NovelToon NovelToon

Istri Rahasia Sang Badboy

Tolong Nikahi Aku Dulu!

"Tolong, Nad! Tolong kakakmu ini! Apa kamu tega ngebiarin kakak mati konyol di tangan mereka?" Galang memohon dengan wajah berdarah-darah.

Nadira dihadapkan pada 2 pilihan tersulit di dalam hidupnya. Membiarkan kakaknya habis di tangan Arash dan kawan-kawan, atau menyerahkan dirinya kepada Arash sebagai tebusan hutang sang kakak.

2 bulan yang lalu, Galang berhutang pada Arash untuk berjudi. Arash sudah bersabar menunggu Galang mengembalikan uangnya tapi Galang terus menghindar.

Arash yang merupakan pentolan geng Thunder, yang merupakan geng motor paling ditakuti di kota merasa geram karena ditipu habis-habisan oleh Galang. Bukan karena nominal hutangnya, tapi karena sikap Galang yang sudah mempermainkan Arash.

"Kalian masih punya waktu 1 menit buat berunding! Katakan kalo kalian udah punya keputusan!" ucap Arash lalu menyulut rokok yang sudah stand by di antara dua belah bibir tipisnya.

Arash dan ke-5 kawannya yang baru saja menghajar Galang habis-habisan berdiri santai menyaksikan seorang pemuda babak belur dengan adiknya yang hanya bisa menangis di dalam situasi yang sulit itu.

Nadira sedang menimang-nimang keputusan. Apakah membiarkan kakaknya disiksa lagi atau menyerahkan diri untuk menyelamatkan?

"Nad ...." gumam Galang yang semakin tak berdaya.

"Kakak macam apa sih kamu ini? Kenapa tega melibatkan aku dalam masalah ini?" protes Nadira tak tahu harus bagaimana.

"Jadi kamu mau menyerahkan kakak buat dihajar lagi sama mereka?" tanya Galang masih dalam posisi terkapar.

"Itu semua adalah perbuatan Kak Galang! Harusnya Kakak sendiri yang tanggung jawab!"

"Jadi itu jawaban kamu? Kalo kakak mati, siapa lagi yang akan menjaga kamu, Nad?"

Nadira tersenyum kecut sekaligus tersenyum getir mendengar ujaran kakaknya. Selama ini, Nadira hanya tinggal dengan Galang setelah kedua orang tua mereka meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat 5 Tahun yang lalu.

"Waktu kalian sudah habis!" ujar Arash dan ke-5 kawannya kembali memungut tongkat baseball mereka untuk meneruskan menghajar Galang.

"Nad ...." Galang kembali memohon dan hanya pada Nadira ia bisa menggantungkan harapannya.

Nadira memejam mata beberapa detik dan merasakan pergulatan batin yang hebat. Pilihannya tak ada yang mudah dan Nadira tahu kalau kecaman Geng Thunder bukan ancaman yang main-main.

"Angkat dia! Kita habisi sekarang!" perintah Arash pada temannya lalu Arash membuang puntung rokoknya ke atas tubuh Galang.

Nadira mengepalkan jari-jemarinya kuat-kuat dan maju beberapa langkah memberanikan diri.

"Tunggu dulu," ucapnya lalu menghadap pada Arash. Arash menatap gadis 17 Tahun itu dengan tatapan yang dingin.

"Udah lah, habisi aja bedebah ini, Bro! Mereka udah terlalu banyak membuang waktu!" ujar Pradit, salah satu teman Arash.

"Lepaskan Kak Galang! Aku akan menebus semua hutang-hutangnya!" kata Nadira dengan tegas walau suaranya terdengar gemetar.

Wajah ketakutan Nadira malah membuat Arash bernafsu dan dia senang karena malam ini dia bisa menyalurkan birahinya pada gadis perawan yang dijanjikan oleh Galang.

"Si Galang udah ngomong kan soal kesepakatannya?" tanya Arash pada Nadira.

"Uang 20 juta itu akan aku bayar dengan tubuhku ini," ucap Nadira lalu menundukan wajahnya karena tak kuasa berlama-lama bertatapan dengan Arash.

"Oke. Kalo kamu masih perawan, aku akan bebaskan semua hutang si Galang! Tapi kalo kamu menipu, hutang itu akan tetap jadi hutang! Ngerti?"

Nadira meringis dalam hati dan perkataan Arash terdengar sangat ngeri. Tapi semuanya harus terjadi, demi menyelamatkan nyawa sang Kakak.

