NovelToon NovelToon

My Bodyguard Knows My Secret

• Prolog •

Suasana indah di taman sekolah, menemaninya yang sedang membaca novel kesayangannya. Membayangkan bagaimana rasanya mempunyai seseorang yang menyayangi kita seperti dalam cerita novel. Tiba-tiba, sekelompok siswi berdiri di mengelilinginya. Dia yang sedang asyik membaca buku tak sadar akan kehadiran , salah satu dari mereka mengambil kasar buku novel miliknya dan melempar buku itu ke wajah gadis sangat pemilik buku.

"Seharusnya kau sadar diri, bodoh! Gadis buruk rupa sepertimu tidak akan ada laki-laki yang mau denganmu! " - Bentaknya

Bugh! Plak! Beberapa pukulan berhasil mengenai tubuh gadis malang itu, dia hanya bisa menangis meminta agar berhenti dipukuli. Bahkan mereka menjambak rambutnya, membuat dia merasa semakin kesakitan.

"Tatap aku, ****** gila! Jika kau dekati pacarku lagi, akan kubuat kau buta! Mengerti?!" - Ancamnya

"I-iya, a-aku m-mengerti" - Jawab gadis malang itu

Jambakan terlepas dari rambutnya, dia hanya bisa menangis sambil menahan rasa sakit ditubuhnya. Sekelompok siswi yang menggertaknya pun tertawa bahagia saat melihat sang pemeran utama kita sengsara.

Sang gadis pemeran utama kita diberi nama "Lyrandra"

...• Lyrandra POV •...

"Hei, lihatlah! Kasihan sekali dia ya? Hahahaha!" - Tawa Para Murid

"Makanya jangan jadi pelakor, sudah tahu jika si cowok itu telah memiliki pacar. Tapi malah didekatinya" - Sahut Mereka

"A-aku t-tidak b-bermaksud b-begitu, a-aku h-hanya -" - Ucapku gemetaran

"Halah! Bacot! " - Ucap Gadis Itu

Gadis itu mengangkat salah satu tangannya dan ingin menamparku lagi, dengan refleks aku menutup kedua mataku. Aku menunggu pukulan darinya, namun tak ada. Aku segera membuka mataku secara perlahan, aku lihat tangan gadis itu ditahan oleh seorang laki-laki remaja yang tak lain adalah pacarnya.

"Sudahlah, sayang. Tidak ada gunanya kamu memberi pelajaran kepadanya, pelakor tetaplah pelakor. Dia tidak akan merasa menyesal dengan perbuatannya itu" - Ucap Laki-laki Itu

Gadis itu langsung menurunkan tangannya dan memeluk pacarnya itu, lalu pacarnya membawa gadis itu pergi dan meninggalkan aku sendirian di tengah kerumunan para murid. Aku menahan geram dan mencoba untuk berdiri, kali ini aku harus melawannya.

"Aku bukan pelakor! Ini bukan salahku, laki-laki itu yang mendekatiku lebih dulu!" - Teriakku

Bugh! Sebuah tinju melayang ke salah satu pipiku dan berhasil membuatku terjatuh, aku langsung menciut. Ternyata yang meninjuku adalah pacarnya. Aku menatap ke arahnya, laki-laki itu membalas tatapanku dengan tatapan tajam yang membuatku merinding saat melihat kedua matanya.

"Bahkan laki-laki pun berani menyakiti perempuan, aku sangat takut dengan laki-laki" - Gumamku

...• ~ • ~ •...

Disisi lain, seorang laki-laki remaja sedang berjalan kaki di sore hari. Menikmati tepi sungai yang indah, ditemani dengan angin berembus yang berhasil menerpa wajah dan rambutnya. Laki-laki itu sangat menikmati suasana ini, dia ingin lebih lama berada di sini.

"Oi! Alvaro!" - Panggil Seseorang

Sang pemilik nama itu menoleh kepada temannya

Sang tokoh utama laki-laki ini bernama "Alvaro"

...• Alvaro POV •...

