NovelToon NovelToon

KETUA GENK MOTOR ITU, PACARKU

1

Suara ricuh mulai terdengar sampai di telinga Dzoki Prambudi, biasa di panggil Dzoki. Dzoki yang sedang duduk santai di depan kelas bersama anggota geng motornya pun langsung masuk ke dalam kelas untuk melihat apa yang sedang terjadi.

Semua mata menatap Dzoki yang berteriak keras dan langsung masuk ke dalam kelas sambil membuka barisan teman -temannya yang sdeang mengumpul.

Tatapan Dzoki begitu tajam mengarah pada dua orang wanita yang sedang berdebat. Dua wanita itu adalah Cyeril, gadis manis yang mungil semampai, ia adalah gadis paling pintar di kelas. Satu lagi, perempuan itu bernama Tasya, gadis incaran Dzoki sejak semester satu karena kecantikannya dan bodi tubuhnya yang begitu montok dan sekel.

"Ada apa ini?" teriak Dzoki keras.

Melihat Dzoki datang, Tasya pun langsung menghampiri Dzoki dan memeluk lelaki itu dengan manja.

"Itu Cyeril. Dia hilangkan cincin merah delima kamu, Dzoki. Tadi, Cyeril paksa aku untuk melepas cincin merah dleima itu dan waktu aku tanyakan katanya hilang. Pasti ia ambil dan ingin ia jual," ucap Tasya mengadu sambil menatap Cyeril yang nampak bingung.

Cyeril pun berdiri dan menggebrak meja.

"Ngomong apa kamu, tasya. Fitnah banget kamu!! Sejak kapan aku pinjem cincin kamu, bentuknya seperti apa saja, aku gak pernah lihat," ucap Cyeril marah karena merasa tak terima di tuduh seperti itu.

Dzoki pun tanpa pikir panjang langsung membela Tasya, gadis incarannya selama ini. Dzoki melepaskan pelukan Tasya dan berjalan menuju tempat berdirinya Cyeril sambil menunjuk gadis itu dengan geram.

"Gue kasih waktu buat loe!! Selama satu kali dua puluh empat jam, cincin itu tidak di temukan, maka loe akan tahu akibatnya," teriak Dzoki dengan mata melotot dan begitu merah. Cincin itu tadi di pinjam Tasya, karena rasa sukanya pada Tasya, Dzoki memberikannya begitu saja. Padahal cincin merah delima itu begitu berharga bagi Dzoki. Benda itu adalah warisan dari neneknya yang saat ini masih hidup dan sakit -sakitan.

"Aku gak pinjam. Aku gak tahu, sekilas aku hanya melihat cincin itu di pegang Tasya. Aku sama sekali gak salah!!" teriak Cyeril keras dan membalas tatapan Dzoki.

"Bohong!! Dia bohong Dzoki, dia pasti takut harus mengganti cincin itu karena uang dari mana dia bisa mencari cincin yang sama persis dengan harga selangit itu. Gimana dong, Dzoki. Nanti nenek kamu marah?" ucap Tasya lirih. Dengan nada memelan dan bahasa tubuh Tasya yang meyakinkan Dzoki bahwa Cyeril bersalah.

"Tasya!! Kenapa sih kamu? Aku gak melakukan itu!!" teriak Cyeril kesal.

"Cukup. Bubar semuanya!!" teriak Anton langsung berdiri tepat di depan Cyeril dan membela Cyeril.

"Kau membela gadis miskin itu?" tanya DZoki sambil melotot dan mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Anton.

Dzoki adalah lelaki yang di segani di kampus. Dzoki adalah lelaki idaman banyak para wanita, tak hanya ganteng dan macho, tubuhnya yang gagah dan perkasa dengan balutan pakaian yang sellau terlihat keren membuat ia semakin banyak di kagumi oleh kaum hawa.

Dzoki adalah anak orang kaya di kotanya. Tapi, ia begitu sangat nakal dan bertindak semaunya sendiri. Sikapnya memang dingin dan arogan. Tapi, Dzoki adalah lelaki setia dan sulit jatuh cinta. Pearsaan kagumnya kepada Tasya pun bukan rasa cinta, ia hanya mengangumi saja tapi tidak mencintai.

Anton mundur satu langkah dan Cyeril menunduk. Anton salah memilih lawan. Seharusnya Anton tak perlu membelanya dan malah akan membuat dirinya susah sendiri.

