NovelToon NovelToon

My Lovely Neighbour

Perjodohan

"Enggak Ma, Revi gak mau dijodohkan,” ucap Revi marah.

“Tapi Rev, usia kamu udah gak muda lagi. Kamu pikirkan juga masa depan anak kamu nantinya kalau kamu menikah di usia lanjut. Syukur-syukur punya anak, kalau tidak gimana. Karena banyak orang yang menikah di usia tua tidak mempunyai anak.”

“Mengenai anak kan udah diatur Allah Ma. Banyak juga yang menikah di usia muda tidak diberi keturunan.”

“Benar kata kamu. Tapi kita kan harus berusaha juga. Mumpung usia kamu masih produktif. Apalagi orang yang mau dijodohkan dengan kamu adalah pria yang sudah mapan, sudah mempunyai pekerjaan yang tetap bahkan tergolong sukses,” jelas bu Lusi lagi.

“Benar yang dikatakan mama kamu Rev,” ucap pak Wandi papanya Revi.

“Tapi Revi bisa mencari sendiri, jadi Mama dan Papa gak perlu mencarikan jodoh buat Revi. Sekarang bukan zamannya Siti Nurbaya Ma, pake dijodohkan segala.”

“Buktinya sampai sekarang kamu belum menemukan calon kamu. Itu artinya kamu harus dicarikan jodoh.”

“Pelan-pelan nanti juga dapat Ma.”

“Mama sama papa khawatir karena kamu anak satu-satunya mama dan papa,” jawab pak Wandi

“Mama sama papa juga pingin cepat momong cucu Rev.” Bu Lusi menambahkan.

Revi hanya diam saja mendengar ucapan orang tuanya

“Coba kamu pikir-pikir lagi Rev. Apa kurangnya Dandi. Dia lulusan universitas luar negeri yang ternama loh, bahkan dia sekarang udah sukses menjalankan bisnis almarhum papinya,” jelas bu Lusi yang mulai kesal dengan sikap Revi yang tidak mau dijodohkan.

“Ma, harta kekayaan tidak menjamin kebahagiaan seseorang. Jadi jangan Mama pikir dengan suksesnya Dandi di dalam bisnis bisa memberikan kebahagiaan pada Revi, belum tentu Ma. Apalagi kami tidak saling kenal, gimana kami bisa bahagia.”

Pak Wandi langsung tersenyum. “Revi.... yang namanya cinta itu bisa datang belakangan. Cinta itu akan datang dengan sendirinya karena kebersamaan. Dengan kalian menikah, hidup dalam satu rumah dan setiap hari bertemu pasti akan datang dengan sendirinya rasa cinta itu.”

“Benar apa yang dikatakan papa kamu Rev.”

‘Memangnya segampang itu pa, ma. Kalian gak pernah memikirkan perasaan aku. Aku belum bisa mencintai lelaki lain selain Reza,’ batin Revi sedih mengingat mantan kekasihnya.

Bu Lusi kemudian mendekati putrinya sambil mengelus rambutnya. “Sekarang tergantung kamu karena kamu yang akan menjalaninya. Semua kami serahkan sama kamu Rev. Mama dan papa hanya ngasi pandangan saja.”

***

Revi langsung masuk kamar dan membantingkan dirinya di atas spring bed sambil menangis sedih. Dia sangat sedih memikirkan nasibnya yang pernah gagal saat akan menikah dengan Reza dan sampai sekarang dia belum bisa move on. Keinginan orang tuanya untuk menjodohkan Revi dengan seorang pria membuat Revi merasa bingung, kesal sekaligus marah. Ingin sekali menolak permintaan kedua orang tuanya tapi dia juga gak mau mengecewakan keinginan orang tuanya.

Dibukanya laci meja belajarnya dan diambilnya foto Reza yang ada di laci itu.

‘Reza.... aku bingung memikirkan keinginan mama dan papa. Mereka ingin aku segera menikah, tapi aku belum bisa melupakanmu.’

Diusapnya wajah Reza yang ada dalam foto itu sambil menangis. Foto Reza langsung basah oleh air matanya.

‘Seandainya kamu tidak meninggal saat itu, pasti kita sudah menikah dan bahagia Za. Pasti mama dan papa bahagia menyambut kelahiran anak-anak kita. Tapi sayang kamu begitu cepat meninggalkan aku Za.... Aku rasanya gak sanggup menikah dengan lelaki lain Za,’ gumam Revi sedih.

