Ceklek.
Pintu kamar itu terbuka dan masuklah seorang wanita paruh bayah untuk membangunkan penghuni kamar itu, sayangnya wanita paruh bayah itu sedikit terlambat karena sang penghuni kamar sudah lebih dulu bangun ia bahkan sudah mandi terlihat dari bathrobe yang menempel di tubuhnya berserta handuk kecil yang melilit kepalanya.
"Ada apa mah?" Tanya sang penghuni kamar kepada wanita paruh bayah itu, yang tidak lain adalah mamanya.
"Mama pikir kamu belum bangun, makanya itu mama kesini untuk membangunkan kamu." Jawab wanita paruh bayah itu, lalu menghampiri anaknya, memeluk serta mencium keningnya.
Sebuah kebiasaan baru setelah putra-putrinya yang lain menikah dan memilih tinggal di rumah mereka sendiri.
Wanita itu selalu memanjakan putri bungsunya itu, karena hanya dia yang menemani mereka. Walaupun wanita itu sudah memiliki cucu tapi cucunya itu hanya sesekali datang bersama orang tua mereka.
"Nayna udah besar mah! Nayna bisa bangun sendiri tanpa perlu di bangunkan dan tolong mah, jangan perlakukan Nay seperti anak kecil." Sungutnya tidak suka.
Sementara wanita paruh baya itu hanya terkekeh. " Mau sampai kapanpun kamu tetap anak kecil di mata mama sayang." Ucap wanita itu sembari mengusap kepala putrinya.
Ya Gadis itu adalah Nayna Azzara Sanjaya, Anak bungsunya Luna dan Reval. Gadis itu kini telah berusia 24 tahun, ia sedang sibuk-sibuknya menyelesaikan S2-nya sembari kerja di hotel milik kakak iparnya.
"Mama iihh, ketimbang mama ganggu Nay, kaya gini mending mama culik salah satu cucu mama bawah kesini buat temani mama." Usulnya karena ia sudah lelah diperlakukan seperti anak kecil, oleh mamanya itu.
Kalau sekali dua kali nggak papa, ini hampir setiap dia ada di rumah mamanya selalu datang ke kamarnya dan memperlakukan dia seperti anak kecil.
"Seperti usulan yang bagus, menurut kamu rumah Siapa yang harus mama datangi, Hani, Ela atau Lita." Tanya wanita itu meminta saran.
"Kenapa tidak rumah Lisa aja mah."
"Dasar anak kurang ngajar mau mama keluarkan dari kartu keluarga haah, ngerusak mood mama aja kamu itu." Keselnya dan langsung keluar dari kamar putrinya itu, meninggalkan Nayna yang tertawa.
Drrrrr drrrrtt
Saat tengah asyik tertawa, terdengar dering panjang disertai getaran dari ponselnya yang berada di atas nakas.
Gadis itu segera meraih ponselnya untuk menjawab panggilan itu. " Halo, Kantor polisi disini ada yang bisa saya bantu." Ujarnya sedikit bergurau.
"Ya tolong bungkus jodohku, jangan lupa dikaretin tiga." Sahut seseorang orang dari seberang sana.
"Diih, dikira aku pemilik jodoh apa!" Ucap Nayna.
"Kali aja, kamu ketemu jodoh aku dijalan." Sahut orang itu lagi. Membuat gadis itu berdecak sebal." Oh iya kamu dimana! Kamu harus ke kampus sekarang karena lima belas menit lagi, ada mata kuliah dari dosen ganteng." Lanjutnya dengan heboh.
"Seganteng apa emang! Sampai buaya betina ini terkagum-kagum dan selalu memujanya." Tanya Nayna tidak habis pikir.
" Udah banyak ngomong kamu! Mending kamu cepat kesini dan lihat aja sendiri, Ingat kamu dilarang naksir dia gebetan aku." Wanita itu tidak sadar kalau dialah yang banyak bicara sejak tadi. " Ingat nggak boleh terlambat." Pesannya, sebelum mengakhiri panggilan itu.
