Sukma adalah seorang ibu rumah tangga beranak 1. Kesehariannya sebagai ibu rumah tangga kadang membuatnya lelah. Apalagi dengan perekonomian yang pas-pasan membuatnya harus ekstra hemat demi membuat jatah bulanannya cukup sampai gajian sang suami tiba.
Dulu ia bekerja. Namun semenjak hamil kondisi kesehatannya menurun, mengharuskan ia resign dari pekerjaannya. Awalnya ia berpikir karena masa hamil dan akan kembali bugar setelah melahirkan. Setelah melahirkan, Sukma jadi mudah sakit. Dengan peran baru nya sebagai seorang ibu membuatnya kurang tidur. Ditambah asupan makanan sehari-hari yang minim dan jauh dari kata bergizi menjadikan ia terlambat pulih pasca melahirkan. Belum lagi ia harus menyusui bayi perempuannya, semakin lemah lah ia.
Suami nya bekerja sebagai Housekeeping di sebuah hotel dengan gaji UMR. Seharusnya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan menu bergizi walau tak mewah. Awal pernikahan semua berjalan lancar, Doni begitu sayang dengan Sukma dan selalu memenuhi kebutuhan bahkan kemauan Sukma. Doni memang pecinta game, sebagai hiburan atau mengisi waktu luang. Tapi semua berubah ketika Doni kenal dengan judi online. Berawal dari iseng mengikuti teman-teman nya, menjadi ketergantungan dan berujung malapetaka.
Hari itu Sukma sedang bersenda gurau dengan putri nya yang kini berusia 20 bulan. Rania, namanya. Kehadiran Rania membuat hidup Sukma bahagia. Meski tubuhnya kurus, hidup seadanya, nyatanya Rania tetap tumbuh jadi anak yang lucu, aktif dan pintar. Di usianya yang belum genap 2 tahun, ia sudah pandai berbicara dan menghafal doa pendek sehari-hari. Walaupun belum fasih, tapi setiap kata yang di ucapkannya sudah dapat dimengerti orang lain.
"Sukma, kamu masih ada uang berapa?" Tanya Doni, suami Sukma.
" Ada bang, 50 ribu. Kenapa bang?" Jawab Sukma kemudian menanyakan maksud suaminya.
" Sini uangnya kasih abang." Jawab Doni sambil menengadah kan tangannya di depan Sukma.
"Buat apa bang? Itu uang untuk makan kita seminggu ini." Ya, uang itu untuk belanja Sukma selama seminggu sampai waktu gajian Doni tiba.
"Beras masih cukup kan sampai akhir bulan? Ku lihat kamu masih ada banyak garam juga. Seminggu ini gapapa lah kita makan nasi garam." Balas Doni yang mulai kesal dengan nada meninggi.
"Memang buat apa bang uangnya? Kita bagi setengah-setengah saja ya? Kasihan Rania bang kalau tak ada lauk." Ucap Sukma dengan lembut pada suaminya.
" Abang mau isi saldo game. Mana cukup kalo cuma segitu. Lagian kalo abang menang kan lumayan uangnya, kamu juga abang kasih." Ungkap Doni dengan kesal nya.
Deg
Sukma yang mendengar alasan suaminya meminta uang jatah makan sekeluarga itu pun tak habis pikir. Bagaimana bisa seorang suami lebih mementingkan game daripada istri dan anaknya.
"Dicukupin lah bang. Iya kalo menang bang, kalo kalah kita gak ada uang lagi untuk lauk. Kalo kita masih bisa bang, tapi kalo Rania? Dia masih bayi, butuh banyak gizi. abang tega sama anak?" Ia masih mencoba menanggapinya dengan sabar dan mengingatkan nasib anaknya.
"Cuma seminggu ini, dia kan masih dapat gizi dari ASI kamu. Lagian gimana sih kamu bagi uangnya? Bukannya di hemat malah boros.Kalo mau kasih makan enak ya kamu kerja. Jangan ngandelin aku terus. Emang dikira kerja gak capek? Udah sini buruan uangnya mana?" Dino yang semakin kesal karena sukma tak juga memberikan uangnya menggebrak pintu kontrakannya.
