Deg deg kan dan nervous itu lah yang saat ini tengah Naraya Jasmine Damara rasakan, Pasalnya beberapa menit lagi statusnya akan berubah menjadi seorang istri dari Samudra Langit, Laki-laki yang tak sengaja ia temui di sebuah Danau di negara Swiss.
Bermula dari Naraya yang tak sengaja menabrak punggung Langit saat matanya asik melihat ponsel dan saat mata mereka saling menatap kedua insan Tuhan itu saling jatuh cinta, Tak di sangka dari pertemuan tak di sengaja itu membawa mereka dalam sebuah pernikahan.
Naraya terus menggenggam tangan nyonya Anggie ibu kandungnya, Saat suara Langit terdengar lantang mengucapkan Ijab Kabul, Dan saat kata sah terdengar di telinganya Naraya tak dapat membendung air matanya, Rasa bahagia menyelimuti hatinya.
"Selamat ya sayang" Ucap Nyonya Anggie memeluk putri kesayangannya.
"Terimakasih Mama" Naraya membalas pelukan nyonya Anggie.
Nyonya Anggie menciumi seluruh wajah putri kesayangannya, Rasa bahagia dan haru turut menyelimuti hati Nyonya Anggie pasalnya anak semata wayangnya telah menjadi seorang istri dari laki-laki yang amat di cintainya dan mencintainya.
Naraya turun ke bawah untuk menemui suaminya, Aura bahagia terpampang dari wajah mereka berdua, Mereka berdua bergantian meminta restu kepada orangtua mereka dan mereka semua melakukan pemotretan, Setelah itu mereka berdua di minta untuk istirahat sebelum acara resepsi di gedung nanti malam.
Sampai di dalam kamar Langit langsung memeluk sayang Nara, "Hari ini aku bahagia banget, Akhirnya sekarang kamu resmi menjadi istri aku" Ucap Langit dengan wajah bahagianya.
"Aku juga bahagia, Aku ga nyangka dari ketidak sengajaan aku yang nabrak punggung kamu akhirnya sekarang aku jadi istri kamu" Jawab Nara sembari memegang pipi Langit.
"Terimakasih karena kamu sudah mau jadi istri aku" Langit mencium kening Nara lembut.
"Aku juga berterimakasih karena kamu mau menerima aku yang banyak kekurangan ini jadi istri kamu" Jawab Nara dengan wajah sedikit sendu.
"Hutsss jangan ngomong seperti itu,Aku ga suka,Bukankah sudah aku katakan aku tidak masalah dengan penyakitmu, Aku mencintaimu beserta kekuranganmu Nara" Langit selalu tak suka saat Nara membicarakan penyakitnya yang menurutnya itu bukan lah hal yang besar.
"Awww awww sayang sakit" Teriak Langit kesakitan saat Nara mencubit lengannya.
"Kamu tu ya ngeselin tapi bikin aku sayang" Mereka tertawa bersama setelah itu mereka berdua beristirahat sebelum malam datang.
•
•
•
Malam telah datang Nara memakai gaun putih yang melekat anggun di tubuhnya, Langit tak henti-henti nya bersyukur bisa memiliki Nara seutuhnya, Tamu silih berganti menyalami pasangan pengantin baru dan hal itu membuat Nara kelelahan, Pasalnya tamu dari dua keluarga yang datang sangat banyak.
Putra tunggal dari pemilik Perusahaan Samudra Group dan Putri tunggal dari Perusahaan Damara Group melakukan pernikahan tentu saja tamu yang orangtua mereka undang sangat banyak, Bahkan sampai tengah malam pun para tamu masih memenuhi ruang resepsi.
Langit melihat wajah istrinya yang sudah kelelahan langsung membawanya duduk, Langit berjongkok untuk melepaskan heels yang Nara pakai dan meletakkan kaki Nara di lutut Langit, "Terimakasih" Ucap Nara lebut yang di jawab langit dengan senyuman.
"Apa ini sakit sayang?" Tanya Langit mengelus kaki Nara yang memerah karena terlalu lama memakai heels.
"Sedikit" Jawab Nara pelan, Rasanya ia sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk berbicara banyak.
Langit menurunkan kaki Nara kemudian menggendong Nara ala bridal style, "Langit apa yang kau lakukan?" Kaget Nara tiba-tiba Langit menggendong nya.