***

Bu Lusi dan pak Wandi menyalami tamunya yang baru datang. Mereka adalah tetangga baru mereka.

“Ayo silakan masuk Bu, Mas......” ucap bu Lusi dan pak Wandi ramah.

“Saya di teras aja Bu, di sini dingin.” Rafa yang merupakan tamu itu duduk di kursi yang ada di teras bersama pak Wandi. Sedangkan bu Dian yaitu ibunya Rafa masuk ke dalam.

Ketika tamu datang Revi sedang berada di kamarnya. Samar-samar terdengar seperti ada tamu yang datang. Suaranya tidak terdengar jelas, tapi kelihatan ada suara anak kecil juga.

‘Siapa yang datang, apakah itu tetangga baru yang dikatakan Mama tadi pagi. Masa bodoh ah.... aku mau tidur,’ batin Revi yang langsung memejamkan matanya karena sudah ngantuk.

“Aduh cantiknya.... siapa namanya? tanya bu Lusi sambil mencolek pipi gadis itu.

“Ayo....kasitau siapa namanya,” pinta bu Dian pada cucunya..

“Kayla Bu...” ucap gadis itu malu-malu.

Bu Lusi dan bu Dian langsung tertawa.

“Bukan ibu Sayang..... panggil aja eyang,” pinta bu Lusi.

“Iya Eyang,” jawab Kayla tertunduk malu.

“Jadi ibu yang tinggal di rumah sebelah ini? tanya Bu Lusi.

“Bukan saya Bu, tapi anak saya dan ini anaknya.”

“Oh gitu....”

“Itu anak Ibu, cantik ya?” tanya bu Dian sambil menunjuk foto yang ada di dinding ruangan tamu.

“Iya Bu, anak saya hanya satu. Dia tadi lagi di kamarnya. Entar ya Bu.”

Bu Lusi langsung pergi ke kamar Revi tapi saat bu Lusi membuka pintu kamarnya, ternyata Revinya sedang tidur siang. Bu Lusi kembali menemui tamunya.

“Maaf ya Bu, anak saya sedang tidur siang pula. Maklumlah kalau hari libur dihabiskan waktunya untuk istirahat karena seharian bekerja terus,” jelas bu Lusi.

“Memangnya anak Ibu bekerja dimana?”

“Di perusahaan perkebunan swasta Bu.”

Terlihat bu Dian dan bu Lusi sangat asik ngobrol sedangkan Kayla sebentar duduk dengan neneknya dan sebentar duduk dekat papanya. Setelah Kayla bosan dan ngajak pulang, barulah mereka pamit pulang.

***

“Pa, makan malam udah siap tuh, ayo kita makan.” Bu lusi memanggil suaminya yang sedang menonton TV.

Revi terlihat sibuk menyiapkan makan malam. Setelah piring disiapkan, dia kemudian menuangkan air putih ke gelas mama dan papanya.

“Tadi siang Revi dengar sepertinya ada yang datang, siapa Ma?” tanya Revi.

“Itu, tetangga baru kita,” jawab bu Lusi.

“Punya anak kecil Ma.”

“Iya, anak kecilnya bernama Kayla. Dia cantik dan lincah,” jelas bu Lusi.

***

Begitu masuk kantor Revi banyak diam. Tidak seperti biasanya Revi yang suka bercanda dengan teman kerjanya tapi hari ini dia sangat berubah. Sasmita teman dekatnya tentu merasa heran melihat sikap Revi yang tidak seperti biasanya.

“Kamu kenapa Rev, sejak tadi aku lihat banyak diam,” tanya Sasmita saat selesai makan siang.

Revi langsung menoleh ke arah Sasmita. Sambil tersenyum dia pun berkata, ”gak ada apa-apa kok Mit.”

“Aku yakin pasti kamu ada masalah.”

“Sok tau kamu Mit.”

“Ya tau lah. Dari wajah kamu aku kan tau.”

“Gimana ya. Aku bingung Mit.... “

“Ayo kita duduk di sana, biar ceritanya enak.” Sasmita mengajak Revi duduk di bawah pohon beringin dekat ruang kerjanya.

“Aku bingung mulainya dari mana.” Terlihat Revi bingung.

