NovelToon NovelToon

Aku Istri Pengganti Yang Tidak Dianggap

Bab 1

Naya Tarian, dia gadis cantik, polos dan memiliki kriteria sedikit pendiam. Tetapi saat di ajak berbicara secara empat mata, dia orang yang bisa dikatakan mudah berbaur kepada siapapun.

Sejak kecil, Naya telah kehilangan kedua orang tuanya. Dan dia pun di adopsi oleh sang paman.

Naya sebenernya anak orang kaya, tetapi semenjak ia kehilangan orang tua, harta kekayaan mereka di kuasai oleh sang paman. Sedangkan ia, sekarang ini hanya dianggap seperti pembantu dirumah tersebut.

Sang paman memiliki dua anak yaitu Yolanda dan Loiner. Sejak kecil, mereka tidak pernah kurang kasih sayang, mereka selalu di manja apapun yang kedua orang itu minta. Bahkan, kedua orang itu lulusan dari universitas terkemuka di dunia. Dan sekarang mereka telah kembali ke Indonesia.

"Naya" panggil Yolanda.

Mendengar namanya di panggil, Naya langsung memutar tubuhnya melihat orang tersebut yang baru saja memanggil namanya adalah Yolanda.

"Apa yang sedang kamu lakukan disini Nay?" tanya Yolanda melihat.

Kedua orang itu berada di taman belakang.

Naya tersenyum, "Seperti biasa, aku sangat menyukai menikmati udah segar di pagi hari".

Yolanda tertawa, "Kamu ada-ada saja. Ini sudah jam 11 siang. Kenapa kamu berkata ini masih pagi? Oh iya, aku ingin memberitahu mu kalau bulan depan aku akan menikahi pria pujaan hati ku. Kamu tau siapa dia kan?".

Dan lagi-lagi Naya tersenyum, "Mmmmm, aku tau".

"Bagus deh kalau kamu tau Nay. Terus, apa kamu tidak berencana menikah? Umur kamu terbilang tidak mudah lagi. Bahkan, kamu lebih tua dari ku. Ayolah, menikahlah Nay. Kamu tidak bosan tinggal dirumah ini terus? Aku saja yang baru kembali dari Amerika sudah bosan. Apalagi kamu yang sejak kecil tinggal disini".

Naya menghela nafas, "Entahlah, untuk saat ini aku belum kepikiran menikah. Tidak tau kalau tahun depan".

"Wah, sepertinya kamu sedang melihat seseorang nih untuk dinikahi. Iyakan? Ayo kamu ngaku".

"Tidak. Terus, kapan tanggal pernikahannya? Kamu sudah membicarakan kepada paman dan bibi kalau kamu mau menikah?".

"Tentu saja mereka tau Nay. Bahkan keluarga Reyhan sendiri yang mempercepat pernikahan ini. Sepertinya mereka tidak sabar lagi ingin segera memiliki cucu dari kami berdua Nay. OMG!".

"Selamat yah. kamu sangat beruntung sekali bisa mendapatkan Reyhan pria tampan yang sangat pekerja keras dan juga dari keluarga terpandang".

"Mmmmm, aku sangat bahagia sekali Nay. Aku jadi tidak sabar lagi ingin menikah dengannya hahahaha".

Reyhan Dirgantoro... Ia baru saja mendirikan sebuah perusahaan besar yang berada di tengah pusat ibu kota. Perusahaan ia bergerak di bidang ekspor dan impor bahan mentah dari tanah air tercinta. Sejak kecil, ia sudah di ajarkan menjadi seorang pengusaha muda oleh sang ayah Lukman Dirgantoro dan keinginan itu pun benar-benar terjadi.

"Tuan, ada meeting jam 1 siang nanti" ucap Paris sekretaris Reyhan.

"Mmmmm" jawab Reyhan menghentikan pekerjaannya menatap Paris. "Bulan depan aku akan menikah".

