Halo semua, ini novel baruku dengan tema vampir yang sudah aku janjikan sebelumnya. Bila ada kesamaan nama, tempat serta adat istiadat yang ada ada dalam cerita ini, berati itu hanya hiburan semata. Novel ini hanyalah fiktif dan murni dari imajinasiku. Harap bijak dalam membaca, ambil sisi positifnya saja ya. Semoga novel ini bisa menghibur.
***
Malam bulan purnama, adalah malam indah dengan sejuta pesona yang disuguhkan ketika waktu sudah berganti malam. Seorang pria tampan berpakaian serba hitam, berkulit putih pucat dan memiliki rambut hitam pekat, sedang berdiri tegak mengamati pemandangan alam disekitar rumahnya. Pria tampan itu, sepertinya sedang mengamati sesuatu.
Tampak dari kejauhan, ia melihat segerombolan wanita berjalan beriringan. Wanita-wanita itu adalah wanita desa di mana salah satu dari mereka adalah tetangga si pria tampan. Rumah sang pria dengan si wanita sangat kontras perbedaannya. Satunya megah bak istana, satunya hanyalah gubuk seadanya.
Meskipun bertetangga. Dua insan beda jenis kelamin itu tak pernah bertemu muka ataupun saling sapa sekalipun. Bahkan si wanita yang bernama Kemala, tidak tahu menahu seperti apa seluk beluk tetangganya padahal mereka sudah bertahun-tahun bertetangga.
“Eh, Mala … apa kau tidak pernah melihat seperti apa pemilik rumah angker itu? Kalian kan bersebelahan? Masa tak sekalipun kau bertemu dengan tetangga misteriusmu?” tanya salah satu teman Kemala bernama Dewi.
“Tidak, aku tidak pernah melihat ada orang keluar atau masuk ke rumah itu. Rumah itu seolah tak berpenghuni bahkan terkesan sangat angker sekali. Hii … aku saja ngeri,” jawab Kemala sambil menatap bangunan megah yang ada di hadapannya. Sebentar lagi mereka semua akan melewati bangunan yang berdiri kokoh bak istana kerajaan itu.
“Kenapa kau tidak pindah rumah saja kalau kau merasa tidak nyaman tinggal di dekat rumah angker itu?” tanya Susi yang berjalan beriringan di sisi kiri Kemala.
"Mau pindah ke mana? Hanya rumah gubuk itulah yang kami punya," ujar Kemala sedih tapi ia tetap tersenyum di depan Susi dan Dewi.
Di pertigaan jalan, tepat di depan rumah megah yang barusan mereka bicarakan, Kemala harus berpisah dengan kedua temannya dan berjalan sendirian ke ujung menuju rumah gubuk sederhananya yang hanya di huni oleh dirinya dan ayahnya saja.
Entah kenapa, Kemala merasa seperti ada yang menatapnya. Dan kepalanya seakan terdorong kuat untuk menoleh ke arah rumah besar yang kini sedang dilewatinya. Rasa itu semakin lama semakin kuat sehingga Kemala tak bisa mengontrol diri lagi untuk tidak menoleh ke arah bangunan megah tersebut.
Dan betapa terkejutnya Kemala ketika tepat ia menoleh, dari jendela lantai dua rumah mewah itu, berdiri sosok pemuda tampan sedang menatapnya tajam tanpa ekspresi. Untuk sesaat Kemala tertegun, tapi akhirnya ia sadar dan buru-buru berlari ke menuju rumah tapi langsung berhenti di pinggir jalan tidak jauh dari gubuknya. Pikiran gadis itu kacau karena ragu apakah pria yang barusan ia lihat itu manusia atau bukan.
“Astaga … apa itu? Apa dia manusia? Atau setan? Tapi kalau setan, kok dia tampan sekali? Apa mataku yang bermasalah, ya?” gumam Kemala pada dirinya sendiri.
Dan untuk memastikan dugaan Kemala ini benar atau salah, sekali lagi ia menatap ke arah jendela yang baru saja dia lihat. Kali ini, tidak ada siapa-siapa di jendela itu, ruangannya kosong dan kembali gelap seperti biasanya.
“Ah … rupanya ini cuma halusinasiku saja,” ujar Kemala lega. Iapun balik badan dan betapa terkejutnya ia setelah tahu apa yang berdiri didepannya. Saking kagetnya, gadis itu sampai terperanjat dan refleks memegangi dadanya untuk memastikan jantungnya aman.