Sontak Sukma pun kaget, Rania yang sedari tadi sibuk bermain langsung menangis.
Sukma menggendong Rania sembari berlinang air mata berucap pada suaminya " Kalau aku sehat aku cari kerja bang, walaupun dengan membawa rania. Kan abang tahu aku gampang sakit."
"Jangan alasan kamu, sekarang mah kerja gampang gak harus butuh fisik kuat. Kamu nya aja yang gak mau capek kerja. Maunya santai-santai dirumah. Tuh contoh si susi, masih SMA udah sukses jualan online. Bisa beliin orang tuanya mobil. Lah kita? Rumah aja ngontrak. Kalo kamu mau aku ajak tinggal di rumah emak, seenggaknya kan kita gak harus bayar kontrakan. Tapi kamu nya ngeyel sih, bilang mau mandiri lah itu lah ujung-ujungnya aku juga yang rugi."
"Cukup bang,aku ada alasan buat itu, dan kamu udah tau itu. Aku bukan gak mau usaha, tapi kan butuh modal bang. Kalau mau jual online aku gak ada handphone. Abang sudah jual semua barang-barang berhargaku dan aku masih sabar. Kenapa aku masih aja kamu salahin sih bang? "
"Udah berani kamu ya bantah suami? Mana rasa hormatmu hah? Mau jadi istri durhaka kamu ya?"
Plak
Tamparan Doni yang begitu kuat mendarat di pipi Sukma membuatnya terhunyung dan hampir jatuh. Sedangkan Rania yang berada di gendongan Sukma semakin kencang menangis. Doni yang sedang dikuasai amarah pun mulai hilang kendali mendorong Sukma sekuat tenaga hingga terjatuh. Naasnya, kepala Sukma terbentur sudut meja.
Brakk
Brukk!
Cuuur.....
Darah segar langsung mengucur dari kepala Sukma. Perlahan pandangannya kabur.
"Kepalaku panas.. Ya Allah, apa ini akhir hidupku? Sakit, sakit, Ya Allah.. tolong..." batin Sukma dalam hati dengan air mata mengalir di sudut matanya.
"Ma..." Teriak Rania sambil menangis kencang. Ia yang saat itu dalam gendongan Sukma ikut terjatuh ketika Doni melayangkan serangannya. dengan refleks Sukma memeluk erat Rania demi melindungi buah hatinya. Sampai akhir pun Sukma sangat menyayangi anaknya.
Sukma yang mendengar suara Rania pun berucap dengan terbata-bata "Ra..ni..a.." Setelah itu pandangannya semakin gelap, dan Sukma pun tak sadarkan diri.
Doni yang melihat itupun seketika tersadar, ia ketakutan. Tak menolong, ia malah lari dengan kencangnya menjauhi rumah kontrakan. Meninggalkan Sukma yang sekarat dan Rania yang menangis.
*
*
*
*
*
"Mba Sukma, bangun mba. Saya mau nge-gym " suara seorang wanita memanggil Sukma dari balik meja registrasi tempat fitness.
Sukma yang terkejut bangun dari tidurnya dengan nafas tak teratur. Apa yang barusan dialaminya begitu jelas, rasa sakitnya amat sangat nyata membuat perasaanya campur aduk.
Saat Sukma masih mencerna apa yang dialaminya, ia dikagetkan dengan suara wanita tadi.
" Mba Sukma okey?" Tanya wanita itu.
Sukma yang sedari tadi diam tersadar. "Loh kok aku disini? Ini kan tempat kerjaku yang dulu. Apa ini ingatan sebelum orang mati?" Batin Sukma sembari melihat area sekelilingnya.
Melihat reaksi Sukma yang seperti orang bingung dan tak menjawab pertanyaan, tamu wanita itu pun kembali bertanya " Mba Sukma gak apa-apa?"
Sukma kembali terkejut seketika ia buru-buru memberikan form registrasi pengunjung.
"Oh a iyya gak papa mbak. Mau gym ya? Silahkan registrasi dulu." Sukma mencoba bersikap biasa saja. Walaupun ada seribu pertanyaan di benaknya, namun ia tahan. Nanti ia akan mencari tahu apa yang terjadi setelah tamu wanita langganan tersebut masuk gym.
