NovelToon NovelToon

Hearts Beast

Episode. 1 - Awal

Jauh sebelum bencana ini terjadi. Seseorang yang mengaku dirinya berasal dari masa depan mengatakan kalau sebentar lagi, semua manusia akan berada di ambang kehancuran. Bukan tanpa sebab melainkan karena keserakahan, kesombongan dan kedengkian manusia yang sudah menjadi santapan sehari-hari. Namun, tak ada satu pun orang yang mempercayainya. Mereka tetap melakukan hal yang dilarang hingga membuat bumi sangat marah.

Setelah orang itu pergi meninggalkan masa sekarang. Beberapa hari kemudian, muncul sebuah virus yang sangat aneh dan mematikan. Virus itu merubah wujud seseorang menjadi sosok monster yang bahkan bentuknya tidak dikenali oleh siapapun. Monster-monster ini, memakan semuanya. Hewan, manusia, dan sesama monster lainnya. Kehancuran tak terelakkan. Gedung-gedung tinggi musnah dan terbakar. Semua orang berlarian keluar kota, meninggalkan apa yang ada di sana termasuk keluarga mereka. Namun, belum ada selangkah meninggalkan kota, beberapa dari mereka ada yang menunjukkan gejala batuk darah dan mimisan. Setelah itu, mereka pun berubah menjadi monster yang memangsa segalanya.

Gejala-gejala itu terus bermunculan selama tiga tahun. Api terus berkobar membakar segalanya hingga pada akhirnya, gejala itu berhenti dan tempat tinggal mereka hanya menyisakan puing-puing bangunan yang sudah tak terpakai dan terbengkalai.

Beberapa orang yang bisa bertahan hidup dengan bersembunyi di bawah tanah, membentuk sebuah kelompok pembasmi monster. Senjata api dan pedang pun dikerahkan untuk membunuh monster yang tidak pernah kenyang. Namun, tidak jarang juga beberapa dari mereka ada yang mati karena dimakan dan ada yang berubah menjadi monster.

”Hah! Mereka menyebut diri mereka sebagai pasukan pembasmi monster?! Kekanak-kanakan sekali! Seharusnya mereka sibuk menyelamatkan diri mereka! Bukannya menyelamatkan orang lain! Bagaimana kalau mereka mati karena menyelamatkan orang itu? Orang itu juga belum tentu akan mengenangnya seumur hidup. Dunia akan tetap berjalan meskipun mereka tidak ada.” celetuk Ayhner, seorang remaja berusia 17 tahun.

”Ayhner! Pelan-pelan sedikit! Kau yakin bisa menemukan tempat bermalam di sini? Aku lihat, hanya ada puing-puing bangunan dan tulang belulang monster saja.” ucap Eldric, remaja berusia 14 tahun di belakang Ayhner.

”Santai saja. Kemanapun kita pergi, kita pasti menemukan sesuatu. Mungkin saja kita menemukan bangunan minimarket atau apalah itu.” Ayhner berkata dengan santainya.

”Bagaimana kalau sampai tidak ketemu? Kau mengatakannya dengan asal kan?”

”Heh! Bagaimana kau bisa sejahat itu padaku? Kita sudah saling kenal selama sepuluh tahun kan? Harusnya kau sudah tahu aku ini tidak pernah salah mengatakan apa pun.” Ayhner menyambar dan langsung merangkul Eldric, berjalan beriringan meski sedikit sempoyongan.

”Jangan menambah beban di pundakku! Ini zaman susah! Jadi, semua harus masing-masing!” Eldric berusaha menjauhkan diri dari Ayhner yang terus menempel padanya.

”Masa sih? Sekarang aku sudah tidak lagi berguna untukmu? Bukannya, dulu itu kau selalu menangis dan menempel padaku karena ketakutan berada di tempat profesor? Sangat mengerikan jika mengingat bagaimana si pak tua itu menusukkan jarum suntiknya berkali-kali.”

Eldric menghentikan langkahnya seketika, menunduk seperti sedang memikirkan sesuatu. ”Profesor Edmund, dia masih hidup sampai sekarang?” suara Eldric terdengar cemas dan ketakutan.

Ayhner yang berada selangkah di depannya juga ikut merasakan ketakutan yang dialaminya. Dia dan Eldric pernah tinggal bersama seorang kakek tua bernama Edmund. Dia adalah seorang profesor yang melakukan percobaan terhadap manusia.