Paris tersenyum, "Apa dia nona Yolanda tuan?".

"Mmmmm, dia cantik bukan?" senang Reyhan memuji sang calon istri.

"Iya tuan, dia cantik dan juga dewasa. Saya rasa, dia benar-benar tipe ideal tuan".

"Benar, dia sangat tipe ideal ku sekali. Aku sangat bersyukur sekali bisa menikahi dia. Kira-kira, cincin pernikahan seperti apa yang harus aku beli untuknya Paris? Kamu tau?".

Paris bergumam, lalu mengeluarkan ponselnya dari dalam jas menunjukkan sebuah gambar di hadapannya. "Bagaimana kalau ini menurut tuan?".

"Ini cincin keluaran terbaru dari brand xx tuan".

Reyhan menatap cincin tersebut dengan intens, lalu ia tersenyum. "Mmmmm, kamu ambil cincin itu sekarang juga. Aku rasa dia akan menyukainya".

"Baik tuan".

Paris kemudian keluar dari dalam ruangannya. Reyhan mendengar ponselnya berdering mendapatkan panggilan dari sang kekasih yang tak lain adalah Yolanda.

"Iya sayang?".

"Coba kamu tebak aku dimana?".

Reyhan mengernyitkan dahi, "Aku tidak tau sayang. Kamu sedang dimana?".

Ceklek!

"Taraaaa... Aku disini Reyhan".

Reyhan pun tertawa senang, ia bangkit berdiri dari kursi kebesarannya menghampiri Yolanda langsung memeluknya dengan sangat erat dan juga memberikan ciuman yang begitu sangat keduanya sukai.

"Hahahaha... Aku membawa bekal makan siang untuk mu sayang" Yolanda menaruh diatas meja. Namun saat itu juga Reyhan malah menjatuhkan tubuh Yolanda diatas sofa sembari menyentuh pipi mulus sang kekasih dengan lembut.

Yolanda tersenyum senang, ia tau kalau Reyhan sudah memperlakukannya seperti ini. Itu artinya, Reyhan sedang mengajaknya bercinta. Dan benar sekali, Reyhan kini menciumi leher jenjangnya dan juga kedua tangannya tak henti-hentinya meraba anggota tubuhnya.

"Sayang, apa kita akan melakukannya disini?" bisik Yolanda.

Reyhan menghentikan aksinya, ia melihat keambang pintu segera membawa tubuh Yolanda ke dalam ruangan istirahat yang biasanya ia gunakan. Disana keduanya telah berada di atas ranjang, Yolanda lalu memberikan ciuman dan di balas oleh Reyhan hingga ciuman itu semakin lama semakin panas.

"Rey, aku sangat menyukai setiap sentuhan mu. Kamu selalu berhasil membuat ku bergairah" ucap Yolanda begitu sangat seksi di kedua telinga Reyhan.

Reyhan lalu melepas satu persatu pakaian yang melekat di tubuh kekasih, "Sayang, aku mencintai mu, aku sangat mencintaimu. Aku ingin segera memiliki mu" hingga tubuh keduanya polos tanpa dibaluti sehelai benang pun yang tersisa disana.

Reyhan menatap setiap lekukan tubuh Yolanda begitu sangat indah dan menyentuhnya kembali hingga tangan Reyhan berhenti di buah dada Yolanda.

"Aakkhhh....!!" Yolanda memberikan desa*han membuat Reyhan semakin bersemangat mencium pu*tingnya. Dan lagi-lagi suara merdu itu Reyhan dengarkan. Dan sekarang, terjadilah percintaan di keduanya.

.

Sore ini hujan turun, Naya berada di dalam kamar, ia melihat keluar jendela kamar dengan tatapan kosong mendengar setiap rintikan hujan.

Lama beberapa menit, Naya mendengar seseorang mengetuk pintu kamarnya. Mengetahui dari suara tersebut, Naya langsung bisa menebak kalau orang itu adalah sang bibi.