Setelah registrasi selesai dan mendapat kunci loker, tamu wanita itu pun masuk ke ruang ganti bersiap untuk fitness. Sukma pun langsung menepuk pipinya, kemudian mencubit tangannya. " Aww" pekik Sukma.
"Sakit.. Lah berarti ini nyata. Terus tadi itu apa? Masa mimpi? Tapi..." Sukma yang masih terus berpikir kemudian pandangan nya tertuju pada kalender di meja kerjanya. Matanya semakin membulat ketika melihat tahun yang tertera dalam kalender itu. Secepat kilat ia mencari ponsel dari dalam tas kerjanya. Betapa terkejutnya ia ketika mendapati ponsel miliknya.
"Hah ini kan ponselku 10 tahun yang lalu." Ucapnya
Semakin terkejutlah ia ketika menekan salah satu tombol ponselnya. Terpampang jelas jam digital dan tanggal hari ini.
"Apa? Serius tanggal segini? Berarti... Aku balik ke masa lalu? Kok bisa?" Sukma semakin bingung dengan keadaannya sekarang. Ia kembali mengingat-ingat kejadian mengerikan yang baru beberapa menit menimpanya sampai sesaat kemudian ia teringat sesuatu yang penting.
"Rania" teriak Sukma membulatkan matanya. Seketika jantungnya berdetak kencang.
Episode 2
"Eh, menurut lu orang admin fitness yang paling cantik siapa?" Tanya Aman pada teman-temannya.
"Lulu lah, dari jaman dulu sampe sekarang Lulu paling cakep dong. Calon masa depan gue tuh." Kelakar Juli, kemudian disusul tawa renyah para penghuni ruang makan dimana mereka sedang berkumpul.
"Hahaha.. enak aja lu ngomong, Lulu calon gue tuh." Sahut Rewi.
"Lha bukannya lu udah ditolak 3x ya Rew?" Timpal Aman. Diikuti tawa mereka kembali.
Suasana siang itu begitu ramai di ruang makan khusus karyawan hotel berbintang X. Canda tawa mengiringi obrolan para karyawan yang telah selesai makan untuk sekedar melepas penat setelah setengah pekerjaan mereka lakukan. Nanti kemudian akan dilanjutkan setelah jam istirahat berakhir.
Walaupun ruang makan tersebut dibuat untuk menyantap catering makan siang para karyawan, namun tidak semua divisi hadir di sana. Para staf kantor tentunya menyantap makan siang di ruangan mereka masing-masing, atau ijin keluar area hotel untuk mencari makan jika dirasa menu catering tidak sesuai lidah mereka.
Sedangkan beberapa divisi yang tidak memiliki banyak anggota namun harus selalu standby, memilih menyantap makanan di area tugasnya dan tak mempunyai waktu istirahat. Seperti divisi AF atau admin Fitness. Maka dari itu lah mereka bebas membicarakan orang-orang dari divisi yang tidak biasa bergabung makan siang.
"Don, menurut lu siapa yang paling cakep?" Tanya Aman kemudian.
"Insyaf man, lu mah kucing pake bedak juga lu mau" ledek Doni.
"Doni mah suka nya sama si Sukma. Hahaha...." Timpal Juli. Sedangkan yang lain langsung melongo mendengar pernyataan Juli.
"Serius lo? Tapi Sukma kan pacaran sama anak teknisi." Tanya Aman sedikit berbisik.
"Selama janur kuning belum melengkung, gas lah." Jawab Doni sambil tersenyum mengangkat kedua alisnya.
*
*
*
Sukma sedari tadi tidak bisa tenang. Bahkan untuk duduk pun ia tak mau apalagi menyantap makanannya. Dipikirannya hanya ada Rania. Kembali ke 10 tahun yang lalu seperti diberi kesempatan hidup yang ke dua, bisa memperbaiki jalan hidup yang lama atau memilih jalan yang lain. Namun bagi seorang ibu yang begitu menyayangi putri nya, apakah itu sesuatu yang bagus? Sedangkan ia tahu jika ia memilih memperbaiki jalan lama, besar kemungkinan hal itu terulang kembali. Atau memilih jalan baru namun tidak akan ada Rania tentunya.