"Loe mau cari mati dengan membela dia? Atau loe sudah tidak sayang lagi dengan nyawa loe sendiri?" tanya Dzoki tegas dan lantang sambil mengangkat kerah Anton dengan kasar.

"Aku hanya membela yang benar. Aku tahu persis kejadiannya, atpi sayang di kelas ini tidak ada CCTV. Kalau ada kita bisa lihat, siapa yang benar dan siapa yang salah," ucap Anton bersikeras dengan sikapnya membela Cyeril. Sejak tadi ia memperhatikan Cyeril yag sama sekali tidak bersinggungan dnegan Tasya. Malahan Tasya berpura -pura mendekati Cyeril dan memamerkan cincin itu lalu melepaskannya dan di letakkna di atas meja. Lalu ...

"Persetan Loe, Anton!! Lihat, loe bakal nyesel sudah ikut campur dengan urusan gue!!" teriak Dzoki mulai emosi.

Suara salah satu temannya membuat dirinya mundur dan tidak melanjutkan perdebatan ini. Dosen pengajar materi sudah akan masuk kelas, dan semua mahasiswa harus sudah rapi duduk di tempatnya masing -masing.

"Makasih." ucap Cyeril lirih.

Anton hanya mengangguk pelan dan kembali ke mejanya. Cyeril sendiri duduk kembali di kursinya. Kedua matanya menatap ke arah lantai dan mencari cincin merah delima yang sempat ia lihat terjatuh ke bawah. Tapi nihil, cincin kemilau indah itu tak di temukan.

Satu sesi mata kuliah pun berakhir. Dzoki dan teman -temannya pergi ke kantin dan nongkrong di tempat biasa untuk mengisi amunisi perutnya.

Anton berjalan menghampiri Cyeril dan mengajak gadis itu makan bersama di kanton. Cyeril jarang sekali jajan, karena memang kondisi keuangannya yang tidak baik. Sepulang kuliah ia bekerja part time di sebuah kedai kopi untuk membiyai hidupnya selama kuliah dan membayar kostnya. Bukan itu saja sebagian gajinya ia kirimkan kepada Ibunya di kampung untuk baiya hidup dan berobat.

"Makan yuk," ajak Anton pelan sambil menggamblog tas ranselnya ke punggung.

"Aku gak makan. Aku mau ke lab komputer untuk mencari bahan tugas komunikasi bisnis," ucap Cyeril lembut menolak ajakan Anton.

"Aku yang traktir," ucap Anton langsung pada intinya.

Cyeril merapikan bukunya dan memasukkan alat tulisnya ke dalam tasnya sambil menggelengkan kepalanya pelan.

"Gak perlu. Aku pergi dulu," jawab Cyeril pelan.

Untuk kesekian kalinya ajakan Anton sellau di tolak Cyeril. Sejak masa orientasi kampus, Anton langsung jatuh cinta pada Cyeril. Gadis mungil yang manis, lembut dan ramah itu mmebuat Anton jatuh cinta pad pandangan pertama. Namun, usahanya untuk mendekati Cyeril tak pernah berjalan mulus.

Di Kantin Kampus -

Sambil menyesap batang rokok yang menyempil di antara jari tengah dan jri telunjukknya. Dzoki masih memikirkan masalah tadi di kelas.

"Diam saja bro? Gak pesan makanan?" tanya Egi yang menyeruput es kopinya sambil mengunyah nasi rames yang ada di depannya.

"Gak. Gue gak laper," jawab Dzoki ketus.

Egi tahu, Dzoki masih marah dan geram dengan kejadian tadi.

"Tasya mana? Tumben gue gak lihat di glendot tubuh loe, bro. Biasanya udah kayak perangko sama kartu pos yang gak bisa di pisahkan, lengket banget," ucap Egi tertawa.

Tug ...

Dzoki melempar sendok dari dalam gelasnya dan tepat mengnai kepala Egi.

"Wadow ... Sakit bro," ucap Egi pelan sambil mengusap jidatnya yang terasa nyeri.

Dzoki baru tersadar, Tasya tak bersamanya seperti hari -hari biasa. Sejak tadi pagi saat ia meminjamkan cincin merah delima itu, Tasya seperti menjauh. Tadi pagi memang tiba -tiba sekali, tasya merengek pinjam cincin merah delima dan di coba di jari manisnya. Namun, saat itu Tasya pergi ke toilet dan Dzoki sama sekali tak menaruh curiga.

