Sebuah mobil limousine keluaran terbaru melaju dengan kecepatan tinggi membelah jalan Las Vegas.
Tak sampai setengah jam, mobil berhenti di parkiran mewah sebuah club malam.
“Tuan sudah sampai.” Ucapnya pada pria yang duduk di kursi belakang dengan laptop di pangkuannya.
Hemm..
Dia menutup laptop di pangkuannya dan menyimpannya di sampingnya. Lalu kemudian menurunkan satu persatu kakinya dari mobil miliknya. Melangkah lebar menuju pintu yang tak jauh dirinya.
“Selamat malam tuan.” Sapa dua penjaga yang berdiri di depan pintu sambil menundukkan kepalanya dalam.
Sementara Lion tak menyahut ucapan pria di depannya. Dia melangkah lebar masuk ke dalam, di ikuti oleh asisten sekaligus tangan kanannya, Jefri.
Suara musik yang terdengar bising dan memekakkan telinga seketika menyambut telinga Lion.
Tak jauh dari sana seorang wanita tersenyum ke arah Lion. Menampilkan senyum sejuta pesonanya pada pria berusia lebih dari tiga puluh dua tahun yang berjalan ke arahnya.
“Dimana mereka.” Tanya Lion menatap tajam pada wanita yang berdiri di depannya.
“Anda tak ingin berdansa dengan ku terlebih dahulu tuan.”
Lion mengeratkan giginya emosi mendengar penuturan wanita di depannya.
Cih..
“Tubuhku terlalu mahal untukmu nona.” Sahut Lion menggeram emosi. Tangannya mencengkram dagu wanita di depannya kemudian melepaskannya kasar.
“Maaf..” Ringisnya meminta maaf pada Lion. Dia pikir dia bisa menggoda pria tampan di depannya. Ternyata dia tak bisa di rayu olehnya.
Lionel Elard Roberto, pria muda tampan yang banyak di puja oleh kaum hawa. Meski terkenal dingin dan tak banyak bicara, tak menyurutkan para wanita berlomba-lomba untuk melemparkan tubuhnya pada Lion. Mereka bahkan rela mengorbankan selaput daranya, hanya untuk making love bersama Elard. Pria muda yang menjadi CEO perusahaan terbesar di kota Las Vegas.
Ya Elard berhasil mengembangkan perusahaan mendiang ayahnya Edwin Liotes. Saat ini perusahaan Elard termasuk jajaran sepuluh terbesar di kota Amerika.
Bukan hanya terkenal tampan dan dingin, dia juga kenal sebagai pria paling kejam di kota Las Vegas. Tapi semua itu tak menghalangi atau menyurutkan keinginan mereka untuk dekat dan melemparkan tubuhnya pada Elard.
Sayangnya, Elard sering menolak mereka semua. Banyak yang kecewa karena penolakan Lion pada mereka. Jelas mereka tak patah arang. Apalagi Lion adalah pria kaya. Tak perduli dengan siapa Lion sebenarnya. Mereka bahkan rela menjadi wanita simpanannya.
“Selamat malam tuan Lion.” Sapa beberapa pria yang duduk di temani para wanita cantik dan seksi di samping kiri dan kanannya.
Elard tersenyum miring, mereka bahkan nyaris tak memakai pakaian di tubuhnya. Elard mendudukkan bokongnya pada kursi yang tersedia. Sementara Jefri berdiri di samping tuannya.
Salah satu pria yang lebih tua dari Elard melirik ke arah wanita di sampingnya agar mendekati Elard.
“Segera putuskan tuan tuan aku tak suka basa basi, dan kau nona menjauh dari ku.” Ucap Elard menatap wanita yang mengitari meja dan berjalan ke arahnya.
Sang wanita tak menggubris ucapan Lion. Dia bahkan duduk di pangkuan Lion dan mengalungkan tangannya pada leher Lion. Menarik leher Lion agar dia bisa menyatukan bibir mereka.
Brukk..
Prang..
Shhhtt..
Mereka semua kaget melihat meja yang terbalik dan hancur berantakan. Bukan hanya itu, mereka bahkan shock saat melihat salah satu wanita yang menemani mereka lah yang menghantam meja karna Lion yang sudah mendorongnya dan mengibaskan nya.
