NovelToon NovelToon

Cika Cuka Caka

1. KISAH PERTAMA

...--🌸🌸--...

Pintu mobil berwarna biru itu terbuka dan tak berselang lama nampak sepatu berwarna hitam mendarat di permukaan aspal. Seragam SD berwarna merah putih itu terlihat melekat pada tubuh kecilnya yang masih berusia sembilan tahun.

Rambut yang diikat bak tanduk itu terlihat berayun-ayun ketika gadis yang melangkah menuju gerbang sekolah nampak begitu riang gembira di pagi hari ini. Ia menghentikan langkahnya lalu menoleh menatap ke arah mobil yang masih berhenti di depan gerbang sekolah.

Ia tersenyum memperlihatkan giginya yang tersusun rapi, wajah yang begitu nampak cantik dengan pipi chubby berhasil membuat sepasang suami istri yang berada di atas mobil itu tersenyum.

"Belajar yang rajin ya, Cik!" ujar wanita berbaju kantoran itu nampak melambaikan tangannya membuat gadis kecil bernama lengkap Asyika Sulastika ikut melambaikan jemari kecilnya.

"Siap ma! Cika akan belajar yang rajin."

Suara klakson mobil terdengar menandakan jika mobil papa dan mamanya telah melaju meninggalkan Cika di bibir gerbang. Cika menghela nafas pendek ia kembali menarik senyumnya lalu berbalik badan namun, baru selangkah langkah itu terhenti ketika ia mendengar suara teriakan seseorang yang memanggil namanya.

"Cika!"

Puput Raharjo gadis berusia 10 tahun yang mendiami kelas 5 itu nampak berlari ke arah Cika yang kini dibuat menggeleng. Ia menghentikan larinya lalu menunduk sambil memegangi kedua lututnya dengan bibir yang dibiarkan terbuka berusaha mencari pasokan udara sebanyak-banyaknya.

"Selamat pagi Puput," sapa Cika dengan senyum ciri khas Cika yang tentunya sangat menggemaskan.

Puput bangkit berdiri tegak sambil menopang pinggang. Ia menatap Cika sejenak lalu menoleh ke arah jam kecil berwarna merah yang ada pada pergelangan tangannya.

"Hari ini hari senin, kan?"

Cika mengangguk dengan wajah polosnya.

"Aku pikir aku bakalan terlambat ternyata nggak padahal aku udah lari dari rumah sampai ke sini," jelas Puput.

"Hari ini kakak Puput yang jadi pengibar bendera, kan?"

Puput menjentikkan jarinya tepat di hadapan wajah Cika lalu berujar dengan santai, "Betul sekali."

Suara bel berbunyi, pria berkumis tebal itu terlihat berbicara menggunakan microphone yang tersambung di sebuah speaker besar lalu mengumumkan jika upacara bendera hari ini tidak lama lagi akan dilaksanakan membuat siswa dan siswi SD Merdeka Belajar berlarian ke lapangan sekolah.

"Cika ke kelas dulu ya simpan tas Cika setelah itu Cika akan ke barisan dan berdiri paling depan buat ngeliat kakak Puput."

Puput mengangguk lalu membiarkan sepupunya itu melangkah pergi menuju ke kelasnya. Puput dan Cika memanglah memiliki hubungan keluarga. Mama dari Cika yang bernama Rosa bersaudara kandung dengan ibu dari Puput yang bernama Rika dan hubungan keluarga itu membuat keduanya menjadi sangat dekat.

Perbedaan usia yang membuat mereka sedikit terpisah karena umur Puput yang berusia 10 tahun dan Cika yang berusia 9 tahun membuat mereka berpisah kelas. Kini Puput mendiami kelas 5 sementara Cika mendiami kelas 4 namun, jangan salah setiap jam istirahat mereka berdua akan selalu bersama.