“Kau mencariku?” tanya seorang pria tampan berpakaian serba hitam.
Entah darimana datangnya orang itu. Tiba-tiba saja, sosok pria yang tadi Kemala lihat di jendela sudah nongol saja di depan Kemala. Kemala gelagapan, ia bingung dan juga heran. Bahkan saking terkejutnya, ia sampai tidak bisa bergerak dari tempatnya.
“Si-siapa kau?” tanya Kemala gugup. Ia sudah memikirkan cara untuk kabur secepatnya jika pria tampan di depannya ini mencoba menyakitinya.
Suasana malam yang sepi dan sunyi membuat gadis itu tak bisa berkutik sedikitpun. Kedua teman-temannya tadi pasti sudah jauh berjalan. Ia juga menyayangkan kenapa hanya rumahnya saja yang jauh dari rumah-rumah di desa pada umumnya dan harus berdekatan dengan rumah mewah yang baru kali ini, penghuni rumah tersebut menampakkan diri.
“Kita akan bertemu lagi setelah ini, selamat malam,” ujar pria tampan itu dengan suara tenor yang terdengar merdu di telinga.
Ini pertama kali Kemala mendengar suara seorang pria yang berbeda dengan suara pria pada umumnya. Suara pria misterius itu terdengar kasar tapi lembut, sangat mengena di hati seolah ingin terus mendengar suaranya lagi dan lagi.
Karena masih tertegun, Kemala cuma bisa menatap punggung si pria yang langsung masuk ke dalam rumahnya. Gadis itu sungguh tidak tahu apa maksud perkataan pria misterius itu barusan. Tak ingin berlama-lama, iapun berlari masuk ke dalam rumah tanpa tahu bahwa dari jendela lantai atas, pria yang baru saja menyapanya sedang mengamatinya lekat-lekat.
“Tidakkah tindakan yang Anda lakukan ini sangat berbahaya, Pangeran Richard? Kenapa Anda keluar dan menemui gadis itu?” tanya Gilberto, asisten kepercayaan pria tampan misterius yang bernama Richard.
“Aku ingin dia tahu kalau aku ada, dengan begitu sebentar lagi dia akan datang padaku. Bersiaplah Gil, kau harus menyambut kedatangan wanita itu untuk pertama kalinya. Karena dia … istimewa,” ujar Richard sambil meneguk minuman merah yang ada di gelasnya. Warna merah pada gelas tersebut sama persis seperti warna merah darah.
***
Sesampainya di rumah, Kemala terkejut melihat ayahnya yang sudah separuh baya tergeletak tak berdaya di lantai rumah gubuknya. Sontak gadis itu panik dan mencoba membangunkan ayahnya. Ia menangis pilu karena ayahnya tak kunjung sadar juga.
“Ayah! Bangun, Yah … Ayah!” seru Kemala terus mencoba menyadarkan ayahnya. Namun hasilnya nihil dan kondisi ayah Kemala sangat memprihatinkan.
Gadis itu tak tahu harus berbuat apa. Di rumah ini hanya ada mereka berdua. Kemala yang baru saja pulang bekerja langsung meletakkan kembali tubuh ayahnya begitu saja di lantai yang memang sudah sakit sejak lama. Gadis itupun segera berlari keluar rumah untuk mencari bantuan. Kemala tidak kuat jika harus mengangkat tubuh ayahnya sendirian.
Karena letak rumah Kemala ada di ujung desa yang lokasinya dekat dengan hutan, tak banyak orang berlalu lalang di sini. Gadis itu bingung harus bagaimana. Jika Kemala pergi ke pemukiman warga, ia takut begitu kembali, maka semua akan terlambat. Nyawa ayahnya bisa saja tak tertolong.
Disaat itu, pandangan mata Kemala hanya tertuju pada bangunan besar yang berdiri kokoh di depannya. Ia tak punya pilihan lain selain masuk ke dalam istana megah milik seorang pria tampan misterius yang tadi sempat menyapanya. Seketika, gadis itu teringat ucapan sang pria yang mengatakan kalau mereka berdua akan bertemu lagi setelah ini. Mungkin inilah maksud ucapan tetangga misterius yang baru saja menampakkan diri.
Di luar dugaan, pintu pagar rumah megah itu terbuka sendiri saat Kemala hendak masuk. Dengan ragu-ragu, ia memberanikan diri terus masuk ke dalam dan pintu rumah mewah berlantai 3 itu juga terbuka seolah sudah siap menyambut kedatangan Kemala.