Ia lalu membuka pintu.

"Iya Bi?".

"Sedang apa kamu di dalam kamar?" tanyanya dengan suara kasar. "Ayo ikut aku, ada pekerjaan yang harus kamu kerjakan".

Tanpa menolak, Naya pun mengikuti dari belakang.

"Duduk!".

Naya mengernyitkan dahi, ia merasa heran kepada bibinya itu yang tiba-tiba menyuruhnya duduk.

"Tidak usah melihat ku seperti itu. Sekarang kamu duduk".

Naya kemudian melihat pamannya itu juga berada disana bersama dengan Loiner.

"Ada apa paman?" tanyanya.

"Duduklah dulu Nay. Ada hal penting yang ingin kami bicarakan dengan mu".

"Iya paman, apa itu?".

"Begini Nay" Sang paman menarik nafas. "Kira-kira kapan rencana mu menikah? Bulan depan Yolanda akan segera menikahi putra dari keluarga besar Dirgantoro. Paman rasa kamu mengenal calon suami Yolanda".

Naya terdiam.

Bab 2

1 bulan kemudian, hari ini adalah hari pernikahan Yolanda bersama dengan sang kekasih Reyhan Dirgantoro. Keduanya terlihat sudah cantik dan tampan, mereka benar-benar terlihat sangat bahagia.

"Kamu sangat cantik sekali Yolanda" Naya memujinya.

Lalu Yolanda melihat Reyhan yang berada di sebelahnya, "Sayang, apakah yang Naya katakan benar?".

"Iya sayang, kamu sangat cantik sekali seperti bidadari. Uummcchh" dengan lembut Reyhan mencium keningnya.

"Akh, kamu jangan melakukan itu di hadapan Naya sayang. Dia bisa iri hahhahah" ia tertawa mengejek Naya. "Semoga kamu segera bertemu dengan jodoh mu, supaya kamu merasakan kebahagiaan yang aku rasakan. Iyakan sayang?".

Reyhan melirik Naya, lalu ia tersenyum tipis di balas oleh Naya.

Tidak lama setelah itu, sang ibunda Yolanda masuk ke dalam menyuruh mereka bersiap karna acara pernikahan akan segera di mulai.

Mendengar itu, Reyhan pun pergi meninggalkan mereka. Dan sekarang tinggallah mereka bertiga.

"Kalau begitu, aku juga kelua...

"Naya" sang bibi menghentikan langkahnya. Ia menatap Naya dengan tatapan mata tidak suka. "Jangan pernah kamu mencoba untuk merebut suami Yolanda".

"Mama!" Yolanda menegurnya. "Mama kenapa berkata seperti itu kepada Naya?".

Sang ibu mendengus, "Kamu itu jangan terlalu polos Landa menghadapi wanita yang satu ini. Kamu tidak tau kalau selama ini mama sering memperhatikan dia selalu mencuri-curi pandang kepada Reyhan. Jadi mulai sekarang, kamu harus hati-hati kepadanya".

Yolanda melirik Naya yang hanya diam saja tidak menanggapi perkataan sang bibi.

"Apa iya Nay? Apa iya benar apa yang baru saja kita berdua dengar?".

"Tidak, apa yang bibi bilang itu tidak benar Yolanda. Kenapa kamu harus mempercayainya?".

"Iya ma. Apa yang Naya bilang benar. Kenapa aku harus mempercayai perkataan mama jika buktinya tidak ada" Yolanda sedikit menghilangkan rasa curiganya mengenai apa yang sang ibu katakan.

Dan lagi-lagi sang ibu mendengus kesal, "Ya sudah kalau kamu tidak percaya. Mama hanya memperingatkan kamu saja. Sudah, bersiap lah. Waktunya tinggal 16 menit lagi".

Naya lalu pergi meninggalkan mereka, ia memasuki aula tanpa sedikitpun memikirkan perkataan sang bibi yang berkata kalau ia sering mencuri pandang kepada suami Yolanda.