Ditengah kebimbangan Sukma, Anto pekerja bagian teknisi, pacar Sukma saat itu datang menemui kekasihnya.
"Sayang udah makan? Ini aku bawain jus buat kamu." Ucap Anto dengan lembutnya.
"Hah? Sayang? Siapa? Gue?" Sukma yang terkejut dengan kedatangan Anto, dengan panggilannya dan juga dengan nada suara yang membuat Sukma merinding.
"Ya iya lah yang, siapa lagi pacar aku?" Jawab Anto tersenyum manis sambil meletakkan jus yang ia bawa ke meja kerja Sukma.
"Kok bahasanya gue-gue gitu sih yang?" Lanjut Anto.
Sukma yang mendengar itu mencoba mengingat memori lama, dimana ia baru saja dikontrak selama satu tahun setelah dinyatakan lulus training 3 bulan. "Iya juga ya, dulu aku pernah punya pacar dia. Aduh kenapa balik ke masa lalunya pas udah pacaran sih?" Gumam Sukma kemudian menepuk jidatnya.
"Yang, kamu kenapa? Kok malah bengong terus tiba-tiba tepok jidat?" Tanya Anto yang khawatir dengan reaksi pacarnya.
Tangannya terulur menyentuh tangan Sukma untuk memastikan sang kekasih baik-baik saja.
Sukma refleks menepis tangan Anto. Kemudian dia berucap " Gak apa-apa, sehat. Makasih jusnya. Sana balik kerja, gak enak kena cctv." Sukma mengusir Anto secara halus.
Anto yang diperlakukan begitu oleh pacarnya pun seketika sedih. "Ya udah aku balik kerja dulu. Jangan lupa makan, terus diminum jusnya." Ucap Anto kemudian berlalu meninggalkan kekasihnya.
Namun sebelum Anto keluar area fitness, ia berucap kembali " nanti pulang bareng ya yang?"
"Hah? Gak bisa, gue eh saya ada urusan. Pulang masing-masing aja." Jawab Sukma gelagapan. Rencananya, Sukma akan mendatangi rumah kontrakan tempat ia tinggal bersama Rania dulu eh masa depan, setelah pulang kerja. Lagipula jam kerja Sukma dan Anto selisih 2 jam lebih dulu Sukma, jadi tak kan ada pemaksaan dari Anto.
Anto pun berlalu dengan perasaan kecewa dan penuh tanda tanya. Gadis yang ia pacari belum genap satu minggu itu tiba-tiba berubah aneh, seolah asing dengannya. Belum lagi ketika sang kekasih tak mau disentuh tangannya, semakin pilu lah hati nya. Pasangan yang begitu mesra selama beberapa hari lalu kini seolah sedang diterpa prahara, begitu acuhnya sang kekasih.
Disisi lain, sedari tadi ada sepasang mata yang memperhatikan interaksi Sukma dan Anto. Ia berdiri di area concierge sambil melihat pujaan hatinya bersama kekasihnya. Ada rasa lega ketika melihat Anto meninggalkan area Fitness dengan wajah galau nya. Saat Anto sudah meninggalkan area kerja Sukma, Doni pun melenggang menghampiri Sukma.
"Jawa, udah makan?" Tanya Doni.
Jawa adalah panggilan khas Doni ke Sukma. Bukan hanya karena Sukma berasal dari suku Jawa, tapi sejatinya karena Sukma mirip seperti gula jawa. Kulitnya sawo matang, tetapi manis. Apalagi ketika Sukma tersenyum nampak lesung pipi di pipi kanan dan kirinya begitu manis membuat Doni semakin terpesona.
Sukma bukanlah gadis yang biasa saja di mata para lelaki. Selain karena manisnya, ia memiliki tinggi badan ideal wanita dipadukan dengan berat badan yang proporsional dan lekuk tubuh yang aduhai membuat para lelaki pasti memandangnya ketika ia lewat. Dengan pembawaanya yang santun, ramah dan supel membuat banyak lelaki mendambanya. Walaupun jika dibandingkan dengan Lulu sesama admin fitness masih kalah putih dan mulus, namun Sukma mempunya tempat tersendiri bagi para karyawan lainnya. Ia cukup cerdas dan cekatan dalam pekerjaannya.membuat rekan sesama admin lainnya iri.