Dari kejauhan, terlihat seorang laki-laki remaja berlari ke arahku dengan nafas tersengal-sengal. Laki-laki itu tak lain adalah temanku

"Ada apa? " - Tanyaku

"Bro, bolehkah aku meminjam uangmu? Untuk saat ini, aku sangat membutuhkan uang untuk ibuku. Bolehkah? " - Tanya Temanku

"Uang? Lagi? " - Tanyaku

"Bro, kita kan teman. Kamu tidak boleh pelit kepada temanmu ini, apa kamu tega melihat seorang ibu menderita?! Bolehkah? Aku mohon..." - Bujuk Temanku

"Huh, baiklah. Ini uangnya dan pergilah " - Ucapku

Aku memberikannya beberapa lembar uang kepadanya, berharap uang itu bisa membantu ibunya yang sedang kesusahan. Temanku sangat berterima kasih kepadaku, lalu segera berlari menjauh dariku.

"Padahal uang itu untuk pengobatan ibuku" - Gumamku

Yang membuatku kecewa dari temanku itu adalah dia tidak pernah membayar hutangnya, walaupun sering kutagih. Jawabannya selalu saja membuatku tak puas.

"Hei, aku ini adalah temanmu. Apakah kamu tak tega melihat temanmu ini menderita? Teman macam apa kau?! Tidak bisakah kamu mengikhlaskannya?!" - Ucapnya

...Kita kan teman......

...Kita kan TEMAN......

Bruk! Seseorang menyenggol tubuhku, membuatku sadar akan lamunanku tadi. Aku langsung menoleh ke bawah, seorang gadis sedang merangkak dan kedua tangannya sibuk mencari sesuatu.

"Hei, kamu tidak apa-apa? Kamu sedang apa? " - Tanyaku

"Maafkan aku, sekali lagi aku minta maaf. Aduh, di mana kacamataku? " - Tanya Gadis Itu

Aku mengamati sekitarku, aku temukan sebuah kacamata terletak tak jauh kakiku. Aku mengambil kacamatanya dan membersihkannya, aku lebih dulu mengulurkan tanganku untuk membantunya berdiri. Saat aku memberikan kacamatanya, aku tercengang saat melihat wajahnya tanpa kacamata. Ti-tidak mungkin?!

"Ly-Lyra?! " - Tanyaku

"Ah, maaf! Aku harus pergi! Se-sekali lagi, aku minta maaf! " - Ucap Gadis Itu

Gadis itu langsung berlari setelah mengambil kacamatanya dari tanganku, aku hanya bisa terdiam melihat kepergian nya. Aku ingin mengejarnya, tapi aku merasa tidak yakin. Mungkin saja itu orang lain, aku tidak bisa 100% percaya bahwa gadis itu adalah dia.

Aku menggelengkan kepala dan merogoh saku bajuku, tersisa beberapa lembar uang disaku bajuku. Apakah uang ini cukup untukku bertahan hidup? Huh, aku harus mencari lebih banyak uang lagi. Aku mengacak rambutku sendiri, frustrasi dengan hidupku sendiri.

Apa sebaiknya aku tidak meminjamkan uangku padanya? Tapi, dia kan temanku. Satu-satunya temanku yang kupunya, siapa yang mau berteman dengan anak sepertiku?! Aku tidak ingin dibilang sebagai anak yang kesepian.

Sekarang aku mempunyai seorang teman, walaupun akhlaknya minus. Setidaknya aku punya satu, ya kan? Aku duduk di sebuah kursi kosong yang telah disediakan di tepi sungai, aku memukul kepalaku sendiri. Hidupku membuatku gila sendiri, bagaimana bisa aku bertahan hidup? Apakah aku akan terus berkelahi, lalu mengumpulkan beberapa sepatu musuh untuk kujual?

