NovelToon NovelToon

Mengejar Cinta Savrinadeya dan Raveena

Antonio Bianchi dan Alexis Accardi

RR's Meal Wine Festival New York Januari Lima Tahun lalu ...

Antonio Bianchi adalah lajang berusia 29 tahun dan dirinya adalah salah satu pemimpin keluarga Bianchi di area Turin, akar dari semua keluarga Bianchi berasal. Antonio merupakan sepupu dari Leia, Luke serta Blaze Bianchi ( Baca The Bianchis ) dan meskipun semua orang tahu dirinya seorang mafia, tapi dia juga seorang dosen yang mengajar di fakultas hukum University of Turin selain pengusaha anggur keluarga Bianchi.

Dan hari ini, Antonio datang bersama dengan asistennya Alexis Accardi yang lebih muda dua tahun darinya dan berdarah campuran Italia - Inggris itu untuk mempromosikan wine buatan kilang anggur miliknya di festival wine yang diadakan oleh pemilik RR's Meal, Rajendra McCloud.

Kedua pria yang sama-sama memiliki wajah tampan itu pun masuk ke dalam RR's Meal yang sudah disulap menjadi arena pameran dan promosi wine.

Antonio Bianchi

Alexis Accardi

"Antonio!" sapa Rajendra melihat keponakannya datang.

"Oom Jendra. Apa kabar?" sapa Antonio sambil memeluk cucu Elang McCloud itu.

"Alhamdulillah baik. Alexis" sapa Rajendra ke asisten Antonio.

"Signor McCloud." Alexis mengangguk hormat ke CEO RR's Meal itu.

"Anak buahmu sudah menyusun wine dari keluarga Bianchi."

"Iya Oom. Apakah Tante Aruna akan datang?"

"Sayangnya Tante mu harus mengurus RR's Meal yang di Soho" senyum Rajendra. "So, enjoy the show Antonio. Oom masih harus bertemu dengan banyak orang."

"Iya Oom. Terimakasih." Antonio pun menghampiri tempat pameran wine milik keluarga Bianchi.

***

Rama McCloud dan putrinya Savrinadeya tiba di RR's Meal Hell's Kitchen. Seharusnya dirinya datang bersama dengan Astuti tapi putra bungsunya Devan, mengalami radang tenggorokan. Meskipun sudah berusia 13 tahun, tapi Devan masih manja dengan sang mommy kalau sakit. Jadi Rama datang bersama dengan putri sulungnya yang berusia 15 tahun dan akan lulus SMA pertengahan tahun ini.

Kamu nggak papa kan Deya, temani Daddy? Rama menatap putri cantiknya dengan menggunakan bahasa isyarat.

Tidak apa-apa, Dad. Mbak Dira juga datang kok. Katanya Tante Aruna harus ke Soho. Savrinadeya tersenyum manis ke hot daddynya.

Jika tidak tahu kalau keduanya ayah dan anak, pasti banyak yang berpikir macam-macam karena Rama yang memiliki wajah mirip dengan opanya, Elang McCloud, masih awet muda.

Rama menggandeng Savrinadeya masuk ke dalam restauran RR's Meal. Putrinya sendiri termasuk mungil jika dibandingkan dengan dirinya yang 184cm. Deya mirip sang mommy yang bertinggi 167 cm dengan tubuh khas wanita Indonesia meskipun wajahnya campuran antara dirinya dan Astuti.

Savrinadeya memang mendapatkan gen tuna rungu seperti dengan Astuti dan Rama sudah tahu sejak Deya berusia dua hari setelah sang Tante, Siera Hayami yang seorang dokter anak memberi tahukan hasil test putrinya.

Bagi Rama, Savrinadeya adalah tetap putri yang spesial sama dengan halnya Devan yang terlahir normal. Putrinya adalah anak cerdas dan selalu berprestasi di sekolah khusus tuna rungu di Manhattan.