Dimana pun Cika berada maka di situ juga ada Puput. Bisa diibaratkan seperti ekor dengan badan atau mungkin sebuah toples dengan penutup, ya kehidupannya seperti itu. Sulit dipisahkan.

Cika meletakkan tas berkarakter hello kitty itu ke atas kursi lalu duduk sejenak di atas kursinya, meraih kemoceng dan membersihkan permukaan mejanya yang nampak bersih.

Cika menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya pelan. Ia melipat kedua tangannya di depan dada menyaksikan permukaan mejanya yang sudah bersih.

Jika kalian ingin mengetahui hal yang sebenarnya maka kalian harus tahu kalau sebenarnya Cika duduk paling belakang dan ia tak memiliki teman duduk ataupun teman di dalam kelas.

Memiliki sepupu seperti Puput membuatnya tidak membuka diri pada teman-temannya yang ada dalam kelasnya dan bagi Cika itu tidak terlalu buruk. Bagi Cika memiliki sahabat sekaligus sepupu seperti Puput sudah cukup baginya.

Cika menurut Puput dikenal sebagai gadis yang ceria, berisik dan suka bercanda maupun tertawa namun, menurut pandangan teman-teman yang ada dalam kelasnya Cika adalah salah satu teman sekelas yang begitu sangat pendiam, tidak ingin bergaul dengan yang lainnya dan sering menyendiri.

Jika meminta pendapat dari guru-guru yang mengajar jika di sekolah maka mereka akan berpendapat bahwa Cika adalah gadis yang mandiri, tidak suka menyontek atau meminta jawaban dari teman yang lain, cerdas, pintar dan jika kalian ingin tau hal yang lebih mengejutkan dari Cika adalah ia merupakan salah satu gadis yang berprestasi di sekolah. Dia bahkan menduduki peringkat pertama di dalam kelas ini.

Mau memberi tepuk tangan untuk Cika?

Mau?

Ah, tak perlu melakukannya karena sekalipun pintar ia tetap saja menjadi gadis pendiam. Tak ada bedanya dengan karakter Ijat di dalam film kartun Upin Ipin yang pendiam dan tidak banyak bicara namun, sekali bicara membuat semua orang melongo.

Mau Cika contohkan? Ah sepertinya tak perlu. Iya, kan?

2. MURID BARU

...--🌸🌸--...

Di dalam ruangan kelas nampak Cika sedang duduk di bangku kelasnya dengan wajah yang begitu sangat serius mendengarkan penjelasan dari ibu guru pagi ini.

Ibu Dewi merupakan guru bahasa Indonesia yang menjadi guru favorit bagi Cika. Pasalnya Ibu Dewi adalah guru wanita yang begitu sabar dalam mengajar. Ia bahkan sama sekali tak pernah marah saat mengajari murid-muridnya dan itulah yang membuat Cika merasa sangat senang jika diajar oleh ibu Dewi.

Bagaikan seorang malaikat. Kalian pasti punya spesies guru seperti ini. Guru yang baik saat sekolah dasar tapi sepertinya itu sudah hampir punah.

Suara ketukan pintu terdengar membuat ibu Dewi menghentikan penjelasannya diiringi tatapan semua murid-murid yang tertuju ke arah pintu mendapati sosok pria bertubuh gemuk serta berkumis tebal yang sedang melangkah masuk ke dalam.

"Ah, bapak penyihir itu lagi," umpat Cika saat melihat bapak kepala sekolah, pak Bowo.

Cika menatapnya sejenak lalu kembali menunduk menatap buku yang sejak tadi ia tulisi dengan pensil. Tak ada ketertarikan Cika untuk mengetahui apa yang menyebabkan bapak kepala sekolah yang jarang masuk ke dalam kelasnya itu kini menginjakkan kakinya di lantai kelas empat.

Ah, mungkin saja dia ada urusan dengan ibu Dewi. Ya seperti biasa bapak kepala sekolah itu memang genit kepada guru-guru muda seperti ibu Dewi jadi wajar saja.