"Loe serius sama Tasya? Malam minggu kemarin saat kita event, gue lihat dia sama yang lain di jalan," ucap Egi plan mengingatkan.

Dzoki hanya diam dan menyesap kembali rokok yang masih setengah batang itu berulang kali.

2

Dzoki menatap Egi. Ia tentu lebih percaya pada Egi, sahabatnya di bandingkan dengan Tasya yang baru -baru ini mereka dekat.

"Cewek kan gak cuma Tasya doang. Tapi, dia juga harus tanggung jawab dong buat ngembaliin pusaka gue, cincin itu warisan keluarga gue. Gue harus kasih buat calon istri gue nanti," ucap Dzoki pelan. Kedua matanya sedikit cemas dengan hilangnya merah delima itu. Dzoki teringat pesan Neneknya untuk menjaga baik -baik cincin itu sebagai lambang kekuasaan keluarga besarnya.

"Betul. Tasya itu memang cantik dan pesonanya membuat beberapa lelaki suka padanya. Tapi, loe harus tahu, dia bisa menjebak beberaa lelaki yang di anggap bodoh olehnya. Pesonanya palsu," ucap Egi menjelaskan pelan.

Baru saja selesai bicara dan mulai menikmati rokok yang membuatnya rileks. Tiba -tiba ada seorang perempuan yang menghampirinya.

"Dzoki ...." panggil Tasya dengan suara manja dan berjalan meghampiri Dzoki sambil memeluk lelaki itu.

Pelukannya semakin erat dari atah belakang.

"Kenapa loe, Sya? Segitunya ...." ucap Egi yang mulai muak melihat Tasya. Gayanya sok borju dengan fashion serba terbuka menampilkan semua urat yang haram dan tak semestinya di tunjukkan pada semua orang.

Tasya langsung melotot ke arah Egi dan menatap tajam dua bola mata yang sudah malas menatapnya.

"Kenapa Sya? Udah ketemu cincin gue?" tanya Dzoki pelan.

"Kamu gak percaya sama aku, Ki? Cyeril yang ambil cincin itu. Kamu gak mau coba periksa tasnya?" tanya Tasya pelan.

"Masa iya harus periksa tasnya?" tanya Dzoki pelab dan terus menyesap rokok itu.

"Ekhemmm gini saja. Biar Tasya yang ajak dia kesini, lalu kamu periksa tasnya. Kalau cincin itu ada di tasnya. Berarti, dia pencurinya kan?" ucap Tasya pelan.

Dzoki nampak berpikir. Tak lama wajahnya mengangguk kecil.

"Oke. Tasya cari Cyeril dulu," ucap Tasya dengan riang. Ia lalu berlari keluar kantin dan mencari Cyeril yang berada di lab komputer.

Tasya pun langsung menemui Cyeril di lab komputer.

"Loe di panggil Dzoki. Di tunggu di kantin kampus sekarang," ucap Tasya dengan suara lantang.

Cyeril menoleh ke arah Tasya yang memanggilnya. Banyak orang pun menatap mereka berdua dan mengira akan terjadi sesuatu yang hebat mungkin masalah lelaki. Maklum saja, Tasya yang cantik sebagai primadna kampus dan Cyeril yang manis dengan prestasinya.

Cyeril pun bangkit berdiri dan menarik Tasya keluar dari lab komputer itu.

"Ini lab komputer. Bisa baca gak? Harus tenang dan gak boleh berisik," ucap Cyeril tegas.

Kedua mata Tasya malah melotot seolah mengancam Cyeril. Maklum, Tasya memang lembut tapi berani.

"Heh ... Loe itu udah ambil pusaka pentingnya Dzoki. Bisa -bisa kampus ini jadi gak aman kalau begini," ucap Tasya ketus.

"Gue gak ambil cincin itu. Lihat aja gak. Loe itu pinter fitnah ya?" ucap Cyeril tak terima.

"Ternyata benar Sya!! Dia pencuri. Lihat ini ada bukti cincin itu di tas nya," ucap salah satu sahabat Tasya yang sudah kongkalikong.

Maya membawa tas Cyeril dan berpura -pura menemukan cincin merah delima itu dari dalam tasnya. Satu lagi, Rosa yang bertugas untuk memvideo kejadian itu agar Dzoki percaya dan membalas dnedam kepada Cyeril.

Kedua mata Cyeril membola. Sejak kapan cincin itu ada di sana. Baru saja tadi ia mengambil kunci loker kampus, dan tak ada cincin di sana. kalau pun ada ia sudah meraakan saat tangannya mengobok -obok isi dalam tasnya mencari kunci loker.