Begitu panggilan itu berakhir Nayna langsung bersiap-siap, lima belas menit tentu saja dia akan terlambat, jarak dari rumah ke kampus saja dua puluh menit kalau tidak macet, belum lagi dia masih harus bersiap-siap.
...\=\=\=\=\=\=\=\=...
Tak tak tak.
Nayna berlari kecil di koridor kampus menuju kelasnya, gadis itu baru saja tiba di kampus sedangkan mata kuliah dari dosen praktisi sudah mulai sejak sepuluh menit yang lalu.
Tok tok tok..
Nayna mengetuk pintu kelas itu sebelum membukanya, "Per-misi pak." Ucap Nayna dengan gugup sembari menatap pria yang berdiri di depan kelasnya.
" Silahkan." Sang dosen itu menjeda ucapannya saat tengah menjelaskan materi yang dia bawah kepada teman-teman kuliah Nayna.
Nayna pun segera duduk di tempat yang telah di sediakan sahabatnya. " Bagaimana ganteng bukan." Tanya sahabatnya itu sembari berbisik, begitu Nayna mendaratkan bokongnya pada bangku yang tersedia.
Nayna pun tersenyum, lalu melirik sahabatnya itu disusul anggukan kecil darinya. " Hmmm Banget, pengen bawah pulang."
Sahabatnya itu ingin tertawa mendengarnya." Namanya, Pak Ananda Pradev Firmansha, usianya 33 tahun. Dia masih bujang, tidak pernah dekat dengan wanita manapun tapi banyak wanita yang menargetkannya sebagai pasangan mereka, termasuk aku dan dia CEO Firma group." Disaat sang dosen sedang berbicara di depan di belakang kedua wanita itu sedang membicarakannya.
" Kamu yakin dia tidak dekat dengan wanita lain Ris." Tanya Nayna masih tidak percaya dengan apa yang di jelaskan sahabatnya.
"Info yang aku dapatkan akurat, percaya deh! Kenapa." Nayna mengeleng kepalanya.
Keduanya pun kembali memperhatikan dosen itu, materi yang di terangkan sang dosen tidak masuk di kepala keduanya karena mereka sedang memikirkan bagaimana cara mendapatkan pria itu.
Bukan hanya mereka, mahasiswi yang lain pun pasti akan berpikiran yang sama saat melihat keindahan dari cipta tuhan itu.
"Ris."
"Rissa." Panggil Nayna.
"Hmm."
" Kamu percaya nggak sama cinta pada pandangan pertama." Tanya Nayna lagi tanpa menatap sahabatnya itu.
"Kenapa?" Bukannya menjawab Rissa justru bertanya.
"Sepertinya aku sedang mengalaminya. Jantungku berdetak kencang banget, rasain deh." Nayna langsung mendekatkan tubuhnya kepada Rissa seraya menarik tangan wanita itu untuk ia letakkan di dadanya.
" Ekkmm." Nayna dan Rissa, kompak menatap kearah sumber suara dan ternyata dosen itu sudah berdiri di samping Nayna."kamu yang baru datang."Ucap sang dosen sembari menunjuk Nayna.
"Iya pak!"
" Ingin menganti saya didepan?" Tanya pria itu.
Nayna pun dengan cepat mengeleng kepalanya, wanita itu tidak sanggup mengeluarkan sepatah kata pun, karena rasa gugup serta jantungnya yang semakin menggila saat melihat pria itu dari dekat seperti ini.
"Jika saya sampai mendapati kalian berbicara lagi saat saya memberi materi di depan, kalian tidak akan di izinkan mengikuti kelas saya lagi." Tegasnya, membuat mereka menjadi pusat perhatian satu kelas itu.
" I_iya pak." Jawab keduanya.
"Boleh saya lanjut." Nayna hanya mengangguk kepalanya.
" Silahkan pak." Ucap Rissa.