"Astaga, aku butuh pekerjaan untuk anak SMA sepertiku! Setidaknya aku tidak ingin menjadi beban keluarga, aku harus bekerja!" - Keluhku

Syut, sebuah pukulan hampir saja mengenai wajahku. Aku menangkisnya dengan cepat, orang asing yang datang entah dari mana. Tiba-tiba saja dia menyerangku, apa salahku?

"Wow, kau hebat juga ya? Instingmu kuat, aku membutuhkan orang sepertimu. Kamu sangat cocok untuk putriku" - Pujinya

"Siapa kau? " - Tanyaku

Pria tua itu menurunkan tangannya dan membersihkan pakaiannya, dia membenarkan letak kacamatanya dan menatap ke arahku.

"Aku dengar, kamu ingin bekerja? Kebetulan aku butuh seseorang untuk kuperkerjakan, apa kamu mau? " - Tawarnya

"Bekerja sebagai apa? " - Tanyaku

Pria itu hanya diam, lalu mengeluarkan selembar kertas kecil dan menyodorkannya kepadaku, aku segera menerima kertas itu. Kutatap dengan saksama apa yang tertulis di sana dan kembali menatap sang pria asing yang sedang berdiri di hadapanku.

"Datanglah ke alamat ini, aku akan memberi tahumu saat kau tiba di sana. Aku pergi, sampai jumpa" - Pamit Pria Itu

• Chapter 1 •

Aku terdiam dan hanya menatap kepergian pria tua itu, aku bertanya-tanya tentang siapa pria itu. Bahkan dia tidak menjawab pertanyaanku dan malah memberikanku selembar kertas, apakah aku harus ke sana? Bagaimana jika dia berbohong?

“Lebih baik aku datang ke sana. Jika memang tempat itu berbahaya, aku akan segera pergi dari sana. Lagi pula aku bisa bela diri, jadi itu bukan masalah besar untukku” – Gumamku

Kuharap dengan selembar kertas ini, ke depannya hidupku akan menjadi lebih baik. Aku masih penasaran dengan gadis yang menabrakku tadi, dia gadis yang manis.

“Stop! Astaga, Alvaro! Apa yang kau pikirkan! Jangan memikirkan wanita, kau harus bekerja mencari uang” – Gumamku

...Tapi, kapan ya aku bisa bertemu dengannya lagi?...

...• ~ • ~ •...

...• Lyrandra POV •...

“Sial, apa yang telah kulakukan?! Bisa-bisanya aku menabrak orang lain! Bagaimana jika dia marah padaku? Tapi aku sudah minta maaf padanya! Argh! “ – Gumamku

Aku menyesal karena bermain handphone sambil berjalan, niatku hanya ingin melihat notifikasi pesan. Tapi aku malah lalai membaca pesan yang membuatku tidak fokus dalam langkahku. Nafasku tersengal-sengal, aku memberhentikan langkahku dan mengatur nafasku. Sudah cukup jauh aku berlari, aku menoleh ke belakang.

“Syukurlah, aku pikir pria itu akan mengejarku. Aku merasa terkejut saat laki-laki asing itu menyebut namaku, padahal kami belum pernah bertemu sebelumnya. Matahari mulai Aku harus cepat sampai di rumah” – Gumamku

Aku segera berlari menuju rumah, aku tidak boleh terlambat. Setelah aku membuka pintu masuk, seorang pria tua berdiri tepat dihadapkanku. Argh, gawat! Aku langsung menyatukan kedua tanganku dan menundukkan pandanganku, tak berani untuk melihat wajahnya.

“Kenapa kamu terlambat? Apakah kamu tahu sekarang jam berapa?” – Tanyanya

“A-aku t-tahu, a-ayah. M-maafkan aku” – Jawabku

“Sekarang, pergilah ke kamarmu“ – Titah Ayah

Aku mengangguk pelan, jantungku dag dig dug seer~ Aku bersalah karena jika tiba waktu sore, aku harus sudah berada di rumah. Ayah memberiku jalan untuk lewat, aku berjalan menuju kamarku.