Ke-5 teman Arash tersenyum licik dan berpikiran kotor kalau malam ini Arash akan menggauli anak SMA yang ada di dalam kungkungan mereka saat ini.

"Sikat, Bro! Jangan lupa pasang candid kamera buat dokumentasi!" seru Jimmy, teman Arash yang lain.

"Bisa dijadikan alat intimidasi kalo suatu hari mereka main-main lagi dengan kita!" kata Pradit kemudian.

"Gua akan buat dia kelelahan sampai sulit bernafas," kata Arash dengan senyum seringai yang membingkai wajah rupawannya.

Hati Nadira semakin bergemuruh. Tapi mau bagaimana lagi? Nadira sudah tak memiliki pilihan lain lagi.

Tapi kemudian Nadira ingat perkataan mendiang orang tuanya ....

"Nad, ingat satu pesan kami, jagalah harta yang paling berharga yang ada pada diri kamu, kamu tahu kan apa maksud kami?"

"Jangan serahkan diri kamu pada lelaki yang bukan suami kamu! Ingat lah! Jangan pernah melakukan hubungan di luar ikatan pernikahan!"

Nadira ingat nasihat kedua orangtuanya di masa lalu. Tapi sekarang situasinya sangat mendesak! Apa yang harus Nadira lakukan?

"Bawa si Galang ke klinik!" perintah Arash pada teman-temannya.

"Aman, Bro!"

"Ayo ikut! Kita cari hotel terdekat!" ajak Arash lalu merangkul Nadira tapi Nadira masih menolak dan menjaga jarak. Arash marah lagi karena menganggap Nadira terus mengulur waktu.

"Waah, apa lagi ini? Cewek ini benar-benar mempermainkan lo, Bro!" kata Pradit memprovokasi.

"Tunggu dulu, izinkan aku ngasih satu syarat dan permintaan sebelum semuanya terjadi," pinta Nadira pada Arash.

"Yaelaaa, mau bayar utang aja pake banyak acara banget gini sih? Hey, bocah! Kayaknya lo benar-benar mau kakak lo mati di sini ya?" ujar Pradit kesal.

"Paksa aja, Bro! Biar urusan kita sama si Galang benar-benar selesai! Suka gatel nih tangan gue kalo ada urusan yang belum selesai begini!" kata Irfan, teman Arash yang lain.

Nadira harus mengatur nafas baik-baik di antara para pemuda bar-bar itu dan sesekali Nadira melirik pada Galang yang masih terkapar tak berdaya.

"Sebentar ... Sebentar aja, ini tuh sangat penting!" kata Nadira sembari mengatupkan kedua tangan di hadapan Arash.

"Katakan!" Persilakan Arash dengan dingin.

"Tolong halalkan aku terlebih dahulu, baru Kak Arash boleh menggauli aku," pinta Nadira.

Beberapa detik lamanya tempat itu senyap dan permintaan Nadira benar-benar membuat kawan-kawan Arash terbengong.

Arash masih menatap lekat pada Nadira. Belum jelas lagi apa arti tatapan netranya kali ini.

"Tolong hargai prinsipku, Kak. Aku udah janji sama mendiang kedua orangtuaku kalo aku nggak akan melakukan *** di luar ikatan pernikahan, oleh sebab itu, kalo memang Kak Arash kekeh mau aku membayar hutang Kak Galang dengan jalan kayak gini ... Tolong wujudkan permintaanku ini, nikahi aku dulu, nggak apa-apa walau cuma pernikahan siri, yang penting perbuatan kita nanti bukan lagi perbuatan Zina!" Nadira menjelaskan alasannya.

Ha ha ha! Seketikan tawa kawan-kawan Arash pecah setelah mendengar kata-kata Nadira. Sementara Arash tetap datar dan tak tertarik untuk tertawa seperti teman-temannya yang lain.

"Gokil! Emang gokil banget adeknya si Galang ini! Konyol total tau nggak?!" kata Pradit dan masih menertawakan dengan puas.

"Berani banget sih dia! Gue nggak tahu harus kagum atau harus ketawa! Yang pasti nih cewek benar-benar naif!" lanjut Jimmy.

"Abaikan aja permintaan konyolnya, Rash! Gusur aja dia ke hotel!" seru Irfan memprovokasi.