Deya juga memiliki kepercayaan diri yang bagus berkat didikan Astuti yang merupakan mantan guru sekolah khusus tuna rungu di Jakarta dulu. Rama sangat bersyukur mendapatkan wanita seperti Astuti yang memiliki semua yang dicarinya sebagai seorang istri dan ibu.

"Halo Dik" sapa Rajendra sambil menyambut Rama, adik tirinya karena mereka lahir dari wanita yang berbeda tapi merupakan saudara kembar.

"Halo mas. Wah, ramai juga ya tahun ini" ucap Rama sembari melihat bagaimana banyak pengusaha wine baik yang sudah lama maupun baru.

"Iya. Apa kamu mau mencobanya?" tawar Rajendra.

"No, aku nyetir mas. Deya kan belum ada SIM meskipun sudah bisa mengemudi" kekeh Rama.

"Kalian keliling saja sebab mereka juga menyediakan banyak Snack dan makanan pendamping untuk wine." Rajendra menghela adik dan keponakannya untuk berkeliling.

Savrinadeya melihat adanya Kaltbach Le Crèmeux cheese yang merupakan keju buatan Switzerland diimpor langsung oleh Rajendra. Disampaing itu ada herbed blackberry and cheese crackers.

Kaltbach Le Crèmeux cheese

herbed blackberry and cheese cracker

Savrinadeya mengambil sedikit keju itu dengan sebuah roti kecil. Rama tahu putrinya sangat menyukai keju jadi sudah pasti dirinya tidak tahan untuk tidak mengambil keju terlebih dahulu.

Enak kejunya? tanya Rama.

Savrinadeya mengangguk sambil tetap mengunyah keju impor itu.

"Dasar kamu tuh" kekeh Rama sambil mengelus kepala putrinya.

"Deyaaaa!"

Rama dan Savrinadeya menoleh ke sumber suara. Meskipun Deya tuna rungu, tapi dia bisa mendengar melalui hearing aid terbaik yang dibuat oleh Oomnya Aji Yung yang juga tuna rungu bekerja sama dengan iparnya Jang Geun-moon dan keponakannya Bayu O'Grady untuk membuat alat bantu dengar dengan kwalitas terbaik.

"Mbak Dira" sapa Savrinadeya sambil menggunakan bahasa isyarat.

"Oom Rama, apa kabar?" Nadira mencium punggung tangan adik ayahnya.

"Alhamdulillah baik. Kamu gimana? Benar jadi asisten dosen?" senyum Rama ke putri sulung Rajendra itu.

"Jadi lah Oom. Seru mengajar anak baru" gelak Nadira. "Oom, ada beberapa rekan bisnis McC Customs lho. Tadi nyari Oom ke Daddy."

Rama melihat ke arah Rajendra yang dikerumuni beberapa klien perusahaan milik keluarga McCloud.

"Oom kesana dulu ya Dira. Titip Deya" ucap Rama ke keponakannya yang cantiknya mirip sang mommy Aruna.

"Sudah, Oom tenang saja. Ada aku kok!"

Rama mengangguk ke kedua gadis cantik itu lalu menemui Rajendra dan para rekan bisnisnya.

"Yuk kita jalan-jalan" ajak Nadira dengan menggunakan bahasa isyarat. Di kalangan generasi keenam, hanya Nadira dan Shinichi Park yang fasih menggunakan bahasa isyarat selain keluarga inti Savrinadeya.

Mau kemana kita mbak?

Nadira hanya tersenyum. "Cari makanan enak dong! Masa kamu cuma mau makan keju doang?! Tenang Daddy sudah menyiapkan banyak makanan."

Keduanya pun berkeliling bertemu dengan para pengusaha wine dari berbagai negara apalagi saat mereka mengetahui bahwa Nadira adalah putri Rajendra McCloud, CEO RR's Meal dan Savrinadeya putri Rama McCloud, CEO McC's Custom.

Keduanya pun tiba di area wine keluarga Bianchi dan Nadira langsung sumringah melihat Antonio Bianchi datang bersama dengan Alexis Accardi.

