"Hei..Jack tunggu aku.." Teriak Stella dari arah belakang sambil berlari memanggil sahabatnya yang terlihat jalan dengan terburu-buru.
Didepan Jack terlihat berlari kecil sambil sesekali melirik jam tangannya.
"Stell cepat...aku tunggu dikelas". sambil memiringkan kepala sedikit, tetapi kaki masih terus berlari.
"Ah,,Sial jangan sampai aku terlambat". Stella berlari sambil mengeratkan buku ditangannya.
Sambil berlari Stella berdoa agar hari ini dia tidak terlambat dan bebas dari hukuman seperti sebelumnya.
"Tidak..tidak..jangan sampai aku berdiri dilapangan lagi". Stella semakin mempercepat lajunya, membayangkan bagaimana beberapa hari kemarin dia hampir saja pingsan karena kelelahan berdiri di depan kelas.
Memang bukan hanya dirinya saja yang mendapat hukuman, tetapi tetap saja mendapat hukuman terlalu sering tidaklah bagus, untuk seorang gadis Cantik bernama Stella Mattew.
"Aww..."Pekik Stella saat tidak sengaja badannya menabrak sesuatu yang keras, menyebabkan buku ditangannya hampir saja terlepas.
"Aduh, Kau-" belum sempat Stella mengomeli benda yang membuatnya hampir hilang keseimbangan, kini dia hanya bisa menelan saliva nya dengan kasar melihat siapa yang berdiri di depannya sekarang.
Lelaki tampan, berbadan tinggi tegap, bibir tipis, hidung mancung, rahang yang tegas, dan ah dada bidang yang baru saja ia tabrak. Sangat sexy walau dilapisi dengan kemeja.
"Ma-maafkan saya Pak". ucapnya sambil menunduk takut, dan malu.
"Stella....."
Stella masih menunduk tidak berani mengankat wajah.
"Stella kau deng-"
"Ah iya pak, Marahnya nanti saja, bapak dengarkan bel sudah berbunyi dan saya harus keruangan sekarang". Stella yang tidak menyia-nyiakan peluang untuk kebur dari hadapan Pak Boy segera berlari saat melihat tatapan mata gurunya yang semakin tajam seperti ingin mengukiti dirinya.
Sambil berlari kecil Stella memegang dadanya sambil sedikit tersenyum
"Entahlah tadi itu rezeki atau petaka".
_______
"Stell kau kenapa?" tanya Jack sambil duduk disamping sahabatnya yang dari tadi terlihat melamun.
"Tidak ada, memang kenapa?" Jawab Stella memiringkan kepalanya melihat sahabatnya yang semakin hari semakin terlihat tampan saja.
Stella melihat kearah kemana tatapan jack, dan terkejut saat matanya menangkap sosok yang indah tengah duduk menatap ke arah mereka.
Terlihat sangat tampan saat mata nya tetap lurus, dengan sesekali menyesap kopi ditangannya..kemeja Navy dan celana kain hitam yang dipakai pak Boy semakin membuat aura nya semakin keluar.
"Stella, sepulang sekolah kita makan dulu bagaimana? Tawar Jack masih menampilkan senyum termanisnya. Jack tidak hanya memiliki senyum manis, dia juga memiliki wajah tampan rahang tegas, bulu mata panjang, kulit putih dan bibir tipis. jika dia dia diciptakan sebagai wanita dia pasti akan menjadi wanita tercantik.
"Boleh, kau traktir, karena tadi kau meninggalkanku". Jawan stella cepat dan merangkul bahu sahabatnya.
Jack mendapat perlakuan seperti ini dari Stella hanya diam membeku namun hanya sesaat di mengarahkan kembali wajahnya kedepan setelah tadi mereka saling pandang. Jack menatap kedepan dengan senyum titis dibibirnya.
"Ah maafkan aku, kau tau hukuman laki-laki disekolah kita tidak sama dengan hukuman anak gadis kalau ketahuan terlambat atau berbuat onarkan"
Jack masih mengingat bagaimana dia dan kawan-kawannya harus mendapatkan hukuman membersihkan seluruh ruang kelas hanya karena terlambat lima menit saja. Dan dia tidak akan mau mengulang nya. Tidak akan. Cukup sekali dihukum.
"Ah kau benar, guru kita semua nya sangat jahat kurasa"
Stella dan Jack kembali tertawa bersama mengingat bagaimana mereka mendapatkan hukuman-hukuman mereka.