”Siapa yang tahu? Mungkin saja dia sudah berubah menjadi monster atau dimakan oleh monster. Akhirnya karena semua kekacauan ini, kita bisa pergi dari tempat itu. Benar kan?” Ayhner kembali menyambar dan merangkul pundak Eldric dan menekan kepalanya dengan kepalan tangan.

”Hentikan! Ini sakit!” Eldric berusaha melepas kedua tangan Ayhner. Namun, di tengah itu semua, muncul suara ledakan besar yang berasal di depan mereka. Ledakan itu membuat serpihan bangunan berterbangan sehingga mereka berdua harus segera merayap di tanah.

Ayhner menutupi kepala Eldric dengan satu tangan sementara dirinya, mencoba untuk melihat sesuatu yang muncul di depan sana. Tak berselang lama setelah mereka diserang oleh puing-puing bangunan, sesosok tubuh raksasa berwarna merah seperti tak memiliki kulit, muncul dan berdiri di depan mereka. Monster itu memiliki tubuh gemuk, kaki dan tangan yang kecil serta kepalanya mirip sekali dengan dugong hanya saja dia tidak memiliki kulit.

”Wahh, kita mendapat satu serangan. Besar sekali ukurannya.” Ayhner tersenyum datar begitu dia melihat sosok ini.

”Ayhner! Dia terlalu besar! Kabur saja yuk.” pinta Eldric yang langsung menarik tangan Ayhner ke arah sebaliknya. Namun, Ayhner langsung menepisnya dan dengan berani, dia berdiri di depan monsternya.

”Kebetulan banget. Hari ini kita belum makan. Dan sebagai gantinya, kita akan memakan mereka.” Ayhner mengeluarkan pistolnya yang ia temukan dari dalam pakaian milik salah satu polisi. Namun, ia hanya bisa menembakkannya sebanyak tiga kali karena dia tidak menyimpan peluru cadangan.

”Tunggu! Ayhner! Kau tidak bisa melawannya semudah itu! Sebaiknya, tunggu pasukan pembasmi monster untuk membunuhnya.” ucap Eldric, berlindung dibalik bongkahan batu besar.

”Untuk apa berharap pada orang lain kalau aku bisa melakukannya sendiri?” Ayhner menatap monster yang juga menatapnya. Matanya mampu melihat dimana letak jantung monster yang menjadi kelemahannya. Jantung yang memiliki ukuran sekepalan orang dewasa, tentu akan sulit ditemukan di dalam tubuh monster yang ukurannya berada jauh 10 kali lipatnya.

Jantungnya berada di bagian dada kiri dan tertutupi oleh ratusan dinding daging yang sulit ditembus. Mungkin para pasukan pembasmi itu memenggal kepala mereka untuk membunuhnya.

Keringat Ayhner mulai mengalir dari atas kepalanya ketika monster itu melangkah mendekatinya. Dentumannya mirip sekali dengan mobil yang terjatuh dari tebing. Jika dihitung jumlahnya, mungkin ada sekitar 20 suara mobil terjatuh di telinganya.

”Ayhner! Kau bisa membunuhnya?” tanya Eldric ragu dengan kemampuan Ayhner sekarang.

”Tentu saja! Aku akan menyelesaikannya dengan sangat cepat!” Ayhner menjawab dengan percaya diri. Kemudian, ia pun menekan senjatanya sebanyak tiga kali lalu, dengan kecepatan tinggi, peluru itu melesat ke arah monster itu berada.

Peluru itu tepat mengenai bagian dimana jantungnya berada. Akan tetapi, karena Ayhner memulainya dengan jarak yang cukup jauh, pelurunya tidak berhasil menembus kulit tebal monster dan hanya menggoresnya sedikit.

”....”

”Makanya aku ragu sejak awal. Senjata itu cuma senjata biasa.” cibir Eldric yang memperhatikan.

Seakan tahu Ayhner mencoba membunuhnya, monster itu meraung, membuat suara yang cukup keras sampai nyaris memecahkan telinga mereka. Ayhner bergerak mundur beberapa langkah, berdiri di sebelah Eldric. Setelah meraung keras, monster itu langsung berlari ke arah keduanya dengan tatapan marah.

Dengan cepat, Ayhner segera menarik Eldric pergi dari tempatnya. Namun, mereka merasa dikejar monster ini sama saja seperti dikejar oleh harimau dan serigala.

