saja" jawabku.

"Loh, kok gimana kami. kan kamu yang mau bekerja disana. kalau kamu sudah siap silahkan. kalau belum tak apa" ucap Ayah.

"Iya Nak,Ayah dan Ibu akan selalu mendukung setiap apapun keputusan yang Kamu ambil. selama itu baik dan benar" ucap Ibu.

"Ya sudah, Mila mau bekerja bersama saudaranya pak Akmal Yah" jawabku.

Setelah makan malam. ibu menemaniku di dalam kamar. ku tatap wajah ibu. yang seperti menyimpan sesuatu di sana?

Namun aku tak kuasa menanyakan hal tersebut. mengingat aku tak mau membuat ibu ataupun Ayah menangis kembali karna pertanyaan ku.

Malam ini kami melaluinya dengan dingin, tidak banyak obrolan yang terjadi, Ayah lebih banyak menghabiskan waktu di depan TV.

dan Ibu lebih banyak diam walau menemaniku di dalam kamar, hingga aku terlelap dan tak tahu jam berapa ibu keluar kamar ku.

pagi itu ...

Ayah sudah pergi ke rumah pak Akmal untuk memberi tahu bahwa keputusan ku yang mau bekerja dengan saudaranya.

Jam menunjukan pukul 08,00 pagi. namun Ayah belum juga kembali dari rumah pak Akmal.

Aku dan ibu menunggu kepulangan Ayah di teras rumah kami. hingga dari kejauhan terlihat pak Akmal mengendarai motor besarnya dan membonceng Ayah di belakang Jok motor nya. dan memarkirkan motor besarnya di pekarangan rumah kami.

"Assalamualaikum" ucap Ayah dan pak Akmal serentak.

"Waalaikumusallam" jawabku dan ibu.

"Bu, tolong buatkan kopi untuk pak Akmal" titah Ayah pada Ibu.

"Baik Yah, pak Akmal. silahkan duduk dulu" jawab ibu

"Terima kasih" ucap pak Akmal.

Setelah menunggu ibu membuat kopi, pembicaraan pun di mulai.

"Begini kedatangan saya kesini, mau menanyakan apa benar Mila mau bekerja bersama saudara saya di kota?" ucap pak Akmal sembari melihat ke arah ku.

"Iya pak" jawabku setelah melihat wajah Ayah dan ibu.

"Tadi saya sudah menelpon ke sana, katanya besok Mila bisa pergi ke kota untuk melamar kerja disana" ucapnya kemudian.

"Kira kira, persyaratan nya apa saja ya pak? mengingat saya hanya LuLusan Sekolah Menengah Pertama(SMP)" jawabku.

Sejujurnya aku merasa minder dengan pekerjaan yang di tawarkan pak Akmal. mengingat ijazah yang ku miliki tidak sampai SMA, ku pikir aku akan bekerja seperti Sari, menjadi pembantu di kota besar.

"Nanti saya minta foto KTP sama KK kamu, dan Ijazah terakhirmu. untuk lamaran nya nanti biar saya yang buatkan" ucapnya.

"Bu, tolong ambilkan KTP dan KK. berikan pada pak Akmal" titah Ayah pada Ibu.

Ibu pun lekas masuk ke dalam dan mengambil apa yang di perintahkan oleh Ayah.

.

"Ini Biar saya bawa dulu untuk di foto copy. dan Untuk Mila. bisa berkemas dari sekarang. besok saya kesini untuk menjemput Mila dan mengantar kan mu ke kota" ucap pak Akmal.

"Terima kasih banyak Pak, sudah mau membantu kami, saya banyak banyak terima kasih pak" ucap Ayah pada pak Akmal.

"Ah, bapak ini. sudah seperti sama siapa saja? kita sudah kenal lama dan bapak juga banyak membantu saya dalam mengurus sawah saya" jawab pak Akmal.

"Iya pak," ucap Ayah.

Akhirnya aku akan bekerja dan merantau juga.

apa aku akan sanggup meninggalkan Ayah dan Ibu di rumah?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!