Semua menu di atas meja termasuk wine termahal di dunia jatuh di atas lantai dan hancur.
“Tuan.,”
“Aku sudah mengatakan padamu nona, jangan mendekatiku, aku tak suka seseorang tak mendengar peringatan dari ku.” Ucap Elard dingin menatap wanita yang meringis kesakitan di bawah meja dan tubuhnya banyak terdapat luka gores. Dia tak perduli dengannya, apalagi berniat menolongnya.
“Jangan terlalu tegang tuan Lion. Mereka hanya ingin menyenangkan kita.” Ucap salah satu pria tua yang duduk di kanan Elard. Mereka menatap iba pada wanita yang jatuh menghantam meja kaca.
Elard tersenyum miring mendengarnya. Dia melemparkan berkas di tangan Jefri ke hadapan mereka. Berkas kerja sama yang terjalin sudah hampir satu tahun lamanya. Dan malam hari ini rencananya mereka berkumpul di sini untuk memperpanjang kerja sama mereka. Kerja sama yang terjalin lima anggota termasuk Elard di dalamnya.
“Aku sudah menandatangani nya.” Ucap Lion pada mereka. Dan mereka menoleh satu sama lain. Mereka hanya menganggukan pasrah mendengar ucapan Lion. Pria paling muda di antara mereka.
Kerja sama ini memang sangat membantu mereka. Selain itu, mereka juga bisa mengembangkan bisnis perusahaan mereka. Semenjak berkolaborasi dengan perusahaan Roberto, mereka tak terlalu pusing dengan penjualan produk mereka. Itu sebabnya malam ini mereka memperpanjang kerja sama mereka.
“Bagaimana jika saya yang memegang berkas perjanjian nya tuan.” Tawar Preston yang duduk ditengah kiri.
Elard mengangkat sudut bibirnya mendengar tawaran Preston. Dia menyandarkan punggungnya di sandaran kursi dan menatap mereka satu persatu.
“Silahkan,” Mereka tersenyum lebar dan saling melirik satu sama lainnya.
“Coret namaku,” imbuh Elard tersenyum miring. Mereka semua kaget mendengar penuturan Lion. Mereka serempak menoleh ke arah Lion.
“Apa maksud tuan.” Tanya Liam bingung.
“Tentu saja mengundurkan diri. Bukankah aku yang berhak, menentukan nya. Jika salah satu dari kalian ingin memegangnya itu artinya dia lah yang menyokong kalian dan aku tak butuh. Karna aku bisa berdiri sendiri tanpa kalian.” Ujar Lion berdiri dari duduknya.
Mereka berempat kaget mendengar penuturan Lion. Jelas saja mereka tak mau, dan tak ingin kehilangan tambang emas bagi mereka. Lion adalah tambang emas untuk mereka. Selain perusahaan mereka berkembang pesat mereka juga bisa menikmati setiap bulannya keuntungan yang sangat besar tentunya.
Lalu bagaimana jika Lion mengundurkan diri dari kerja sama mereka. Tentu saja perusahaan mereka tak akan berkembang dan yang lebih menyeramkan lagi, jatuh bangkrut.
“Tidak tuan, saya hanya bercanda.” Seru Preston gugup dan takut. Mereka tentu tak ingin Lion marah dan benar benar keluar dari kerja sama mereka.
Elard melirik ke arah mereka berempat dan tersenyum miring mendengarnya.
“Bukankah anda ingin memegangnya tuan Preston.” Tanya Elard menipiskan bibirnya.
“Tidak tuan, saya hanya bercanda tadi.” Jawabnya mengulurkan berkas di tangannya yang sudah mereka tanda tangani pada Elard.
“Apa salah satu dari kalian benar benar tak ingin. Jika salah satu dari kalian menginginkannya, aku sangat senang. Kebetulan aku ingin berhenti berkolaborasi dengan banyak perusahaan. Aku sedikit lelah, dan ingin fokus dengan perusahaan ku sen_”
“Tidak tuan, kerja sama kita harus berlanjut. Kami sangat nyaman bekerjasama dengan anda.” Potong Liam cepat.
“Sayangnya aku yang tak nyaman dan bosan dengan anda semua.” Tukas Elard menyambar berkas di tangan Preston dan berbalik pergi meninggalkan mereka semua.