Ayhner membiarkan Eldric pergi mendahuluinya. Ayhner mengambil sebuah batang besi dengan ujung tajam yang kemudian dilemparkannya ke arah monster yang semakin mendekatinya.

Sesuai harapan, batang besi itu menembus mata kirinya hingga monster itu berhenti mengejarnya.

”Ayhner! Apa yang kau lakukan! Cepat lari!” seru Eldric dari kejauhan.

Ayhner segera menoleh ke belakang dan berlari ke arahnya. Namun, belum ada beberapa langkah, dia melihat beberapa tentakel gurita keluar dari dalam tanah dan akan menebas punggung Eldric jika dia tidak segera pergi dari sana.

”Tidak! Kemarilah! Di sana berbahaya!” teriak Ayhner, mencoba berlari menghampiri Eldric.

Crattt!!!

Sebuah tebasan bergerak cepat seperti kilat memotong lima tentakel yang muncul dari dalam tanah. Sekelompok orang yang memakai jubah hitam itu datang setelah mereka mendengar suara raungan dari monster yang mereka lawan.

”Berhenti di sini!” pinta seorang pemuda yang berdiri di depan Ayhner hingga langkahnya terhenti seketika.

”Heh! Kau ini siapa?! Aku cuma ingin menghampiri temanku di sana!” ucap Ayhner sedikit membentak.

”Temanmu sudah kami amankan. Sekarang giliran mu untuk digiring pergi dari sini.” pemuda dengan jubah hitam dan topi ini menarik Ayhner menuju suatu tempat. Namun. Ayhner tidak mau menurutinya begitu saja.

”Tidak usah dibantu! Aku bisa sendiri.” celetuk Ayhner kesal.

”AYHNER! TOLONG!”

Tiba-tiba Eldric berteriak keras. Ayhner langsung mencari Eldric dan dia menemukan sebuah tentakel gurita yang sedang melilit seluruh tubuh Eldric seperti ular. Begitu juga yang dialami oleh ketiga pasukan yang menyelamatkannya tadi. Kini, bukan nyawa mereka berdua saja yang terancam melainkan nyawa orang lain juga ikut serta.

Episode. 2 - Pengendali Monster

”Biarkan aku pergi!”

Ayhner langsung menepis tangan pemuda yang berusaha menghentikannya. Dia berlari menghampiri Eldric dengan membawa sebuah batang besi dari salah satu puing bangunan. Batang besi itu dilemparkan dari jarak jauh lalu akhirnya menancap tepat di bagian tentakelnya. Namun, itu tidak cukup untuk membuatnya kesakitan.

Monster itu menunjukkan wujudnya yang cukup aneh dan mengerikan. Dia memiliki tubuh bintang laut namun, memiliki tentakel di seluruh sisi tubuhnya. Terdapat begitu banyak wajah manusia yang tampak di tengah-tengahnya. Mereka semua adalah orang-orang yang sudah di makan oleh monster ini.

”Ada banyak orang. Aku tidak bisa melakukannya sekarang.” batin Ayhner yang memperhatikan sekeliling lalu, dia kembali melihat ke arah Eldric yang akan di makan lebih dulu oleh monster gurita.

Sesuatu tiba-tiba membuatnya sangat yakin untuk melakukan kemampuannya yang hadir secara tidak sengaja. Ayhner berhenti melangkah ke depan. Sejenak, dia memejamkan matanya lalu membukanya kembali. Mata kirinya yang semula berwarna merah seketika berubah menjadi kuning dan langsung menyorot ke arah monster itu berada.

Seolah patuh dengan apa yang akan diucapkan oleh Ayhner, monster itu langsung menurunkan semua orang yang dililit oleh tentakelnya. Setelah itu, dia pun segera bersembunyi kembali ke dalam tanah dan tidak muncul lagi.

”Monster itu mundur tanpa sebab?” batin pemuda yang terkejut setelah melihatnya. Rasanya tidak mungkin monster ini kabur setelah melihat satu monster mirip dugong yang ada di belakang mereka. Monster-monster ini tak pernah memandang apakah lawannya terlalu kuat atau tidak. Asalkan perut selalu diisi, mereka tidak peduli sebesar dan sekuat apa pun ukuran lawannya.

Ayhner langsung jatuh berlutut, memegangi mata kirinya yang mengeluarkan darah. Matanya telah berubah kembali menjadi merah namun, rasa perih itu membuatnya tidak berani membuka matanya.