Grep! Salah satu tanganku dipegang oleh ayahku dan aku refleks menepisnya, aku menatap tajam ke arah ayah. Raut wajah terkejut terlihat dari wajah ayahku, argh! Tidak, apa yang dia inginkan?

“Ada apa dengan wajahmu, nak? Kenapa memar- “ – Tanya Ayah

“Ke-kenapa ayah bertanya lagi? Bukankah ayah sudah tahu jawabannya?” – Jawabku

Aku langsung berlari menjauh dari ayah dan segera masuk ke kamar, tak lupa untuk mengunci pintu kamarku. Aku bersandar pada pintu dan duduk sambil memeluk kedua kakiku.

“Huh, aku lelah! Aku lelah!! Tapi, tidak ada gunanya aku berkeluh kesah seperti ini. Tidak akan ada yang berubah” – Gumamku

...“Ly-Lyra?!”...

...“Lyra!”...

Astaga, suara laki-laki asing yang kutabrak tadi itu terngiang-ngiang dikepalaku. Apa ini sebuah karma karena telah menabraknya tadi? Aku langsung berdiri dan merebahkan tubuhku di kasur, aku menatap langit-langit kamar.

“Tapi, bagaimana dia bisa tahu namaku? Bukankah kami tidak saling mengenal satu sama lain? Bahkan itu adalah pertemuan pertama kami” – Gumamku

Aku duduk dan mengusap dadaku, aku tersadar akan sesuatu. Ternyata aku memakai name tag di bajuku, aku langsung melepas name tag itu dan meletakkannya di atas meja di samping ranjang.

“Mungkin dia melihat name tag milikku, argh! Memalukan, aku terjatuh di hadapan seorang laki-laki” – Gumamku

Tapi, jika dilihat-lihat lagi. Wajahnya sangat tampan, bisakah aku menatap wajahnya lagi dilain waktu?

...• ~ • ~ •...

...• Alvaro POV •...

Keesokan paginya, aku baru saja selesai berolahraga pagi dan berniat untuk langsung pergi ke tempat yang tertulis di kertas kemarin. Saat sampai di sana, aku terdiam tepat di depan seorang pria memakai jas hitam dan berkacamata hitam. Aku tercengang saat melihat tempat yang kukunjungi adalah sebuah gedung tinggi menjulang menembus langit, ahay~

“Anak kecil berbadan lusuh seperti anda tidak berhak kemari “ – Tanya Pria Itu

“Ah, hahaha. Ya, memang benar. Aku harus pulang, hehehe” – Ucapku cengengesan

“Cepat pergilah karena kamu bau” – Ucap Pria Itu

“Anjenk! Jujur amat jadi satpam” – Gumamku

Aku menatap tajam ke arah satpam dan segera beranjak pergi dari halaman gedung itu, bagaimana bisa aku masuk ke dalam sana? Bahkan aku memakai baju kaos dan aku baru saja selesai berolahraga, tak heran jika tubuhku bau. Hadeh, aku harus pulang terlebih dahulu.

“Atau mungkin aku salah alamat? Tapi, yang ditulis di kertas itu adalah alamat ini. Sepertinya pria yang mendatangiku kemarin adalah orang kaya, padahal kemarin pakaian yang ia kenakan terlihat lusuh :v, canda pak” – Gumamku

Aku langsung pulang ke rumah untuk membersihkan diri dan berganti pakaian yang lebih baik dari yang kupakai tadi. Setelah setengah jam berlalu, aku kembali ke depan gedung itu dan berdiri di hadapan satpam tadi.

Satpam itu mengerutkan dahinya, seperti sedang menginterogasiku. Aku menatap tajam ke arahnya, satpam itu malah menganggukkan kepalanya beberapa kali.