"Nay" seorang wanita cantik yang anggun memanggil namanya. Yang tak lain adalah saudara perempuan Reyhan. "Ayo sini duduk Nay".

"Iya kak Nessa" angguk Naya menghampirinya. Lalu Naya melihat putri mungil Nessa diatas pangkuannya, ia menyentuhnya memberikan sentuhan sayang. "Tidak terasa, Fani sudah semakin besar kak Nessa".

"Mmmmm, dia cantik seperti kamu Nay".

Kedua orang itu tertawa kecil hingga mereka mendengar suara mic dari depan mengatakan kalau pengantin akan segera masuk.

Ceklek!

Suara tepuk tangan langsung menggelegar di dalam ruangan tersebut. Naya melihat Nessa begitu sangat bahagia dan juga semua orang yang ia kenal disana.

"Wah Nay, lihatlah Yolanda sangat cantik sekali. Dia benar-benar sangat cantik sekali" ucap Nessa memuji adik iparnya itu. Dan kini Reyhan telah menjemput Yolanda dari kedua orang tuanya. Aura kebahagiaan begitu sangat terpancar di wajah tampan Reyhan.

"Nak Reyhan. Om dan Tante akan memberikan putri satu-satunya kami kepada mu. Tolong jaga dia sama seperti kami menjaga dia selama ini. Kasihi dia, sama seperti kami mengasihi dia selama ini. Tolong berikan yang terbaik untuk dia, sama seperti kami memberikan yang terbaik kepadanya. Bisakah kamu berjanji akan hal itu menantu ku?".

Reyhan meneteskan air mata begitu juga dengan Yolanda. "Iya pah. Segenap hati ku dan segenap hidup ku aku akan melakukan seperti yang baru saja papa ucapkan".

"Terima kasih menantu ku. Begitu juga dengan putri ku, apa kamu juga bisa melakukan apa yang tadi papa katakan kepadanya?".

Yolanda mengangguk menghapus air matanya, "Iya pah. Seperti yang papa tadi katakan. Aku akan melakukannya segenap hati ku".

"Terima kasih putri ku. Kini saatnya papa dan mama melepaskan kamu dari tengah-tengah kami. Sekarang kamu telah menjadi bagian dari keluarga Dirgantoro. Papa sama mama sangat bahagia sekali".

"Terima kasih pah".

Yolanda langsung menerima uluran tangan Reyhan. Keduanya pun menghadap kepada sang pendeta yang akan memberkati mereka.

"Apa kalian berdua sudah bersiap?" tanya sang pendeta.

Kedua orang itu saling tatap menatap satu sama lain sambil menjawab bersama.

"Iya, kami sudah bersiap".

Pendeta melihat mereka, "Kepada kedua mempelai pengantin pria dan wanita. Apa kedua belah pihak benar-benar sudah siap?".

"Sudah amang" jawab mereka.

"Kalau begitu, kita akan memulai pemberkatan ini di dalam nama Tuhan Yesus Kristus".

.

Berlangsungnya pemberkatan ini, semua tamu undangan yang ada disana memberikan selamat kepada kedua belah pihak keluarga tersebut. "Selamat tuan Lukman, akhirnya Reyhan menikah juga" ucap salah satu rekan bisnis Lukman kepada sepasang suami istri itu. Mereka lalu tertawa bersama.

Sedangkan Naya, begitu acara pemberkatan itu selesai. Ia keluar dari dalam mencari udara segar.

"Hhhmmss..." Naya menghirup udara segar.

"Sedang apa kamu disini?" Loiner tiba-tiba muncul di belakang Naya. "Kenapa kamu tidak di dalam?".

Naya melihatnya, "Aku sedang menghirup udara segar disini. Lalu bagaimana dengan mu? Kenapa kamu tidak di dalam?".