”Ayhner!” seru Eldric yang langsung berlari menghampiri Ayhner, melihat keadaannya saat ini. Eldric tentunya sudah tahu sejak lama mengenai kemampuan istimewa Ayhner yang mampu menundukkan semua monster. Namun sayangnya, tubuh yang selalu disayat oleh pisau bedah dan dimasukkan segala obat penyakit tidak mampu menahan keistimewaan ini lebih lama.

Monster besar yang ada di belakang mereka kembali meraung ketika seluruh pasukan pembasmi mencoba memenggal kepalanya. Mereka semua sibuk melawannya dan karena itu semua, Ayhner menarik Eldric pergi dari tempat tadi.

”Tadi itu, kemampuan yang luar biasa. Rasanya tidak mungkin ada satu pun manusia yang memilikinya.” ucap pemuda yang berjalan menghampiri Ayhner hingga keduanya memutuskan untuk berhenti sejenak.

”Maaf, Ayhner. Aku membuatmu melakukan itu semua.” bisik Eldric.

”Tidak perlu seperti itu. Lagu pula, aku memang ingin melakukan satu percobaan.” balas Ayhner.

”Tapi, sayang sekali. Kau tidak bisa menggunakannya cukup lama. Dan aku yakin, kau memiliki hutang nyawa pada kami yang berdiri di sini.” pemuda itu akhirnya berdiri berhadapan dengan Ayhner. Mata hitamnya, menatap mata kiri Ayhner yang masih memiliki bekas darah di bawah kelopak matanya. Jelas saja itu seperti efek samping dari kekuatannya sendiri.

”Hutang nyawa? Ku kira kalian melakukanya secara sukarela. Apakah ini yang dinamakan pungutan liar?” Ayhner menyeringai.

Pemuda itu melipat tangannya. ”Apa pun akan dilakukan demi bertahan hidup di tempat yang seperti ini. Bahkan orang baik sekali pun akan menjadi penjahat jika dia terlanjur putus asa.”

”Oh? Kenapa tidak mengaku saja kalau kau sedang kelaparan? Ku rasa kita memiliki sedikit makanan.” Ayhner melempar sebuah apel yang akhirnya menabrak dada pemuda lalu jatuh ke tanah.

”Itu makanan terakhir yang kami miliki. Terimalah. Aku tidak akan meminta bantuanmu lagi. Aku sudah siap mati dalam kondisi apa pun.” Ayhner berjalan kembali, diikuti oleh Eldric dari belakang. Sementara pemuda itu hanya terdiam, menatapnya dari belakang.

”Aku melihat nama yang ada di pakaiannya. 'Gillsouth.' rasanya aku seperti pernah mengenalnya.” batin Ayhner memikirkannya sepanjang jalan.

”Kapten Gill! Kami berhasil mengalahkan monster besar yang tadi. Tapi, kemana monster berbentuk gurita?” seseorang berlari menghampiri Gillsouth dan berdiri sedikit lebih jauh di sebelahnya.

”Dia ketakutan dan mundur.” singkat Gillsouth.

Orang itu sedikit terkejut lalu bertanya kembali, ”Bagaimana bisa itu terjadi?”

”Tidak bisa ku jelaskan.” Gillsouth berpikir sembari menarik dagunya sendiri. Tatapannya terlihat serius saat otaknya bekerja. Tak lama dia menurunkan tangannya kembali lalu menatap ke atas. ”... Cari tahu tentang eksperimen pada manusia. Ada sesuatu yang membuatku penasaran.”

”Baik, kapten! Akan saya lakukan.” orang itu segera pergi dan melakukan apa yang diminta Gillsouth saat ini. Sementara Gillsouth masih memikirkan kejadian saat Ayhner membuat monster tadi tunduk dan langsung kembali ke persembunyiannya. Jika Ayhner mampu mengendalikan para monster itu, apa mungkin dia adalah pemimpin mereka? Jika Ayhner menyuruh seluruh monster untuk saling membunuh, bukankah masalah ini akan cepat selesai?

...~o0o~...

”Ayhner! Apakah tidak masalah jika kau menunjukkan kemampuanmu di depan semua pasukan pembasmi? Mereka mungkin akan segera mencarimu.” ucap Eldric duduk di depan api unggun di dalam sebuah gedung serba guna.