Tidak menjawab pertanyaan Nara, Langit langsung membawa Nara menemui orangtua mereka "Mami Papi Papah Mamah Langit mau bawa istri Langit ke kamar dulu, Istri Langit udah kelelahan" Izin Langit kepada kedua orangtua mereka.
Nara yang ada dalam gendongan langit hanya bisa menyembunyikan wajahnya malu nya di dada bidang Langit, Pasalnya saat ini orangtua mereka tidak hanya berempat melainkan bersama rekan bisanis mereka.
"Yasudah cepat bawa menantu Mami ke atas biarkan dia istirahat" Nyonya Lingga yang tak lain adalah Mami Langit menjawab sambil tersenyum.
"Perlu Mama temani nak?" Beo Nyonya Anggie yang langsung di larang Tuan Damara.
"Jangan Ma masa Mama mau nemenin pengantin baru sih, Yang ada nanti Mama ganggu" Gelak tawa terdengar riuh mendengar ucapan Tuan Damara, Naraya semakin malu dan semakin menyembunyikan wajahnya.
"Pergilah nak bawa istrimu istirahat, Biar tamu-tamu disini Papi dan Papa mu yang mengurus" Ucap Tuan Kana Papi Langit.
Setelah mendapatkan izin Langit langsung membawa Nara ke kamar, Di dalam lift Nara sengaja menggigit dada Langit,Bukannya menjerit langit malah tertawa kencang.
"Aku malu tau sama Mami Papi Papa Mama" Ucap Nara yang kini sudah menatap Langit.
"Kenapa malu sayang?, Mereka pasti ngerti kok" Jawab Langit enteng.
"Ishh kamu tu ya" Nara mencubit pipi Langit pelan.
Sampai di dalam kamar Langit meletakan Nara di ranjang, Langit menatap seluruh wajah Nara dengan intens dan hal itu membuat Nara deg deg kan, Langit menyusuri wajah Nara dari mata hidung dan bibir, Langit mengecup bibir Nara sekilas.
"I Love You"
"I Love You More"
Dan mereka melakukan apa yang seharusnya di lakukan pengantin baru, Setelah mereka selesai dengan kegiatan mereka dan sudah membersihkan diri masing-masing, Langit memeluk Nara membuat lengan nya untuk menjadi batal istrinya.
"Langit,,,Langit" Panggil Nara menggoyangkan pipi Langit namun Langit tak merespon panggilan nya.
"Langit" Panggil Nara lagi tapi kali ini dengan ciuman di pipi Langit.
"Aku mau di panggil Mas" Ucap Langit tiba-tiba.
"Hah Mas" Kaget Nara pasalnya Langit tak pernah membicarakan jika setelah menikah ingin di panggil Mas.
"Iya Mas, Mas Langit" Kali ini Langit berbicara sambil menghadap ke arah Nara.
"Beneran mau di panggil Mas" Tanya Nara sungguh-sungguh.
"Iya sayang beneran"
"Mas Langit" Nara mencoba memanggil Langit dengan Mas dan ekspresi Langit terlihat begitu bahagia dengan panggilan barunya.
"Iya sayang" Jawab Langit lembut.
"Aku mencintaimu Mas Langit"
"Aku juga mencintaimu Istriku, Semoga kita bisa membina rumahtangga yang bahagia dan semoga Tuhan cepat menitipkan malaikat kecil dalam keluarga kita Amin" Setelah mengatakan itu langit mencium kening Nara cukup lama dan mereka berdua terlelap dalam gelapnya malam.
Banyak harapan dan doa yang mereka utarakan, Namun mereka tidak pernah tau doa mereka yang mana yang akan di kabulkan Tuhan, Ntah satu persatu atau ntah sekaligus doa mereka akan di kabulkan, Atau Tuhan akan memberikan mereka ujian terlebih dahulu sebelum mengabulkan doa-doa mereka sehingga saat semua doa mereka terkabul mereka berdua sudah siap secara fisik dan mental.
Hallo semuanya apakabar,Lama ya kita ga bertemu semoga kalian selalu dalam ke adaan baik-baik saja ya, Author minta dukungannya ya buat cerita Author yang baru terimakasih Sampai jumpa lagi😇
Nara dan Langit menjalani kehidupan pernikahan dengan sangat bahagia, Dimana Langit akan bekerja dan Nara menunggunya di rumah, Langit tak menginzinkan Nara untuk bekerja kembali setelah menikah, Langit hanya ingin istrinya bersantai di rumah dan biarkan dia yang bekerja.