“Terserah kamu mulainya dari mana aku pasti dengar.” Ledek Sasmita sambil tertawa.

“Kamu kan tau umurku sudah tidak muda lagi.”

“Lantas....” tanya Sasmita gak sabar.

“Aku akan dijodohkan orang tuaku pada anaknya teman papaku.”

“Bagus dong kalau gitu,” jawab Sasmita.

“Maksud kamu apa sih Mit?” ucap Revi dengan nada kesal.

“Kalau ada lelaki yang mau sama kamu, terima aja. Tunggu apa lagi, langsung jadikan....”

“Memangnya segampang itu Mit, sementara aku sendiri belum mengenal laki-laki itu.”

“Gak ada orang tua yang mau menjerumuskan anaknya Rev. Pasti orang tuamu menjodohkan kamu karena laki-laki itu baik. Jadi saran aku, sebaiknya kamu terima aja keburu usia kamu semakin tua. Karena laki-laki sekarang mencari istri pasti yang masih muda.”

“Aku bingung aja Mit, rasanya aku belum siap untuk menikah.”

“Kalau sekarang belum siap, mau kapan lagi. Pasti karena kamu belum move on dari Reza, iya kan? Kamu harus memikirkan masa depanmu Rev, Reza adalah masa lalu kamu yang tidak mungkin kembali lagi,” jelas Sasmita.

Revi hanya diam saja karena yang dikatakan Sasmita benar sehingga dia malu untuk mengakuinya.

Meskipun terdiam, Revi memikirkan ucapan temannya. ‘Apa yang dikatakan Sasmita memang benar bahwa aku harus memikirkan masa depanku. Reza adalah masa laluku,’ batin Revi.

Pertunangan

Walaupun dengan perasaan berat, Revi akhirnya menerima pertunangannya dengan Dandi.

“Rev, kamu siap-siap ya. Kamu dandan secantik mungkin karena malam ini Dandi dan maminya akan datang," ucap Bu Lusi saat masuk kamar Revi.

"Iya Ma, Mama jangan khawatir Revi gak akan mengecewakan Mama."

"Terima kasih Sayang," ucap bu Lusi sambil mencium kepala putrinya.

Tepat jam 08.00 malam tamu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Bu Lusi dan Pak Wandi terlihat sangat senang menyambut kedatangan Dandi dan maminya.

"Ayo Shell, silakan masuk." Pak Wandi dengan senyum ramahnya mengajak Shella yang merupakan teman lamanya. Kedua tamu itu langsung masuk ke dalam.

Setelah tamunya duduk, bu Lusi langsung pergi ke kamar Revi. Tidak lama kemudian Revi bersama mamanya muncul ke ruang tamu. Mata Dandi pun tak berkedip ketika menatap wajah Revi yang cantik dan ayu.

"Kamu tambah cantik aja Rev, gimana kabarnya?" tanya bu Shella sambil memeluk calon menantunya.

Bu Shella adalah teman lama pak Wandi dan beberapa kali pernah ketemu Revi. Terakhir ketemu Revi ketika Revi masih SMA.

"Alhamdulillah sehat Tan. Tante sendiri gimana, sehatkan?"

"Seperti yang kamu lihat hanya batin tante sedang tidak sehat Rev," jawab tante Shella sambil tersenyum.

“Memangnya Tante sakit apa? tanya Revi heran.

“Sakit hati Rev. Hati tante lagi kurang sehat.”

“Sudah berobat Tan?”

“Ini lagi berobat. Kalau Dandi sudah menemukan jodoh, sakit tante pasti sembuh.”

“Tante bisa aja,” jawab Revi tersenyum.

Terlihat sejak tadi Dandi duduk sambil menatap ke arah Revi tidak berkedip. Semuanya asik ngobrol kecuali Revi dan Dandi keduanya hanya diam mendengarkan obrolan orang tua mereka. Dandi sekali-sekali mencuri pandang ke arah Revi sedangkan Revi terlihat cuek saja tanpa pernah memperhatikan wajah calon suaminya.

“Revi, ajak sana Dandi duduk di teras biar kalian bebas ngobrol,” pinta bu Lusi.

“Iya, di sini obrolannya obrolan orang tua,” tambah bu Sheila sambil tertawa.