”Tenang saja. Aku tinggal menyembunyikannya saja. Lagi pula, mana ada orang yang percaya dengan hal-hal berbau seperti ini. Huh! Pengendali monster apanya. Mereka tidak mungkin mempercayainya dan menganggapnya sebuah kebetulan saja.” celetuk Ayhner asal.

”Tapi, menurutku mereka akan segera mencarimu. Orang yang terlihat seperti kapten mereka sudah melihat semua yang kau lakukan tadi.”

Ayhner tiba-tiba terhenti, melamun menatap api yang terus membakar kayu. Dia seperti sedang memikirkan sesuatu dan merasa bahwa mungkin saja apa yang dikatakan Eldric benar. Orang yang bernama Gillsouth itu mengatakan kalau dia akan melakukan apa saja agar bisa selamat dari dunia yang kacau ini. Ayhner juga merasa kalau dia pernah bertemu dengan nama itu di suatu tempat. Jika dia tahu mengenai profesor Edmund, Gillsouth pasti tak membiarkannya pergi. Karena dia tahu percobaan apa yang sedang dilakukan profesor Edmund saat ini. Tapi, tampaknya Gillsouth bukanlah seseorang yang muncul dalam masa lalunya. Jadi, ada kemungkinan dia tidak akan pergi untuk mencarinya.

”Tak akan ada yang terjadi. Tenang saja. Tidak perlu cemas. Semua akan baik-baik saja.”

...~o0o~...

”Kapten Gill! Kami sudah menemukannya.” seru seseorang yang berjalan memasuki sebuah ruangan mirip sekali dengan sebuah kantor penyelidik.

”Katakan apa yang kalian temukan.” singkat Gillsouth, beranjak dari kursinya dan berdiri menghadap jendela.

Orang itu menunjukkan beberapa kertas di tangannya. Kertas itu berisikan tentang data semua percobaan yang dilakukan oleh seorang profesor yang keberadaannya belum diketahui semua orang.

”Ada sebuah percobaan yang dilakukan pada manusia secara rahasia. Mereka menangkap anak-anak yatim piatu untuk dijadikan objek penelitian. Seorang ahli arkeolog menemukan sebuah kerangka raksasa yang bentuknya tidak menyerupai manusia maupun hewan. Dari penemuan itu, mereka mencoba membuat monster yang mirip sekali dengan yang para arkeolog temukan. Tapi, sebagian besar anak-anak itu mati saat percobaan dilakukan. Hanya ada satu anak yang berhasil bertahan hidup. Tapi, bersamaan dengan itu, sebuah ledakan terjadi di tempatnya. Kemudian virus itu menyebar dan merubah semua orang menjadi monster dengan gejala batuk darah dan mimisan.”

Gillsouth berpikir selama beberapa saat. ”Siapa anak itu? Apa kemampuannya? Dimana letak ledakan itu tiba dan siapa profesor yang melakukan percobaan itu?”

Orang ini membuka-buka kembali lembaran kertasnya lalu menjawab, ”Tidak ada keterangan siapa anak itu dan dimana letak ledakan itu terjadi. Tetapi, anak itu memiliki kemampuan mengendalikan pikiran para monster. Dan orang yang melakukan percobaan terlarang itu adalah Profesor Edmund.”

”Oh? Begitu ya.” singkat Gillsouth setelah terdiam selama beberapa saat dan duduk kembali di kursinya, sembari menadahkan dagunya di atas kedua punggung tangannya. ”... Berikan perintah pada para pasukan untuk membawa kemari orang yang kita selamatkan tadi. Rambut hitam dan mata merah. Dia selalu bersama dengan seorang laki-laki berambut pirang yang jauh lebih pendek darinya. Kemeja yang dipakainya berwarna putih dan dia memakai jaket hitam yang cukup tebal. Cari dia dan jangan sampai lepas.”

...~o0o~...

Special Illustration

from IG : @norayolayora

-

-

Episode. 3 - Wanita Baja

Besoknya.

”Eldric! Lihat! Ada polisi yang mati di sini!” Ayhner menatap sebuah tubuh laki-laki berseragam polisi yang masih memegang senjata api di tangannya. Ayhner tampak tak mempedulikan bau busuk dari mayat itu padahal, Eldric sudah memperingatkannya untuk tidak berani mendekati mereka yang sudah mati.

”Jangan ambil senjatanya. Katanya kalau seseorang mengambil benda peninggalan milik orang yang sudah mati, dia akan dihantui selamanya sampai dia mengembalikan benda itu kepada pemiliknya.” ucap Eldric dari kejauhan sembari menutup hidungnya. Saat ini, mereka masih berada di tengah puing-puing. Kebanyakan orang mati di sini karena tertimpa tembok bangunan yang runtuh.