Ruangan yang tadinya gelap gulita tanpa adanya cahaya, tiba-tiba menjadi terang karena lampu hias disetiap dinding ruang utama rumah tersebut menyala secara bersamaan. Jantung Kemala berdetak amat sangat kencang dan sedikit menyesali diri karena sudah nekat datang ke tempat yang bahkan Kemala tidak tahu apakah ini rumah hantu apa rumah manusia.
Gawat, ini rumah seram sekali, apa aku harus kembali? Lalu … bagaimana dengan ayahku? Pikir Kemala mulai bimbang antara terus maju dan masuk ke dalam rumah besar itu atau tidak?
“Permisi? Apa … ada orang di sini? Tuan ... kau bisa dengar suaraku?” seru Kemala antara takut dan juga nekat. Ia butuh bantuan seseorang untuk membantunya membawa ayahnya ke rumah sakit.
Brak!
Tiba-tiba pintu rumah besar itu tertutup kencang sampai membuat kaget Kemala yang sudah mulai berjalan masuk menuju ruang utama. Gadis itu kembali berlari ke pintu dan mencoba membukanya kembali, tapi tidak bisa. Pintunya terkunci secara otomatis dan semakin takutlah kemala sekarang karena merasa sudah masuk jebakan.
“Ada apa ini? Kenapa pintunya tertutup! Tolong buka pintunya! Aku mau keluar! Ayahku dalam bahaya! Aku tak bisa meninggalkannya sendirian! Siapapun yang mendengar suaraku! Tolong buka pintunya!” teriak Kemala dengan kencang sambil menggedor-gedor pintu.
Namun, sekuat apapun gadis itu berusaha mendobraknya, tetap saja pintu itu tidak bisa di buka. Kemala semakin bingung sampai ia menangis. Bukannya mendapat bantuan, ia malah terkurung dalam istana angker ini. Di tengah-tengah keputusasaan yang melanda, tiba-tiba terdengar suara tidak asing bagi Kemala.
“Apa yang bisa ku bantu untukmu, Nona?” tanya seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah Richard. Sang pemilik rumah.
Seketika, Kemala menghentikan aksinya menggedor pintu dan menoleh ke arah pria tampan aneh yang baru saja ia temui tadi di luar. Gadis itu menyeka air matanya dan mulai bicara.
“Tolong saya Tuan, ayah saya sedang pingsan dan saya harus segera membawanya ke rumah sakit,” ujar Kemala sambil terbata-bata.
“Hanya itu?” tanya si pria tampan dengan ekspresi muka datar.
“Iya Tuan … hanya itu, saya tidak kuat mengangkat tubuh ayah saya … saya butuh bantuan orang lain. Jasa Tuan akan selalu saya kenang jika Tuan berkenan membantu saya.” Kemala mulai menangis lagi mengingat kondisi orang yang ia cintai di dunia ini sedang sekarat sendirian di rumah. Ia tak ingin kehilangan ayahnya. Apapun akan Kemala lakukan demi menyelamatkan nyawa ayahnya.
“Gilberto … bantu nona ini mengangkat tubuh ayahnya dan antar dia ke rumah sakit secepatnya,” pinta Richard pada asistennya yang wajah dan tampangnya sama misteriusnya seperti Richard.
Awalnya Kemala terkejut melihat penampilan aneh dua pria yang baru ditemuinya ini, tapi ini bukan waktunya bagi Kemala untuk memikirkan ciri fisik mereka. Yang terpenting bagi gadis itu adalah bagaimana cara menyelamatkan ayahnya.
“Terimakasih Tuan, terimakasih banyak, semoga Tuhan membalas kebaikan Tuan,” ucap Kemala senang dan masih sambil berkaca-kaca karena pria misterius itu ternyata mau membantunya.
“Terlalu dini untuk berterimakasih Nona, kau masih membutuhkan bantuanku yang lain. Pergilah dan selamatkan ayahmu!” ucapnya dan pria asing itupun berjalan menaiki tangga meninggalkan Kemala dengan sejuta tanda tanya.
Gilberto mempersilakan Kemala keluar istana dan menuju rumah gadis itu lalu membantu ayahnya menuju rumah sakit terdekat.