Akhirnya dengan berat hati Revi pun mengajak Dandi duduk di teras depan sambil melihat ke arah jalan. Terlihat banyak orang lalu lalang di jalan depan rumahnya. Revi hanya banyak diam ketika Dandi mengajaknya ngobrol. Paling sesekali dia menjawab tanpa balik bertanya. Sedangkan Dandi sambil ngobrol matanya tidak lepas dari menatap wajah Revi.

Dari sejak awal Dandi selalu menatap wajah Revi membuat Revi merasa risih sendiri.

‘Bisakah aku hidup dengan mas Dandi, sementara perasaanku biasa-biasa saja. Sampai sekarang tidak ada getaran dalam hatiku. Aku juga sebal melihat sikap mas Dandi yang sejak tadi melihat aku seperti mau menerkam saja,’ batin Revi kesal.

Setelah hampir 1 jam ngobrol akhirnya Dandi dan maminya pamit pulang. Terlihat senyum ceria terpancar di wajah Dandi dan maminya ketika akan meninggalkan rumah Revi.

***

Resepsi pertunangan pun digelar sangat mewah dengan menggunakan jasa dari wedding organizer. Revi yang awalnya menolak akhirnya tidak bisa berbuat apa-apa karena semua ini kehendak dari Dandi dan maminya. Dandi seorang pengusaha sukses menginginkan resepsi ini digelar semeriah mungkin karena banyak juga rekan bisnisnya yang diundang.

“Revi sebenarnya gak setuju kalau pertunangan digelar di gedung Ma,” ucap Revi pada mamanya.

“Memangnya kenapa Rev?” tanya bu Lusi heran.

“Masalahnya ini kan hanya pertunangan, kecuali pernikahan nanti.”

“Kamu ikuti aja kemauan calon suami dan mertua kamu,” pinta bu Lusi.

Akhirnya Revi pun setuju dengan acara yang telah dipersiapkan oleh calon mempelai pria. Bahkan perias calon pengantin sudah disiapkan juga oleh maminya Dandi.

“Mbak Revi canti kali.... Saya aja yang wanita gak bosan menatap wajah Mbak, apalagi laki-laki. Aku yakin semua mata lelaki akan melotot menatap wajah mbak Revi,” puji Siti yang baru selesai merias wajah Revi.

“Mbak Siti bisa aja sih....”

“Benar loh Mbak. Dari begitu banyak yang saya rias, baru kali ini saya melihat kecantik yang alami dan tidak bosan melihatnya.”

***

Acara akan dimulai dan terlihat para undangan sudah banyak yang berdatangan. Rekan bisnis Dandi juga banyak yang hadir dalam acara itu.

Revi mengenakan kebaya berwarna pink dengan setelan bawahannya kain songket. Begitu memasuki gedung semua mata memandang tidak berkedip terutama kaum adam. Semua memandang takjub akan kecantikan Revi yang alami. Revi begitu cantik seperti bidadari.

Revi masuk ke ruangan dengan di gandeng mama dan papanya. Di dalam Dandi dan keluarganya sudah menunggu.

Setelah Revi dan keluarga masuk, acara pertunangan pun digelar. Acara puncaknya saat Dandi memasukkan cincin pertunangan ke jari manis Revi. Dandi dengan sedikit gemetar memegang tangan Revi dan kemudian memasukkan cincin pertunangan itu ke jari manis Revi yang disambut dengan tepuk tangan yang meriah dari hadirin. Semua yang hadir pun tersenyum ceriah menyaksikan kebahagian yang dirasakan oleh kedua calon mempelai. Dandi terlhat sangat bahagia, sementara Revi biasa saja tidak ada yang istimewa.

Keduanya kemudian berfoto bersama orang tua mereka dan juga keluarga dan rekan bisnis Dandi secara bergantian.

Saat sedang berfoto terlihat dari jauh seorang pria sedang menggandeng anak kecil yang cantik dan lincah. Pria itu sejak tadi memperhatikan Revi membuat Revi merasa kesal sendiri.

‘Dasar laki-laki, sudah punya anak masih aja melirik wanita lain. Tapi siapa ya pria itu. Sepertinya bukan famili mama dan papa. Apa rekan bisnis mas Dandi. Atau jangan-jangan mereka tetangga baru yang baru pindah beberapa hari yang lalu. Kalau gak salah nama anaknya Kayla. Kalau benar itu Kayla tapi mana mamanya, kenapa pria itu hanya datang berdua,’ batin Revi heran.