”Darimana kau belajar kata-kata itu? Setidaknya kita punya sesuatu untuk melindungi diri.” Ayhner mengambil pistol yang ada di tangan laki-laki tadi dan mengambil seluruh isi peluru yang tersimpan di dalam kantong kecilnya. Tanpa mengatakan apapun lagi, Ayhner berdiri kembali dan berjalan menghampiri Eldric yang sudah menunggunya.

”Heh! Ayhner! Setidaknya kita kuburkan mayatnya sebagai ucapan terima kasih. Kalau dibiarkan, dia mungkin akan menghantuimu.”

”Lagi-lagi hal yang seperti itu. Kita akan melakukan apa saja demi bertahan hidup. Lagi pula, kau tidak ingin menjadi kotoran yang dibuang oleh monster yang memakanmu, kan?”

Eldric langsung menjawab, ”Tentu saja tidak! Aku hanya takut saja.”

”Lupakan saja! Baiknya kita segera pergi dari sini. Ada beberapa serangga yang mengawasi.” Ayhner merangkul pundak Eldric kemudian memaksanya berjalan pergi meninggalkan tempatnya.

Di sisi lain, sekelompok orang berjubah hitam tengah mengawasi mereka dari balik tembok bangunan dan salah satu dari mereka adalah seorang wanita bermata biru dan berambut hitam. Di sisi kanan dan kirinya setidaknya ada lima orang yang ikut dengannya.

”Dia sudah tahu kalau kita mengawasinya di sini.” ucap wanita, memperhatikannya dengan ekspresi serius. Mata birunya menyala tajam seperti meteor yang jatuh di malam hari.

”Bagaimana kita akan membawanya, wakil Ainsley?” tanya seseorang.

”Lakukan apa yang Gill katakan. Jika dia melawan, terpaksa kita harus menyakitinya.”

...~o0o~...

”Ayhner! Memangnya ada yang mengawasi kita? Mungkin itu hanya firasat mu saja.” ucap Eldric memperhatikan sekitar dengan penasaran.

”Ya, kemarin itu kau benar. Mereka mencariku. Sepertinya, aku membuat kesalahan besar sampai-sampai mereka semua harus repot mencariku yang terus berjalan tanpa arah.”

Eldric terkejut mendengarnya. ”S- soal kemarin, ya? Itu salahku. Maaf, Ayhner. Seharusnya aku bisa lebih berhati-hati. Akhirnya, kau terpaksa melakukannya untuk membuat monster itu bergerak mundur.” ucapnya dengan rasa bersalah.

Ayhner terkekeh, menatap ke atas seakan tak menghiraukan permintaan maaf Eldric untuknya. ”Aku hanya melakukan hal yang wajar dan membuktikan bahwa aku ini manusia. Lagi pula, aku juga tidak memiliki siapa pun selain kau saja.” Ayhner merendahkan ekspresinya, menolak untuk menunjukkannya pada Eldric.

Eldric yang mendengarnya merasa terharu. Baru kali ini, Ayhner akhirnya mengakui keberadaannya dan mengatakan hal bagus padanya. Dia langsung merangkul kedua pundak Ayhner dan berkata dengan sepenuh hati, ”Aku juga hanya memilikimu! Jadi, jangan mati dulu! ”

”Ahh! Hentikan! Jangan pegang-pegang!” Ayhner berusaha membanting Eldric ke depan. Namun, dia tidak pernah menyangka, tubuh kecil Eldric tidak sebanding dengan berat badannya. Padahal tingginya hanya 150 cm dan berbadan kecil. Tidak di sangka, dia memiliki berat sebesar 70 kg. Berbeda sepuluh kilo darinya.

”Dimana kau taruh lemak di tubuhmu? Tubuh seperti semut tapi berat seperti gajah.” ucap Ayhner heran, tetap berusaha membanting Eldric ke depan namun, dia tampak sangat kesulitan saat melakukannya.

”Heh! Bagaimana aku bisa seberat itu? Kita tidak makan sejak kemarin. Apel terakhir malah kau berikan pada orang yang menyelamatkan kita lalu, dibuang olehnya.” celetuk Eldric menatapnya datar.