Jefri melirik ke arah rekan bisnis tuannya dan mengikuti langkah tuannya dari belakang.
“Sial..”
*
Tinggalkan hadiah dan komentar.. hemm.
“Sial..” umpat Preston, tapi sayangnya umpatan itu masih terdengar di telinga Lion.
Dor...
Mereka kaget mendengar suara tembakan yang memekakkan telinganya. Mereka menundukan kepalanya dalam, tau siapa yang melakukannya.
Srek...Srek..
Mereka mendongak menatap ke arah pintu dan shock melihat berkas di tangan Lion di robek.
Lion tersenyum miring melihat mereka yang kaget dan shock. Dia melangkah kembali mendekati mereka semua. Menatap mereka datar dan dingin.
“Kalian ingin berkas ini bukan, ambil ini. Aku tak sudi lagi bekerja sama dengan penjilat seperti kalian semua.” Tukas Lion melemparkan berkas di tangannya yang sudah dia robek di bagaian namanya.
Elard memang sengaja menyimpan namanya paling ujung di lembar berkas di tangannya. Agar memudahkan dia merobek bagiannya.
“Tuan, jangan seperti ini. Tuan Lion. .. Tuan.”
Elard terus melangkah lebar keluar dari ruang VIP dimana dia dan ke empat rekan bisnisnya bertemu. Bukan rekan bisnis, tapi mantan rekan bisnisnya mulai malam ini. Elard sudah lama ingin mengakhiri kerja sama ini. Dia sudah tau bagaimana mereka berempat hanya memanfaatkan nya saja. Itu sebabnya, dia sengaja meminta mereka berkumpul di sini dan mengakhiri semua kerja samanya.
Gara-gara mereka dia rugi hampir ratusan juta dolar. Sebelumnya dia sudah tau sejak mereka bekerja sama selama tiga bulan. Tapi dia diam saja, dia membiarkan mereka berbuat sesukanya. Dia pikir itu adalah kesalahan kecil dan selisih yang tak sengaja. Tapi tak lama kemudian Elard baru sadar jika mereka memang licik dan sedang memanfaatkan nya.
Di depan, seorang wanita memakai pakaian sangat seksi berdiri dan berpose menggoda. Elard tak perduli dengan wanita yang berdiri menghadangnya. Dia mendorong wanita yang nyaris tak memakai pakaian ditubuhnya.
“Tuan..”
Click..
“Menyingkir atau ku ledakkan kepalamu.” Ancamnya pada wanita yang berdiri di depannya.
Sedangkan wanita di depan Lion beringsut mundur ke belakang saat melihat sebuah senjata api mengarah padanya.
“Sial..” Umpat Elard melangkah lebar keluar dari club malam dan berjalan menuju parkiran.
Brak..
Elard masuk ke dalam mobilnya dan menghembuskan nafasnya perlahan. Mencoba mengatur emosinya, agar tak menghancurkan tempat ini.
Tak lama kemudian, Jefri masuk ke dalam kursi kemudi dan menginjak pedal gasnya meninggalkan club. Setengah jam berkendara, Jefri melirik ke belakang dimana tuannya duduk.
“Tuan bagaimana dengan pestanya.” Tanya Jefri yang menyetir mobil tuannya. Dia pikir tuannya lupa dengan pesta malam ini.
Elard melirik ke arah asistennya, dia menghembuskan nafasnya perlahan. Tangan nya mengendurkan dasi yang di pakaiannya yang seperti mencekik lehernya.
Jefri hanya diam saja saat tak mendengar jawaban tuannya. Kakinya masih menginjak pedal gas mobil yang dikendarai. Sesekali matanya melirik ke arah kaca spion.
“Aku membencinya.” Gumam Elard lirih. Ya Elard sangat membenci sebuah pesta. Apalagi pesta itu di lakukan di dalam mension mewahnya.
Elard sebelumnya tak tau, mereka membuat pesta di mension mewahnya. Karna tiga hari yang lalu dia pergi ke kota Tiongkok dan baru pagi tadi dia kembali pulang.
Dan siapa sangka sampai di Las Vegas, dia mendengar jika di mension mewahnya, malam nanti akan ada pesta. Dan semua itu tanpa sepengetahuannya.
Dert.. Dert..