Entah mengapa di tegur seperti itu membuat Nayna sakit hati, padahal dia yang salah berbicara saat dosen sedang memberi materi, padahal ucapan sang dosen pun masih sopan walaupun terdengar tegas.
Sedangkan Rissa hanya bersikap biasa-biasa saja. Mungkin Nayna yang terlalu baper, entahlah.
Keduanya pun fokus mendengar materi yang di sampaikan dosen ganteng mereka itu dan sesekali mencatat poin-poin yang mereka rasa penting.
"Baiklah pertemuan ini kita akhiri di sini, sampai berjumpa lagi di pertemuan berikutnya, Assalamualaikum dan selamat pagi." Pesan sang dosen sebelum mengakhiri kelas pagi itu.
"Nay, kamu mau langsung pulang?" Tanya Rissa, saat keduanya melangkah keluar kelas.
Kedua gadis itu baru selesai mengikuti mata kuliah yang kedua." Iya, udah jam 12 juga, aku mau langsung ke tempat kerja." Jawab Nayna sembari melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Yah Nay! padahal aku ingin minta tolong sama kamu, buat temani aku cari baju ulang keponakan aku yang akan berulang tahun lusa."Ucap Rissa sembari memanyunkan bibirnya.
" Terus gimana dong! Aku harus kerja nih." Sesal Nayna, sebenarnya dia bisa saja libur dengan meminta izin kepada kakak iparnya.
"Kamu izin aja deh! Please mau ya, sehari ini aja. Lagian kamu kan tahu sendiri, aku nggak punya Sahabat selain kamu." Bujuknya berharap Nayna luluh.
"Baiklah, aku coba telpon mbak Hani dulu! Kalau Mbak Hani nggak mau kamu nggak boleh maksa." Wajah Risa langsung sumringah dengan cepat dia menganggukkan kepalanya.
"Iya, cepat telpon mbak kamu! Bilang aja kita mau ikut seminar."
"Risa aku nggak mau bohong ya." Tolak Nay, mana berani dia bohong sama kakak-kakaknya. Ketahuan habis sudah uang jajannya di potong sama bang Rendra, Kakaknya.
Walaupun sudah berkerja dan memiliki penghasilan sendiri tapi Nayna tetap tergiur dengan uang jajan yang di berikan kakak-kakaknya itu, sebab dia bisa beli apa saja tanpa perasaan menyesal. Kalau pakai gaji dia sendiri pasti ujung-ujungnya sayang dan menyesal karena sudah susah dia cari malah di keluarkan segampang itu.
"Sekali-kali nggak papa kali Nay, yang penting itu, kamu di izinkan pergi sama aku." Nay hanya menggeleng kepalanya mendengar bisikan sahabatnya.
Sungguh bisikan setan, Nay mengeluarkan ponselnya dari dalam tasnya, kemudian menghubungi nomor mbaknya.
Tanpa menunggu lama, panggilan itu langsung dijawab." Halo dek! Udah selesai kelasnya?" Tanya Mbaknya dari seberang sana.
"Iya ini baru selesai mbak! Tapi kayaknya Nay nggak jadi kesitu deh! Nggak papa kan, Nay izin sehari, soalnya Nay diajak teman ikut seminar, Boleh ya Mbak." Ucapnya sembari menatap kepada Risa yang kini sedang tersenyum sembari menaikkan kedua jempol untuk Nayna.
Terdengar helaan nafas panjang dari seberang sana." Ya udah hati-hati! Kalau udah selesai langsung pulang, jangan keluyuran dan jangan lupa makan." Pesan kakak iparnya sebagai tanda ia mengiyakan permintaan Nayna.
" Siap mbakku! Mbak yang terbaik, Nay sayang mbak muachh." Ucapnya terdengar berlebihan, tapi begitulah dia kalau bersama kakak dan kakak-kakak iparnya. Tak sungkan untuk menunjukkan kasih sayang mereka, walaupun terkadang mereka juga suka menjahili satu sama lain.
