NovelToon NovelToon

Benih Titipan Om Mafia

1. BAB 1 II Bukan Pembuat Anak

“Aku mau cerai! Aku tidak sudi menikah denganmu! Pokoknya aku bukan istrimu! Pernikahan ini tidak sah! Kau bukan manusia, kau setan! Ihhh, kenapa kau lakukan ini padaku?! Aku baru saja lulus sekolah. Tapi kenapa kau jadikan aku istri gelapnya, Om?”

“Dasar penjahat!”

Dengan kedua tangannya, Chia menutup wajah dan matanya yang sembab. Menghentikan air matanya yang silih berlinang turun. Umurnya masih 17 tahun tapi statusnya sudah tidak perawan dan telah menjadi istri dari seorang pria dewasa yang tidak pernah dia tahu bagaimana rupa sang suami.

Ia primadona di sekolah, dicintai banyak orang, namun berakhir diculik. Dipaksa menikah dengan seseorang tidak dikenal dan melayani birah1 suaminya itu dengan bantuan obat terlarang. Kesuciannya direnggut pada malam pertamanya. Masih terasa jelas bagaimana tubuh kecilnya dihujam brutal oleh biji tempurnya.

Surat pernikahan di atas meja membuktikan dirinya sudah dimiliki. Tertera pula alasan suaminya melakukan itu padanya di surat yang lain.

~Hai nona, kau cantik, secantik bunga, semenarik putri salju. maaf, om agak kurang ajar sudah menculik mu. om terpaksa. om melakukan ini sedang berada di situasi genting. hidup dan mati om sedang dipertaruhkan. jadi, karena kau adalah wadah yang cocok bagiku. tolong jaga baik - baik benih om di dalam rahim mu yang hangat itu. om hanya menginginkan satu anak darimu.

kalau benihnya gagal tumbuh, panggil saja namaku, sayang. biar om gantikan benih yang baru. love you, babu.~

Brakkh!

“Babu? Kau anggap aku babu? Oke, fine. Mulai sekarang tidak akan kubiarkan anakmu tumbuh di dalam rahimku. Dasar monster!” Sekali lagi Chia hanya bisa memarahi surat - surat di atas meja. Tapi sebenarnya kata itu salah tulis. Sungguh typo yang meresahkan.

Ia sudah mencari tahu nama suaminya di internet dan berbagai situs tapi identitasnya acak - acakan, alias tidak ada yang satupun cocok dengan perkiraannya. Ingin sekali Chia mengecek langsung ke kantor sipil tapi ia takut statusnya tersebar luas dan menjadi bahan pergunjingan ibu - ibu komplek perumahan.

“Tch, kalau saja fotonya ada, pasti bisa mempermudah pencarian ku. Sekalian bisa ku santet mati.” Chia mendecak dan bersandar ke sofa. Membuang nafas berat.

“Arghhh, kenapa aku berakhir begini!” Chia menyesal punya wajah yang cantik.

“Udah yatim piatu, sekarang jadi istri gelap orang. Apa tidak ada cewek yang bisa dia jadikan istri? Memangnya aku ini alat pembuat anak?!” Chia kesal dan mengingat dirinya yang dituntun paksa menuju ke altar pernikahan dengan memakai penutup mata. Rasa penasaran ingin tahu rupa suaminya itu menggebu - gebuh. “Ahh, siapa sih kau!” Chia menjambak - jambak rambutnya, hanya suara saja yang bisa dia ingat jelas. Suara khas yang berat tapi lembut.

“Ngeselin banget, tapi kalau aku dapati identitas mu, aku berjanji akan mencincang ***** mu itu.” Chia masuk ke kamar mandi. Membersihkan tubuhnya yang penuh keringat lengket dan bau. Malam ini dia harus menghadiri pesta kelulusannya di sebuah cafe bersama teman - temannya.

….

“Woi, Chia! Sini!” panggil temannya melambai. Chia pun mendekati mereka. Semuanya yang hadir pun mengernyitkan dahi melihat penampilan Chia yang berbeda dan ada sedikit bekas merah di leher Chia.

“Kenapa lihat aku begitu? Ada yang aneh?” tanya Chia duduk di antara mereka tanpa memakai cincin pernikahannya. Semuanya pun saling melempar pandangan. Mereka bingung dan terkejut satu sama lain melihat perubahan Chia malam ini. Primadona yang populer tiba - tiba aura cantiknya tidak terpancarkan malam ini.

“Ada apa dengannya?”

....

Sekuel dari novel Ibu Susu [Edgar & Keylin]

Tinggalkan like dan favoritkan.

Terima kasih...

2. BAB 2 II Tidak Perawan

"Apa sih yang kalian lihat?" tanya Chia risih. Mereka pun duduk dan menggelengkan kepala. "Tidak lihat apa - apa kok, cuman kita heran saja, kenapa kau terlihat lusuh begini, Chi?" tanya mereka.