Anak-anak lain yang melihat mereka tertawa seperti itu lebih memilih mengabaikan, tetapi sebagian dari mereka juga banyak yang merasa iri, mereka terlihat sangat serasi, dari semua segi, ketampanan dan kecantikan serta kepintarannya. Tidak sedikit yang mendukung mereka setelah dewasa akan bersama.
Sementara diujung sama dibawah pohon depan ruang guru, seorang berwajah tampan menatap kearah Stella dan Jack yang terlihat sangat serasi, tatapannya tajam, tidak suka.
"Jangan melamun, anak-anak akan panik saat melihat guru tampan yang mereka incar tiba-tiba sesurupan karena hantu sekolah juga menyukainya". Bayu yang tahu kr arah mana tatapan teman seperkerjanya itu menatap lantas menepuk pundaknya dan duduk didekatnya.
"Jangan macam-macam". Seru Pak Boy memutus tatapannya ke dari Stella dan menatap teman didepannya.
"Mereka berdua tidak hanya pintar tetapi terlihat sangat serasikan?" kini tatapan pak Bayu mengarah ke Stella yang masih terlihat tertawa bersama Jack, terlihat sesekali wajah kesal Stella saat jack mengacak-acak rambutnya.
Stella adalah sahabat Jack, mereka sudah bersahabat sejak sekolah menegah pertama sampai saat ini mereka akan lulus, kecantikan Stella memang tidak bisa diragukan lagi, wajah mungil, bibir kecil sedikit tebal, mata bulat, bulu mata lentik, berkulit putih dan bertubuh kecil dan tinggi. seperti model.
"Terlalu cepat membahas itu, Stella harus belajar lebih giat lagi". Kini tatapan Pak Boy kembali mengarah ke Stella, sesekali tangannya mengepal saat melihat jack dengan sengaja mencubit pipi Stella.
"Dia anak yang pintar, asal dia konsisten dewasa nanti dia akan semakin sukses" Seru Pak Boy dengan senyum yang tak kalah manis.
"Hahaha....Mana bisa gadis manja itu bersikap dewasa, liat saja sebesar itu dia masih terlihat seperti anak-anak".
Setelah mengatakan itu Pak Boy berdiri meninggalkan pak Bayu, dia tidak akan membahas gadis manja itu lagi. Sedang pak Bayu yang mengetahui sikap temannya hanya diam dan tersenyum
"Ah Boy..boy..bilang saja kau cemburu karena Stella tertawa bersama jack kan".gumamnya
__________
Disinilah Stella dan Jack sekarang, makan siang dengan masih menggunakan pakaian sekolah mereka, disebuah warung makan pinggir jalan arah rumah Stella. Menikmati makan siang mereka dengan sesekali saling menggoda . Godaan sahabat ke sahabat.
"Pelan-pelan makannya Stell" Seru Jack yang melihat Stella makan dengan terburu-buru.
"Aku harus kembali, aku baru ingat ada janji dengan mama". setelah suapan terakhir, Stella mencoba menjelaskan, dengan kekehan kecil.
"Hm kalau begitu terima kasih traktirannya". Stella berdiri dan mengecup pipi kiri Jack, mereka sudah sering seperti ini jadi tidak heran jika sebagian dari kawan-kawan mereka tidak percaya mereka hanya sebatas sahabat.
"Stell, tunggu". Stella yang hendak berbalik tangannya dicekal Jack membuatnya harus berdiri memperhatikan lekat wajah tampan sahabatnya.
"Ada apa?" tanya Stella, karena sudah beberapa menit mereka hanya berdiri dan tangan Stella masih dipegang Jack.
"Aku..aku, Stella, sebenarnya aku". Jack menghentikan ucapannya melirik kiri kanan, memastikan tidak ada yang mendengar.
"Iya kau kenapa?" Stella yang bingung dengan sikap sahabatnya melepaskan tangannya dari jack dan memegang dahi Jack.
"Aku baik-baik saja Stella". Mengambil tangan Stella dan kembali memegangnya, membawa tangan itu ke dada kirinya. Terlihat Stella mengerutkan dahi karena masih bingubg dengan perbuatan Jack. Tiba-tiba saja Stella merasa ada yang sesuatu yang akan terjadi, jantungnya berdetak, saat dengan tiba-tiba benda kenyal milik jack menempel di bibirnya. hanya menempel dan sebentar.
"Apa yang kau la-"
"Aku cinta kamu Stella".