Setelah selesai berbicara dengan Kakak iparnya Nay kembali menyimpan ponselnya ke dalam tas.
" Oke kita pergi sekarang." Risa pun merangkul pundak Sahabatnya itu dan melangkah bersama di koridor kampus menuju parkiran.
...\=\=\=\=\=\=\=\=...
Waktu menunjukkan pukul delapan malam namun kedua gadis itu masih berkeliling di mall, rencana awalnya yang hanya ingin membeli baju ulang tahun untuk keponakan Risa justru menjadi rencana yang terakhir.
Karena setibanya mereka di mall, mereka langsung masuk ke sebuah klinik kecantikan yang ada di sana, melakukan treatment sejenak, makan, nonton. Barulah mereka mencari gaun untuk keponakan Risa sembari belanja untuk mereka juga.
"Nay kita makan malam dulu ya, baru pulang." Nayna hanya mengangguk mengiyakan permintaan Risa.
Setelah itu keduanya berjalan menuju sebuah restoran yang masih berada di mall itu.
Dan restoran yang mereka masuki terlihat cukup ramai malam itu, Risa dan Nayna pun mencari meja yang kosong.
Setelah menemukan tempat duduk mereka, Risa memanggil pelayan untuk memesan." Kamu mau pesan apa?" Tanya Risa begitu sang pelayan tiba di depan mereka.
"Samain aja Ris." Jawabnya, sembari fokus bertukar pesan dengan kakak-kakaknya.
"Baik mbak, mohon di tunggu sebentar." Ucap pelayan itu begitu Risa selesai memesan. Lalu pelayan itu pun pergi.
Setelah beberapa saat menunggu akhirnya pesanan makanan mereka datang." Udah Nay, simpan dulu ponselnya kita makan." Pinta Risa, Nayna pun mengangguk kepalanya, kemudian menyimpan ponselnya di atas meja, setelah itu keduanya mulai menikmati makan malam mereka.
Tak butuh waktu lama makan malam mereka pun selesai. Namun kedua gadis itu belum beranjak dari tempat duduk mereka. Rasa kenyang membuat mereka malas untuk bergerak.
Hingga mata Risa tidak sengaja menangkap sosok yang begitu ia kenali. " Nay, coba lihat di belakang kamu, Dua meja dari Kita." Mendengar itu Nayna pun menengok kepalanya kebelakang dan mendapati dosen ganteng mereka sedang duduk berduaan bersama seorang wanita paruh baya namun terlihat masih sangat cantik dan modis.
"Gila Nay, itu siapa?" Tanya Risa lagi, Nayna hanya menaikkan kedua bahunya tidak tahu.
"Mana aku tahu." Jawabnya.
" Lihat deh! Pakai Cium-cium tangan segala." Nayna memutar bola matanya malas karena sahabatnya itu terus memaksanya untuk melihat kemesraan dosen ganteng mereka dengan seorang wanita paruh baya itu.
"Udah ah biarin aja! Bukan urusan kita juga." Kesel Nayna.
"Tapi Nay, aku nggak rela! Masih cantikan kita, fresh dan kencang lagi. Masa kita kalah sih! Pantas aja dia nggak pernah dekat sama cewek seusia kita, ternyata seleranya yang begituan." Ujar Risa tanpa mengalihkan pandangannya dari sang dosen dan wanitanya.
"Terus kamu mau apa? Mau ngedrama. Mas tega ya kamu selingkihi aku." Ucap Nayna dengan nada mengejeknya.
"Ide bagus tuh, sini aku bisikin."
"Maksudnya apa, jangan aneh-aneh kamu, Ris." Tegur Nayna.
"Sini aku bisikin." Desaknya sembari beranjak dari duduknya lalu membisikkan sesuatu ke telinga Nayna.
"Nggak, nggak gila kamu Ris! Aku nggak mau." Tolak Nayna.
"Ayolah Nay, Hitung-hitung buat balas dia yang udah permalukan kita tadi." Risa masih saja menghasut Nayna." Lagian tuh dosen kenapa sih harus jadi simpanan padahal udah kaya."