Elard mengeraskan rahangnya mendengar ponselnya yang bergetar. Itu pasti dari pamannya, Robin siapa lagi. Hanya pria tua itu yang selalu merusuh nya.
Jefri hanya melirik kearah tuannya melalui kaca spion. Dia tau saat ini, tuannya sedang menahan emosi.
Elard mengambil ponselnya dan mematikan ponselnya. Telinganya panas mendengar ponselnya terus berdering.
Hingga satu jam berkendara, mobil yang di tumpangi Elard sampai di sebuah apartemen mewah. Disinilah jika Elard ingin menyendiri. Dia akan tinggal di apartemen mewahnya dari pada kembali ke mension mewahnya. Padahal itu mension mewahnya sendiri. Tapi Elard lebih nyaman tinggal di apartemen mewahnya dari pada di mension. Selain di sini tenang dan sunyi, di apartemen ini juga tak ada yang mengganggu nya.
Apalagi saat ini, di mension mewahnya ada pesta, Elard dan dia sangat membencinya.
Elard melangkah lebar memasuki pintu lift dan naik ke lantai paling tinggi di mana apartemen mewahnya berada. Tak sampai beberapa menit pintu lift terbuka dan Elard kembali melangkah beberapa langkah dan dia sudah sampai di apartemen mewahnya.
Jefri membuka pintu apartemen untuk tuannya. Dia kembali menutup pintunya setelah dirinya juga ikut masuk ke dalam.
“Tuan bagaimana dengan berkas yang dari Tiongkok.” Ucap Jefri melihat Elard melangkah lebar masuk ke dalam kamarnya.
Elard berbalik lagi dan mengambil berkas di tangan Jefri, kemudian kembali melangkah ke dalam kamarnya. Sampai di kamarnya, Elard menyimpan berkas di tangannya dan melangkah ke dalam kamar mandi. Setengah jam di kamar mandi, Elard keluar dengan wajah segarnya. Dia melangkah mendekati lemari pakaian yang tersimpan di pojok kanan.
Elard mengambil setelan formal berwarna hitam dan memakainya. Tangannya membuka laci dsn mengambil salah satu koleksi jam mahal miliknya dan memakainya.
“Tuan_”
“Kita akan pergi Jef... Aku tak ingin terlihat buruk di hadapan semua orang.” Sahut Elard.
Jefri menganggukan kepalanya mengerti. Dia berdiri di depan pintu kamar tuannya.
*
Di mension utama..
“Apa kau sudah menelpon Lion.?” Tanya Robin pada salah satu wanita yang sedang berkumpul bersama dengan para sahabatnya.
Airin Zemira, dialah wanita yang paling mencolok di antara mereka. Wanita paling cantik dan seksi blasteran Amerika Belanda, bertubuh tinggi semampai dan tentunya sangat seksi. Wajah sedikit tirus, hidung mancung dan bibir seksinya yang banyak menyihir kaum adam. Sayangnya, wanita cantik ini sudah menjatuhkan hatinya pada seorang pria yang di cintainya. Padahal banyak pria yang tergila-gila dengannya.
Wanita cantik dan bertubuh seksi ini juga berprofesi sebagai model dan aktris. Wajar saja dia menjadi incaran dan pujaan banyaknya kaum adam. Dia juga menjadi wanita yang paling di puja oleh para pria.
Tapi Airin sudah menjatuhkan hatinya pada pria yang di puja nya. sayangnya orang yang paling di pujanya sama sekali tak pernah menoleh ke arahnya.
“Ya..” jawab Airin menoleh ke arah pria paruh baya yang berdiri menghampirinya. Robin menganggukan kepalanya mengerti, dia berbalik kembali dan melangkah mendekati para tamu undangan.
Sementara Airin mengedarkan pandangannya ke arah pintu yang terbuka lebar. Apa Lion tak kembali pulang ke mension lagi.
“Apa kau yakin dia pulang malam ini, Sesil.?” Tanyanya pada wanita di sampingnya, yang menjadi asisten nya.
“Iya nyonya.” Jawab Sesil menundukkan kepalanya.
“Kau memang beruntung Ai, bisa mendapatkannya pria dingin itu.” Ucap salah satu sahabatnya yang berdiri di sampingnya. Dan yang lain menganggukan kepalanya mengiyakan.