“Langsung masuk saja, pak” – Ucap Satpam

“Nah gitu dong! Saya tamu di sini, jangan menatapku seperti itu. Dan jangan memanggilku dengan sebutan ’Pak’, karena saya masih muda” – Ucapku

“Dasar anak jaman sekarang minus akhlak, tck!” – Keluh Satpam

“Apa bapak bilang?!” – Tanyaku

Satpam itu hanya diam dan masih setia berdiri di samping pintu masuk, aku segera melangkah masuk ke dalam gedung ini. Setelah masuk ke dalam, seorang pria berlari ke arahku dan tersenyum ramah kepadaku.

“Silakan ikuti saya, pak” – Ucapnya

“Maaf, pak. Saya tidak setua yang bapak pikirkan” – Ucapku

“Oh, iya? Maafkan saya” – Ucapnya

Kami sampai diruang tamu, terlihat seorang pria tua sedang duduk di sofa seraya menyeruput secangkir teh yang ada ditangannya. Pria tua itu menoleh ke arahku, dia menyadari keberadaanku dan langsung berdiri.

“Akhirnya kamu datang, aku pikir kamu menolak tawaranku” – Ucap Pria Tua Itu

“Langsung ke intinya saja, pak” – Tegasku

“Ah, baiklah. Silakan duduk dulu, tidak nyaman berbicara sambil berdiri” – Ucap Pria Tua Itu

Aku langsung duduk di salah satu sofa yang telah disediakan, pria tua itu kembali duduk di sofanya. Pria itu mulai mengaitkan jari-jemarinya, pertanda ia akan bicara serius.

“Pertama-tama, perkenalkan nama saya Andrian. Saya di sini meminta Anda untuk menjadi pengawal putri saya, apakah Anda bersedia? “ – Tanyaku

“What?! Pengawal?! Jadi Bodyguard?! Ga! Saya menolak, saya tidak mau menghabiskan waktu saya hanya untuk menjaga anak kecil! “ – Bantahku

“Tapi, kamu akan dibayar 2 kali lipat jika kamu mau melakukan pekerjaan ini” – Tawarnya

“Aku tetap tidak mau melakukan pekerjaan itu, menjadi Bodyguard memakan waktu 24 jam bersama seorang gadis. Itu sangat melelahkan untukku, lagi pula bukankah anda mempunyai banyak Bodyguard?” – Tanyaku

• Chapter 2 •

“Itu memang benar, tapi saya menginginkan anda sebagai Bodyguard putri saya” – Jelasnya

“Tck, menjaga seorang wanita bukanlah keinginanku.  Aku telah membuang-buang waktuku di sini, lebih baik aku pergi” – Ucapku

“Kau pikir, kau bisa pergi begitu saja tanpa seizinku? “ – Ucap Andrian

Andrian tersenyum licik, aku yang telah beranjak dari sofa segera mengamati sekelilingku. Telah berdiri banyak pria memakai jas yang tak lain adalah para pengawal Andrian, si pak tua ini menjebakku?

“Kamu tahu kan apa yang harus kau lakukan saat ini? “ – Tanya Andrian

“Hmph! Baiklah, ini bukan masalah besar bagiku” – Ucapku

Tanpa pikir, aku langsung menyerang mereka semua tanpa ampun. Andrian hanya duduk manis di sofanya seraya menyeruput tehnya kembali, aku muak melihatnya!

...• ~ • ~ •...

Setelah perkelahian yang panjang, mereka semua habis terkapar tak berdaya dilantai yang dipenuhi dengan darah. Dengan nafas tersengal-sengal, aku berjalan mendekati pria tua itu. Namun langkahku terhenti saat Andrian menunjukkan sebuah foto seorang gadis dari handphone miliknya.