Kini pernikahan mereka sudah menginjak tahun pertama dan sampai kini pun belum ada tanda-tanda akan hadirnya malaikat kecil di keluarga mereka, Langit tak pernah mempermasalahkan hal itu namun terkadang Nara sering terlihat murung dan menyalahkan dirinya, Padahal dengan jelas dokter mengatakan jika mereka berdua tidak ada masalah hanya saja memang belum di beri kepercayaan.
Sebisa mungkin Langit selalu ada untuk Nara dan selalu menghibur Nara di kala Nara sedang merenung seperti saat ini "Sayang ada apa?" Tanya Langit ikut duduk di samping Nara dan menggenggam tangan Nara.
"Mas sepertinya aku memang ga bisa kasih kamu anak deh, Buktinya sampai sekarang aku belum hamil juga" Jawab Nara menatap Langit.
"Berapa kali aku bilang sayang, Kamu bukannya ga bisa tapi memang Tuhan belum mempercayai kita, Mas ga suka kamu ngomong kaya gitu" Langit membawa Nara dalam pelukan nya.
"Kamu mau ikut Mas ke kantor biar kamu ga bosen, Biar Mas juga ada yang nemenin" Rayu Langit menaik turunkan alisnya, Langit sengaja mengalihkan pembicaraan agar istri tercintanya tidak memikirkan hal itu lagi.
"Tapi nanti aku mau izin ya, Aku mau ketemu sama Rumi" Rumi adalah satu-satunya teman yang tulus berteman dengan Nara yang bukan hanya memandang status keluarga Nara.
"Boleh,Jam berapa?"
"Agak siangan Mas,Soalnya Rumi ada sedikit kerjaan"
"Yasudah yang penting kamu ikut Mas ke kantor dulu" Setelah mengatakan itu mereka berdua pergi ke kantor bersama.
Beberapa menit kemudian mereka berdua sampai di kantor, Para staf menyapa mereka berdua dengan ramah dan seperti biasa hanya Nara yang menjawap sapaan para staf, Lagit jangan di tanya dia tidak akan membalas ataupun tersenyum baginya senyumnya hanya untuk istrinya.
Sampai di lantai paling atas di mana ruangan Langit berada Langit di kejutkan dengan kedatangan teman seperjuangannya yang sudah lama tidak pulang ke tanah air, Terakhir pulang saat pernikahan Langit.
"Surprise" Teriak Bara mengejutkan Langit, Nara dan juga Evan yang juga ada di dalam ruangan Langit, Evan tidak menyangka jika Bara akan berteriak seperti itu.
Evan datang bersama Bara ke kantor Langit, Beberapa saat lalu Bara tiba-tiba datang ke kantor Evan untuk memberinya kejutan sebab ia pulang ke tanah air tidak memberitahukan kedua sahabatnya
Langit ,Bara dan Evan adalah tiga sekawan perjuangan, Mereka bertiga berteman sudah sangat lama dari mereka sekolah dasar sampai mereka dewasa, Mereka bertiga saling melengkapi satu sama lainnya dan karena itulah pertemanan mereka masih bertahan sampai sekarang.
Mereka bertiga memiliki sifat yang berbeda-beda, Jika Langit adalah orang yang keras dan tidak ramah berbeda dengan Bara yang selalu ramah kepada siapapun bahkan karena keramahannya itu tak jarang membuat Langit dan Evan malu, Lain hal dengan Evan, Evan adalah tipe pria yang di idam-idam kan banyak wanita, Dia adalah laki-laki baik tampan dan sopan tapi sayang nya dia tidak tertarik dengan percintaan.
"Astaga" Ucap Nara dan Langit bersamaan tangan mereka memegang dada mereka karena kaget.
"Sialan" Maki Langit bertelak pinggang.
"Langit aku merindukanmu" Ucap Bara dengan nada yang di buat menjijikan,Bara merentangkan tangannya berniat ingin memeluk Langit namun Langit menghindar.
"Jahat banget Lu,Kalu begitu gua peluk Nara aja deh" Bara berniat memeluk Nara namun belum sempat memajukan langkahnya Langit sudah menarik kerah baju Bara.
"Kalau Lu berani peluk Nara gua potong tangan Lu" Ancam Langit, Nara dan Evan hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah dua manusia yg ada di hadapan mereka.
"Duduk Ra anggep aja kantor sendiri" Evan buka suara mempersilahkan Nara duduk.
"Lah memang iya" Ucap Langit dan Bara bersamaan yang hanya di tanggapi kedikan bahu oleh Evan.