Airin tersenyum manis, dia bahagia mendengar pujian para sahabatnya yang sama seperti dirinya menjadi artis dan juga model. Satu lagi sahabatnya berdiri tak jauh dirinya, dia adalah putri dari anak pejabat negara.
“Tentu saja, aku bisa menaklukkan nya.”
Seorang gadis berjalan sambil mengerutu mengingat ucapan daddynya beberapa hari lalu.
"Ishh.. daddy menyebalkan." ucapnya sambil bersungut-sungut sebal. Arabelle, gadis berusia delapan belas tahun yang berjalan keluar dari sekolahnya. Tapi tak lama kemudian dia tersenyum penuh kemenangan. Daddy nya pasti akan mengabulkan permintaannya kali ini.
Arabelle putri dari Ausky Luis dan Freya FelishaFelisha yang kali ini sudah menginjak remaja dan tentunya sangat cantik seperti ibunya. Tubuh kecil mungil, lebih kecil dari Freya ibunya.
"Ara..." seru remaja pria yang berlari mengejar gadis cantik yang baru keluar dari sekolah.
Arabelle menoleh ke belakang dan tersenyum melihat Revan berlari mendekatinya.
"Ada apa,?" tanyanya pada Revan saat dia dekat dengannya. Revan tersenyum, dia menggaruk kepalanya yang tak gatal mendengar pertanyaan Arabelle. Gadis cantik yang sudah membuatnya jatuh cinta. Tapi sayangnya, Revan tak berani mengungkapkan isi hatinya pada Ara, sahabatnya sendiri.
"Re... " seru Ara saat tak mendengar jawaban Revan.
"Apa kau sudah mencari universitas untukmu." tanya Revan berharap Ara akan berkuliah sama dengannya.
"Aku tak tau," ucap Ara mencebikkan bibirnya sedikit kesal. Ya dia kesal karna daddy nya masih belum mengabulkan permintaan nya. Tapi Ara akan terus menagih janjinya pada daddy nya.
Revan mengerutkan keningnya mendengar jawaban ketus Ara. "Ku pikir kau akan sama dengan ku." sahut Revan sedikit kecewa mendengarnya.
"Maaf, sepertinya daddy sudah mencarikan nya untukku." bohong Ara, dia sendiri justru tak ingin daddy nya yang mencarikannya sekolah. Dan Revan mengangguk kecewa mendengarnya.
"Kau ingin pulang, aku akan mengantar mu pulang." seru Revan melihat Ara berjalan keluar pagar sekolah.
"Tidak perlu, supir daddy sudah menjemput ku." imbuh Ara tersenyum pada Revan. Revan kembali menganggukan kepalanya mengerti. Tak lama Ara melambaikan tangannya pada Revan saat masuk ke dalam mobil daddy nya.
*
Elard menurunkan kakinya saat mobil yang di kendarai oleh Jefri berhenti di depan mension mewah miliknya. Melangkah lebar mendekati pintu utama mension mewahnya. Sementara Jefri mengikuti langkah tuannya dari belakang dan mengedarkan pandangannya. Melihat berbagai mobil mewah terparkir di halaman mension mewah tuannya.
“Tuan..” Sapa dua penjaga yang berjaga di depan pintu. Menundukkan kepalanya saat melihat tuan mudanya kembali ke mension mewah majikannya.
Elard hanya melirik ke arah mereka berdua dan masuk ke dalam. Bibirnya tersenyum tipis saat masuk ke dalam dan melihat mension mewahnya.
Cih..
Elard berdecih melihatnya, dia tak percaya dengan paman dan wanita itu. Ini pasti ulah mereka berdua, siapa lagi jika bukan mereka. Hanya mereka yang bisa melakukannya.
*
“Tentu saja, aku bisa menaklukkan nya.” Jawab Airin tersenyum lebar pada teman temannya.
Tak lama kemudian, senyum Airin semakin lebar saat melihat pria yang di tunggu nya akhirnya datang juga. Airin melangkah anggun mendekati pria yang menjadi suaminya. Siapa lagi kalau bukan Lionel Elard Roberto. Pria yang menikah dengannya sudah dua tahun lamanya.
Pernikahan bisnis, itulah yang menjadi gambaran untuk pernikahan Elard dan Airin.