BERSAMBUNG
***
Sesampainya di rumah sakit, Ayah Kemala langsung di bawa ke UGD untuk diperiksa. Kondisinya sangat mengkhawatirkan sehingga membuat gadis itu ketar-ketir. Gilberto yang tadi ada di samping Kemala juga tiba-tiba menghilang entah ke mana padahal gadis itu ingin mengucapkan terimakasih karena sudah membantu membawa ayahnya ke rumah sakit terdekat. Namun, Kemala tak bisa ikut campur urusan pria yang sam anehnya dengan majikannya dan gadis itu lebih memilih fokus pada ayahnya.
Beberapa saat kemudian, dokter yang tadi memeriksa ayah Kemala, keluar dari ruang UGD dan memberitahu kalau sang ayah harus segera menjalani operasi. Tentu saja Kemala terkejut bukan kepalang, sebab biaya operasi yang diminta pihak rumah sakit sangat besar mengingat operasi ayahnya termasuk golongan operasi sulit.
“Kami tidak punya pilihan lain Nona. Jika ingin ayah Anda selamat, maka operasi ini harus dijalankan. Kemungkinan beliau selamat adalah 60%, kami juga tidak bisa menjamin seutuhnya. Tentukan pilihanmu, Nona. Kalau bisa secepatnya. Dan pastikan penuhi dulu administrasinya agar kami bisa segera mengoperasi ayah Anda. Jika terlalu lama dibiarkan, maka resikonya sangat tinggi.” Dokter itu menjelaskan betapa pentingnya operasi Ayah Kemala.
Deg!
Jantung gadis cantik itu sudah tak dapat didefinisikan seperti apa rasanya. Seketika, tubuh mungil Kemala lemah lunglai seolah tak punya tenaga lagi untuk berdiri diatas kakinya sendiri. Ia tak siap jika kehilangan ayahnya sekarang, tapi juga tak punya apa-apa untuk menyelamatkan ayahnya. Kemala menangis meratapi betapa malang hidupnya ini, tapi kalau cuma menangis saja, juga tak bisa membantu apa-apa. Gadis itu harus memutuskan pilihannya saat ini juga karena dokter yang menangani ayah Kemala sudah menunggunya.
“Selamatkan nyawa ayah saya, Dok. Akan saya penuhi semua administrasinya dalam kurun waktu kurang dari 24 jam. Tapi saya minta bantuan dokter,” ujar Kemala lirih antara pasrah dan menyerah bercampur air mata, tapi ia juga bertekad kuat untuk melakukan sesuatu demi keselamatan ayahnya.
“Katakan apa yang bisa saya bantu?” tanya dokter tersebut ikut prihatin sebenarnya. Kalau dilihat-lihat, dokternya lumayan tampan juga dan sangat simpati sekali dengan Kemala. Namun, ia tak bisa berbuat apa-apa karena ia hanya menjalankan tugas sebagai dokter.
“Tolong jaga ayah saya sampai saya kembali Dokter,” tandasnya dengan suara gemetar.
“Baik, saya akan menjaga ayah Anda sampai Anda kembali. Semangat berjuang Nona. Saya permisi dulu untuk mempersiapkan semuanya.” Dokter itupun pergi meninggalkan Kemala yang juga langsung pergi entah ke mana.
Di ruang parkir, Kemala melihat Gilberto yang ternyata sengaja menunggu Kemala. Pria berpenampilan aneh itu tampak mempersilakan Kemala agar masuk kembali ke dalam mobil Rolls Royce hitam milik Richard.
“Terimakasih sudah mengantar saya kemari, Tuan. Bisakah saya minta tolong sekali lagi untuk mengantarkan saya ke rumah teman-teman saya?” pinta Kemala dengan wajah melas asih.
Gilberto hanya mengangguk tanpa bicara. Ia juga tak menoleh sedikitpun pada Kemala yang duduk di kabin belakang mobil. Pria kekar itu hanya menatap wajah panik dan sedih Kemala melalui kaca spion depan mobilnya dalam diam. Semua yang dilakukan Gilberto ini, tentu saja atas perintah Richard yang memintanya untuk terus menemani Kemala kemanapun gadis itu pergi.
Kemala minta diturunkan jauh dari pemukiman warga. Ia tak ingin ada orang lain melihatnya turun dari mobil mewah milik tetangga misteriusnya. Gadis itu merasa aneh sebenarnya dan juga canggung karena setelah sekian tahun, pemilik rumah angker yang digosipkan warga akhirnya menampakkan diri dan bersedia membantu Kemala meski keduanya baru saja bertemu. Pikiran buruk tentang sang tetangga, mendadak sirna. Sampai kapanpun, gadis itu takkan pernah melupakan kebaikan pria aneh, tapi tampan itu.