”Sungguh, aku yang membuangnya? Kenapa aku tidak bisa mengingatnya?” Ayhner berpura-pura lupa mengenai kejadian kemarin.

”Kau hanya berpura-pura lupa. Aku tahu itu sejak sepuluh tahun lalu. Jadi, kau tidak akan bisa menipuku lagi.” Eldric akhirnya melepaskan kedua tangannya dari pundak Ayhner.

”Ya sudahlah. Kemarin ya kemarin. Sekarang ya sekarang. Buat apa menyesali kejadian yang sudah terlanjur terjadi. Lagipula kita bukan Dora*mon yang memiliki mesin waktu.” ucap Ayhner, mengabaikan ekspresi kesal Eldric.

”Lalu, bagaimana kita akan mengisi perut sekarang? Kau bilang kita akan menemukan minimarket di dekat sini. Tapi, yang aku temukan hanya puing-puing bangunan tidak berguna. Kau ini senang sekali berdusta.”

”Aku tidak membohongimu. Aku hanya mengatakan apa yang terlintas dalam pikiranku. Untuk apa aku menyusun kata hanya untuk membohongimu saja? Sangat merepotkan. Sayangnya aku terlalu malas untuk melakukannya.” Ayhner langsung tertawa lepas, menatap Eldric dengan penuh ejekan.

”Itu artinya, kata-kata yang tadi, hanya sekedar untuk membohongiku saja? Kau tidak benar-benar mengatakannya sepenuh hati? Jadi, ini balasanku yang sudah mau mengikutimu sampai kemari?”

”Siapa yang memintamu untuk mengikutiku? Kau saja yang keras kepala! Sekarang kau baru menyesal karena berada di sisiku?” ucap Ayhner sedikit lebih keras.

Ayhner tiba-tiba melirik ke samping, merasa ada sesuatu yang sedang menatap mereka. Sementara Eldric tak mengerti mengapa sifat Ayhner berubah drastis seperti ini apalagi, dia sampai mengeluarkan pistol yang baru saja ditemukannya tadi.

”Kau mau melakukan apa dengan itu?” tanya Eldric heran.

Ayhner tertawa. ”Tidak apa-apa. Aku hanya ingin menguji seberapa kuat pistol ini digunakan. Ku pikir ini bukan pistol yang ditujukan untuk melindungi diri dari monster. Tetapi, untuk melindungi diri dari manusia.”

Tepat setelah mengatakannya, Ayhner langsung menghadap belakang dan melepas beberapa peluru ke arah orang-orang yang bersembunyi di balik reruntuhan bangunan. Ayhner sedikit asal saat melakukannya karena dia masih baru menggunakannya. Benar saja, tak lama beberapa pasukan itu keluar dari persembunyiannya dengan seorang wanita yang menjadi pemimpin mereka.

Dia masihlah wanita yang sama seperti tadi. Namanya adalah Ainsley, wakil dari kapten Gillsouth yang mereka temui kemarin.

”Pendengaranmu bagus juga. Tapi, kemampuan menembak mu sangat buruk! Lebih buruk dari anak TK.” cibir Ainsley, menatapnya sinis.

”Oh? Begitu? Sayang sekali, aku tidak tahu seperti apa anak TK yang kau maksud itu.” balas Ayhner.

”Ya, kau tidak akan pernah tahu karena kau dan laki-laki di sebelahmu, dibesarkan di satu ruangan putih. Kalian berdua adalah objek percobaan profesor Edmund. Jika kau dengan senang hati ikut denganku, akan ku pastikan kau bisa tetap hidup.” Ainsley mengajaknya berjabatan tangan. Namun, Ayhner tidak menunjukkan satu pun pergerakan.

Ayhner terlihat sangat marah ketika Ainsley menyebut nama Profesor Edmund dalam kalimatnya. Orang itu adalah orang yang sangat dibenci olehnya dan orang yang menyiksanya selama ini. Bahkan Eldric bisa merasakan kemarahannya saat ini.

”Eldric! Berlindung.” ucap Ayhner pelan yang langsung dimengerti oleh Eldric. Dia berlari dan bersembunyi di balik bongkahan batu sementara, Ayhner terus menatap tanah sembari memegang kuat pistolnya saat ini.

Gemetar kelihatannya. Dengan berani, dia mengacungkan pistolnya ke arah Ainsley dan menatapnya dengan sangat marah, ”... Jangan sekalinya kau berani menyebutkan nama itu di hadapanku.”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!