"Bang Antonio! Bang Alexis!" panggil Nadira membuat dua pria tampan itu menoleh.

"Nadira McCloud! Aku kira kamu tidak datang" senyum Antonio sambil memeluk Nadira dan memberikan ciuman pipi kiri kanan.

"Datanglah! Apa kabar bang Alexis?" sapa Nadira.

"Kabar baik Nona Nadira" jawab Alexis sambil mengangguk hormat.

"Siapa ini Dira?" tanya Antonio yang belum pernah bertemu dengan Savrinadeya.

"Oh kenalkan, ini sepupu aku, Savrinadeya, putri Oom Rama McCloud. Deya ini Bang Antonio Bianchi, sepupunya duo L dan Bee. Kalau ini asistennya, bang Alexis Accardi."

Savrinadeya tersenyum manis sambil mengulurkan tangannya yang mendapatkan ciuman di punggung tangannya dari bibir Antonio. Wajah ayu Savrinadeya memerah melihat sikap Antonio Bianchi.

"Senang bertemu denganmu, Deya" senyum Antonio.

"Terimakasih" jawab Savrinadeya dengan sedikit celad yang membuat Antonio dan Alexia sedikit terkejut.

"Deya tuna rungu bang. Tapi bisa mendengar kok jadi santai saja. Cuma kalau kalimat panjang, Deya lebih fasih pakai bahasa isyarat. Tenang, aku terjemahkan nanti" papar Nadira.

Antonio mengangguk. "You're so beautiful."

Wajah Savrinadeya yang sudah normal warnanya, kembali memerah.

"Dasar pria Italia!" gelak Nadira.

Savrinadeya McCloud

***

Yuhuuuu Launching Yaaaa

Semoga Suka spin off the Bianchis

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️🙂❤️

Leia ke Turin

RR's Meal Hell's Kitchen New York

Antonio menatap wajah ayu Savrinadeya dan menurutnya, nama gadis itu sesuai dengan karakter nya. Deya tampak sangat dewasa bukan tipe perempuan yang aneh-aneh. Arti nama Savrinadeya sendiri adalah pembela kebajikan dari bahasa Sansekerta.

"Sepupuku tidak datang kemari?" tanya Antonio ke Nadira.

"Yang benar saja bang. Leia kan persiapan apartemen di Tokyo bareng Luke dan Oom Luca."

"Ah iya. Deya, boleh aku panggil begitu?" tanya Antonio ke Savrinadeya.

Deya mengangguk. Ada apa bang Antonio?

Nadira menerjemahkan ke Antonio.

"Cari makan yuk. Abang belum makan ini..."

Deya menatap Nadira yang melongo mendengar rayuan receh Antonio.

"Bang, Deya baru 15 tahun lho" kekeh Nadira.

Kali ini giliran Antonio yang terkejut. "Yang benar Dira? Dia tidak seumuran Eagle?"

"Nggak yaaa. Deya seumuran sama Juliet, Garvita dan Arabella."

Antonio semakin galau. Sekalinya tertarik dengan cewek, kenapa aku seperti Oom-oom pedofil?

Savrinadeya menatap Antonio. Jadi makan nggak bang? Deya juga lapar ini.

"Apaan Dira?"

"Jadi makan nggak bang? Lapar kita."

Antonio tersenyum. "Jadi dong! Yuk!" Pria Italia itu menghela Deya dan Nadira menuju tempat makanan berada. "Alexis, kita makan dulu."

"Sì Signor."

***

Savrinadeya memperhatikan bagaimana interaksi Nadira dengan Antonio Bianchi yang tampak akrab bagaikan sepasang kekasih kalau orang salah menilai.

Tapi jika dilihat lebih seksama, keduanya memang akrab sebagai kakak dan adik. Gadis berusia 15 tahun itu pun hanya tersenyum mendengar ejekan Nadira soal bujangan abadi ke Antonio.