Setelah mengucapkan terimakasih, Kemala berlari menuju rumah teman-temannya satu persatu dengan bermaksud meminjam uang untuk biaya operasi ayahnya. Sayangnya, tak satupun dari mereka bisa membantu. Beberapa memang benar-benar tidak punya uang karena hidup mereka saja pas-pasan. Sebagian lagi malah mencibir dan merendahkan Kemala bahkan tega menghinanya.
Dipermalukan dan dihina habis-habisan, tak jadi masalah bagi Kemala karena keadaannya memang jauh dari kehidupan layak, apalagi ia sedang dalam masa sulit. Bisa berteduh dan makan sehari-hari saja merupakan anugerah terbesar bagi Kemala. Ia tak pernah merasakan seperti apa rasanya hidup enak dan hanya kesengsaraan yang ia jalani setiap harinya.
Namun, yang membuat gadis itu serasa hancur. Tak satupun dari orang-orang di desa ini mau membantunya. Sungguh sedih dan perih rasanya, dikucilkan dari desa dan bahkan tak dianggap ada. Kemala menangis pilu. Ia tak tahu ke mana lagi harus minta tolong. Pada siapa ia harus meminjam uang sebanyak itu untuk biaya operasi ayahnya.
“Bagaimana bisa aku mendapatkan uang 60 juta dalam semalam? Apa yang harus aku lakukan?” isak Kemala sedih, “Ayah … maafkan aku … maafkan aku, Ayah … aku putri yang paling buruk untukmu.” Kemala menangis tersedu-sedu. Ia tak bisa menerima bila harus kehilangan ayahnya.
Gadis itu terduduk lunglai di tepi jalan. Bingung harus ke mana lagi mencari bantuan. Teman terdekat Kemala juga tidak bisa membantu. Mereka semua cenderung acuh tak acuh pada kesulitan yang dialami Kemala saat ini. Jangankan membantu, bersimpati sedikit saja tidak.
“Nona … Tuan Richard ingin bertemu dengan Anda, mari ikut saya.” Entah sejak kapan datangnya, tiba-tiba Gilberto sudah berdiri di depan Kemala.
Begitu gadis itu mendongakkan kepala, pria kekar aneh itu membukakan pintu mobil yang tadi Kemala tumpangi. Merasa ada harapan, Kemala bangun berdiri dan berjalan masuk ke dalam mobil. Asisten kepercayaan Richard langsung membawa Kemala kembali ke istana di mana Richard si pria misterius yang tampan, sedang menunggu kedatangan Kemala sejak tadi.
Jadi nama tuan itu Richard, batin Kemala saat dirinya kembali ada di dalam mobil.
Kalau wanita normal, ia pasti bahagia, kapan lagi bisa menaiki mobil mewah yang hanya dimiliki para anak sultan. Namun tidak dengan Kemala, ia sama sekali tak tergiur dengan kemewahan yang ada didepan matanya. Sebaliknya, gadis itu hanya memikirkan bagaimana cara mendapatkan uang untuk biaya operasi ayahnya.
***
Sesampainya dikediaman Richard, Kemala langsung dihadapkan dengan sang pemilik istana. Keduanya berada di satu ruang, hanya berdua saja.
“Kita langsung saja ke intinya,” ujar Richard setelah Kemala berdiri dihadapannya. “Kau butuh uang?” tanyanya pada Kemala.
“Iya Tuan,” jawab Kemala lirih. Ia tahu ke mana arah pembicaraan ini. Gadis itu langsung putus asa memikirkan kemungkinan terburuklah yang akan terjadi.
“Berapa yang kau butuhkan?” tanya Richard.
Suara pria itu benar-benar menggoda. Kalau dalam kondisi normal, mungkin Kemala bakal terpesona, tapi untuk sekarang, pikirannya hanya dipenuhi keselamatan nyawa ayahnya.
“Kurang lebih 60 juta, mungkin lebih karena itu hanya untuk biaya operasi ayah saya saja, belum yang lainnya.” Kemala masih menundukkan wajahnya sambil mencoba menahan air mata agar tidak menangis. Ia tak berani menatap wajah tampan Richard.
“Aku akan memberikanmu 200 juta cash secara cuma-cuma.” Richard berjalan ke meja besar yang ada di samping Kemala lalu membuka dua koper hitam besar berisikan uang. “Gilberto akan mengurus semua biaya dan kebutuhan ayahmu selama ia ada di rumah sakit. Tapi ini tidak gratis … sebagai gantinya … kau … harus menikah denganku, malam ini juga! Berikan tubuhmu hanya untukku.”