“Ayo kita hampiri teman mas yang baru datang itu Sayang,” ajak Dandi pada Revi.

Revi pun mengikiut saja ketika Dandi menggandengan lengan Revi dan mendekati tamu yang baru datang itu. Ternyata tamu itu adalah rekan bisnis Dandi. Mereka kemudian berfoto berempat.

“Senyum sedikit Mbak....” pinta fotografer itu.

“Senyum Sayang, biar hasilnya bagus nanti,” ucap Dandi mendekatkan pipinya di kepala Revi.

‘Apa-apaan sih mas Dandi, sok mesra kali pun,’ batin Revi kesal.

Revi mulai menyunggingkan senyum manisnya walau pun senyum terpaksa. Saat pandangan Revi ke depan, terlihat pria tadi memandangnya tidak berkedip. Revi pun merasa heran melihat pria yang sejak tadi menatapnya. Akhirnya Revi pura-pura cuek tidak memperhatikan pria itu walau pun ada tanda tanya besar di dalam hatinya.

Saat Revi kembali melihat pria itu, pria itu juga melihat ke arah Revi membuatnya jadi salah tingkah. Revi kemudian mengalihkan perhatiannya ke arah lain. Tidak lama emudian Revi yang merasa penasaran kembali melihat ke arah pria itu dan pria itu sedang melihat ke arah anaknya. Revi sempat memperhatikan pria itu yang sedang berbicara pada anaknya yang masih kecil. Revi kemudian memperhatikannya cukup lama membuat Revi merasakan perasaan yang berbeda. Ternyata pria itu sangat tampan dan Revi tidak puas menatapnya walau pun dari jarak jauh.

Saat pandangan Revi masih tertuju pada pria itu, tiba-tiba pria itu melihat ke arah Revi lagi. Sontak Revi terkejut dan gelagapan sedangkan pria itu langsung tersenyum manis. Senyuman itu membuat jantung Revi deg deg-an.

“Ayo Sayang, kita kembali lagi duduk di sana,” ucap Dandi sambil menggenggam tangan Revi mesra.

‘Kenapa gemuru jantungku seperti ini,’ batin Revi sambil memegang dadanya.

Dia?

Jam sudah menunjukkan pukul setengah enam sore ketika Revi sampai di rumah. Begitu sampai di teras samping, Revi mendengar suara orang sedang ngobrol dan juga ada suara anak kecil. Dia masuk dan ternyata benar bahwa tamunya adalah seorang wanita dan seorang anak kecil.

“Revi, kenalkan ini tetangga baru kita,”ucap ibunya

"Revi" ucap gadis itu, menyalam tangan sang tamu.

“Oh ini yang namanya Revi? Ayu ya” ucap bu Dian yang membuat Revi tersemyum malu.

"Oh iya, ibu tetangga baru kamu, itu loh yang menempati rumah sebelah," jelas bu Dian menghilangkan rasa penasaran gadis itu.

“Bu Dian bisa aja,” kata bu Lusi sambil tersenyum.

“Oh iya, sampai lupa, Kenalkan ini cucu saya, namanya Kayla,"

"Kayla, salam tante, sayang” pinta bu Dian pada cucunya Kayla yang duduk di sampingnya.

Revi menatap Kayla dan dia terkejut merasa tidak asing dengan bocah kecil itu, tiba-tiba ingatannya muncul ‘Oh jadi dia, berarti yang semalam adalah papanya," batin Revi.

"Sayang, Salim Tante donk," lagi Bu Dian memerintah cucunya.

Revi duduk berjingkat di depan anak itu, "Hai, apa kabar? Tante Revi, dan Tante senang banget kenal kamu, kamu cantik ya, kayak princess" ucap Revi

gadis itu mengangkat kepalanya malu, melirik wanita muda di depannya, lagi Revi tersenyum lebar, "Mau enggak jadi temen Tante?” tanya Revi mengulurkan tangannya.

lama gadis itu menatapnya kemudian dia mengangguk perlahan, "Kayla" bisiknya pelan menerima ukuran tangan Revi.

"Anak pintar" lagi Revi tersemyum lebar membuat gadis itu menjadi nyaman.

Dia duduk kembali memainkan boneka yang ada di pangkuannya.

Revi kemudian pamit untuk masuk kamar.