“Kamu yakin tidak mau menerima pekerjaan ini? “ – Tanya Andrian

“Hah?! D-dia?! B – bagaimana- “ – Ucapku

“Ini gadis yang akan kamu jaga, kamu yakin tidak ingin menjaga gadis ini? “ – Tanya Andrian

Aku langsung merebut kasar handphone itu dari tangannya dan menatap foto itu, aku merasa sangat bahagia saat melihat gadis ini. Aku menghela nafas dan tersenyum lega, akhirnya aku menyetujui tawarannya.

“Ada satu syarat yang harus kamu penuhi untuk menjadi Bodyguard untuknya” – Ucap Andrian

“Apa syaratnya? “ – Tanyaku

“Tapi, sepertinya kamu tidak akan mampu melakukan hal ini” – Ucap Andrian Ragu

“Aku pasti bisa melakukannya, katakan saja apa syaratnya? “ – Tanyaku antusias

“Kamu harus menyamar menjadi wanita” – Jawab Andrian

“A-apa?! Ti-tidak mungkin! Kenapa aku harus menjadi seorang wanita?! Bukankah lebih baik jika Bodyguard seorang pria?!” – Tanyaku

“Sayangnya putriku sangat tidak suka jika dia berada di sekitar laki-laki mana pun, termasuk ayahnya sendiri” – Ucap Andrian dengan wajah murung

“Kenapa bisa begitu? Bukankah kebanyakan gadis remaja suka jika berada disisi laki-laki?” – Tanyaku

“Putriku berbeda, dia sangat membenci laki-laki” – Jawab Andrian

“Tapi kenapa?” – Tanyaku

“Nanti kamu akan tahu sendiri, jadi apa kamu bersedia-“ – Ucap Andrian

Prang!! Suara pecahan kaca terdengar dari sebuah ruangan yang tak jauh dari ruang tamu, sang ayah yaitu Andrian segera berlari ke sana untuk melihat apa yang terjadi. Aku pun ikut serta berlari mengikuti Andrian, raut wajah panik terlihat di wajah beliau.

Setelah sampai di ruangan itu, kami dikejutkan dengan sosok seorang gadis dengan penuh darah di kedua tangan dan pakaian yang ia kenakan. Gadis itu menunjukkan jari tengah ke arahku, dan tersenyum bahagia.

“Dia?! Kenapa bisa ada di sini?!” - Gumamku

“Hehehe, siapa pria yang berdiri di belakang ayah itu? Dia tampan, untukku saja ya? Hehehe” – Ucap Gadis Itu

“Alvaro, pergilah! Jangan sampai dia melihatmu lagi! “ – Bisik Andrian

“Tapi, pak –“ – Ucapku

“Bawa dia pergi! “ – Titah Andrian

Para penjaga langsung menyeretku keluar gedung, namun dengan sekuat tenaga aku melepaskan cengkeraman mereka dari tubuhku. Aku yakin, aku tidak salah melihatnya. Aku penasaran dengan apa yang sedang terjadi, aku ingin melihatnya.

“Hei, cepat halangi dia!!” – Titah salah satu Bodyguard

Aku tetap berlari ke ruang tamu dan menerobos kerumunan Bodyguard yang sedang mengelilingiku, aku ingin melihatnya! Setelah sampai di sana, aku tercengang saat melihat gadis itu sedang duduk sambil memeluk kedua kakinya.

“Jangan mendekatiku, menjauhlah dariku! “ – Teriak Gadis Itu

Sudah kutebak jika gadis itu adalah putrinya, Andrian berjongkok tepat tak jauh dari gadis itu, beliau terlihat sangat khawatir. Lalu pandangan Andrian berpindah ke arahku, beliau menyadari keberadaanku dan tersenyum ramah kepadaku.

“Maaf ya, mungkin lain kali kita lanjutkan wawancaranya” – Ucap Andrian

Tanpa kusadari, kedua tanganku telah dipegang oleh para Bodyguard. Mereka langsung menyeretku keluar gedung, aku penasaran dengan apa yang telah terjadi di dalam sana. Tapi takdir tak memperbolehkan aku melihat kejadian itu, sebenarnya apa yang terjadi?