Deg!
Bagai tersambar petir di malam hari, Kemala kaget sekaget-kagetnya. Tidak ada angin tidak ada hujan, ia diminta menikah dengan pria asing yang baru saja ia temui sekalipun mereka sudah bertetangga sejak lama. Mulut gadis itu menganga lebar seolah sulit sekali untu bicara. Ia bahkan tidak bisa percaya pada apa yang baru saja ia dengar. Inilah yang Kemala takutkan, menggadaikan tubuhnya dengan uang dan menjadi istri dari pria tak dikenal.
“A-apa … yang barusan Anda katakan, Tuan?” tanya Kemala mulai sedikit takut melihat wajah pria tampan itu. Bayangan psikopat mulai terngiang-ngiang di kepalanya.
Pria tampan tersebut mendekat ke tempat Kemala berdiri dan menatapnya tajam tepat dimanik mata wanita cantik si kembang desa. Senyuman manisnya benar-benar menggoda iman.
“Kau harus menikah denganku, malam ini juga. Pilihan ada ditanganmu, jika iya … uang 200 juta itu akan jadi milikmu dan ayahmu bakal terselamatkan. Jika tidak, kau harus siap-siap menghadiri pemakaman ayahmu besok.”
Kemala seolah merasakan sesak napas. Ia tak tahu harus berapa kali dihadapkan dengan pilihan tersulit dalam hidupnya. Bagaimana bisa ia menikahi pria asing yang tidak ia tahu seperti apa seluk beluknya, darimana asalnya dan bagaimana sifatnya, baik atau jahat. Kemala sungguh tidak tahu apa-apa tentang pria yang memintanya menikahinya sekarang juga.
Namun, nyawa ayahnya sangat berharga bagi Kemala. Ia bahkan sudah bertekad bakal rela melakukan apa saja demi keselamatan ayahnya. Apapun itu. Termasuk menjadi istri dari pria misterius pemilik rumah angker ini.
“Kau tidak punya banyak waktu Nona, tentukan pilihanmu sekarang!” desak Richard tidak sabar mendengar keputusan Kemala.
Bagai buah simalakama, tidak ada pilihan menyenangkan bagi Kemala. Apapun pilihan yang dia pilih ia tetap tidak akan bahagia.
Inilah hidup yang harus dijalani oleh seorang wanita bermana Kemala Izebele Daries. Demi menyelamatkan nyawa ayahnya yang sedang diambang kematian, ia menyetujui persyaratan yang diberikan Richard, si pria aneh dan misterius, tapi tampannya nggak ketulungan.
“I-iya …,” jawab Kemala lirih lemas, tak bertenaga. Iapun pingsan tepat dipelukan Richard yang langsung menangkap tubuh calon istrinya saat Kemala tiba-tiba ambruk.
BERSAMBUNG
***
Gilberto langsung membuka pintu ruangan tuannya saat Richard sedang menggendong tubuh lemah Kemala. Pria aneh yang sama misteriusnya dengan Richard itu seolah tidak setuju dengan keputusan sang tuan Rumah untuk menikahi tetangganya sendiri.
“Pangeran … apa Anda yakin dengan keputusan ini? Dia manusia. Bencana akan datang pada kita jika Anda menikahinya. Dia berbeda dengan kita.” Gilberto mulai mengeluarkan pendapatnya.
“Aku melihat wanita ini seperti cerminan diriku sendiri Gil. Kau juga tahu. Setiap hari aku melihatnya, aku bisa mendengar pikiran dan perasaannya. Dia sangat kesepian, tak ada cahaya dalam hidupnya. Apa bedanya aku dengannya, Gil? Aku sudah lelah terus dijodohkan ayah dengan para vampir wanita pilihannya. Akan lebih menyenangkan bila menyeret Kemala dalam kehidupanku. Dengan begitu, ayah takkan mendesakku lagi untuk menikah.”
“Tapi … saya yakin Raja Salvataro Salvator tidak akan pernah setuju. Anda adalah seorang pangeran Vampir, bagaimana bisa Anda menikahi manusia?”