“Revi ke kamar dulu ya Bu. Kayla ikut tante ke kamar?” ucap Revi sambil mengelus rambut Kayla.

Kayla menggeleng sambil tersenyum ramah. Melihat kecantikkan dan kelucuan Kayla membuat setiap orang sangat menyukainya termasuk Revi.

***

Hari ini Revi sudah ada janji dengan Dandi untuk fitting gaun pengantin. Saat Revi masih di kamarnya terdengar suara pintu diketuk dari luar. Buru-buru Revi membuka pintu itu dan ternyata Dandi sudah berdiri di depan pintu.

“Masuk dulu Mas,” pinta Revi.

“Maaf Sayang, mas buru-buru pula karena ada janji dengan klien 2 jam lagi.”

“Kalau gitu, aku permisi sama mama dulu ya Mas.”

Bu Lusi kemudian keluar dari kamarnya dan menemui Dandi yang duduk di teras depan. Tidak lama kemudian Dandi dan Revi pergi. Begitu naik ke mobil Dandi langsung melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi karena buru-buru. Ravi hanya bisa menggerutu dalam hati. ‘Sudah tau ada janji kenapa pula ngajak fitting gaun pengantin sekarang.’

Revi agak takut saat Dandi membawa mobil sangat kencang. Tidak lama kemudian mereka sampai di tempat tujuan.

“Silakan masuk Mas, Mbak....” sapa seorang gadis yang merupakan pelayan di toko itu.

Dandi dengan merangkul pundak Revi masuk ke dalam. Begitu sampai dalam, mereka langsung disambut lagi oleh seorang pramuniaga dengan ramah.

“Ada yang bisa saya bantu Mbak?” tanya gadis itu.

“Bu Widya-nya ada Mbak?” tanya Dandi.

“Bu Widya ada di lantai dua Mas, mari saya antar ke atas.”

Revi dan Dandi langsung naik ke lantai 2 menemui desainer terkenal itu. Sampai di atas bu Widya menyambut mereka ramah.

“Ini contoh gaun yang sedang ngetren sekarang Mas,” jelas bu Widya memberikan contoh gaun pengantin.

Dandi memberikan contoh gaun itu pada Revi. “Baguskan Sayang....”

“Mbak bisa coba sekarang,” pinta bu Widya.

Revi langsung mencoba gaun yang berwarna putih gading itu di dalam ruangan ganti. Begitu keluar dari ruangan ganti, Bu Widya langsung tersenyum puas.

“Cantik kali Mbak-nya. Pas kali buat Mbak gaun ini.”

Dandi yang duduk di kursi langsung mendekati Revi sambil tersenyum.

“Kamu cantik kali Sayang,” ucap Dandi di telinga Revi sampai kumisnya menyentuh telinga Revi membuat Revi menggeliat kegelian.

Sikap Dandi yang kelihatan sangat mesra membuat Revi merasa malu karena dilihat oleh dua orang pramuniaga yang ada di situ. Sedangkan Dandi menatap Revi tidak berkedip membuat Revi merasa risi sendiri.

‘Mas Dandi kelihatan genit kali pun. Aku gak suka sama mas Dandi yang sangat genit dan agresif. Baru kenal aja udah berani seperti itu,’ batin Revi kesal.

“Gimana Sayang, kamu suka kan?” tanya Dandi senang.

“Terserah Mas aja. Kalau Mas suka, aku juga pasti suka,” ucap Revi.

“Kamu jangan seperti itu Sayang. Kalau ada yang lain yang lebih kamu sukai, kamu katakan aja. Semuanya kamu yang menentukan, bukan mas,” jelas Dandi.

“Gak Mas, udah yang itu aja.” Regina pun menunjuk baju yang baru dicobanya.

“Bu, saya pesan gaun yang seperti ini ya tapi jangan lama kali. Pokoknya sebelum pernikahan digelar, gaunnya udah selesai. Mengenai harga gak masalah bagi saya,” ucap Dandi pada bu Widya.

‘Mas Dandi selalu menganggarkan uang aja, seolah-olah uang dapat menyelesaikan semua urusan,’ batin Revi kesal.

***

Selesai fitting gaun pengantin Dandi mengajak Revi pergi ke cafe. Ternyata Dandi sudah sering ke cafe itu karena begitu masuk, banyak pelayan yang mengenalnya. Mereka pun mencari duduk di dekat jendela yang mengarah ke jalan.