Nadira perlahan menatap Arash lagi, dengan mata berkaca-kaca, Nadira sekali lagi meminta ...

"Aku mohon, Kak. Nikahi aku dulu, setelah kamu puas, kamu boleh menalak aku lagi."

Apakah Arash akan mewujudkan syarat yang diminta oleh Nadira?

Istri Rahasia

Dinikahkan oleh seorang Ustadz, dengan wali nikah yang sedang babak belur, mahar sebesar 1 juta rupiah dan ke-4 anggota Thunder yang lain sebagai saksi.

Ya! Tanpa diduga, Arash memenuhi syarat yang Nadira ajukan. Apapun situasinya, yang terpenting bagi Nadira saat ini adalah dirinya tidak melakukan sex di luar nikah seperti yang diwanti-wantikan mendiang orang tuanya.

"Saya hargai keputusan kalian ini, tapi ingat! Jangan jadikan pernikahan hanya untuk main-main, semoga kalian menjadi dewasa setelah ini. Dan saat sudah tiba waktunya nanti, legalkan lah pernikahan kalian ini secara hukum!" Nasehati Pak Ustadz yang baru saja menikahkan Nadira dan Arash.

Nadira hanya menukas nasehat itu dengan senyum getir. Nadira mengorbankan masa mudanya malam ini demi menyelamatkan keselamatan kakaknya.

Sementara Arash terlihat kesal karena menganggap Nadira telah mempersulit jalannya untuk menikmati malam ini.

*

*

"Sakit, Kak! Pelan-pelan ...."

Nadira mengerang kesakitan di bawah tubuh Arash yang semakin lama semakin memanas. Tanpa ampun, Arash melakukan kehendaknya pada gadis SMA itu.

"Diam!" erang Arash. Arash sedang menikmati dan tak ingin menerima interupsi apa pun.

Nadira hanya menangis. Dia merasakan sakit dari segala penjuru. Hati, raga dan jiwanya benar-benar terkoyak malam ini. Tapi bagaimana pun juga, Arash telah menjadi suaminya beberapa saat lalu dan Nadira hanya bisa berharap kalau setelah permainan gila ini selesai, maka hutang kakaknya akan dibebaskan.

"Lord!" Arash menggeram, gerakan dan hentakannya semakin kencang, semakin lama semakin cepat dan dia akan segera mencapai puncaknya.

Nadira menahan diri agar tak sampai bersuara. Nadira tak ingin melungau apalagi mendesah. Dia hanya mengeratkan cengkraman tangannya pada punggung kokoh sang Arash.

Arrrrggghhhh, Arash mengerang lagi tapi gerakannya berhenti. Rasa hangat menyebar seketika, entah apa itu yang membuatnya tiba-tiba merasa hangat.

Nadira hanya memejam mata sampai tak terasa air mata turun mengalir dari ujung matanya sampai membasahi bantal. Sementara Arash masih menikmati pelepasannya dan rasanya dia baru saja meraih surga di malam itu.

Arash menatap pada Nadira lalu tersenyum menyeringai. Yes! Arash merasakan sensasi luar biasa malam ini. Ternyata Nadira memang tak membual, Nadira memang masih perawan dan malam ini Arash telah merobeknya.

"Nice ...." ucap Arash lalu melepaskan diri dari Nadira. Nadira tak tahu apa lagi yang akan terjadi setelah itu.

Arash menjatuhkan tubuhnya tepat di samping kanan Nadira dan matanya memicing ke arah gadis 17 Tahun itu.

"Ternyata benar kalau kamu memang masih perawan," ucap Arash dengan nafas yang masih agak tersengal.

Nadira tak menjawab apa-apa, dia hanya meraba ke bawah dan mencoba menarik selimut. Nadira segera menutup tubuh telanjangnya dengan selimut itu, Nadira tak ingin Arash menikmatinya lebih lama lagi.

"Tapi, apa yang kita lakukan malam ini bukan sesuatu yang haram, kan? Aku sudah menikahimu, aku sudah menghalalkanmu!" tambah Arash masih memicingkan mata pada Nadira.

"Tolong jangan sebarkan ini pada siapa pun, ini adalah rahasia kita saja," ucap Nadira pelan tanpa berani menoleh pada Arash.

"Oke! Aku nggak akan menalak kamu! So, kalo someday aku mau lagi, aku bisa pake kamu lagi," kata Arash dan kembali dia tersenyum licik.