"Really Dira? Kamu itu sangat membuat hatiku sedih. Aku belum punya kekasih karena sibuk bekerja apalagi kemarin kita dilanda resesi seluruh dunia. Kami bukan macam keluarga mu yang keuangannya aman, Dira."

"Eh, kita juga harus berhemat, bang. Yang penting semua pegawai mendapatkan gaji bulanan meskipun harus dipotong."

"Iya tapi kalian cadangan devisanya kan kuat."

Alexis melirik ke arah Savrinadeya yang tersenyum tipis melihat keributan di hadapannya. "Signora Savrinadeya, anda mau tambah lagi?"

Savrinadeya terkejut mendengar suara Alexis hanya menggelengkan kepalanya.

"Kamu tambah apalagi Deya? Bang Tonio ambilkan."

Deya menggeleng. Tidak terima kasih. Sudah cukup.

"Deya, kamu masih SMA?" tanya Antonio.

Tahun ini lulus dan akan kuliah di Gallaudet University di Washington DC.

Antonio melongo. "Oom Rama kasih ijin?"

Deya mengangguk. Aku sudah lolos ujian masuk kok. Ambil psikologi anak.

"Hebat!" puji Antonio dan Alexis bersamaan.

Savrinadeya hanya menunduk dengan wajah memerah membuat Antonio gemas dengan gadis ayu itu.

"Nadira, memang ada kampus khusus tuna rungu?" tanya Antonio bingung karena dirinya memang tidak tahu selain pekerjaan di kampus dan kilang anggurnya.

"Ada lah bang. Gallaudet itu kampus prestige untuk kaum tuna rungu. Aku kemarin mengantarkan Deya kesana bersama dengan Oom Rama. Kampusnya sangat tenang dan nyaris tidak ada suara sedikitpun karena semua mahasiswa nya adalah tuna rungu."

"Jadi harus menggunakan bahasa isyarat untuk mengobrol?"

"Iya dong bang."

Antonio mengambil ponselnya dan mencoba browsing universitas itu. "Apakah dosennya juga tuna rungu?"

"Most of them."

"Kenapa Deya tidak ambil kuliah di New York?" tanya Antonio.

"Karena yang di New York tidak ada jurusan psikologi" jawab Deya. "Aku ingin menjadi konselor anak-anak berkebutuhan khusus seperti aku."

Antonio menatap kagum ke gadis belia itu tapi memiliki pemikiran yang dewasa. "That's so awesome, Deya."

Savrinadeya tersenyum mendengar pujian Antonio.

***

Sejak pertemuan pertama kali dengan Savrinadeya, Antonio merasa dirinya jatuh cinta ke gadis itu.

Ya ampun tomat! Dia separuh usia kamu! Antonio menatap berkas tugas para mahasiswa nya dengan tidak konsentrasi. Wajah ayu Savrinadeya terpatri di otak dan matanya.

"Lama-lama aku bisa gila ini!" gumam Antonio.

Suara ponselnya berbunyi dan tampak nama Alexis disana. "Ya Alexis?"

"Signor, apa anda lupa kalau hari ini Signora Bianchi datang?"

Antonio menatap jam di mejanya. "Oh dang it! Aku lupa!"

"Itulah saya mengingatkan anda" kekeh Alexis.

"Duh, bisa ngamuk anak itu!" Antonio bergegas mengambil jaketnya dan keluar dari ruang kerjanya dan menguncinya.

***

Turin International Airport

Leia Bianchi menatap pemandangan kota Turin dari jendela pesawat yang membawanya dari Tokyo. Mulai hari ini, Leia akan membela tanah milik keluarga dari pihak ayahnya yang hendak diambil oleh keluarga Mancini.

Putri Luca Bianchi dan Emi Takara itu memilih maju untuk menghadapi Dante Mancini karena saudara kembarnya, Luke Bianchi, sudah diplot oleh kakek dari pihak ibunya, Takeshi Takara, menggantikan posisinya sebagai ketua klan Yakuza Takara di Tokyo.