Elard sama sekali tak mencintai Airin. Hanya Airin yang mencintai Elard. Pertemuan yang tak sengaja sebelumnya membawa Airin terus bertemu dengan Elard. Saat itu, Elard yang membutuhkan jasa promosi untuk salah satu produk miliknya, mengharuskan dia bertemu terus dengan Airin.
Hingga akhirnya mereka berdua di gosip kan menjalin sebuah hubungan. Tentu saja, bagi Airin ini sebuah anugrah untuknya, tapi tidak bagi Elard.
Dan Airin mengiyakan gosip tersebut. Dan yang pasti Elard sangat berang saat itu. Tapi Elard tak bisa berbuat apa-apa pada Airin. Selain Airin terikat kontrak dengannya, Airin juga sudah mengatakan jika gosip itu adalah benar. Di tambah lagi pamannya mengiyakan hubungan keduanya.
Sangat mudah bagi Airin mengatakan semua itu, apalagi itu sudah menjadi profesinya sebagai artis. Gosip yang beredar saat itu sungguh membuat Elard risih dan geram bukan main.
Tak ada cara lainnya saat Airin mengiyakan gosip tersebut. Elard terpaksa menikahi Airin saat itu. Dan sampai saat ini hanya ada penyesalan bagi Elard sudah menikahi Airin. Wanita yang sama sekali tak pernah dia cintai.
Karna hati dan jiwanya hanya pada seorang gadis kecil. Gadis yang dari dulu sudah menguasai hatinya. Siapa lagi jika bukan Arabelle, gadis balita yang sudah menguasai seluruh hati dan jiwanya.
Gadis yang menjadi adik angkatnya, anak dari pria yang mengadopsinya dulu. Tapi sayangnya, Arabelle juga anak dari pria yang sudah membunuh orang tuanya.
Berulang kali Elard menyangkal perasaannya, tapi sayangnya tetap saja. Hati dan jiwanya tetaplah milik gadis kecilnya.
Tapi rasa benci, dendam dan amarah pada pria yang sudah membunuh ayahnya. Elard berusaha melupakan cintanya pada Arabelle dengan m nikahi Airin adalah jalan satu satunya.
Kembali ke pesta, tak hanya Airin yang sangat senang melihat kedatangan Elard di mension mewah Roberto. Tapi semua anggota keluarga Roberto juga sangat senang tak terkecuali Robin.
Robin berpikir keponakannya itu akan membuat dirinya malu. Ternyata Elard tetap tak ingin nama baiknya tercemar di depan publik.
“Kau sudah datang.” Seru Airin mengalungkan kedua tangannya di leher Elard dan mendekatkan wajahnya.
“Jangan mempermalukan ku.” Sahut Elard dengan gigi gemerutuk. Tangannya melepaskan tangan Airin yang melingkar di lehernya.
Senyum Airin seketika menipis mendengar penolakan suaminya. Dia mengepalkan tangannya, dan menatap Elard penuh kecewa.
“Justru ini pesta kita Lion. Pesta ulang tahun ku, apa kau tak bisa bersikap mesra padaku di depan mereka. Setidaknya jangan mempermalukanku Lion. Tunjukan pada mereka jika kita juga seperti mereka, honey.” Kata Airin menatap Elard penuh harap.
Sementara Elard mengeraskan rahangnya mendengar ucapan Airin.
Tak lama Airin tersenyum lebar saat melihat Lion diam saja. Itu artinya, Lion mengiyakan ucapannya.
Airin menggandeng tangan Elard dan menghampiri para tamu undangan yang kebetulan sebagian dari mereka rekan bisnis Elard dan sahabatnya. Airin sangat antusias menyapa mereka satu persatu. Meski tak banyak yang Airin undang malam ini. Airin sudah sangat puas bisa memamerkan kemesraan nya pada orang lain bersama dengan suaminya.
Menjadi nyonya Roberto adalah suatu keberuntungan. Apalagi banyak wanita yang menginginkan Lion dan ingin menjadi istri Lion. Jangan kan istri, menjadi simpanan saja mereka bersedia. Tapi Airin yang tak akan pernah membiarkan mereka merebut Lion dirinya.