Pak Bowo berbisik ke telinga ibu Dewi membuat ibu Dewi tak berselang lama mengangguk.

"Baik, pak biarkan dia masuk!"

Pak Bowo mengangguk kemudian ia menoleh menatap ke arah pintu dan berujar dengan sedikit meninggikan nada suaranya memanggil seseorang.

"Silahkan masuk, nak!"

Suara ketukan sepatu pada permukaan lantai terdengar begitu pelan dan hal itu berhasil mencuri semua perhatian anak-anak kelas 4 yang berada di dalam ruangan itu. Sementara Cika masih terfokus perhatiannya pada lembaran buku yang sejak tadi ia tulisi.

Beberapa anak-anak laki-laki dan perempuan terlihat berbisik-bisik membahas tentang anak murid baru yang masih melangkah mendekati bapak kepala sekolah. Sepertinya hari ini mereka kedatangan murid baru.

"Wah, jadi ini murid barunya," ujar Ibu Dewi saat ia berhasil menyentuh pundak anak lelaki itu.

"Benar, Bu. Dia pindahan dari sekolah dasar jaya abadi," jawab bapak Bowo membenarkan.

"Oh, jadi itu murid baru."

"Kita kedatangan murid baru, ya?"

"Wah, dia terlihat sangat tampan," suara bisikan-bisikan kecil itu terdengar dan berhasil mengganggu indra pendengaran Cika.

Murid baru? Satu kata yang cukup lama ia tidak dengar. Cika pernah mendengar kedatangan murid baru tapi murid baru itu tidak masuk ke dalam kelasnya melainkan ia masuk ke dalam kelas 5 dan secara kebetulan ia berada di dalam kelas milik Puput, sepupu perempuannya itu.

Karena dibuat penasaran membuat Cika akhirnya menggerakkan kepalanya menatap ke arah depan dimana sosok pria berseragam merah putih yang masih terlihat baru itu sedang berdiri sambil memegang kedua bahu tas ransel yang berada di belakang tubuhnya.

Kulit anak laki-laki itu terlihat agak gelap namun, tidak berhasil mengurangi paras wajah yang tampannya. Kedua alisnya terlihat agak sedikit tebal mengikuti lekukan kelopak matanya dengan bulu matanya yang terlihat melentik. Bibir anak laki-laki itu terlihat tipis berwarna pink segar hidung yang mancung dengan bola mata yang indah.

Seketika Cika dibuat melongo dengan pandangan yang begitu sangat indah. Ia memilih menopang dagunya. Di indra penglihatan Cika bisa melihat rambut anak laki-laki itu terlihat bergerak-gerak seakan sedang ditiup oleh angin yang begitu sangat indah. Ini sangat persis seperti di adegan telivisi. Dimana seorang perempuan sangat mengagumi paras tampan seorang pria tapi sayangnya ini tidak terjadi pada seorang pria remaja ataupun wanita remaja akan tetapi, ini terjadi pada seorang bocah yang masih duduk di bangku kelas 4 sekolah dasar.

"Ayo, silakan perkenalkan nama kamu!"

Anak laki-laki itu terlihat menarik nafas dalam-dalam sembari kedua matanya yang menatap serius ke arah penjuru kelas.

"Hai semuanya!" sapa anak laki-laki itu sambil melambaikan jemari tangannya membuat seisi kelas ikut membalas sapaan anak laki-laki itu kecuali Cika. Cika terlihat diam sambil tersenyum dengan kedua matanya yang masih serius menatap murid baru itu.

"Perkenalkan nama saya Jaka Pradagya Pertiwa. Teman-teman boleh memanggil saya dengan sebutan Jaka."

Sunyi dan sepi, tak ada yang dikatakan anak-anak lainnya mereka semua terlihat diam hingga...