Gadis yang kental darah Jepangnya itu menunggu hingga semua penumpang turun hanya karena dirinya malas berdesak desakan untuk keluar.

Dengan gaya santai dan percaya diri, Leia pun keluar dari pesawat menuju tempat kopernya sedang menunggu giliran di conveyor belt. Gadis itu menyalakan ponselnya dan melihat pesan dari Antonio yang masuk, mengatakan bahwa dirinya sudah menunggu di area kedatangan.

Setelah menunggu agak lama saat kopernya datang, Leia pun berjalan keluar dan gadis itu tersenyum melihat sepupunya.

"Hai cantik" sapa Antonio.

"Hai tampan" balas Leia yang langsung mendapatkan ciuman pipi dari sepupunya itu.

"Kita pulang?"

"Ayo lah. Aku lelah."

***

Mansion Bianchi Turin

"So, kabarnya kamu habis dari New York?" tanya Leia sambil makan siang bersama dengan Antonio. "Ketemu dengan Nadira dan Savrinadeya?"

"Iya. Dira menemani Oom Jendra karena Tante Aruna di Soho sedangkan Deya bersama Oom Rama. Katanya adiknya... siapa namanya?"

"Devan."

"Iya, Devan sakit radang tenggorokan. Jadi Deya yang menggantikan mommynya."

"Bagaimana pameran anggurnya?"

"Magnifico. Kami mendapatkan banyak pembeli baru dari luar New York."

"So, apakah kamu menemukan cewek cantik di New York?" goda Leia melihat wajah Antonio sedikit tidak nyaman.

"Short of..."

Leia melongo. "Really?! Kamu, bujang lapuk yang saingan dengan asistennya ogah mencari cewek, tertarik dengan gadis New York? Siapa itu Tomat? Ayo ceritakan padaku. Siapa tahu aku bisa membantumu."

"Nope. Kamu tidak mengenalnya Lele."

"Oh come on tomat! Masa kamu tega membuatku penasaran binti kepo yang bisa menjadi kebawa mimpi!" rayu Leia.

"Nggak ya Lele, aku tidak akan memberitahukan padamu!" balas Antonio galak.

"Whoah! Pak Dosen bisa galak juga ya." Leia terbahak lalu gadis itu memajukan tubuhnya di meja makan yang terbuat dari marmer. "Apakah Savrinadeya?"

Antonio langsung tersedak air putih yang sedang ditenggaknya.

Leia melongo. "What? Deya? Savrinadeya? Mie keriting! Dia masih kecil!"

Antonio hanya diam saja. "Jangan bilang ke Oom Luca dan Oom Rama, Lele. Aku masih mempelajari perasaan aku dulu. Apakah cuma sekedar naksir atau lebih dari itu."

"Oh my God! Aku tidak tahu apa reaksi Daddy dan Oom Rama kalau tahu kamu naksir Savrinadeya." Leia tertawa. "Ya ampun Tomat, she's a baby!"

Antonio hanya manyun.

***

Yuhuuuu Up Siang Yaaaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️🙂❤️

Antonio ke New York

Mansion Bianchi Turin Italia

Hari ini Leia pergi ke London untuk membantu membawa Zinnia keluar dari Brussels Belgia karena kasus fitnah yang dibuat oleh Stefanus dan keluarga nya.

Antonio merasa gabut karena sudah menyelesaikan semua tugasnya menjadi dosen, akhirnya menghubungi Savrinadeya melalui video call.

Tampak gadis itu menerima panggilannya dan Antonio harus menetralisir debaran jantungnya yang berdetak kencang saat menatap gadis ayu itu.

Savrinadeya McCloud

"Halo bang Antonio" sapa Deya dengan menggunakan aplikasi mengetik di layar.

"Halo Deya. Kamu belum berangkat ke Washington DC?" tanya Antonio dengan menggunakan ketikan.

"Belum bang. Minggu depan."

"Berangkat sama siapa?"