Baru lah kali ini Nadira melirik pada Arash dan merasa Arash akan menggaulinya lagi suatu hari nanti. Nadira merasa takut dan tak mampu membayangkan apa yang akan terjadi nanti.

"Tapi hutang Kak Galang udah selesai malam ini, kan?" tanya Nadira dengan wajah risaunya.

"Oke! Aku anggap ini clear! Malam ini worth sih! Cukup untuk membayar hutang si Galang."

Sejenak Nadira bisa bernafas lega. Walaupun cara seperti ini tak bisa dibenarkan, tapi setidaknya malam ini Nadira sudah benar-benar membebaskan Galang dari ancaman Arash dan kawan-kawannya.

"Masih sekolah?" tanya Arash lalu setengah bangkit dari pembaringan lalu merogoh sebungkus rokok dari saku celana yang berserakan di lantai.

"Iya," jawab Nadira singkat saja.

"Di mana?" Arash meletakkan sebatang rokok di antara bibirnya lalu menyulutnya dengan kriket.

"Harapan Bangsa."

"Kelas?"

"12."

"Punya pacar di sana?" Arash agak menginterogasi, Nadira tak menjawab pertanyaan yang itu.

Sejujurnya saat ini Nadira sedang dekat dengan teman setingkatnya. Ingin mengatakan iya, tapi firasat Nadira sangat buruk. Nadira sangat takut kalau Arash tiba-tiba menyerang dan mengintimidasi teman dekatnya itu.

"Kalo ada, putusin dia! Jauhin! Sekarang kamu adalah istri rahasiaku!" tegas Arash. Dan Nadira sudah menduganya.

"Aku punya banyak teman, jangan batasi pertemananku. Tolong jangan mengekang! Bukannya hutang Kak Galang sudah selesai?" Nadira mengajukan protes.

Arash mengisap rokoknya dalam-dalam lalu mengembuskan asapnya sampai mengepul menutupi wajah rupawannya.

"Hutang itu emang udah selesai! Tapi sepertinya hubungan kita bisa berlanjut! Maybe untuk beberapa bulan ke depan, sampai aku bosan padamu, Nadira!" Sekali lagi Arash tersenyum licik.

"Apa maksudnya?" Nadira membalik badan menghadap pada Arash yang sedang bersandar pada headboard ranjang hotel sambil merokok.

"Sebelum aku puas dan bosan, aku nggak akan menalak kamu! Kamu kan sudah aku nikahi, aku suamimu! So, kamu harus patuh! Ngerti?" Arash menatap Nadira dengan tatapan mata yang menusuk dan Nadira takut lagi.

"Licik!" desis Nadira kesal. Ingin marah tapi dia takut.

"Apa? Barusan kamu bilang apa?" Arash mendekatkan wajahnya lalu mengembuskan asap rokok itu tepat ke wajah Nadira sehingga Nadira terbatuk.

Ukh ... Ukh! Nadira menjauh dan menutup wajahnya.

"Jangan membangkang! Kamu akan tahu apa akibatnya kalo kamu macam-macam denganku!" kecam Arash dan Nadira masih terbatuk, "Ukh ... Ukh!"

"Heh! Mimpi apa semalam sampai ketiban gadis perawan legit kayak begini," gumam Arash lalu mengganti tatapan tajam tadi dengan tatapan nakal saat melihat sekujur punggung mulus Nadira karena Nadira masih berbalik menghindari asap rokok Arash.

"Ya udah. Tolong antar aku pulang setelah rokok Kak Arash habis," kata Nadira lalu hendak turun dari ranjang untuk mencari pakaiannya.

Arash lekas membuang sisa rokok itu sebelum mematikannya. Arash menarik pinggang Nadira sehingga Nadira tak bisa bergerak. Hal itu seketika membuat hati Nadira berdebar lagi.

"Eh ...?"

"Sekali lagi!" bisik Arash lalu melahap telinga Nadira sehingga perasaan menggelitik itu hadir lagi.

Hah? Sekali lagi? Nadira membelalakan mata mendengar perkataan Arash barusan.

"Apa maksudnya sekali lagi, Kak?" Nadira mencoba berontak tapi Arash sudah memenjara lagi tubuhnya sehingga Nadira tak bisa berbuat apa-apa.

"Satu ronde lagi!" ucap Arash lalu memagut bibir Nadira sebelum Nadira protes lagi. Bibir Nadira yang ranum dan Juicy memang teramat sangat menggoda sehingga Arash langsung merasa candu pada istri rahasianya itu.