"Kalian ini baru ketemu udah pada ribut aja" Beo Nara yang sedari tadi hanya diam memperhatikan tingkah mereka bertiga.
"Biasa Ra lagi mencurahkan kangen" Jawab Bara yang duduk di samping Evan.
Setelah itu mereka melanjutkan obrolan mereka, mereka tertawa bersama saat Bara membuat lelucon, Mereka menyempatkan makan siang bersama sebelum Bara dan Evan pergi, Beberapa saat setelah Bara dan Evan pergi Nara juga pamit pergi untuk menemui Rumi.
"Mas aku pergi sekarang ya, Rumi udah nunggu di Cafe" Pamit Nara yang berdiri di samping kursi kerja Langit.
"Iya hati-hati ya sayang,Inget jangan makan yang pedes-pedes dan kabarin Mas terus" Pesan Langit kepada Nara.
"Iya Mas" Jawab Nara, Setelah itu Nara memberikan ciuman di pipi dan bibir Langit namun langit menahan tengkuk Nara saat Nara mencium bibirnya.
"Dasar mesum" Nara memukul lengan suaminya pelan saat Langit melepaskan ciumannya.
"Mesum sama istri sendiri ga dosa tau" Jawab Langit, Setelah itu Nara pergi menemui Rumi.
•
•
•
Saat keluar dari area Perusahaan tidak sengaja mobil Nara bersimpangan dengan mobil yang sangat familiar dalam ingatan Nara, Mobil itu memasuki area Perusahaan dan berenti di depan pintu masuk Perusahaan.
Nara menunggu pemilik mobil keluar, Ia ingin memastikan apakah tebakan nya benar, Dan benar saja pemilik mobil itu adalah Sevanya mantan Langit, Dalam hati Nara bertanya-tanya untuk apa Sevanya datang ke kantor Langit.
Setelah menimbang-nimbang apakah ia harus kembali ke kantor atau tidak, Akhirnya Nara memilih untuk tidak kembali, Mungkin saja Sevanya ada urusan pekerjaan di kantor Langit lagi pula ia sepenuhnya percaya kepada Langit.
Sesampainya di Cafe Nara mencari-cari dimana Rumi duduk saat sudah menemukannya Nara di buat terkejut dengan apa yang di lihat nya.
Nara tersenyum mihat tingkah dua laki-laki yang sedang duduk bersama Rumi, Mereka berdua adalah Bara dan Evan, Nara berjalan menghampiri mereka.
"Hai" Sapa Nara setelah sampai di meja Rumi.
"Nara akhirnya Lu dateng juga" Rumi memeluk Nara dan mengajak Nara duduk.
"Wawww apakah ini pertanda bahwa kita jodoh" Ucap Bara tanpa beban.
"Jodoh dari mana nya ada-ada aja ni orang satu" Rumi menjawab ucapan Bara.
"Kalian berdua ko bisa ada disini?" Tanya Nara menghentikan perdebatan Bara dan Rumi.
"Ini" Evan menunjuk wajah Bara "Si manusia astral satu ini tiba-tiba pengen nongkrong padahal kerjaan Gue masih banyak di kantor"
"Sabar bro itung-itung cuci mata, Eh ga sengaja ketemu neng Rumi di sini" Bara mengedipkan sebelah matanya kepada Rumi.
"Dih ngapain Lu ngedipin mata kelilipan mata Lu" Sewot Rumi.
"Bukan, Ini tu tanda cintaku padamu" Sudah lama Bara memiliki rasa untuk Rumi sejak pertama mereka bertemu saat pertunangan Langit dan Nara dan sudah berulangkali Bara mengutarakan perasaan nya namun selalu di tolak oleh Rumi.
Rumi hanya menganggap yang di katakan Bara hanyalah sebuah kata saja sebab Rumi tak pernah melihat keseriusan dari ucapan Bara, Tak di pungkiri Rumi juga sedikit ada rasa untuk Bara hanya saja dia belum yakin dan ia takut jika Bara hanya bermain-main saja dengan nya.
Mereka berempat asik mengobrol dan Bara lah yang selalu membuat lelucon, Di tempat lain seseorang sedang menysun rencana untuk merayu seseorang agar kembali kepadanya tidak perduli seseorang itu sudah memiliki istri tekatnya sudah bulat untuk memilikinya kembali.
NOTE : Semangat terus ya untuk kalian semua, kebahagiaan sudah menanti kalian di depan sana.