Loiner tersenyum tipis, "Sama seperti dengan mu. Aku ingin menghirup udara segar disini".

Kedua orang itu lalu mendiam, mereka asik melihat kearah danau yang begitu sangat indah. Apalagi di pandang di malam hari, suasananya begitu sangat berbeda.

"Lalu, apa kamu sudah memikirkan apa yang pernah papa bicarakan dengan mu?".

Naya tersenyum garing, "Aku belum memikirkan sampai kesana. Aku masih ingin menikmati kesendirian ku" jawab Naya.

Di balik kedua orang tua Loiner memaksakan Naya menikah, itu semua agar mereka bisa menguasai seluruh harta peninggalan kedua orang tua Naya. Hanya saja Naya tidak mau mengatakan itu, meskipun yang sebenarnya ia sangat tau kalau tujuan mereka adalah itu.

"Kenapa? Umur mu tidak mudah lagi. Kamu tidak lihat, Yolanda saja sudah menikah. Wanita tidak bagus menikah di umur kepala tiga. Apa kamu tidak memikirkannya? Atau kamu mau aku carikan jodoh yang lebih baik?".

"Tidak usah. Kalau nantinya aku sudah berniat untuk menikah. Aku akan mencarinya sendiri".

"Mau sampai kapan? Sampai kamu sudah tua?".

"Tidak, jika aku sudah siap nanti".

Loiner tertawa sumbang, "Baiklah kalau itu benar-benar mau kamu. Aku juga tidak bisa memaksakan mu untuk segera menikah".

Naya tersenyum tipis, ia melirik Loiner yang sedang kesal kepadanya. Namun ia sama sekali tidak perduli, karna kebusukan mereka begitu sangat ia tau.

Kemudian Loiner mengeluarkan sebatang rokok dari dalam bungkusnya, "Kamu mau merokok?" ia mencoba menawarkan kepada Naya.

"Tidak, aku pergi dulu".

Tetapi Loiner langsung menahan pergelangan tangan Naya membuat ia menghentikan langkah kakinya. "Kenapa?" Naya melihat tidak suka.

Loiner tersenyum sinis, "Sebaiknya kamu pikirkan kembali. Jangan melakukan hal yang bakalan kamu sesali suatu saat nanti" setelah itu Loiner melepaskan tangannya pergi meninggalkan Naya yang mematung disana.

Bab 3

Malam ini adalah malam pertama bagi Reyhan dan Yolanda. Mereka baru saja resmi menjadi sepasang suami istri yang saling mencintai satu sama lain.

"Rey, hari ini sangat melelahkan sekali. Bisakah kamu memijit disini ku?" Yolanda mendekati sang suami diatas ranjang. Ia membuka sedikit pakaiannya menunjuk kepada Reyhan di bagian mana yang harus ia pijit.

Tanpa menolak permintaan sang istri, ia langsung mengiyakan permintaannya dengan memijit di area yang Yolanda tunjuk.

"Aduh, enak sekali sayang. Pijitan mu begitu sangat nikmat".

"Benarkah sayang" merasa sedikit lelah Reyhan meremas bagian kesukaannya membuat Yolanda tersenyum memukul kedua tangan Reyhan. "Ayo sayang, apa kita sudah bisa memulainya? Malam ini kita berdua akan membuat momen yang paling panjang".

Yolanda memutar tubuhnya, ia kemudian merangkul leher Reyhan memberikan beberapa kecupan disana sambil membisikkan sesuatu yang membuat Reyhan menjatuhkan tubuh Yolanda. Lalu ia mencium bibir itu, hingga ciuman mereka berlangsung cukup lama, bahkan satu persatu keduanya membuka pakaian mereka masing-masing.

Dan kini Reyhan melepaskan, ia tersenyum mengusap bibir ranum Yolanda dengan pandangan mata nafsu.

"Aku mencintai mu istri ku".

"Aku juga mencintai mu suami ku".