Bagai disambar petir Stella yang masih shock dengan keadaan barusan semakin terkejut dengan pengakuan sahabatnya.
"Stella...." ucap jack lirih melihat Stella masih terdiam.
"Jack..aku...
Didalam kamar tidur berukuran sedang, dengan dekorasi putih dan biru muda itu, Gadis bermata coklat itu, menghempaskan diri dengan kasar diatas kasur empuknya. Menutup muka dengan bantal dan sesekali mengayunkan kaki ke atas seperti berlari.
"Aaaaaahhhhgghh, Kau gila.." Diperjalanan pulang Stella terus saja mengumpat kesal.
"Kau itu sahabatku, tidak seharusnya kau lakukan hal bodoh seperti itu,...hiks..." Stella terisak, dia kesal, marah dan juga sedih.
Setelah beberapa menit menangis, Dia bangkit berdiri depan cermin dan melihat sosok aneh didalam. Mata bengkak, rambut panjang acak-acakan, dan maskara yang blepotan.
"Hei...Lihatlah aku terlihat seperti monster didalam, hwaa hahha". Stella mengatai dirinya dia terbahak. Kemudian dia kembali sendu.
Menghela nafas panjang, dia kembali duduk di pinggir kasur. "Aku berharap besok skan seperti biasa, aku harap kau hanya bercanda". Gumamnya penuh harap walaupun dia ragu, karena dia bisa melihat keseriusan jack tadi.
Tiba-tiba alat canggihnya berbunyi segera dia ambil alat canggih berbentuk pipih itu dan membuka satu pesan masuk dari sebuah nomer asing. Dia memincingkan mata karena tidak menegenal nomer tersebut tetapi yang membuat matanya membolak dan jantungnya berdetak adalah siapa pengirim lesan tersebut...
"Huwaaaaa.....dia..dia mengirim pesan untukku" Tampa sadar Stella berdiri, mencium dan berputar bahagia seperti mendapatkan uang jutaan dolar dalam sekali nafas. Berlebihan.
"Aku harus balas apa ya? Atau aku diamkan saja? Dia berfikir sambil mengetik huruf-huruf itu menjadi sebuah kaliat, tetapi kembali di hapusnya. Begitu seterusnya sampai pada akhirnya sehuah ucapan akhirnya terkirim "Terima kasih".
Hampir bermenit-menit dia menyusun kata tetapi yang terkirim hanya ucapan itu "Terima masih".
Stella gadis yang cerdad hanya saja sedikit ke kanak-kanakan, hanya sedikit. Tetapi terlalu sering mengamalkannya. Jadi seperti itulah dia.
__________
"Bagamana apakah kau berhasil mengungkapkan perasaanmu? Tanya Joshua teman yang selama ini selalu mendengar curhatan sahabatnya Jack.
"Sudah ku ungkapkan, tetapi belum ada jawaban". Jawabnnya menghela nafas berat.
"Setidaknya kau sudah berjuang mengungkapkannya, biarkan dia memutuskannya sendiri".
"Menurutmu apakah dia akan menerimaku? Tanya Jack agak ragu.
"Aku tidak ahli dalam hal tebak menebak, kau tunggu saja besok". Jawab Joshua berlalu meninggalkan temannya dalam kegelisahan.
"Brengsek, kalau aku tahu seperti ini aku tidak.akan mengungkapkannya tadi" Jack memang sedikit menyesal karena terlalu terburu mengungkapkan perasaannya, sebenarnya dia hanya takut kalau gadianya akan direbut pak Boy. Mengingat nama itu Jack pesimis sendiri.
"Harusnya Bapak tidak boleh masuk dalam kisah kami". Jack seperti berlebihan kalau menyangkut masalah perasaan, karena dia tahu sehabatnya itu menyukai pak Boy.
Dia mengingat bagaimana tatapan memuja Stella saat melihat guru bahasa mereka. Jack tentu tahu tatapan apa yang Stella perlihatkan. Entah guru mereka itu sadar atau tidak. Tetap saja Jack takut.
Keesokannya disekolah, sepertinya memang hari baik buat Stella karena bebas dari hukuman, walaupun tadi dia terlambat lima menit. Di dalam ruang kelas yang berisikan tiga puluh siswa itu hanya Stella saja yang tidak melakukan apa-apa seperti teman-temannya, yang berlari, bergosip, menyanyi dan lain-lain sembari menunggu guru masuk.