"Akhir - akhir ini, kau baik - baik saja, kan? Tidak diteror sama om - om, kan?" Mereka terus mengajukan pertanyaan sambil meneguk minumannya masing - masing. Mereka tahu bahwa Chia sangat cantik, dan gara - gara parasnya itu, kadang setiap pulang sekolah ada bapak - bapak atau sugar Daddy yang menawarkan tumpangan gratis padanya. Tapi Chia menolak semua.

'Bukan diteror, tepatnya gue udah jadi istri Om - om!' gerutu Chia dalam hati.

"Ngomong apa sih? Aku baik - baik saja kok," ucap Chia tersenyum. Cowok - cowok yang hadir seketika tambah terpesona. Senyum saja membuat mereka klepek - klepek, apalagi kalau diam, damage Chia membuat mereka seperti tersengat listrik 200 volt. Menembus bagai anak panah ke dalam hati mereka. Walau begitu, sebagian cewek yang hadir tentu ada yang iri dan benci pada Chia.

"Ck, jujur saja kau sedang gelisah karena tidak mampu lanjut ke jenjang pendidikan berikutnya, hahaha … miskin," cemooh cewek - cewek itu.

"Modal paras aja belagu, tidak seperti Agnes, sudah cantik, tajir dan bukan yatim piatu. Calon mahasiswa pula." Mereka mengagumkan salah satu cewek di antara mereka, sang primadona ke ll dan berasal dari keluarga kaya tajir melintir tapi sayangnya, sifatnya sombong dan pelit. Serta haus pujian dan gila berjudi.

"Hei, diam kalian ya! Jangan seenaknya hina - hina orang. Ngaca, tol*l. Chia itu bukan cuma cantik, tapi otaknya juga jenius, nilainya lebih tinggi dari kalian!" ujar Susi, sahabat Chia.

"Udah, Si. Jangan ladeni mereka." Chia menenangkan Susi yang memang gampang marah, tidak sepertinya yang masih bisa sabar dan menahan kepalan tangannya yang gatal ingin menonjok satu - persatu cewek di meja itu.

"Benar, tuh. Kita lanjut makan - makan aja yuk," sahut yang lainnya. 

Semuanya pun berjalan lancar sampai akhir dan di meja sebelah, nampak Agnes dan the gengnya itu pergi menuju ke sebuah bar. Sedangkan yang lain, memilih untuk pulang istirahat. Terutama Chia dan Susi pulang ****** kaki.

Tiba - tiba, mobil putih mewah menepi di pinggir jalan. "Cieee… kok jalan kaki sih? Panggil sugar Daddy kau dong, hahahaha…." tawa the geng Agnes.

"Kasihan, sang primadona nomor satu hanya bisa berjalan kaki. Pasti malam ini dia gak punya ongkos buat sewa taksi, upss, hahaha…." Mereka melaju pergi, tak lupa melemparkan kresek bekas berisi sampah - sampah mereka di depan kaki Chia.

"Woy, sini kalian, berengsek!" Susi meneriakinya dan menendang kresek itu.

"Udah, Si. Jangan emosi, kita abaikan saja mereka. Toh, ini hari terakhirku di kota ini. Mereka dan aku tidak akan pernah bertemu lagi," ucap Chia memungut kresek itu, membuangnya ke tong sampah. 

"What? Maksudnya, kau mau meninggalkan aku?" Susi memegang dadanya yang berdetak dug - dug.

Chia membuang nafas kasar. Kemudian tersenyum seadanya. Chia juga tak tega meninggalkan sahabatnya itu, namun ia sadar kondisinya saat ini hanya akan menyusahkan Susi. Apalagi ia tidak bisa mengatakan statusnya itu. Sehingga ingin pergi untuk merahasiakannya.. 

"Maaf, Susi. Di kota lain sana, aku punya keluarga. Mereka memintaku ke sana dan menyuruhku lanjut kuliah di sana. Kau tidak usah sedih begitu. Kau jangan berniat ikut ya, awas!" kata Chia terpaksa bohong dan gemas melihat raut wajah Susi.

"Huaaa… Chia!" Susi memeluknya. "Seminggu lalu, kau membuatku cemas gara - gara tidak mendapat kabar darimu, tapi sekarang kau malah ingin pergi. Kau membuatku tambah sedih tahu."

Chia bergidik geli mendengarnya. "Udah deh, jangan lebay gini. Hubungan kita tetap lanjut kok, jadi pulang sana. Nanti aku hubungi kau setelah sampai di sana. Okeh?" Chia mencubit hidung Susi.

"Janji, ya! Hubungi aku kalau kau tiba di sana."

"Ya, janji." Chia tersenyum. Susi pun balas tersenyum kemudian menaiki bis. Meninggalkan Chia sendirian di pinggir jalan kota.

"Arghh, dasar bego!" umpat Chia masih berdiri di tempatnya.

"Bego banget sih kau, Chia! Susi adalah satu - satunya tempat kau bergantung, tapi sekarang kau melepaskannya. Malam ini, aku mau kemana? Sewa rumah kontrakan masih belum aku bayar, sewa listrik dan sewa air juga belum. Aku harus bagaimana, Tuhan?" Chia mendongak ke atas. Sedikit matanya kelilipan kala setetes air jatuh mengenainya. Langit di atas tampak diselimuti awan hitam. Tanda hujan tidak lama lagi akan mengguyur kota metropolitan itu.