Dan begitu lah, Nadira pun tak bisa melepaskan diri, Arash melakukannya sekali lagi!

Gadis Tapi Bukan Perawan

Nadira dan Arash pulang mengendap-endap di pagi buta dari hotel itu. Arash tak mengucapkan apa-apa begitu sampai di depan rumah Nadira. Tak ada ucapan terima kasih, tak ada juga kata talak sehingga Nadira merasa nasibnya sedang digantung saat ini.

*

*

Nadira sudah memakai seragam. Dia masih menatap wajahnya yang sembap-sembap di cermin yang menempel di dinding kamar.

Nadira tampak menyesal. Duka lara bergelayutan di wajah cantiknya. Semalam dia baru saja kehilangan kesuciannya. Inginnya, pagi ini Nadira masih bermimpi dan kejadian semalam juga bagian dari mimpi buruknya. Sayangnya itu semua adalah nyata.

Dan pagi ini, dia memulai harinya yang baru sebagai gadis SMA yang sudah tidak perawan lagi.

Tidiiit! Tidiiit!

Nadira disadarkan dengan bunyi klakson dari luar pagar rumahnya. Nadira berjalan 2 langkah menuju ke dekat jendela dan melihat seorang pemuda yang memakai seragam yang sama dengan dirinya sudah stand by di sana.

Nadira tak ingin membuang waktu, dia pun pergi ke luar kamar, turun ke lantai bawah dan mengunci pintu. Nadira menyingkirkan kegalauannya dan harus menjelang hari untuk tetap fokus belajar di sekolah.

"Kok kamu nggak bisa dihubungi?" tanya pemuda itu.

Namanya Kaizan, biasa dipanggil Kai. Kai adalah teman yang sedang dekat dengan Nadira saat ini. Dia mengendarai sebuah motor sport berwarna merah seharga ratusan juta. Kaizan memang salah satu siswa populer di sekolah.

"Nad, kamu kenapa? Kok wajah kamu sembab begini? Habis nangis ya? Ada apa sih?" Kai langsung mencurigai kondisi Nadira.

"Kita langsung berangkat aja. Biar nggak kejebak macet." Nadira menghindar lalu segera memakai helm yang dijinjingnya dari rumah. Nadira segera naik ke jok di belakang punggung Kai.

Tapi Kai tak lekas menyalakan lagi mesin motornya, Kai malah membuka menoleh ke belakang dan tetap membiarkan visor helm-nya terbuka agar bisa menatap Nadira dengan leluasa.

"Ada apa?" Tatapan mata kai begitu menuntut.

"Nanti aja ya, sekarang kita nggak punya banyak waktu."

"Apa ini masih soal Kakak kamu?" Mata Kai agak membara saat menyoal Kakak. Sepertinya Kaizan sudah tahu betul kalau selama ini Galang selalu merecoki hidup Nadira.

"Nggak sekarang, Kai. Kita cuma punya sisa waktu 30 menit lagi sebelum Pak Muh nutup gerbang sekolah! Ayo, jalan!"

"Tapi kamu harus jelasin nanti!"

"Iyaaa ...."

Kaizan menyerah lalu mulai menyalakan mesin motornya. Setelah memastikan Nadira dalam posisi nyaman, dia pun meluncur menuju ke SMA Harapan Bangsa, tempat mereka menuntut ilmu.

*

*

Sepanjang pelajaran di jam pertama, Nadira kehilangan fokusnya. Tatapan matanya kosong, pikirannya melabur ke momen semalam. Momen saat Galang babak belur, momen saat dia dinikahi dan momen saat Arash melakukannya.

"Nad?"

Bu Intan, guru Mate-matika yang sedang menerangkan pelajaran di depan kelas menyadari kalau salah satu muridnya sedang bengong melamun. Bahkan, tegurannya tak terdengar oleh Nadira.

Semua mata di dalam kelas menatap pada Nadira yang duduk di bangku di barisan tengah.

"Nadira Putri!" Bu Intan menaikan suaranya dan Nadira masih bergeming. Imajinasinya kembali terbang ke momen saat Arash memasukkan pusakanya secara paksa sehingga meninggalkan setitik trauma yang berbekas di benak Nadira.

"Nadira!" Pltkkk! Seisi kelas senyap saat bu Intan semakin menunjukkan kemarahannya. Nadira dilempari sepotong kecil kapur dan akhirnya itu menyadarkan.