"Diantar Daddy dan Mommy. Devan mungkin ikut juga. Kenapa bang?"

Antonio mengelus tengkuknya dengan sedikit gugup. "Kalau Abang ikut mengantar gimana?"

Savrinadeya melongo. "Kenapa bang Antonio mau antar aku?"

Antonio sedikit berdehem. "Kan kamu tahu Abang dosen di University of Turin dan Abang belum pernah tahu Gallaudet University."

"Bang Antonio tidak tahu?"

Antonio menggelengkan kepalanya. "Jujur Abang tidak tahu."

Savrinadeya tersenyum manis. "Kalau Abang mau lihat kampus Deya, boleh kok. Biar tahu dan menjadi perbandingan kampus normal dengan kampus tuna rungu."

"Beneran?"

"Kan Abang dosen jadi ada alasan masuk akal bukan?" senyum Savrinadeya lagi.

Kamu jangan senyum manis begitu dong Deya. Bikin aku diabetes dan jantungan tahu nggak! "Iya Deya. Nanti Abang kabari lebih lanjut ya?"

"Iya Abang." Kali ini Savrinadeya menjawab dengan suaranya yang membuat Antonio mabuk kepayang.

Fix! Aku tidak perduli Oom Rama akan menghajar aku atau Opa Arjuna marah-marah, aku ingin kamu menjadi milikku.

***

Alexis masuk ke ruang kerja Antonio dan terkejut melihat bossnya melamun sambil senyum-senyum sendiri.

"Signor Bianchi? Anda tidak apa-apa?" tanya Alexis.

"Hah?! Oh, aku baik-baik saja Alexis. Ada apa?"

"Signor Mancini ingin bertemu dengan anda."

Antonio mengerenyitkan dahinya. Leia dan Dante Mancini memang ada cerita tersendiri membuat keributan sendiri.

"Leia tidak ada disini."

"Saya sudah bilang Signor tapi dia tetap ngotot!"

"Ya sudah. Suruh dia masuk."

Tak lama Dante Mancini datang ke ruang kerja Antonio Bianchi.

"Dimana Leia?" tanya Dante tanpa basa basi.

"Leia tidak ada di Turin, Mancini" jawab Antonio tenang.

"Dimana kamu sembunyikan sepupumu itu?" Dante menatap tajam ke arah Antonio.

"Aku tidak menyembunyikan Leia, Mancini. Leia pergi karena ada urusan keluarga yang penting."

"Apakah dia kembali ke Tokyo?"

"Tidak, Mancini."

"Lalu? Dia pergi kemana?"

"Aku tidak bisa mengatakan padamu, Mancini." Mata hazel Antonio beradu pandang dengan mata biru Dante.

"Brengseeekkk kamu Bianchi!"

"Just shut up! Leia pergi juga karena ada urusan yang tidak bisa dia tinggalkan! Lagipula..." Antonio memicingkan matanya. "Kalau dia pergi meninggalkan dirimu, itu juga hak dia! Karena kamu sudah membuat Leia kesal!"

Dante Mancini hanya terdiam dan setelahnya dia keluar dari ruang kerja Antonio.

"Haduuuhhh Lele! Kamu itu bikin Mancini kelabakan!" Antonio hanya bisa melengos.

***

New York

Antonio memutuskan untuk berlibur ke New York sekalian menemui Oom dan Tantenya Joey Bianchi dan Georgina O'Grady. Tentu saja Blaze tidak ada karena pergi ke Belgia bersama Leia dan Luke.

Dan kini Antonio duduk di ruangan Joey sambil berkirim pesan dengan Savrinadeya.

"Ada angin apa kamu kemari Tomat?" tanya Joey cuek.

"Bosan di Turin jadi aku kemari sajalah..."

"Apa kamu hendak menemui paman dan bibimu yang tinggal di New York?" Joey duduk di kursinya sambil menatap keponakannya.