"Apa aku jual diri? Toh, aku udah gak perawan lagi, kan?" 

3. BAB 3 II Seperti Simpanan

Satu pikiran dangkal masuk ke dalam kepala Chia.

PLak!

Dan satu tamparan menangkisnya cepat. Walau sakit, tapi ia tidak peduli. Yang jelas, Chia tetap harus berpikir dulu.

"Jangan, jangan murahan, Chia! Sekarang kau pulang saja dan bicara baik - baik sama Ibu kost. Siapa tahu, bulan depan diberikan keringanan." Chia pun berjalan pulang. Melangkahkan kedua kakinya yang terasa berat.

Ternyata benar, Ibu kost sudah berdiri di dekat pintu.

"Hehe, malam, Bu." Chia menyapa sopan. Ibu kost pun mendekatinya dengan sorot mata yang seperti biasa, tajam dan tegas.

"Ah, ampun, Bu! Saya keluar hadiri pertemuan kelulusan, bukan keluyuran kok." Chia segera mengatupkan kedua tangannya. Mengira akan dijambak, rupanya sang Ibu kost menyodorkan sebuah kartu ATM.

"Nih, seseorang menitipkan ini padamu," ucap wanita itu.

"Buat saya? Dari siapa, Bu?" Chia mengambilnya dengan bingung.

"Tidak tahu," jawabnya ketus.

"Kalau begitu, saya pamit pergi mengecek isinya dulu ya, Bu. Siapa tahu ini dari keluarga jauh saya yang bisa membayar sewa kontrakan ku." Chia menunjuk jalan.

"Tidak usah, isi di dalam kartu itu ada 1 milyar."

"What? 1 milyar? Serius, Bu?" Chia menatap kaget kartu di tangannya.

"Ya, dan semua sewa kost sudah terbayar lunas. Begitupula biaya yang lain. Jadi, malam ini, pergilah dari sini."

Mulut Chia menganga. "Pergi? Ibu ngusir saya?" Tunjuk gadis itu.

"Ya, saya tidak mau gadis tidak jelas sepertimu di sini. Saya cemas, kau akan membawa kesialan pada penghuni kost lainnya. Pergilah!" Ibu kost itu membentak. Agak risih dan iri melihat Chia menjadi pusat perhatian.

"Ck, yaudah. Terima kasih sudah menampung saya, Bu. Permisi." Chia pergi dan meremas kartu dan selembar surat yang berisi dari suaminya.

"Sial, dia menyebalkan. Benar - benar, aku seperti simpanan om - om." Chia berjalan pergi. Menulusuri jalan yang sepi. Sudut matanya pun terpaku pada satu klub malam.

"Okeh, akan ku habiskan semua isi kartu ini supaya kau di sana bangkrut dan jadi gila." Chia menyadari, suaminya orang kaya, tapi dia tidak senang, melainkan kesal punya suami bagaikan makhluk tak kasat mata. Chia memesan semua minuman-keras. Menghabiskannya dan berharap cairan allkohol itu mencegah dirinya hamil. Ia takut, dari malam pertamanya itu membentuk janin di perutnya.

"Woy, minggir dong!" bentak Chia yang mabuk parah. Mendorong pria yang sedang menariknya berdiri. Seketika kedua matanya pun terkesima melihat pria dewasa nan tampan dan gagah itu. Senyum tipis Chia mengembang. Tapi sempoyongan akibat kepalanya sedikit pusing dan berat.

"Hai, Nona, kau baik - baik saja, 'kan?" tanya pria itu. Chia menyentuh dagunya kemudian mengalungkan kedua tangannya. Menatap dengan mata menggoda dan bibir yang digigit nakal. Membuatnya terlihat menggairahkan malam ini.

"Hai, lepaskan, Nona." Meski dipaksa, Chia menggeleng manja. Kemudian pingsan ke dada bidang pria itu. Pria itu menepuk wajah. Kedatangannya memang untuk Chia, namun agak kecewa melihat kelakuan istrinya itu.

Gerry Brandon Rios, pria yang saat ini kembali untuk melihat kondisi istrinya, tidak menyangka istrinya itu seakan ingin mencari cara untuk menggagalkan dirinya hamil. 'Sepertinya, aku harus melakukan percobaan kedua.' Ia pun membawa Chia ke hotel kembali. Padahal, baru seminggu berlalu, keduanya malam ini kembali beradu cinta. Ia membutuhkan anak segera mungkin untuk menyelamatkan hidupnya yang sedang dipertaruhkan.

....

Like, komen dan favoritkan ❤️

Gak keras sudah memasuki awal bulan dan tahun baru. Semoga di tahun 2023 ini, kita semua diberkahi rezeki melimpah, kesehatan, kebahagiaan, kesuksesan dan yang masih singel mendapat jodoh yang baik dan sholeh🤗

Aamiin...

Terima kasih🎉

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!