"Kok bisa sih? Gak mungkin!!" teriak Cyeril tak percaya. Ia menatap cincin itu yang benar -benar ada di dalam tasnya.

"Masih mau mengelak?!" tanya Dzoki yang tiba -tiba datang dengan teman -temannya. Tatapannya begitu keji dan geram. Otaknya sudah di kuasai amarah yang luar biasa. Di tambah lagi, Tasya berbicra yang tidak -tidak soal Cyeril.

Cyeril menoleh ke arah Dzoki yang sudah mengepalkan erat tangannya. Ingin rasanya memukul gadis itu saat ini juga. Pusaka itu bukanlah sembarang pusaka.

"Ta -tapi gue gak ngambil itu Dzoki. Mana mungkin gue melakukan itu?" ucap Cyeril lirih. Kedua matanya mulai basah. Semua orang banyak melihat Cyeril sebagai sosok pencuri saat ini. Percuma ia mengejar prestasi, menegjar beasisiwa, namun pada akhirnya ia malah masuk ke dalam masalah besar.

"Halah!! Buktinya ada Cyeril!! Cincin itu di temukan Maya dan Rosa di dalam tas loe!! Loe masih mau gak ngaku!! Lagi pula loe kan anak orang miskin, butuh biaya besar buat nyokap loe yang sakit -sakitan di kampung!! Loe kira gue gak tahu soal loe? Makanya loe deketin Kahfi, bos loe itu biar loe bisa numpang hidup sama dia," ucap Tasya lantang.

"Gak bener. Gue emag kerja di sana jadi pelayan. Di saat gue gak kuliah, gue kerja. Gue masih tahu mana yang halal dan mana yang haram, dan gue gak pernah melakukan hal yang menjijikkan seperti yang loe lakuin sama Pak Kahfi," ucap Cyeril dengan penuh emosi.

Dzoki pun menatap Tasya yang terlihat memerah mukanya karena malu, aibnya di buka oleh Cyeril.

"Banyak omong kamu, Cyeril!! Kita lagi bahas kamu sebagai pencuri ulung!! Mau kita apakan, Dzoki?" tanya tasya tegas.

Tasya sengaja mengalihkan pembicaraan agar Dzoki tak berpikir hal -hal aneh. Dzoki pun langsung nampak berpikir untuk membuat Cyeril jera. Lagi pula tangannya sudah gatal untuk membully.

PLOK ... PLOK ... PLOK

Suara tepukan Dzoki yang teramat keras membuat suasana di sekita lab komputer itu medadak snyi dan begitu tenang. Tadinya semua orang ricuh mencibir Cyeril dan kini semuanya hanya menatap ke arah Cyeril menunggu hukuman yang akan di berikan Dzoki kepada Cyeril. Dzoki terkenal kejam dan keras. Tidak ada satu orang pun yang mu bermasalah dan mencari masalah dengan Dzoki. Kebanyakan mereka memilih mengalah dan diam tanpa membalas bila di jahili atau di bully.

"Dengarkan semuanya!! Mulai hari ini, Cyeril akan menjadi budak dari geng King Speed. Jadi, jangan ada ynag menyentuh dia, kecuali anggota geng King Speed. Dan kamu, mulai hari ini harus menuruti ucapan gue sebagai ketua geng, dan juga temen -temen gue anggota geng gue. Malam ini, ada event, dan loe harus hadir menjai umbrella girl gue," ucap Dzoki lantang sambil menunjuk ke arah Cyeril.

Cyeril tak bisa menjawab. Kalau ia berontak tentu Dzoki akan berlaku lebih kasar lagi dari ini. Tapi, jika ia mengikuti permainannya, ia akan di bully habis- habisan. Jalan satu -satunya, ia harus mengikuti permainan ini sambil mencari bukti, siapa yang menfutnah dirinya sebenarnya.

"Bawa tas kamu!! Dan ikuti gue, mulai sekarang," titah Dzoki galak.

3

Sepulang dari kampus, Cyeril buru -buru untuk segera pulang. Ia sudah terlambat setengah jam untuk masuk kerja sebagai pelayan cafe.

Baru juga kakinya akan melangkah, rambut kuncir ekor kudanya di tarik oleh Dzoki agar Cyeril tidak pergi.

"Mau kemana, buru -buru aja? Lupa sama perjanjian kita?" tanya Dzoki kepada Cyeril dengan nada bicara keras.