Sukma yang melihat Doni seketika membeku. Terlintas peristiwa naas yang membuatnya kembali ke masa lalu, juga itulah momen terakhir Sukma dan putri nya yaitu Rania.
"Jangan alasan kamu, sekarang mah kerja gampang gak harus butuh fisik kuat. Kamu nya aja yang gak mau capek kerja. Maunya santai-santai dirumah. Tuh contoh si susi, masih SMA udah sukses jualan online. Bisa beliin orang tuanya mobil. Lah kita? Rumah aja ngontrak. Kalo kamu mau aku ajak tinggal di rumah emak, seenggaknya kan kita gak harus bayar kontrakan. Tapi kamu nya ngeyel sih, bilang mau mandiri lah itu lah ujung-ujungnya aku juga yang rugi."
"Cukup bang,aku ada alasan buat itu, dan kamu udah tau itu. Aku bukan gak mau usaha, tapi kan butuh modal bang. Kalau mau jual online aku gak ada handphone. Abang sudah jual semua barang-barang berhargaku dan aku masih sabar. Kenapa aku masih aja kamu salahin sih bang? "
"Udah berani kamu ya bantah suami? Mana rasa hormatmu hah? Mau jadi istri durhaka kamu ya?"
Plak
Ingatan tamparan itu sontak membuat Sukma tersadar dari lamunannya. Ia memegang pipinya, masih terasa perih.
Sedangkan Doni yang melihat gelagat aneh Sukma mengibaskan tangannya di depan wajah Sukma.
"Jawa, lu kenapa? Kesambet ya?"
Sukma yang sudah dikuasai kesadaran dari lamunanya tiba-tiba jantung nya berdebar kencang, keringat dingin bercucuran nampak jelas di wajahnya. Sesaat kemudian ia merasakan sesak sambil memegang dadanya.
"Sukma, kamu kenapa?" Doni yang melihat keadaan Sukma seketika panik, dia semakin mendekati Sukma berniat ingin menolong.
Namun Sukma yang melihat Doni mendekat langsung ketakutan, badannya gemetar, ia ingin menghindar namun lututnya terasa lemas.
Saat itu juga, Lulu, lawan shift kerja Sukma datang membuka pintu. Ia keheranan dengan keadaan Sukma dan juga Doni yang semakin mendekati Sukma. "Ada apa ini? Ma, lu kenapa? Sapanya.
Sukma yang melihat Lulu pun seketika berucap " Lu, gue ke toilet ya." Kemudian Sukma berlalu meninggalkan Lulu dan Doni yang kebingungan dengan sikap Sukma.
Lulu melihat ke arah Doni sambil mengangkat kepalanya seolah bertanya dengan bahasa isyarat apa yang baru saja terjadi. Doni yang menangkap maksud Lulu menggelengkan kepala kemudian mengangkat bahunya.
Dengan kaki yang masih lemas, badan gemetar dan dada yang sesak, Sukma berusaha secepatnya pergi ke toilet. Bukan toilet umum hotel, namun ia memilih toilet terdekat, dimana bercampur dengan ruang ganti para tamu yang akan fitness. Disitu pula ada loker khusus tamu fitness.
Sukma mengunci bilik toilet. Ia kemudian menurunkan penutup closet dan mendudukinya. Ia bersandar lalu menutup matanya, mulai mengatur nafas dan mencoba rileks. Perlahan rasa sesak itu berkurang, kakinya yang semula lemas kini mulai bertenaga kembali. Ia mengambil tisu toilet dan menyeka sisa keringatnya yang tadi bercucuran.
"Aku kenapa setakut itu sama Doni? Ini kan masa lalu, kami belum menikah dan juga pasti belum punya anak. Tapi kalo liat dia..." Sukma pun langsung teringat betapa kejamnya Doni saat itu. Seketika ia bergidik ngeri. "Hii.. serem ah. Sebaiknya aku menghindarinya." Ucap Sukma kemudian.