"Hai juga Jaka!" sapa Cika dengan nada yang begitu sangat ceria membuat semua orang menoleh dengan wajah kebingungan menatap ke arah Cika yang terlihat masih tersenyum memperlihatkan giginya yang tersusun rapi.

Pandangan kebingungan masih terlihat. Semua orang tidak menyangka jika gadis cerdas yang hanya sering diam itu kini angkat bicara.

Bocah lelaki itu tersenyum menatap ke arah Cika yang masih mempertahankan senyum manisnya.

"Ah, baik Jaka silakan duduk di-" ujaran Bu Dewi terhenti saat kedua matanya merambah ke segala arah berusaha mencari bangku yang kosong pada bangku barisan laki-laki.

Cika tersadar dari lamunannya. Senyum itu dengan cepat ia hilangkan saat ia menyadari Bu Dewi sepertinya sedang mencari bangku yang kosong untuk anak laki-laki yang bernama Jaka itu. Dengan cepat ia mengangkat jari telunjuknya membuat Bu Dewi kembali menoleh menatap ke arahnya.

"Duduk di sini saja, Bu. Bangku yang ada di dekat Cika kosong."

Semua orang kembali menoleh menatap ke arahnya. Pandangan mereka semua sepertinya tidak suka kepada Cika saat Cika menawarkan tempat duduk untuk murid baru itu tapi apa pedulinya bagi Cika. Bagi Cika mereka semua tidak penting.

Bu Dewi mengangguk lalu ia berbisik ke arah Jaka membuat Jaka mengangguk dan segera melangkah ke arah bangku yang ada di samping Cika. Pandangan Cika sama sekali tak pernah lepas dari sorot mata anak laki-laki itu hingga akhirnya anak laki-laki itu benar-benar duduk di sampingnya.

"Hai, nama aku Cika sulastika. Teman-teman dan Mama, Papa suka memanggil aku dengan sebutan Cika."

"Cika suka berenang tapi Cika takut tenggelam. Cika pernah dulu tenggelam tapi sekarang Cika sudah tidak tenggelam karena Cika bukan ada di kolam renang."

"Cika suka menggambar burung. Jaka punya burung?"

Jaka melongo.

"Mau Cika gambarkan burung untuk Jaka tapi nanti saja kalau Cika punya buku gambar yang baru. Kalau sudah punya kita akan menggambar sama-sama."

"Oh iya Cika juga suka menyanyi. Mau dengar suara Cika?"

Kedua mata Jaka mengerjap beberapa kali membuat tas yang ada di bahunya langsung terjatuh ke atas kursi. Jaka tak menyangka teman sebangkunya ternyata sangat lihai dalam berbicara. Lihat saja dia bahkan tidak bernafas saat bicara panjang lebar.

3. MENJADI SEORANG SAHABAT

...--🌸🌸--...

Saat setelah Jaka duduk di bangkunya Cika kemudian memutuskan untuk kembali menulis beberapa penjelasan yang telah ditulis oleh ibu guru di permukan papan tulis. Bu Dewi kembali menjelaskan materi yang sebelumnya tertunda karena kedatangan murid baru yang saat ini masih duduk di samping.

Cika sesekali menggerakkan kedua matanya berusaha mencuri pandang ke arah Jaka yang terlihat sangat serius mendengarkan penjelasan dari ibu Dewi yang memaparkan materi.

"Nama kamu siapa tadi, ya?" tanya Cika dengan nada berbisik membuat anak laki-laki yang berada di sampingnya ikut melirik.

"Jaka," bisik Jaka dengan pelan membuat Cika mengangguk.

"Namanya bagus," ujar Cika lagi membuat anak laki-laki itu tersenyum kecil.

Cika yang terdiam beberapa saat dan tak berselang lama ia menggeser kursi yang diduduki sehingga kedua bahunya berhasil menyentuh bahu Jaka.