Cyeril menoleh ke arah Dzoki. Lalu menggelengkan kepalanya pelan.

"Tapi ... gue harus kerja, Ki. Gue butuh uang untuk biaya berobat nyokap gue an biaya hidup gue sehari -hari di sini," ucap Cyeril jujur dengan nada memelas.

Dzoki menatap tajam ke arah Cyeril dan mengernyitnya dahinya.

"Loe pikir gue peduli? Itu bukan urusan gue," ucap Dzoki keras.

Cyeril memegang lengannya yang di cengkeram oleh Dzoki dan meringis kesakitan.

"Ta -tapi gue butuh duit, Ki. Lagi pula, cincin loe juga udah ketemu," ucap Cyeril pelan.

Dzoki melotot ke arah Cyeril.

"Cincin gue memang udah ketemu. Tapi gue masih pengen ngelanjutin perjanjian itu. Loe tahu, loe pilih nurutin kata -kata gue atau loe bakal di benci sama temen -temen loe satu sekolah? Pilih mana?" tanya Dzoki mengancam.

Cyeril membalas tatapan Dzoki. Npasnya memburu karena kesal dan marah.

"Gue gak peduli sama ucapan loe. Gue punya kehidupa, lagi pula, bukan gue yang nyuri dan cincin loe udah ketemu. Loe gak berhak paksa gue apalagi meampas kehidupan gue," teriak Cyeril dengan suara keras.

"Loe yakin? Loe ga lagi ngelindur kan? Ucapan loe bisa di pertanggung jawabkan ya? Jangan sampai suatu hari nanti, loe nangis -nangis minta tolong gue dan minta di jadikan budak buat gue," teriak Dzoki keras.

Tangan kekarnya memegang dagu Cyeril. Tatapan Dzoki yang tadinya garang, sedikit takjub melihat kedua mata Cyeril yang nampak berani dan tak takut dengan apapun.

Dzoki pun melepaskan tangannya di dagu Cyeril dan melepaskan gadis itu untuk hari ini.

"Pergilah!!" teriak Dzoki dengan suara keras.

Cyeril pun bergegas menarik tasnya dan berjalan cepat. Ia sebenarnya ketakutan tapi ia berusaha memberanikan diri dan tetap berjuang untuk haknya sebagai orang yanag tidak bersalah.

Langkah Cyeril semakin di percepat menuju cafe di tempat ia bekerja part time. Sesampai di cafe itu, khfi, pemilik cafe itu sudah melipat tangannya di depan dada. Ia memang paing tidak suka dengan ketidak tepatan waktu karyawannya yang tidak datang sesuai dengan jadwal masuknya.

Saat Cyeril membuka pintu cafe dan berusaha tersenyum agar tidak di marahi. Kahfi sudah melotot dan menatap tajam ke Cyeril.

Dengan cepat, Cyeril langsung bicara seblum kena semprot oleh Bos Muda, "Maaf Kak, Saya telat, tadi dosennya masih ceramah, kan gak mungkin Cyeril tinggal." Setelah bicara membeikan alasan Cyeril pun langsung pergi ke dalam untuk memakai seragam cafe dan mulai bekerja sebelum Bos Mudanya itu menjawab atau berubah pikiran lain.

Benar saja, Kahfi malah ikut masuk ke dalam dan muali bicara pada Cyeril yang sedang memakai celemek dan memasukkan nota pesanan serta pulpen di kantong celemek itu. Tugasnya mencatat pesanan pelanggan dan memberikan ke meja pesanan lalu mengantarkan pesanan sesuai nomor meja, dan terakhir mengangkat cucian kotor ke dapur serta mengelap meja hingga bersih dan wangi.

"Kamu terlambat satu jam lebih, Cyeril," ucap Kahfi mengingatkan.

Cyeril langsung menunduk dan menjawab dengan pelan.

"Iya Kak. Cyeril tahu kalau telat masuknya dan nanti Cyeril ganti dnegan menambah jam kerjanya," jawab Cyeril agar Kahfi tak merasa di rugikan dengan kedatangannya yang terlambat.

"Oke, saya lihat konsekuensi kamu," ucap Kahfi tegas.

Sebagai Bos Muda yang baru belajar menjadi seorang pengusaha harus tetap berwibawa dan bijaksana. Tidak terkesan memilih -milih karyawana karena latar belakang atau hal lan yang bersifat pribadi.