Setelah 20 menit berada di toilet, Sukma pun keluar, berjalan perlahan sampai dibelakang meja admin fitness. ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling mencari keberadaan Doni. Lalu pandangannya terfokus ke seberang kaca pada area concierge. Saat dirasa aman, ia melangkah kembali ke meja kerjanya. Disitu ada Lulu yang sedang menambal lipstik di bibirnya.
"Lu, sorry ya tadi pas lu dateng gue langsung ngacir. Biasa, panggilan alam. Udah nahan lama gue." Sukma memberi alasan terkait dirinya yang tadi ke toilet.
"Hmmm.. " jawab Lulu yang masih sibuk dengan cerminnya. Ia kini mulai menyisir rambut panjangnya untuk kemudian di sanggul. Karena memang peraturan kerja nya bagi perempuan yang berambut panjang wajib di sanggul rapih.
Sukma yang mendengar jawaban Lulu hanya bisa diam lalu duduk kembali di kursi kerjanya. Sukma kemudian melanjutkan pekerjaannya, membuat laporan harian lalu kembali mengecek form registrasi kunjungan tamu fitness hari ini. Ia juga menghitung pendapatan dan memisahkan dengan uang kembalian lalu memberikan uang stok kembalian tersebut pada Lulu untuk dihitung kembali sehingga tidak ada kesalahpahaman apabila terjadi kekurangan dalam uang kembalian.
"Nih lima ratus ribu ya." Ucap Sukma sambil menyerahkan uang kembalian pada Lulu.
Lulu menerimanya, lalu menghitungnya. Setelah selesai menghitung, Lulu manggut-manggut "pas." Ucap Lulu sambil menyeruput jus mangga yang terletak di meja kerja mereka.
Sukma yang melihatnya lalu teringat akan jus pemberian dari Anto yang kini masih berstatus pacarnya.
"Lu liat jus gue gak?" Tanya Sukma sambil mengecek ke berbagai sudut ruang kerjanya.
"Ya gak tau lah." Jawab Lulu datar.
"Itu yang lu minum dari mana?" Tanya Sukma lagi
" Di meja."
"Ya berarti punya gue. Kenapa maen minum aja sih bukannya nanya dulu." Sukma mendengus kesal dengan sikap partner kerjanya itu.
"Gue kira dapet katering." Balas Lulu yang tak merasa bersalah.
"Yaelah Lu, sejak kapan katering dapet jus?"
"Yaelah cuman jus doang ma. Gue ganti sih paling juga berapa." Elak Lulu kemudian menyeruput sisa jus di cup itu sampai tandas.
"Itu dari Anto tau."
"Ukhukk..uhukk.." Lulu yang mendengar itu seketika tersedak. Ia memukul-mukul pangkal tenggorokan nya guna melegakan tenggorokan nya. "Sorry ma gue gak tau. Ntar gue minta Anto beliin lu yang baru deh." Sambung Lulu.
"What?" Sukma yang mendengar perkataan Lulu pun tak habis pikir. "Ini yang pacarnya siapa sih?"
"Biasa aja kali.. Lo kan tau kalo semua karyawan di hotel ini pernah naksir gue. Gue nya aja yang gak mau, gak level. Ya termasuk Anto lah, pernah bilang suka sama gue. Sampe nangis-nangis tuh gue tolak." Jawab Lulu dengan angkuhnya.
Bukan tanpa alasan Lulu bicara seperti itu. Karena Lulu memang sosok gadis yang cantik, kulit mulus bagai porselen, rambut panjang lurus yang hitam, badan seksi walau tingginya standar negeri kita. Banyak orang yang bilang mirip artis Julia Est**. Membuat Lulu menjadi primadona baik oleh karyawan maupun tamu-tamu hotel. Tak jarang ia mendapat hadiah atau sekedar uang saku dari tamu yang naksir dengannya. Namun sifatnya yang congkak dan pelit itu membuat karyawan wanita tak suka dengannya. Belum lagi dengan barang yang dikenakannya yang berlebihan bagi karyawan hotel pada umumnya membuat para staff hrd geleng-geleng kepala.