Jaka menoleh ia menatap Cika yang tersenyum memperlihatkan giginya yang terlihat tersusun dengan rapi. Wajah gadis itu benar-benar terlihat sangat cantik. Entah karena sengaja memperlihatkan kecantikannya atau memang ia sedang benar-benar hanya memperlihatkan senyumnya saja.

"Nanti kita main sama-sama ya. Cika akan kenalin Jaka ke kakak Puput."

"Kakak Puput?"

"Iya kakak Puput, dia itu sepupu Cika. Nanti kita main bareng, ya!" ajak Cika.

Tanpa menjawab Jaka hanya mengangguk lalu ia kembali fokus pada penjelasan sang guru.

Bel berbunyi tanda habisnya pelajaran dan digantikan dengan jam istirahat. Guru masing-masing kelas melangkah keluar disusul murid-murid yang berhamburan keluar sekedar hanya untuk ingin bermain ataupun mengisi lambung-lambung mereka yang kelaparan.

Saat setelah ibu Dewi keluar dari kelas semua anak-anak yang sebaya dengan Cika melangkah ke arah Jaka yang nampak masih duduk sambil membereskan beberapa buku dan perlengkapan alat tulis lainnya yang telah ia gunakan.

"Hai Jaka! Nama aku meli!"

"Hai Jaka aku namanya Tono. Kamu mau main bola sama aku?" tawar beberapa murid lainnya membuat Cika menatap tak suka.

Wajah Cika cemberut menahan amarah dan menjeling teman-temannya satu persatu.

"Maaf ya teman-teman semuanya terima kasih atas ajakannya tapi Jaka nggak bisa karena Jaka mau main sama Cika. Iya kan Jaka?"

Tak Ada jawaban dari Jaka. Ia mengkerutkan keningnya tidak mengerti.

"Iya kan Jaka?" tanya Cika yang sedikit meninggal nada suaranya.

"Jaka mau kan main sama Cika?"

Jaka hanya menatap bingung membuat Cika tampa pikir panjang langsung meraih pergelangan tangan Jaka dan menariknya membuat Jaka yang masih kebingungan itu hanya mampu menurut. Ia melangkah menuruti kemana Cika membawanya pergi.

Semua murid-murid menoleh menatap ke arah mana Cika membawa anak laki-laki murid baru itu. Baru kali ini mereka semua melihat Cika nampak begitu akrab dengan orang baru dan itu terjadi antara Cika dengan Jaka.

Semua murid-murid sekolah dasar itu menatap bingung dan bahkan ada yang saling berbisik saat mereka melihat Cika yang memegang tangan Jaka. Mungkin ini hanya hal biasa tapi menurut bagi anak sekolah dasar yang seusia baru hitungan jari itu adalah hal yang sangat luar biasa.

Seorang anak perempuan dan seorang anak laki-laki berpegangan tangan. Jaka yang masih melangkah itu kini menghentikan langkahnya, tak menemukan sosok kakak Puput di dalam kelas.

"Kakak Anto!" panggil Syifa membuat pria bertubuh agak tinggi itu menghentikan langkahnya.

Cika berlari membuat Jaka terpaksa harus ikut berlari mengikuti ke arah mana Cika membawanya.

"Kakak Puput mana ya? Kok Cika cari-cari nggak ada."

"Oh si Puput, si Puput nggak ada."

"Kemana?"

"Dia pergi latihan pramuka."

"Latihan pramuka."

Cika menghela nafas berat dan tak berselang lama pria bertubuh tinggi itu langkah pergi meninggalkan Cika yang akhirnya menoleh menatap Jaka.

"Kenap" tanya Jaka.

"Kakak Puput nggak ada. Gimana, dong padahal kan Cika mau kenalin Jaka ke kakak Puput."

"Yah nggak apa-apa, sih mungkin besok aja," ujar Jaka hingga beberapa detik kemudian mereka berdua saling diam.