“Kamu pesan apa Sayang,” tanya Dandi yang melihat daftar menu.

“Aku pesen jus jeruk aja Mas.”

Sambil menunggu pesanan datang, terlihat Dandi begitu sibuk menerima dan menelpon seseorang. Dia tidak lepas dari ponselnya. Bahkan beberapa kali dia menelepon dan ditelepon oleh rekan bisnisnya.

“Mas, kalau memang masih sibuk kenapa tadi kita kemari, lebih baik kita pulang aja.”

“Mas gak sibuk Sayang.”

“Buktinya Mas sejak tadi teleponan terus.”

“Maaf ya Sayang, kamu lebih penting dari segalanya.”

“Hay Dandi....” Terdengar suara seseorang memanggil Dandi.

Dandi dan Revi langsung menoleh ke orang tersebut. Terlihat seorang wanita cantik dengan memakai pakaian ketat dan pendek mendekati meja mereka. Dandi langsung bangkit dari duduknya dan ketika wanita cantik itu sudah dekat keduanya pun saling berpelukkan. Revi langsung terkejut melihat pemandangan yang ada di depannya.

‘Berarti seperti ini pergaulan mas Dandi di luar negeri. Mereka berpelukkan di depan umum tanpa ada rasa malu sedikit pun,’ batin Revi kesal.

“Ran, kenalkan ini calon istri aku.”

Dandi memperkenalkan Revi pada temannya yang sama-sama kuliah di luar negeri. Setelah ngobrol sebentar kemudian Rania langsung pamit pergi.

Untuk menghindari kesalahpahaman di hati Revi, Dandi pun menjelaskan tentang hubungannya dengan gadis itu. Revi hanya diam mendengarnya tanpa ada reaksi apa-apa. Perasaannya biasa saja ketika melihat Dandi memeluk gadis itu. Sedikit pun tidak ada rasa cemburu.

Revi banyak diam bahkan dia tidak mau tau tentang kehidupan Dandi. Sementara Dandi banyak tanya tentang kehidupan pribadi Revi.

“Sayang, mulai kapan kamu resign?” tanya Dandi.

“Resign? Siapa yang mau resign Mas?” Revi pun heran mendengar ucapan Dandi.

“Ya kamu Sayang.... Bukankah setelah menikah kamu tidak bekerja lagi?”

“Mas, aku gak ada niat untuk resign.”

“Tapi sebentar lagi kita menikah Sayang....”

“Jadi kalau kita menikah kenapa Mas. Apakah aku gak boleh bekerja lagi?”

“Kalau kamu tetap bekerja, gak ada waktu buat anak kita nantinya.”

“Kan ada pembantu?”

“Mas gak mau nantinya anak-anak kita diasuh oleh pembantu. Lagian gaji kamu memangnya berapa sih. Gaji mas kan sudah cukup untuk menghidupi keluarga kita nantinya.

Revi langsung tersinggung saat disinggung tentang gaji.

“Mas, aku tau gaji Mas memang besar dibandingkan gaji aku. Tapi dengan aku bekerja aku punya kesibukan sehingga gak bosan di rumah aja. Aku juga udah lama bekerja di perusahaan itu Mas,” jelas Revi.

“Coba kamu pikir sekali lagi Sayang. Mas gak mau anak kita nantinya lebih dekat dengan pembantu dari pada sama mamanya sendiri.”

“Itu bukan alasan Mas. Mas hanya memikirkan kemauan Mas aja tapi gak pernah memikirkan perasaanku,” ucap Revi marah.

Revi langsung beranjak dari duduknya dan hendak pulang tapi keburu ditarik Dandi tangannya.

“Kalau mau pulang, kita pulang sama-sama ya,” ucap Dandi merangkul pundak Revi.

Dalam perjalanan pulang Revi hanya diam saja. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya. Dia sangat kesal dengan sikap Dandi yang terlalu mengatur hidupnya.

‘Apakah pernikahan ini bisa berlanjut sementara banyak perbedaan diantara kami, baik itu kemauan atau pun prinsip hidup. Mas Dandi tidak memikirkan perasaanku. Dia merasa dengan banyak uang bisa membeli semuanya termasuk keinginanku untuk bekerja,’ batin Revi kesal

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!