“Kita lihat saja, Gil. Aku ingin bersenang-senang dengan wanita ini. Persiapkan saja ritual pernikahannya. Cepat atau lambat, wanita ini akan jadi sepertiku begitu kami … saling mencintai suatu hari nanti. Setelah ritual pernikahan selesai, pergilah ke rumah sakit dan urus semuanya. Jangan lupa ubah penampilanmu agar orang tak mencurigai siapa kau sebenarnya. Kenapa kau kampungan sekali? Ini sudah modern Gil, ikutilah tren fashion masa kini.” Richard mengomentari penampilan asisten kepercayaannya. Padahal penampilannya sendiri sama noraknya dengan Gilberto.
Usai berkata begitu, tanpa dosa Richard membawa tubuh Kemala menuju ruangan tertentu yang sudah disiapkan khusus untuk calon istrinya. Sebenarnya, Kemala tidak benar-benar pingsan. Ia masih bisa mendengar pembicaraan Richard dan Gilberto mengenai siapakah mereka sebenarnya.
Ingin sekali gadis itu menjerit dan lari secepatnya dari istana ini setelah tahu fakta mencengangkan ini. Namun, Kemala bukan gadis bodoh, bila ia lari sekarang, maka nyawanya bakal melayang di saat itu juga mengingat yang ia hadapi ini bukanlah manusia. Melainkan monster penghisap darah, yang keberadaannya sangat sulit dipercaya bagi Kemala.
Sebisa mungkin, Kemala menekan kuat-kuat emosinya agar tidak ketahuan oleh Richard dan tetap berpura-pura pingsan sambil mencari celah untuk bisa keluar dari istana ini dalam keadaan selamat. Secara logika, gadis itu tidak percaya kalau vampir itu ada, Namun, melihat situasi yang dihadapi Kemala saat ini, rasanya tidak mungkin kalau ini hanya mimpi. Vampir itu benar-benar ada dan kini salah satu diantara mereka sedang menggendong Kemala.
“Bukalah matamu Nona, aku tahu kau tidak pingsan sungguhan,” ujar Richard sambil meletakkan tubuh Kemala di atas Kasur.
Karena sudah ketahuan, wanita cantik itu langsung beringsut ketakutan menjauhi Richard dan memilih meringkuk di sudut dinding. Ia menatap tajam Richard dan bersiap melawan bila dirinya diserang.
“Kau takut padaku setelah tahu siapa aku?” tanya vampir tampan itu.
“Kau … sungguh-sungguh seorang vampir?” tanya Kemala terbata-bata dan masih tidak percaya kalau ia bakal dinikahi vampir.
“Haruskah kutunjukkan gigi dan taringku? Tapi … aku sudah memotongnya beberapa waktu lalu. Butuh waktu untuk menunggu gigi itu tumbuh kembali,” terang vampir tersebut secara blak-blakan. Wajah tampannya terlihat tenang meski identitas aslinya sudah diketahui Kemala.
Mendengar hal itu, Kemala semakin beringsut ketakutan. Ia tahu bahwa hidupnya pasti sudah tidak akan lama lagi. Tidak diragukan lagi, Kemala bakal dijadikan mangsa selanjutnya.
“Kau jangan takut Nona, aku takkan menyakitimu. Sebab, kau adalah pengantinku, mana mungkin aku menyakiti istriku sendiri.”
“Kau mau aku percaya padamu? Kau itu vampir. Makanan vampir adalah ….”
“Darah,” potong vampir itu cepat. “Kau benar, kami para vampir adalah peminum darah terutama darah manusia. Tapi kami … sangat berbeda dengan vampir-vampir yang digambarkan manusia dalam film-film. Kau mau tahu bagaimana caraku menghisap darah meskipun aku tidak punya taring sekarang?” tawar Richard dan Kemala langsung menggeleng cepat. Wajahnya sudah pucat bagai mayat karena ketakutan.
“Tidak … ini pasti cuma mimpi. Ini negara tropis di mana hanya ada dua musim. Vampir sepertimu, mana bisa tinggal di negara yang sinar mataharinya sangat menyengat bila memasuki musim kemarau? Kau pasti bercanda dan hanya menakut-nakutiku saja. Kau … ” Kemala sudah tidak bisa berkata-kata. Ingin rasanya ia terbangun dari mimpi buruk ini.
“Kau benar sekali Nona, vampir tidak akan pernah tahan dengan teriknya matahari. Tapi aku istimewa. Hanya akulah satu-satunya vampir yang berbeda dengan vampir-vampir lainnya. Tidak masalah bagiku mau tinggal di mana saja, yang penting, aku tak perlu menatap matahari secara langsung. Itu saja, dan aku tidak akan mati meskipun terkena sinar mentari. Hanya saja, orang akan menganggapku sebagai berlian yang berharga.” Vampir tampan itu merentangkan kedua tangan dan membanggakan dirinya sendiri. Dasar vampir narsis.