Cika yang hanya memikirkan tentang kepergian kakak Puput yang pergi latihan pramuka tanpa memberitahunya sementara Jaka hanya terdiam sambil menatap ke sekeliling sekolah yang masih bernuansa baru ini.

"Oh iya-"

"Apa?" potong Cika yang begitu sangat antusias membuat Jaka yang begitu kalem terus nampak kaget.

"Ka-kantin dimana, ya?"

"Kantin?" tanya Cika membuat Jaka mengangguk.

"Kantin ada di belakang. Oh iya Jaka kamu mau makan, ya?"

Jaka mengangguk.

"Kalau begitu Jaka nggak usah ke kantin mending Jaka makan bareng Cika aja."

"Makan bareng?"

Dengan senyum ceria jika mengeluarkan kotak bekal berwarna merah ke atas pahanya sementara Jaka terlihat duduk di sampingnya ketika mereka berdua memutuskan untuk duduk di atas bangku yang berada di belakang sekolah. Tempat yang begitu sangat rindang ada pohon asam yang melindungi keduanya.

"Ayo makan bareng Cika!"

Jaka terdiam menatap isi bekal yang Cika perlihatkan.

"Mama buatin ini buat Cika" jelas Cika yang membuka penutup bekal memperlihatkan sosis goreng dengan saus kecap dan beberapa potong buah apel.

"Cika sering dibuatin ini sama mama Cika. Jaka suka makan buah apel kan?" tanya Cika membuat Jaka hanya mengangguk dan ia tersenyum tidak nyaman dan sedikit menggaruk kepalanya.

"Kenapa?" tanya Cika.

Jaka menggeleng membuat Cika yang tidak mau banyak tahu itu kemudian menyantap beberapa sosis.

"Jaka suka makan sosis?"

Jaka mengangguk dengan senyum manis tentunya membuat Cika ikut mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Oh iya Jaka hobinya apa?"

"Hobi Jaka adalah mendengarkan musik."

"Mendengarkan musik? Emang itu hobi, ya?"

"Iya mungkin tapi aku suka mendengarkan musik."

Cika terdiam sejenak lalu senyumnya yang menghilang sejenak kembali mengembang dengan begitu indah.

"Cika juga suka musik."

"Oh ya?"

Cika mengangguk memaksakan diri untuk bisa mengatakan suka.

"Lagu favorit kamu apa?"

Dan kali ini Cika terdiam. Dia tak punya jawaban untuk itu. Sebenarnya Cika tidak terlalu tertarik dengan kata musik.

"Semuanya," jawab Cika asal-asalan.

"Kalau Jaka suka hanya pada satu musik."

"Oh ya? musik apa?" tanya Cika antusias membuat Jaka dengan pelan menoleh ke kiri dan kanan memastikan tak ada orang yang melihatnya membuat Cika ikut melakukan hal itu dengan wajah kebingungan.

"Jaka bakalan dengerin musik itu tapi Jaka nggak bawa kaset audionya tapi kalau Cika mau dengar besok Jaka bakalan bawa kasetnya."

"Mau, mau, mau! Cika mau dengar," jawab Cika dengan semangat.

Jaka tersenyum lalu mengangguk. Ia tak menyangka di hari pertamanya sekolah ia bisa mendapatkan sahabat yang satu seferkuensi dengannya karena sebenarnya di sekolah awalnya tak banyak yang suka dengan hobinya yaitu mendengarkan musik.

Sebenarnya jika kalian ingin tahu maka Jaka adalah salah satu murid yang paling terdiam di kelasnya sehingga itulah ia memutuskan untuk pindah sekolah karena tidak memiliki teman dan kali ini harapannya terkabul.

Saat hari pertama sekolah di sekolah barunya ia mendapatkan sahabat yang bernama Cika. Gadis ceria dan juga mempunyai hobi yang sama yaitu mendengarkan musik.

...--🌸🌸--...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!