Hallo kita ketemu lagi semoga kalian sehat-sehat ya.
Di dalam ruangan nya Langit menatap sinis Sevanya mantan kekasihnya, Langit tak menyangka jika Sevanya berani datang untuk menemuinya, Pasalnya kesalahan Sevanya dulu sangatlah fatal.
Sevanya pernah hampir mencelakai Nyonya Lingga saat Nyonya Lingga akan menyebrang jalan, Waktu itu Sevanya melajukan mobilnya ke arah Nyonya Lingga, Beruntung saat itu Naraya berada di tempat kejadian dan berhasil menyelamatkan Nyonya Lingga, Jika Nara telat satu detik saja bisa jadi Nyonya Lingga tidak akan selamat dan karena kejadian itu Nara dan Langit bisa bertemu kembali setelah pertemuan mereka di Swiss.
Saat itu Langit berusaha mencari tau siapa pemilik mobil yang akan menabrak Mami nya, Beruntung ada CCTV jalan dan akhirnya Langit menemukan siapa pemilik mobil tersebut dan betapa terkejut dan marah nya Langit saat tau siapa pemilik mobil tersebut yang tak lain adalah Sevanya kekasihnya, Setelah di selidiki ternyata motif Sevanya melakukan itu adalah karena merasa marah sebab Nyonya Lingga tak merestui hubungan Langit dan Sevanya dan Sejak hari itu Langit memutuskan hubungan dengan Sevanya.
"Jika tidak ada urusan silahkan keluar" Ucap Langit dari kursi kerjanya tanpa menatap Sevanya.
"Sebentar Langit,Ada yang ingin aku bicarakan denganmu" Sevanya mendekat ke arah Langit.
"Saya rasa tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi" Langit menatap Sevanya sinis, Dan hal itu membuat Sevanya terkejut sebab selama menjalin hubungan dengannya Langit tidak pernah memberikan tatapan seperti itu bahkan saat ia sedang marah sekalipun.
"Aku mohon langit maafkan aku, Aku bodoh saat itu, Aku sudah putus asa karena Mami mu tidak merestui kita" Ucap Sevanya mengutarakan niatnya menemui Langit.
"Saya tidak perduli, Jika sudah selesai silahkan keluar" Tegas Langit tangannya menunjuk pintu keluar.
"Tapi Langit aku..."
"KELUAR" Bentak Langit memotong ucapan Sevanya dan membuat Sevanya kaget.
"RENDY" Teriak Langit memanggil sekretarisnya.
"Ya Tuan" Ucap Rendy setelah masuk ke dalam ruangan Langit.
"Usir wanita ini keluar dan jangan biarkan wanita ini datang lagi" Perintah Langit menunjuk wajah Sevanya dan langsung di turuti Rendy.
"Baik Tuan" Rendy membungkukkan badannya hormat.
Sevanya merasakan sakit di hatinya saat Langit mengusirnya, Ia tidak menyangka jika Langit akan sebenci itu padanya, Ia fikir Langit tidak akan sejahat itu padanya mengingat dulu Langit sangat mencintainya, Namun Sevanya tidak akan menyerah sama sekali ia sudah bertekat akan merebut hati Langit kembali walau harus dengan cara kotor sekalipun.
Di ruangan nya Langit memijit kepalanya pelan, Langit merasa sudah tidak berniat bekerja hari ini, Saat ini yang Langit butuhkan adalah pelukan Nara, Langit mengambil ponselnya dan menghubungi Nara.
"Hallo sayang" Ucap langit saat panggilan telfon tersambung.
"Ya Mas" Jawab Nara di sebrang telfon.
"Lagi dimana sayang? Masih di Cafe atau sudah pulang?" Tanya Langit.
"Masih di Cafe Mas, Ada Bara sama Evan juga disini Mas, Ada apa?"
"Mas susulin kesana ya"
"Masa mau keaini, Yasudah aku tunggu ya Mas" Jawab Nara setelah itu panggilan terputus, Langit pergi menemui Nara tapi sebelum itu Langit meminta Rendy untuk merubah jadwal kerja hari ini.
•
•
•
Siang telah berlalu berganti malam, Setelah selesai makan malam Langit menceritakan semua yang terjadi di kantor kepada Nara, Tak ada yang di tututp-tutupi dari cerita Langit, Semua langit ceritakan kepada Nara.