Hari ini, cafe ramai sekali. Semakin sore, cafe menjadi sangat penuh dan Cyeril pun tak menyangka gerombo;an Dzoki pun datang menggunakan motor dnegan jumlah yang banyak. Mereka masuk seperti biasa dan duduk di tempat yang masih kosong

"Mau pesan apa?" tanya Cyeril pelan sambil memegang nota pesanan dan pulpen bersiap untuk mencatat pesanan Dzoki dan teman -temannya.

"Ehhh ... Ada dia ...." ucap Dzoki pelan sambil tertawa terbahak -bahak dengan anggota yang lainnya.

"Dia siapa, Ki?" teriak satu temannya sengaja memancing kerusuhan.

"Dia ... Maling pusaka," ucap Dzoki keras.

Tatapn Dzoki tajam ke arah Cyeril yang juga menatapnya.

"Ehh ... Pelayan!! Wajah loe gak bisa senyum dikit dan ramah sama pelanggan, gitu?" taanya Egi dengan suara keras. Ia sengaja membuat kegaduhan agar Cyeril di pecat dari cafe itu.

"Selamat sore, kalian semua mau pesan apa?" tanya Cyeril dnegan suara lembt dan ramah. tak lupa ia juga tersenyum, walaupun di paksakan.

"Nah ... Gitu kan manis. Gak kelihatan kalau ternyata maling," ucap Dzoki tertawa mengejek.

Cyeril diam dan tak merespon ucapan semua teman satu kampusnya itu. Ia tahu, kini dirinya di jadikan bahan bullya Dzoki.

Kahfi pun datang steelah mendengar ada ramai -ramai di depan.

"Ada apa ini? Siapa yang maling?' tanya Kahfi dengan suara tegas.

"Dia Pak," jawab Egi lantang.

Kahfi pun menoleh ke arah Cyeril dan menatap dengan lekat.

"Dia? Dia, Cyeril, karyawan saya yang paling jujur. Jadi gak mungkin di aseoarng maling," ucap Kahfi membela Cyeril.

Cyeril sudah satu tahun bekerja part time di cafe ini. Tugasnya selalu di selesaikan dengan sempurna dan maskimal. Tidak ada satu pun yang teledor.

"Bapak perlu bukti?" ucap Egi sambil memperlihatkan video yang di kirimkan oleh Tasya.

Kahfi menatap layar ponsel itu dan melihat seluruh isi dari video itu.

"Itu Tasya ...." tanya Kahfi pelan.

"Iya. Tasya, pacarnya ketua geng kita, Dzoki," ucap Egi dengan lantang.

Kahfi hanya mengangguk pelan, dan menatap ke arah Dzoki dengan lekat.

"Kenapa? Ada yang salah, kalu Tasy itu cewek gue?" tanya Dzoki yang melihat aneh Kahfi menatp dirinya.

Kahfi hanya menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Gak ada. Saya juga kenal dengan tasya, dan keluarganya. Saya pikir, dia wanita manis yang masih jomblo, ternyata spek idamannya kayak begini? Berandalan," ucap Kahfi dengan kesal.

Dzoki langsung mengepalkan tangannya dan ingin memukul wajah Kahfi hingga babak belur.

"Loe bilang apa? Gue berandalan? Terus loe apa?" teriak Kahfi keras.

"Urus, Ril. Saya gak mau meladeni pelanggan seperti dia," ucap Kahfi kerus. Tubuhnya langsung berbalik untuk meninggalkan tempat itu.

Seketika, tangan Dzoki langsung memukul punggung Kahfi dengan keras. Dzoki yang mudah tersulut emosi pun langsug memukul Kahfi bertubi -tubi tanpaampun.

"Kahfi ...." teriak tasya dengan suara keras saat masuk ke adalam cafe itu.

Kahfi yang sudah sudah babak belur di pukul oleh Dzoki pun hanya melirik ke arah Tasya yang baru saja datang dan mendorong Dzoki menjauh dari Kahfi.

"Kamu gak apa -apa?" tanya Tasya pelan sambil membantu Kahfi berdiri.

Dzoki terdiam di sisi meja dan menatap benci ke arah Tasya.

Dadanya berdebar keras, luapan emosi dan darahnya mendidih melihat perempuan yang ia sukai malah memebela lelaki lain. Padahal sikapnya kalau di kampus begitu manis.

Kahfi hanya melirik ke arah Dzoki dan tersenyum penuh kemenangan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!