Nayna kembali melihat kearah dosen mereka, disana pria itu tengah sibuk merapikan helaian rambut wanita paruh baya didepannya, sesekali ia mencium punggung tangan wanita itu dan meletakkan tangan wanita tua itu ke pipinya, belum lagi tatapan penuh cintanya itu.
Sungguh beruntung wanita itu karena begitu di cintai dosen mereka. Namun tiba-tiba ide jahili terlintas di kepala Nayna, sama seperti yang di bisikin Risa tadi.
" Kerjain ah." Gumam Nayna sambil beranjak dari duduknya untuk menghampiri mereka.
"Bang, apa-apa ini?" Teriak Nayna, gadis itu menarik pundak sang dosen, membuat wanita yang sedang duduk bersamanya menatap tak percaya kepada Nayna. " Oh jadi wanita ini yang membuat kamu ninggalin aku! Kamu tega ya bang," lanjutnya lagi, menunjuk-nunjuk wajah wanita paruh baya di depannya.
Sementara Pak dosen langsung membeo di tempatnya. Sama halnya dengan Risa, karena wanita itu hanya meminta Nayna untuk berakting putus mengetahui dosen mereka selingkuh tapi apa ini. Belum reda rasa keterkejutannya. Nayna kembali menambahkan dengan mengatakan sesuatu yang tidak pernah terlintas di pikiran mereka.
" Aku ini sedang hamil anak kamu, Bang. bukannya di nikahi malah asyik selingkuh. Tega kamu ya bang ya." Lanjutnya membuat mereka menjadi tontonan seisi restoran.
"Ananda Pradev Firmansha." Panggil wanita paruh bayah itu, sembari menyebutkan nama lengkapnya.
Jika sudah seperti ini, pria itu tahu kalau saat ini, wanita itu sedang marah kepadanya. " Mom ini_"
"Diam kamu, mommy marah sama kamu."
"Apa tadi, mom! Bodoh kamu Nayna."Ucap Nayna dalam hati sembari mengambil ancang-ancang untuk kabur, tapi sialnya wanita paruh baya itu sudah lebih dulu menahan tangannya.
"Siapa nama kamu nak?"
Tak..
Tak..
Tak...
"Sayang mau kemana?" Tanya seorang lelaki paruh bayah saat mendengar bunyi langkah kaki seseorang dan saat dia menengok kearah datangnya bunyi langkah kaki itu dia mendapat belahan jiwanya yang terlihat masih sangat cantik sedang itu telah rapi.
Dari penampilannya pria itu dapat menebak istrinya itu hendak pergi. " Biasalah yank, pacaran dulu. Udah di tungguin." Jawab wanita paruh bayah itu menghampiri sang suami, untuk mencium punggung tangannya.
"Mau diantar?" Tanya pria itu tidak mempermasalahkan istrinya pacaran lagi. Tentu saja ia tidak masalah cinta sang istri di bagi dua dengan kekasih istrinya itu. Mau protes takut di tinggal pas lagi sayang-sayangnya kaya gini.
"Nggak usah yank! mommy diantara supir, soalnya pulang nanti dia yang antar sekalian mau nginap di sini."lelaki paruh bayah itu mengangguk mengizinkan. " Ya udah mommy pergi dulu, takut dia lama nungguin. " Wanita itu mencium punggung tangan Suaminya, pipi, kening serta bibirnya lelaki paruh bayah itu.
Jangan salah, walaupun umur mereka sudah tidak mudah lagi, tapi keromantisan masih tetap terjaga dengan baik.
"Hati-hati sayang." Pesan lelaki paruh baya itu.
" Iya yank! Oh iya, Sevi udah di jalan dia mau kesini bareng anak-anaknya, mau nginap juga, soalnya Arsen lagi ke Aussie." Ucap wanita itu, memberitahu suaminya akan rencana kedatangan putri mereka.