Dulu Sukma segan dengan seniornya itu. Namun setelah melalui masa depan dan kini kembali ke masa lalu, Sukma tahu dengan jelas siapa Lulu sebenarnya. " Iya sih yang sugar baby nya koh Beny. Mana level sama cowok gaji receh." Batin Sukma.
"Gimana kabar koh Beny, Lulu? Masih sering check-in di hotel sebelah? Tanya Sukma.
Lulu pun seketika kaget sampai lukisan alis yang ia ukir dengan hati-hati pun memanjang sampai bagian pelipisnya.
"Ma..maksud lo?"
"Ya gitu deh" jawab Sukma sambil mengedipkan sebelah matanya. "Eh ini kerjaan gue udah beres ya, gue siap-siap pulang dulu."
"Maksud lo apa tadi? Lo mau ngancem gue?"
"Kalo menurut lo gitu ya terserah. Kalo lo gak usik gue, ya gue juga." Kemudian Sukma mengambil tas nya dan berlalu meninggalkan Lulu. Tak lupa ia melambaikan tangannya, lalu menyambar kotak katering yang belum sempat ia makan. "Makanya jangan maen samber rejeki orang." Batin Sukma sambil berjalan menuruni anak tangga menuju finger print.
"Kurang ajar lo ya. Liat aja nanti, gue tinggal gak usik lo aja kan. Tapi kalo Anto boleh doong.." umpat Lulu lalu kembali melanjutkan berdandan. "Astaga Sukma! Alis gue jadi berantakan kan."
Sukma menaiki angkot yang akan membawanya ke kontrakan tempat tinggalnya10 tahun yang akan datang untuk sekedar memastikan. Wajah yang kembali muda nan mulus, badan yang kembali langsing, tempat kerja, tanggal hari itu serta barang-barang miliknya 10 tahun yang lalu seharusnya sudah cukup membuat Sukma yakin akan kenyataan bahwa ia memang kembali ke masa lalu. Namun pikirannya yang masih dibayangi wajah Rania membuat Sukma ingin lebih memastikannya.
Setelah 25 menit berkendara, Sukma turun dari angkot dan mulai berjalan menuju kontrakan. Sekitar 10 menit ia pun sampai. Suasana kontrakan agak berbeda dari ingatannya. Masih batu bata dan terdapat tanah kosong di sebelahnya. Sukma kembali mengingat kontrakan mana tempat ia tinggal, karena 10 tahun kedepan area itu adalah kawasan kontrakan padat. Ada sekitar 40 pintu. Namun sekarang hanya ada 5 pintu saja.
"Harusnya kan disini. Tapi ini masih jadi kebon. Berarti beneran aku balik ke jaman dulu? Terus anakku gimana?" Ucap Sukma. Matanya mulai berkaca-kaca saat mengingat kembali Rania.
"Rania...maafin mama yang gak bisa jaga kamu." Sambung Sukma menangis sesenggukan sambil mengelus perut rata nya.
Setelah puas menangis, Sukma pun berniat akan pulang namun ia lupa dimana ia tinggal sekarang. Karena dulu ia sering pindah kosan setiap kali putus dengan mantan-mantan pacarnya. Ia pun mengeluarkan ponsel nya, lalu mendial satu nomor.
"Sebenernya males banget ketemu ni orang, tapi daripada aku bingung. Dia pasti tau lah aku sekarang tinggal dimana."
Selang setengah jam, Anto sampai dimana Sukma berada dengan mengendarai motor bebeknya.
"Sayang ngapain disini? Abis maen kerumah temen?" Tanya Anto.
"Gak papa, nyasar. Tolong anter pulang ya." Jawab Sukma asal. Tak ada niatan ia menjelaskan apa yang dialaminya hari ini pada sang kekasih. Lagi pula seingat Sukma mereka hanya berpacaran 4 bulan, lalu Sukma akan pacaran dengan karyawan hotel bagian restoran.