"Aww!" Nadira mengusap bagian dahinya dan meringis kesakitan. Nadira baru sadar kalau seisi kelas memperhatikan ke arahnya. Dia jadi malu dan juga takut karena Bu Intan yang terkenal killer seantero Harapan Bangsa sedang berjalan ke arahnya.

"Mata kamu di mana? Kuping kamu di mana? Fokus kamu di mana?" Nadira diberondong dengan beberapa pertanyaan dari wanita 40 Tahunan itu.

"Maaf, Bu ...." Nadira hanya menunduk.

"Kamu kan sudah tahu kalau saya nggak suka kalau ada murid yang nggak memperhatikan! Saya nggak mau kalau penjelasan saya menjadi sia-sia! Kamu tahu itu, kan?" Bu Intan makin membentak.

"Maaf, Bu."

"Coba sebutkan 1 saja yang saya jelaskan di depan kelas tadi! Sebutkan!" perintahnya.

Nadira agak kebingungan. Sungguh, pikirannya blank sekarang. Tak ada satupun yang dia ingat. Nadira mulai berkeringat karena takut.

"Oke, sudah jelas kalau tidak memperhatikan saya sama sekali! Silakan keluar!" Tanpa kompromi, Bu Intan mengusir Nadira dari kelas.

Nadira tak melawan. Dia tahu kalau dia salah. Bu Intan tak akan mendengarkan alibi apa pun, oleh sebab itu Nadira langsung saja menurut untuk meninggalkan kelas.

Tak ada yang berani bersuara. Ada beberapa teman yang memandang puas pada Nadira tapi ada juga yang merasa kasihan.

Nadira pergi menepi ke depan kelas. Di sana sangat sepi dan senyap. Di saat semua siswa ada di dalam kelas, Nadira malah harus menikmati jam pelajaran di koridor sendirian.

*

*

Arash adalah seorang Mahasiswa semester 4 di sebuah universitas swasta di Jakarta. Dia adalah mahasiswa populer yang diidamkan oleh para perempuan.

Tampan, gagah, kaya raya, populer dan juga dominan. Walau dikenal badung dan kasar, tapi itu semua malah menambah karismanya. Banyak gadis mengantri untuk mendapat perhatiannya, tapi hanya segelintir saja yang bisa berinteraksi dengan pemuda 21 Tahun itu.

"Sebenarnya gue kasian sih sama adeknya si Galang! Tapi yaa gue juga nggak rela kalo si Galang lolos gitu aja dari hutang 20 juta itu!" kata Pradit. Pradit adalah satu-satunya anggota Geng Thunder yang satu kampus dengan Arash.

"Menurut gue tuh bocah juga bodoh banget sih! Dia minta gue halalin, itu artinya gue bisa minta jatah batin setiap kali gue mau! Lumayan sih, sekarang gue punya media setiap kali gue ingin," sahut Arash begitu licik.

Mereka sedang duduk-duduk di smoking area di halaman kampus yang luas itu. Bahasan mereka masih seputaran peristiwa semalam dan diam-diam Pradit kepo dengan proses pelunasan hutang di antara Arash dan Nadira.

"Coba lo spill sedikit! Gimana rasanya, Rash? Selama ini kan lo selalu nolak tawaran para ladies yang dengan sukarela menawarkan tubuh mereka ke elo?!"

"Jangan lah! Itu ranah pribadi gue!" tolak Arash dan Arash tak ingin menceritakan pengalaman erotisnya bersama dengan Nadira semalam.

"Tapi lo udah bebasin dia, kan? Urusan lo sama cewek itu udah kelar kan?"

Arash ingat, kalau dia belum mengucapkan talak untuk Nadira. Arash tersenyum licik dan dia sepertinya memang tak akan meloloskan Nadira begitu saja.

"Gue cabut!" Tiba-tiba Arash pamit dan bersiap untuk pergi.

"Laah, mau kemana? Obrolan kita belum kelar, Rash?!"

Arash tak mempedulikan Pradit dan terus berjalan ke area parkir.

"Rash! Masih ada 1 kelas lagi woy!" seru Pradit dan Arash tak peduli, dia terus berjalan. Terbesit dalam benak Arash untuk pergi ke SMA Harapan Bangsa, sudah pasti, dia ingin sidak memeriksa istri rahasianya sedang apa dan sedang dengan siapa di sekolahnya saat ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!