" Tau sayang, Sevi juga udah hubungi ayah tadi."
Wanita paruh bayah itu mengangguk paham. " Oke, kalau begitu mommy, pergi ya yank. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam,"jawab lelaki paruh baya itu sembari menatap punggung sang istri yang perlahan menjauh sebelum hilang di balik pintu.
\=\=\=\=\=\=\=
Setelah menempuh perjalanan 20 menit akhirnya wanita paruh baya itu tiba di lobby perusahaan firma group.
Dari dalam mobilnya, wanita itu bisa melihat lelaki yang berhasil membuatnya berpaling dari cinta suaminya, tengah berdiri menunggu kedatangannya dan begitu mobilnya berhenti tepat di samping pria itu.
Lelaki muda itu langsung menghampiri mobilnya dan membukakan pintu untuk wanita paruh baya itu lalu mengulurkan tangannya untuk membantu ia keluar dari dalam mobil itu.
"Kangen." Ucap Pria itu manja, sembari memeluk tubuhnya wanita itu.
"Mommy juga kangen banget sama Abang." Balasnya.
Lelaki muda itu adalah putra sulungnya. Dialah Ananda Pradev Firmansha tahun ini dia genap 33 puluh tiga tahun tapi belum memiliki kekasih dan belum juga menikah.
Bukan karena tidak laku, tapi karena dia tidak mau, entah apa alasannya, hanya dia sendiri yang tahu, padahal dua adiknya sudah berkeluarga dan memiliki anak, sementara dia masih nyaman dengan kesendiriannya.
Dan wanita paruh baya itu, Adalah Nyonya Devina Aldira Firmasha. Devi sudah melakukan segala cara untuk membuat Anaknya itu menikah mulai dari menjodohkan dia dengan anak sahabatnya sampai rekan bisnis suaminya. Hasilnya sama yang berujung penolakan Nanda, jika di paksa akan berujung anak orang sakit hati karena Nanda tidak akan sungkan bersikap dingin kepada mereka.
Yang paling gila yang pernah Devi lakukan adalah menjebak Nanda dengan drama ke gerebek dikamar pun sudah tapi Nanda tetaplah Nanda selalu bisa selamat dari jebakan maut mommy-nya, hingga akhirnya Devi menyerah dan hanya bisa berdoa semoga tuhan membuka pintu hati putranya untuk seseorang, siapapun dia Devi tidak peduli selama dia seorang wanita dan tidak terikat dengan siapapun demi tidak mempermasalahkan hal itu, karena Dimata wanita itu tidak ada yang namanya bibit, bebet, bobot. Tuhan yang menciptakan mereka saja tidak pernah membedakan umatnya, lalu siapa dia yang berhak menilai baik buruknya seseorang.
Jika ditanya apa Nanda masih normal jawabannya tentu saja! Dia normal, tapi Nanda punya alasan tersendiri kenapa dia tidak ingin menikah dan alasan itu hanya dia yang tahu. Nanda juga memilih tinggal sendiri di apartemennya karena alasan yang sama.
"Udah peluk-peluknya, nggak malu di lihat orang." Tanya Devi sembari melepaskan pelukan Putranya itu walaupun Nanda enggan melepaskan pelukan mamanya.
"Mommy mau makan dimana?" Tanya Nanda sembari menggenggam tangan mamanya.
"Kita ke mall aja! Nanti kita makan di sana soalnya hari ini Sevi dan keponakan-keponakan kamu di rumah kamu nggak mau beli sesuatu buat mereka." Jawab Devi.
"Baiklah mom, kita ke Mall, sekalian belanja hadiah buat mereka. " Sahut Nanda diangguki sang mommy, setelahnya mereka pun langsung menuju salah satu mall terbesar di kota itu.