"Mikirin apa?" Tanya Joshua yang duduk didepan Stella, yang di angguki oleh Anggi juga.
"Mikirin Pak Boy,". Stella terkekeh kecil, mengingat nama pak boy saja, bisa dikatakan Stella sudah jatuh cinta, karena kemanaoun dia seperti melihat gurunya dimana-mana, di dinding, di pohon di langit.
Joshua dan Anggi hanya mendengus kesal. Selalu saja nama guru mereka yang galak itu menjadi bahan perbincangan stella. Entah kenapa temannya ini menyukai guru mereka yang galak, dan suka sekali menghukum walaupun mereka semua sadar Pak Boy memang tampan apalagi saat tersenyum.
"Heh, jangan coba-coba memikirkan calon suamiku". Stella memukul kepala Anggi yang tiba-tiba saja senyum-senyum sendiri.
"Aww....Stella". Pekik Anggi merasakan kepalanya sakit terkena buku tulis.
"Hei...kalian melupakanku?" Sapa Jack menghampiri teman-temannya. Jack ini sangat tampan lihat saja setiap hari rambutnya selalu terlihat acak-acakan tetapi tidak mengurangi ketampanannya. apalagi saat dia tersenyum.
"Kau terlambat Bro..kau tidak takut membersihkan seluruh kelas lagi?" Joshua sebenarnya tahu kenapa Jack terlambat tetapi dia harus mencairkan suasana apalagi saat melihat Stella tiba-tiba terdiam
"Selamat pagi sayang". Jack mengabaikan Joshua dan duduk disamping Stella dan mengacak-acak rambut yang tidak pernah terikat itu.
Tidak ada yang beran dengan panggilan itu, karena sejak dulu Jack memang suka memanggil Stella dengan sebutan itu. Mungkin saat itu Jack memang sudah menyimpan rasa untuk sahabatnya.
"Jack...kau merusak rambut indahku". Gerutu Stella dengan bibir mengerucut.
Setelah itu mereka semua terbahak, tertawa bersama sampai jam pelajaran tiba, guru yang mereka tidak harapkan masuk dengan beberapa buku ditangan. Suasana menjadi tegang, karena mereka tahu guru mereka ini terkesan mengintimisi.
Tapi tidak buat Stella, baginya kehadiran Pak Boy didalam Kelas bisa membuat moodnya berubah menjadi lebih banyak energi.
Semuanya menyimak dengan baik, tidak ada suara apapaun didalam kelas, hanya suara pak Boy saja yang terdengar didalam menggema dengan sangat merdu. Dan itu hanya bagi Stella tentunya.
Sesekali Jack menoleh ke belakang, melihat bagaimana lagi-lagi Stella menatap memuja ke arah pak Boy yang tengah memberi materi.
"Stella, apakah aku tidak pantas mendapat kan sedikit saja perhatianmu?" gumam Jack dalam hati dan kembali menatap pak Boy yang memang menurutnya memang tampa celah, tampan. pintar, dan mapan. Helaan demi helaan nafas yang Jack keluarkan agar fokusnya kembali.
Kegiatan belajar mengajar itu berlangsung dengan semestinya. Stella dan Jack kembali seperti biasa, sudah tidak canggung lagi, Jack sudah menyakinkan Stella bahwa dia tidak akan memaksakan perasannya, demi persahabatan mereka. Stella tidak sungkan untuk berbagi cerita ke Jack, bagaimana sikap pak Boy yang tiba-tiba baik dan tiba-tiba saja dingin. Semua Stella curahkan. Dia tidak memikirkan bagaimana reaksi Jack saat mendengar nama orang lain terucap dari bibir wanita yang di cintainya. Sakit. Tapi Jack akan menahannya.
"Stella, Pak bayu memanggilmu ke ruanganya". Beritahu Anggi duduk disamping Jack, jadi posisi mereka saat ini Stella sebelah kiri, Jack ditengah dan Anggi samping Jack.
"Aku..?" mengerutkan dahi, seingatnya dia tidak pernah melakukan kesalahan apapun minggu-minggu ini.
"Hum, karena hanya kau yang bernama Stella di sekolah ini". Jawab Stella santai sambil memakan cemilan ditangan Jack, dia tidak melihat bagaimana tajamnya tatapan Jack tidak suka ada memakan makanan yang seharusnya untuk Stella
"Kau itu....bisa serius tidak". Malah Stella yang tidak serius sekarang. Lanjutnya "Kenapa menggilku, seingatku aku tidak melakukan kesalahan belakangan ini".