_

_

Naya berada di dalam kamar begitu mereka meninggalkan gedung tempat Yolanda melangsungkan pernikahan. Naya lalu membuka jendela kamar, ia menatap lurus menghirup udara segar.

Lama beberapa menit Naya termenung seorang diri, ia mulai merasa kedinginan menutup jendela kamar itu kembali menaiki tempat tidur.

Tok... Tok....

"Nona, apa nona sudah tidur? Ini aku Mira. Boleh aku masuk nona?".

Naya membuka matanya, "Aku belum tidur Mira. Masuklah".

Mendengar jawaban Naya, Mira segera membuka pintu kamarnya melihat Naya yang belum tidur diatas ranjangnya.

"Hehehehe... Aku pikir nona sudah tidur".

"Ada apa Mira? Kenapa kamu juga belum tidur? Ini sudah hampir jam 12 malam".

Mira mendengus sedih, "Aku juga tidak tau nona kenapa aku tidak bisa tidur".

"Jadi karna itu kamu datang kemari?".

"Mmmmm, siapa tau karna aku datang kemari. Aku jadi mengantuk nona. Lalu bagaimana dengan nona? Apa nona belum mengantuk atau karna aku datang kemari? Tolong maafkan aku nona. Kalau nona sudah merasa ngantuk, aku akan pergi".

"Tidak Mira, aku juga belum mengantuk, dan karna itu juga aku belum tidur. Ayo duduk".

"Terima kasih nona" keduanya duduk bersama. "Lalu bagaimana pesta pernikahan nona Yolanda? Pasti sangat meriah sekali".

"Mmmmm, sangat meriah sekali. Kedua pengantin begitu sangat bahagia".

"Wah, aku tidak bisa bayangkan betapa cantiknya nona Yolanda".

Kemudian Naya menyambar ponselnya, ia langsung menunjukkan foto Yolanda yang berpakaian pengantin kepada Mira membuat ia tersenyum senang.

"Cantik sekali. Tuan Reyhan dan nona Yolanda benar-benar pasangan serasi sekali nona. Terus, nona Naya kapan menikah? Aku juga ingin sekali melihat nona Naya menikah seperti nona Yolanda".

Tersenyum, "Untuk saat ini aku belum kepikiran untuk menikah Mira. Aku belum bisa melakukan itu".

"Kenapa nona? Ayolah, nona juga harus memikirkan masa depan nona. Entah kenapa, setiap kali aku melihat nona mendapatkan amukan dari nyonya aku selalu merasa kasihan kepada nona. Karna itu aku berkata kepada nona seperti itu".

"Jangan khawatir Mira, aku baik-baik saja. Sekarang kamu pergilah beristirahat. Besok kamu harus bangun".

Mira mengangguk mengerti, ia lalu pergi meninggalkan kamar Naya. Lalu Naya membaringkan tubuhnya kembali yang terasa sangat lelah. Tidak lama setelah itu, ia pun terlelap.

_

Dan sekarang matahari kembali terbit, sepasang suami istri masih menutup kedua mata mereka masing-masing. Namun setelah beberapa menit lamanya, Yolanda membuka mata melihat Reyhan masih menutup mata.

"Uummcchh... Uummcchh.. Uummcchh...".

Yolanda memberikan kecupan yang begitu sangat lembut di dada bidang Reyhan yang membuat ia langsung membuka kedua matanya melihat Yolanda masih memberikan kecupan itu di dada bidangnya.

"Sayang" Reyhan tersenyum di balas olah Yolanda sang istri tercinta.

"Kamu sudah bangun Reyhan? Apa aku menganggu tidur mu sayang?".

"Tidak sayang, kemari lah" Reyhan menarik tubuh Yolanda semakin ke atas agar ia semakin leluasa mencium bibir ranum Yolanda.

"Hahahaha.. Apa kita akan memulainya lagi Rey? Aku juga masih menginginkannya".