“Mohon maaf, Anda harus pergi sekarang. Ini uang dari Pak Andrian untuk Anda sebagai permintaan maaf” – Ucap Salah Satu Bodyguard

“Tapi apa yang terjadi di dalam sana? “ – Tanyaku penasaran

“Anda tidak berhak untuk mengetahuinya, mungkin nanti anda akan tahu sendiri” – Jawabnya

“Mungkin ninti indi ikin tihi sindiri, kenapa jawabannya selalu seperti itu?! “ – Tanyaku

“Jika kuberitahu, nanti tidak jadi suprise dong” – Jawabnya

“Suprise?! Aku tidak butuh itu, aku butuh kepastian!” – Tegasku

“Aku bukan pacarmu, mas” – Jawabnya

“Oh? Iya juga ya” – Jawabku

Aku segera mengambil uang dari tangannya dan beranjak pergi dari halaman gedung itu, wawancara dibatalkan tapi setidaknya aku sudah mendapatkan uang. Tapi yang membuatku penasaran, bagaimana pak Andrian tahu namaku? Bahkan beliau tahu jika aku ingin bertemu dengan gadis itu.

“Apakah pak Andrian seorang stalker? Ih, mengerikan~ aku harus berhati-hati dengan beliau” – Gumamku

...• ~ • ~ •...

...• Lyrandra POV •...

Aku masih setia pada posisiku, aku ingin beristirahat. Aku mengangkat kepalaku, kulihat ayahku sedang berjongkok tak jauh dariku. Beliau menatapku dengan tatapan khawatir, aku mengabaikan beliau. Dengan sekuat tenaga, aku mencoba untuk berdiri dan berjalan secara perlahan sambil memegang dinding.

“Nak, kamu mau ke mana? “ – Tanya Ayah

“Kamar, aku ingin beristirahat” – Jawabku

“Huh, baiklah. Selamat malam, sayang” – Ucap Ayah

Aku hanya menganggukkan kepala tanpa menoleh ke belakang, aku berjalan menuju kamar. Setelah tiba dikamar, aku langsung mengunci pintu kamarku dan duduk tepat di belakang pintu.

“Argh! Lagi-lagi aku kambuh! Bisa gila aku jika seperti ini terus! Aku tidak kuat, obat! Di mana obatku?!” – Teriakku

Aku bangkit dan berjalan menuju sebuah meja berlaci, aku menarik laci itu dan menemukan sebotol obat. Aku langsung meminumnya dan segera merebahkan diriku di atas kasur. Karena efek obat itu sangat kuat, obat itu berhasil membuatku tertidur.

...• ~ • ~ •...

...• Alvaro POV •...

Kring!! Suara alarm berhasil membuatku terbangun, ditambah dengan suara handphone yang aku letakkan tepat di samping kepalaku. Membuat kepalaku pusing saat mendengar kedua suara berisik itu, aku langsung meraih handphone dan alarmku. Kumatikan alarmku lebih dulu, lalu melemparnya ke kasur. Aku menatap handphone, seseorang tak dikenal meneleponku.

“Siapa ini? Masih pagi buta, orang asing ini telah meneleponku sebanyak 20 kali. Jangan bilang kalau ini stalker, akan kuhabisi dia” – Gumamku

Aku langsung mengangkat telepon tersebut, terdengar suara seorang pria yang tak asing di telingaku. Aku tahu siapa yang meneleponku ini, kenapa dia meneleponku di pagi buta? Dia berbicara singkat, lalu memutuskan teleponnya.

“Hei?! Aku bahkan belum menyetujui permintaannya” – Gumamku

Argh, sial. Gini amat cari uang, aku harus menuruti apa yang dia katakan. Aku mengumpulkan tenagaku untuk bangkit dari kasur, aku segera berpakaian ala kadarnya dan berjalan keluar dari rumah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!