"Sudahlah, aku juga tidak tahu, kau ke ruangannya saja, disana juga ada Pak Boy mungkin saja dia mau melamarmu". Anggi tertawa membayangkan hal romantis yang tidak mungkin terjadi. Sementafa Stella dan Jack menatapnya aneh.
Setelah dari ruang guru minggu lalu, Stella mendapat tawaran dari Pak Bayu untuk membaca puisi saat pelepasan perpisahan minggu depan. Ingin menolak, tapi karena Stella melihat siapa pengarang puisi tersebut dia jadi bersemangat untuk mencoba.
"Aku percaya kau bisa". Jack yang sudah disamping Stella seperti power bank selalu memberi energi saat Stella lagi-lagi tidak percaya diri
"Kau tahu, aku sangat gugup". Ungkap Stella menatap nama pencipta Puisi ditangannya
"Ini bukan pertama kalinya, kau berdiri didepan orang banyak Stella" Jack jadi bingung kenapa tiba-tiba saja gadis ini gugup
"Kau benar, aku harusnya percaya dirikan". Stella mengepalkan tangan ke atas pertanda semangat untuk diri sendiri.
Tampa mereka berdua sadari dibalik kaca ruangan guru, seseorang memperhatikan mereka sejak tadi dengan wajah datar serta tatapan penuh menyelidik.
"Jadi bagaimana mereka menurutmu? Kata pak Bayu berniat menggoda temannya.
"Apa maksudmu? Jawabnya sambil berjalan ke arah bel, dan menekannya. Sudah waktunya anak-anak masuk kelas, itu lebih baik daripada harus nongkrong tidak jelas dibawah pohon. Fikirnya.
Sore harinya Stella, Jack dan Anggi sudah berada didalam Aula, Stella dan teman lainnya yang ditugaskan akan latihan mulai hari ini. Dan tentu saja Jack akan selalu ada untuk menyemangati pujaan hatinya, dia tidak akan membiarkan orang lain lebih dulu mendekati Stella, tidak juga buat Pak gurunya.
"Stella, sekarang giliranmu". Panggil Pak Bayu dengan gerakan tangan memanggil Stella yang masih sibuk bercanda dengan Jack dan Anggi.
Stella berdiri, dan menghampiri Pak Bayu kemudian berdiri di atas panggung dengan kertas ditangannya, jangan lupakan sebuah pengeras suara berdiri di depannya, seperti memang sudah siap menangkap suara indah Stella.
Seketika hening, semua mata dan telinga terfokus pada Stella yang diatas panggung dengan gerakan bibir yang dibuat sedemikiannya untuk mengepresikan bacaan puisinya.
Bagi Jack, Suara Stella sangat indah, sangat pantas membawakan Puisi tersebut, terlihat jelas bagaimana Jack menatap bangga pada Stella dibatas panggung, dan itu semua tidak luput dari perhatian seseorang yang juga berada disana. yang hanya berdecak kesal melihat tatapan Jack pada Stella.
Setelah hening tentu saja suara menjadi riuh kembali, semua orang bertepuk tangan karena bagi mereka Stella memang pandai sekali membaca puisi. Tetapi itu hanya sekejab setelah suara seseorang membuat suasana menjadi tegang.
"Kenapa kalian bertepuk tangan seolah-olah kalian sangat bahagia?" Pak Boy berdiri dari duduknya, berjalan kearah pak Bayu dan duduk disamping temannya.
"Oh ternyata pencipta puisi kita sudah hadir". Kata Pak Bayu berdiri ke arah Stella yang masih setia berdiri di podium
"Harusnya kau belajar lebih baik lagi, Jangan membuat suaramu seperti wanita yang akan menggoda pria. Tentu saja ucapan Pak Boy membuat seisi ruangan menahan nafas. Semua mata tertuju ke arah Stella yang sudah mulai menahan amarah. Wajahnya merah padam.
"Saya bahkan membuat kata-kata indah ini semalaman dan dia merusaknya dengan suaranya". Ucap Pak Boy lagi. Disini terlihat Pak Boy sangat tidak menyukai Stella dan itu salah karena dia adalah guru. Bukankah guru harusnya membimbing? Tapi sepertinya Pak Boy punya cara sendiri untuk mendidik, karena dia tahu tiap anak memiliki karakter berbeda-beda.