“Anda sangat beruntung tuan Lion. Masih muda, anda juga sangat mujur dalam bisnis, di tambah lagi memiliki istri yang sangat cantik. Saya yakin anda sangat mencintai nona Airin. Saya bahkan sangat iri dengan anda tuan.” Canda pria hampir paruh baya di depannya yang membuat hati Airin berbunga bunga mendengarnya.
Airin melemparkan senyumnya pada mereka sambil menundukan wajahnya tersipu malu. Sementara matanya melirik ke arah Elard yang berdiri di sampingnya.
Elard hanya menatap mereka datar, dia sama sekali tak menampilkan senyum di bibirnya. Tak ada yang lucu menurutnya, apalagi mendengar kata mencintai Airin. Sungguh tak ada di benaknya sama sekali.
“Terima kasih, tuan.” Jawab Elard datar menatap ke arah mereka. Mereka hanya menganggukan kepalanya dan tersenyum pada Elard.
Mereka juga tau, siapa Lionel Elard Roberto. Pria muda yang terkenal dingin dan jarang bicara, yang menjadi pujaan banyak wanita. Jika para wanita berlomba lomba untuk mendapatkan Elard dan ber cinta dengannya. Para pengusaha menginginkan perusahaan mereka bekerja sama dengan perusahaan milik mendiang Edwin Roberto. Yang saat ini berkembang pesat oleh putranya yaitu Lionel Elard Roberto.
Sebelumnya perusahaan Roberto biasa saja. Tapi semenjak putranya, Lionel Elard Roberto menjadi pemimpin, perusahaan itu berkembang pesat. Mereka bahkan tak menyangka akan menjadi perusahaan terbesar dalam jajaran sepuluh besar di kota Amerika.
Tentu saja, para pengusaha berlomba lomba untuk mendapatkan peluang menjalin bisnis dengan perusahaan Roberto. Tapi sayangnya tak banyak yang bisa berkolaborasi dengan perusahaan Roberto.
Sementara tak jauh dari Elard dan Airin, serta rekan bisnisnya yang lain. Teman dan sahabat Airin menatap pada Airin dan Elard dengan pandangan iri.
“Airin memang sangat beruntung.” Kata salah satu dari mereka menatap Elard tak berkedip.
“Ck.. Apa kau ingin Airin marah padamu, sudah berani menatap suaminya.” Sahut sahabat nya yang lain. Sementara wanita di sampingnya melirik ke arah samping dan mendengus mendengar penuturan nya.
“Bukan kah kau juga menginginkannya.” Serunya yang di balas dengan cengiran oleh sahabatnya.
Tak jauh berbeda dengan Robin, dia juga sangat menikmati pesta malam ini. Senyum di bibir tuanya sangat lebar. Dia bahkan bercerita kesana kemari bersama dengan para tamu undangan yang menjadi rekan bisnis Elard.
Hingga lewat tengah malam, pesta baru berakhir. Elard melangkah lebar menaiki anak tangga meninggalkan pesta yang masih ramai. Bagi Elard dia sudah menemui mereka, meski hanya menyapanya. Dia tak suka terlalu lama berbasa-basi, itu sebabnya dia meninggalkan mereka dan naik ke kamarnya. Tak perduli dengan pesta Airin.
"Andai kau ada di sini sayang." Gumamnya mengingat gadis kecilnya. Gadis yang tak pernah mau hilang dari kepala dan hatinya barang sedetikpun. Dan Elard berulang kali mencoba melupakan bayang bayang Arabelle. Tapi sayangnya rasa itu bukannya hilang, tapi justru semakin menjadi.
Sementara Airin yang melihat suaminya menaiki anak tangga menoleh ke arah temannya.
“Aku menemuinya terlebih dahulu.” Ucapnya sambil tersenyum lebar, melangkah meninggalkan sahabatnya berjalan menaiki anak tangga mengikuti langkah suaminya.
Clek..
Airin membuka pintu perlahan dan mengedarkan pandangannya mencari keberadaan suaminya. Bibirnya tersenyum, mendapati Elard yang berdiri membelakangi nya. Sepertinya Elard sedang menelpon seseorang.
Airin masuk perlahan dan menutup pintu kembali. Bibirnya semakin tersenyum lebar, berjalan mendekati Elard.
Stt...
“Aku merindukanmu, sayang.”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!