\=\=\=\=\=\=\=
Tidak butuh waktu lama, Ibu dan anak itu, kini sudah tiba di Mall. Mereka pun memutuskan makan malam terlebih dulu dan Disinilah mereka duduk saling berhadapan menunggu pesanan mereka datang bahkan Devi mulai kesal dengan putranya itu yang terus menunjukkan perhatiannya membuat mata beberapa pengunjung yang ada disitu melihat kepada mereka dengan ekspresi wajah yang berbeda-beda.
Namun Devi mencoba mengabaikan itu, hingga kedatangan seorang gadis mengagetkan mereka. "Bang, apa-apa ini?" Teriak wanita itu dengan lancang menarik pundak putranya membuat Devi menatap tak percaya dengan keberanian gadis itu.
Dan Niat awalnya yang ingin memarihi gadis itu, Devi urungkan saat mendengar ucapan gadis itu lagi."Oh jadi wanita ini yang membuat kamu ninggalin aku! Kamu tega ya bang," Bahkan Devi sempat menunjukkan smirknya saat gadis itu menunjuk-nunjuk wajahnya.
Devi menegakkan pandangannya dan kini semua orang sedang menatap kepada mereka, apalagi gadis itu sempat berkata." Aku ini sedang hamil anak kamu, Bang. bukannya di nikahi malah asyik selingkuh." Mendengar itu bagaikan sebuah pencerahan dikepala Devi. Tentu saja dia akan dengan senang hati mengabulkan permintaan gadis di depan mereka itu.
Tapi sebelum itu Devi harus masuk kedalam drama gadis itu, agar memudahkan segala rencana yang sudah tersusun rapi di otaknya.
Walaupun Umurnya sudah tidak muda lagi, tapi Kecerdasan, serta kelicikan wanita itu belum sepenuhnya pudar.
"Ananda Pradev Firmansha." Panggil Devi sembari menyebutkan nama lengkapnya putranya itu, sengaja untuk memuluskan rencana itu.
"Mom ini_"
"Diam kamu, mommy marah sama kamu." Devi sengaja memotong ucapan Nanda. Lalu menghampiri gadis itu dan menggenggam tangannya seraya bertanya." Siapa nama kamu Nak."
"Nayna, Tante! Maaf Nay nggak tahu kalau tente itu Mamanya." Jawab Nayna gugup seraya meminta maaf untuk kebodohan yang baru saja ia lakukan.
"Nggak papa, kamu berhak marah, soalnya Abang Nanda-nya juga aneh! Sama mamanya sendiri mesra-mesraan, nggak salah kalau kamu cemburu." Ucap Devi seakan memaklumi apa yang baru saja dilakukan Nayna.
Makin guguplah sih Nayna." Tapi Tante, yang tadi itu_"
"Udah jangan dipikirkan dan kamu nggak perlu takut, Abang Nanda-nya nggak akan bisa ngapa-ngapain kamu, ada mommy disini yang akan bela kamu serta menuntut hak kamu." Devi kembali memotong ucapan gadis itu.
Sementara Nanda sendiri hanya bisa memijat pangkal hidungnya. Berbeda dengan Nayna yang sudah ketakutan, ia ingin bicara jujur tapi wanita itu terus memotong ucapannya.
"Sudah berapa bulan?" Tanya Devi, walaupun dia tahu gadis didepannya ini berbohong, namun wanita paruh baya itu tetap melanjutkan kebohongan gadis itu, untuk memudahkan rencananya. " Orang tua kamu tahu? Tidak ya." Ucap Devi saat Nayna mengeleng kepalanya, untuk menjawab pertanyaan sudah berapa bulan. Tapi Devi gelengan itu justru setelah wanita paruh baya itu bertanya orang tua kamu tahu.
Sial, ingin rasanya dia melompat dari gedung mall itu saat ini juga." Ya udah, nanti Tante yang ngomong sama orang tua kamu, kamu kasih tahu Tante dimana alamat rumah kamu, sekalian tante antara kamu pulang ayo." Devi kembali berbicara sembari menarik tangan Nayna dengan lembut untuk ikut dengannya, sementara gadis itu sudah ingin menangis dan merutuki kebodohannya kali ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!