"Mas benci banget sama dia, Mas sampai ga habis fikir kenapa dulu Mas bisa mencintainya dan Mas ga akan pernah maafin dia" Ucap Langit mengutarakan isi hatinya.
"Mas ga boleh kaya gitu, Bagaimanapun dia pernah singgah di hati Mas, Memang kesalahan dia fatal tapi bukan berati dia ga pernah punya kebaikan kan Mas, Mas cukup ingat hal-hal baik yang pernah dia lakukan biar Mas bisa memafkan dia, Dia juga berhak untuk dapat Maaf kan Mas" Bijak Nara membuat Langit tersenyum bangga.
Langit bangga memiliki istri yang di hati nya tidak pernah menyimpan dendam, Langit sampai tak habis fikir kebaikan apa yang pernah ia lakukan sampai Tuhan memberikan seorang istri sebaik Nara kepadanya.
"Kamu ga cemburu Mas habis ketemu sama mantan Mas?" Tanya Langit sembari mengeratkan pelukannya.
"Engga lah Mas, kan Mas ketemu dia juga bukan kemauan Mas kan, Mas juga udah ga ada rasa kan sama dia jadi untuk apa aku cemburu, Aku sepenuhnya percaya sama Mas tapi aku mohon Mas jangan hancurin kepercayaan aku ya" Jawab Nara, kali ini dia serius dengan ucapan nya.
"Mas sama sekali udah ga ada rasa apa-apa sama dia, Mas cuma sayang dan cinta sama kamu, Mas janji ga akan pernah menyia-nyiakan kepercayaan yang sudah kamu kasih ke Mas" Ucap Langit tulus dari hatinya.
"Aku mencintaimu Mas Langit" Nara mencium pipi Langit.
"Mas juga mencintaimu Naraya Jasmine" Langit membalas ciuman Nara namun kali ini bukan hanya pipi saja melainkan seluruh wajah Nara dan terjadilah yang seharusnya terjadi.
Pagi menjelang Nara menyiapkan sarapan untuk Suaminya, Nara memasak makanan kesukaan Langit nasi goreng seafood, Setelah selesai menyiapkan sarapan Nara kembali ke kamar untuk membangunkan suaminya namun sebelum itu ia berpesan kepada Bi Yani untuk membereskan sisanya.
"Bibi tolong bereskan semuanya ya bi, Aku mau bangunin Mas Langit dulu" Pesan Nara pada Bi Yani.
"Baik Nona" Jawab Bi Yani sopan.
"Terimakasih Bi" Setelah mengatakan itu Nara naik kelantai dua dimana kamar nya berada.
Masuk kedalam kamar Nara tersenyum melihat suaminya masih dalam posisi yang sama tengkurap dalam keadaan bertelanjang dada, Ya kebiasaan Langit adalah tidur tidak menggunakan baju.
Meninggalkan suaminya Nara masuk kedalam walk in closet untuk menyiapkan baju kerja Langit setelah itu ia kembali ke kamar untuk membangunkan Langit.
"Mas bangun sudah siang" Panggil Nara sembari tangannya mengelus kepala Langit namun tidak ada tanggapan Langit dan malah semakin nyenyak dalam tidurnya.
"Mas bangun" Kali ini Nara sengaja berbisik di telinga Langit dan hal itu sukses membuat Langit membuka matanya seketika.
Nara tersenyum melihat Langit langsung membuka matanya saat ia berbisik di telinganya, Itu adalah jurus ampuh untuk membangunkan Langit.
"Bangun Mas sudah siang" Ucap Nara lagi.
"Kamu harus bertanggung jawab karena sudah membangunkan Langit junior sayang" Langit menarik Nara dalam pelukannya dan membalikan posisi menjadi Nara yang di bawah.
"Mas ini sudah siang loh, Mas bisa telat ke kantor" Beo Nara mencoba untuk lolos dari serangan pagi Langit, tangannya menahan dada Langit agar Langit sedikit menjauh dari tubuhnya.
"Gapapa telat ga akan ada yang marah, Yang terpenting sekarang Langit junior dapat sarapan nya" Setelah mengatakan itu Langit melancarkan aksinya dan Nara tidak berhasil lepas dari kungkungan Langit.
NOTE : Teruntuk siapapun kamu jika saat ini kamu dalam keadaan tidak baik-baik saja cobalah lihat ke arah langit dan lihatlah betapa luasnya dunia ini, Kamu tidak sendiri aku ada bersama mu.
Mohon dukungannya ya teman-teman😇
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!