"Ya udah yuk aku antar. Nih pake dulu helmnya." Anto memberikan helmnya pada Sukma. Anto hanya membawa 1 helm karena kosan yang Sukma tinggali sekarang berada dibelakang gedung hotel tempat mereka bekerja. Jalan yang dilalui pun dengan masuk gang sempit muat 2 motor saja.
"Kamu tahu kan aku sekarang tinggal dimana?" Tanya Sukma memastikan.
"Tahu lah sayang, kan kemaren juga aku anter kamu. Masa udah lupa." Jawab Anto lalu menarik perlahan tangan Sukma yang telah naik motor agar berpegangan pada pinggang nya. Sukma sebenarnya enggan, tapi mau bagaimana lagi ia yang butuh diantar.
Selama perjalanan, tidak ada obrolan antara keduanya. Sukma yang masih tenggelam dalam kesedihannya dan Anto yang sedang memikirkan sesuatu.
Setelah cukup lama berkendara, mereka tiba di kos khusus putri yang ternyata letaknya tidak jauh dari hotel tempat mereka bekerja.
"Oh ternyata aku masih tinggal disini." Batin Sukma kemudian ia berlalu masuk ke kosan tersebut. Anto lalu mengikuti langkah Sukma. Sukma yang merasa Anto mengikutinya pun menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah Anto. " Mau ngapain?"
"Masuk." Jawan Anto.
"Emang biasanya boleh masuk?" Tanya Sukma lagi
"Enggak." Jawab Anto lagi sambil menggelengkan kepalanya.
"Terus kenapa mau masuk?"
"Mau ambil helm sayang. Tuh masih nyangkut di kepalamu" jelas Anto menunjuk helm di kepala Sukma.
"Astaga, bukannya ingetin dari tadi." Sukma lalu melepas helm dan memberikannya ke Anto "nih, makasih ya."
Anto menerimanya lalu berucap " sama-sama yang. Oiya kamu ada masalah apa sama Lulu? Kok tadi tiba-tiba dia nyariin aku terus ngajak jalan hari minggu."
Sukma terdiam, ia bermonolog " wah wah, si cewek gatel udah mulai beraksi tuh. Tapi biarin lah toh aku yang sekarang gak suka sama Anto. Oiya seingat ku, aku putus sama dia dan mantan-mantan yang lain juga karena Lulu. Emang gatel tuh anak. Awas aja nanti gue kerjain. Sekarang kan gue udah tau kartu as nya."
"Yang? Kok malah bengong?" tanya Anto kemudian.
"Kalo mau ya udah sana jalan. Anak hotel mah siapa yang bisa nolak kalo diajak jalan sama dia?" jawab Sukma tanpa beban.
"Aku."
"Hah? Tapi tau darimana aku ada masalah sama dia? tanya Sukma lagi.
"Dia tadi bilang...
Flash back Anto
Lulu menyeting Handy Talkie ke chanel khusus teknisi. Ia memanggil Anto untuk datang ke area fitness. Tak lama, Anto datang dan menanyakan perihal keperluan Lulu.
" Ada masalah apa Lu?" Tanya Anto
"Oh gak ada kok. Gue cuma mau kasih tau kalo cewek lo itu gak bener. Tadi aja gue liat dia sama Doni deket bener kayak mau..." Lulu sengaja menggantung ucapannya.
Anto yang mendengarnya pun terdiam, walaupun belum lama pacaran, ia tahu betul kalau Sukma tipe wanita baik-baik.
" Lo gak percaya sama gue? Gini aja deh, dari pada lo sama Sukma yang biasa-biasa aja mendingan lu jalan sama gue. Mumpung gue lagi baik nih." Goda Lulu pada Anto.
"Kalo gak ada masalah kerjaan, gue pergi ya." Anto pun berlalu meninggalkan Lulu tanpa respon apapun.
Flashback off
"Oh paling dia kesel gara-gara jus dari kamu." Jawab Sukma
" Emang kenapa yang? Dia mau jus nya? Apa gimana?"
"Dia tiba-tiba aja minum jusnya pas aku ke toilet. Aku tegur malah ngambek. Bilang kamu pernah ditolak dia." Jelas Sukma.
"Hah? Cuma gara-gara itu?" Anto seketika melongo. Ia tak habis pikir dengan Lulu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!