******
"Jangan bersedih, setidaknya kau sudah berusaha menjadi terbaik". Jack mengacak-acak rambut Stella, karena sejak kemarin sahabat nya ini hanya murung dan tidak seceria biasanya. kemarin saat pak Boy berkata tidak enak, Guru mereka yang suka sekali menghukum itu menggantikan Stella dengan Anggi. Tentu saja Anggi langsung menolak karena dia tidak suka berada di atas panggung dan membiarkan semua mata menatapnya dengan diam. Itu sangat menyeramkan baginya
"Siapa bilang aku sedih, aku bahagia karena akhirnya Anggi yang menggantikanku". Senyumnya melihat ke arah Anggi yang terlihat tidak bersemangat sama sekali.
"Lalu kenapa wajahmu seperti itu?"
"Aku hanya bingung bagaimana caranya menaklukkan hatinya". Maksudnya hati Pak Boy.
"Aku tidak akan memberi ide, asal kau tahu, karena aku yang lebih pantas bersama mu". Jack membanggakan diri dengan mengacak-acak kembali rambut Stella. Stella hanya geleng-geleng saja. Sebenarnya Jack itu sangat tampan di usianya. Seperti itu dia sudah menjadi bintang disekolah. Banyak gadis diam-diam mengidolakannya tetapi mereka sadar tidak mamou menggeser Stella.
Eheeeem
Suara deheman terdengar dibelakang mereka sontak membuat dua gadis itu memaku karena tahu suara siapa dibelakangnya.
Terkecuali Jack, dia dengan santainya menatap pak Boy tampa dosa.
"Stella, jangan Pacaran terus, kau seharusnya banyak belajar, kau lupa nilai ulangamu semakin turun?. Peringat Pak Boy yang menangkap aksi mesra dua sahabat itu.
Stella hanya mengerutkan kening, "Bukankah nilaiku tidak ada yang turun?". Gumamnya dalam hati. Dia kesal karena Pria tampan didepannya ini selalu saja membuat moodnya turun naik.
"Dan Anggi, teruslah latihan kau punya waktu 5 hari dari sekarang". Setelah mengatakan itu. Pria yang suka membuat hati Stella kadang remuk kadang bersemi itu berlalu begitu saja. Sangat aneh. Sudah membuat jantung hampir copot. Dia berlalu begitu saja.
"Dia sangat menyebalkan untung saja aku suka". Gumam Stella dengan senyuman dan langsung mendapat jitakan sari Jack.
"Jangan memujanya, walaupun dia guru kita, aku tidak suka. Aku cemburu".
Stella dan Anggi hanya menatap Jack jengah, setelah mengatakan perasaannya Jack lebih suka terang-terangan sekarang. Sangat menyebalkan bagi Stella tapi tidak mungkin mengusir pemuda tampan yang banyak diminati semua gadis. Stella menyayanginya.
"Dan aku tidak menyukai ini, kalian tahu aku akan pingsan diatas panggung nanti, apalagi saat menyadari semua mata menatapku". Keluh Anggi menenggelamkan wajahnya di pundak Stella.
"Sudahlah, akupun sebenarnya tidak menyukai posisi itu". Stella terbahak, membuat Anggi semakin kesal. Yah Stella memang tidak ingin membaca puisi atau jadi apapun nanti. Kemarin karena dia melihat nama pencipta puisi itu saja membuatnya ingin mencoba. Dan dia bersyukur digantikan.
Saat mereka kembali asyik dengan curhatan mereka karena Joshua tiba-tiba datang mepet disamping Anggi. Karena Joshua memang sangat gemar membawa berita-berita viral di sekolah, akhirnya semua berita yang dia dapat sejak beberapa hari yang lalu dia tuangkan semua pada tiga sahabatnya. Mereka bertiga tentu tidak masalah karena ada beberapa dari semua berita yang dibawa Joshua ada saja berita yang memang mereka tunggu-tunggu. Bukankah Joshua ini sudah layak seperti reporter?
Dan tiba-tiba benda pipih yang sedari tadi di genggam Stella menyala. Terdapat sebuah pesan masuk. Stella membuka dengan menutup layar dengan sebelah tangannya tidak membiarkan mata orang lain menagkap isi pesan yang dia terima.
Setelah melihat isi pesan itu tiba-tiba saja gadis manis ini berdiri dan melompat kegirangan. Jelas membuat ketiga sahabatnya heran. dan menggeleng-gelengkan kepala. Stella sangat kekanakan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!