Kemala terdiam, ia jadi ingat film Twilight yang menceritakan bahwa vampir memang tidak takut dengan matahari. Mereka hanya akan tampak berkilau jika matahari mengenai tubuh mereka dan pasti bakal membuat identitas asli mereka sebagai vampir diketahui.
Mungkin saja, Richard sama seperti para vampir-vampir yang digambarkan Stefanie Mayer. Bisa jadi, Richard sama seperti Edward dan keluarganya. Jika itu benar, Kemala jadi bingung apakah iya harus bahagia atau menangis, sebab ia bakal menjadi seperti Bella yang diperistri seorang vampir tampan. Dan akhir dari Bella sudah dipastikan akan seperti apa.
“Aku rasa, kau sudah tidak takut lagi padaku. Tapi jangan senang dulu, kita lihat apa jantungmu masih aman setelah ini.” Untuk pertama kalinya, Richard tersenyum manis sekali dan senyumnya itu membuat terpana mata Kemala. Seketika hatinya meleleh menggantikan rasa takut yang barus saja ia rasakan sebelumnya.
Duh Gusti … senyumnya … kenapa dia tampan sekali … apa setiap vampir itu memang tampan? Jerit Kemala dari dalam hati.
Dengan gerakan super duper cepat melebihi kilatan cahaya, Richard meraih tangan kanan Kemala dan mencium wangi darahnya. Kemala yang tadinya terbuai dengan senyuman Richard mendadak berubah takut lagi. Refleks, ia menarik kembali tangannya tapi tidak bisa. Jelas ia tak bisa melawan kekuatan vampir yang kini sedang menjeratnya.
“Darahmu wangi sekali, jika vampir lain menemukanmu lebih dulu, maka kau bisa dalam bahaya. Syukurlah kau tinggal di negara tropis sehingga mereka takkan pernah mau datang ke mari.” Richard mengendus setiap inci tubuh Kemala dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Gadis itu cuma bisa terdiam dalam ketegangan yang memuncak. Ia bahkan lupa bagaimana cara bernapas saking tegangnya di endus-endus seperti itu oleh seorang vampir tampan bagai dewa.
“Bersih … tak ada vampir manapun pernah menyentuhmu … kecuali aku.” Vampir tampan tersebut meraih kedua bahu Kemala lalu menariknya dan memberikan ciuman manis semanis manisnya madu di bibir gemetar si kembang desa.
Mata Kemala terbelalak tak percaya dan tak kuasa karena ciuman pertamanya direnggut paksa oleh sang vampir. Ingin rasanya berontak, tapi gadis itu tidak bisa bergerak saking takutnya. Tubuhnya juga serasa tertarik oleh magnet terkuat.
“Aku akan menjadikanmu sebagai milikku, sekarang … dan untuk selamanya.” Richard meraih tangan kanan Kemala. Dengan jari telunjuknya, vampir tampan itu merobek kulit luar lengan Kemala dengan kuku jari telunjuknya yang runcing dan tajam hingga darah segar keluar mulai keluar dari balik kulit kuning langsat Kemala.
Saat itulah, Richard menghisap darah calon istrinya secukupnya dan menutup luka sayatan itu dengan rapi hanya sekali usapan tangan tanpa meninggalkan bekas robekan sedikitpun. Bahkan Kemala tidak merasakan sakit sama sekali saat kulitnya disayat tipis bagai tergores silet sampai darahnya dihisap. Sungguh, Kemala tak merasakan apapun walau awalnya ia shock karena mengira bakalan mati malam ini juga di tangan sang vampir.
Mulut Kemala hanya menganga lebar, melihat cara vampir itu menghisap darahnya tanpa kentara. Bahkan ia merasa tidak kehilangan darah sama sekali. Ini gila, ajaib dan sangat luar biasa. Very Amazing, daebak, sugoi. Itulah seruan yang diucapkan Kemala dari dalam hati.
“Inilah caraku menghisap darah. Dan kau adalah orang pertama yang menyaksikannya. Cepat dan praktis, bukan? Hanya beberapa detik saja. Dan kau tidak mati meski aku mengisap darahmu.” lagi-lagi, Richard memamerkan senyum manisnya.
BERSAMBUNG
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!