"Baiklah sayang, apa yang tidak aku lakukan kepada mu".

Keduanya pun kembali melupakan hasrat mereka hingga jam telah menunjukkan pukul 9 pagi lewat 30 menit. Setelah itu, mereka memasuki kamar mandi membersihkan tubuh mereka masing-masing. Begitu selesai, Yolanda memperhatikan betapa gagahnya tubuh sang suami.

"Ada apa sayang? Kenapa kamu memperhatikan aku seperti itu hhhmmm?" Reyhan tersenyum dibalas oleh Yolanda.

"Tidak apa-apa sayang".

"Benarkah?" Reyhan mencoba menarik tubuh Yolanda. Namun Yolanda segera menghindari ya sambil tertawa. "Ayolah sayang kalau kamu masih menginginkannya".

"Hahahaha.. Tidak Rey. Aku sudah selesai mandi. Lagian kita berdua belum sarapan. Bagaimana kalau sudah selesai sarapan?".

"Mmmmm" Reyhan berpikir. "Baiklah kalau begitu sayang. Ayo".

"Ayo".

Sekarang mereka berada di restoran, keduanya memesan sarapan pagi. Sambil menunggu pesanan mereka tiba, Yolanda membuka ponselnya begitu juga dengan Reyhan. Tetapi keduanya berbeda, Reyhan membuka ponselnya untuk urusan kerja. Sedangkan Yolanda, ia mencari tempat untuk mereka pergi berbulan madu. Kemudian Yolanda menemukan sebuah tempat yang sangat bagus untuk mereka berbulan madu yaitu Maldives Maladewa.

"Rey, kamu lihat ini" Yolanda menunjukkan layar ponselnya.

Reyhan mengernyitkan dahi, "Kenapa sayang?" tanyanya.

"Ck, tempat untuk kita bulan madu Rey. Aku mau kita berdua bulan madu ke Maldives Maladewa. Bagaimana? Kamu menyukai tempat ini tidak?".

Reyhan tersenyum, ia melihat kekecewaan di wajah sang istri membuat ia gemas. "Kamu mau kita kesana bulan madu sayang?".

"Mmmm, aku mau kesana bersama mu".

"Baiklah, besok pagi kita akan kesana".

Kedua mata Yolanda langsung berbinar-binar, ia terlihat sangat bahagia sekali begitu Reyhan berkata besok mereka akan kesana. Dengan sayang Yolanda memeluknya. Dan sekarang pesanan mereka telah tiba, keduanya segera melahap makanan mereka masing-masing.

_

"Nona!" Mira memanggil Naya. "Nona sedang apa?" ia melihat Naya menyiram bunga di taman belakang. "Pagi ini aku melihat nona Naya terlihat lebih ceria. Apa yang membuat nona seperti ini".

"Naya tertawa kecil, "Kamu ada-ada saja Mira. seperti biasa aku akan selalu seperti ini. Terus, apa pekerjaan mu sudah selesai? Nanti kamu bisa mendapatkan teguran karna sudah kemari".

"Nona tidak usah khawatir, pekerjaan ku sudah selesai nona".

"Benarkah?".

"Mmmmm, karna itu aku kemari. Nona sudah sarapan? Aku belum sarapan nona".

"Kamu menunggu ku Mira?".

"Oooo, bagaimana bisa nona tau hehehehe?".

"Kamu selalu seperti ini Mira. Ayo, aku juga belum sarapan".

Naya meletakkan selang pipa airnya, keduanya masuk ke dalam rumah dengan senyum mengembang di wajah Mira.

"Setiap kali aku bersama dengan nona Naya, aku merasa kalau aku memiliki seorang kakak yang sayang kepada ku hehehe".

"Tidak apa-apa kalau kamu menganggap aku sebagai kakak mu Mira".

"Benarkah bisa nona? Wah, aku sangat senang sekali. Terima kasih nona, terima kasih banyak".

"Iya Mira".

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!