"Mungkin tapi aku juga ingin lihat-lihat kota lain. Mumpung aku belum ambil cuti besar aku, kenapa tidak sekarang."

"Memang berapa jatah cuti besar kamu?"

"Masih ada tiga bulan dan aku baru ambil seminggu. So, aku sekalian saja ambil sebulan sambil refreshing."

Joey mengangguk. "Apa hanya di Amerika saja?"

"Aku bosan Eropa!" gelak Antonio.

"Enjoy your day off lah Tomat. Terkadang otak kita butuh refreshing."

"Anda benar Oom."

***

Antonio menikmati acara jalan-jalan sendirian di Manhattan dan Central Park. Selama di New York, Antonio menginap di penthouse Joey yang memang berada di jantung Manhattan.

Antonio tetap berkomunikasi dengan Savrinadeya hingga di hari keberangkatan gadis itu. Antonio memutuskan untuk naik kereta ke Washington DC sehari sebelum Savrinadeya tiba.

Sesampainya di sana, Antonio langsung memesan hotel dan menunggu kedatangan gadis itu bersama dengan keluarganya.

***

Gallaudet University Washington DC

Antonio Bianchi tiba di kampus yang terkenal di kalangan para tuna rungu dan benar kata Nadira, suasana disini berbeda dengan dimana-mana. Lingkungan yang tenang, hanya ada orang-orang melakukan bahasa isyarat tanpa ada suara.

Mungkin suara jarum jatuh ke paving bakalan langsung terdengar dan menggema - batin Antonio. Sebelumnya pria itu mengirimkan email untuk melihat-lihat kampus ke dekan fakultas psikologi.

Antonio bertanya kepada salah seorang mahasiswa untuk memberitahukan tempat dekan fakultas psikologi meskipun dengan bahasa isyarat yang dipelajarinya dadakan.

Setelah tahu dimana tempat nya, Antonio bertemu dengan Christina Reynolds, sang dekan yang ternyata tidak tuna rungu membuat pria Italia itu merasa lega.

"Profesor Bianchi, senang bertemu dengan anda" sapa Christina.

"Profesor Reynolds" senyum Antonio.

"Oh please panggil saya Christina. Apakah saya boleh memanggil anda Antonio?"

"Sure, no problems."

"Ada hal apa anda sebagai salah satu profesor hukum di University of Turin?" tanya Christina bingung. "Anda hanya mengatakan ingin melihat kampus kami? Apakah ada keluarga anda yang kuliah disini?"

"Sebenarnya ada. Adik sepupu saya."

"Apakah dia berkuliah disini?"

"Katanya iya. Namanya Savrinadeya McCloud."

Christina berjalan menuju meja kerjanya dan memeriksa di MacBook nya. "Ya, ada nama mahasiswa baru bernama Savrinadeya. Apakah dia juga tuna rungu?"

"Iya. Deya penyandang tuna rungu."

"Wah, anda benar-benar kakak yang baik tapi kenapa nama belakangnya berbeda?"

Antonio tersenyum. "Dia adik sepupu saya."

"Oh ternyata adik sepupu anda. Apakah..."

"No, tentu saja tidak. Saya tidak minta perlakuan istimewa ke Savrinadeya. Saya hanya ingin melihat kampusnya karena selama ini saya kan mengajar di Turin Italia dan baru kali ini ke kampus khusus tuna rungu" ucap Antonio.

"Adik anda pasti sangat istimewa..."

"Oh yes she is." Antonio tersenyum saat mengucapkan itu membuat Christina paham rasa melindungi seorang kakak ke adiknya, apalagi yang berkebutuhan khusus.

"Apakah anda bisa bahasa isyarat?"

"Sejujurnya, saya baru belajar karena saya tidak sempat mempelajarinya karena kesibukan saya di kampus. Saya bahkan baru ambil cuti besar saya setelah hampir enam tahun tidak saya ambil."

Christina mengangguk. "Ms McCloud sangat beruntung memiliki kakak seperti anda yang sangat perhatian."

"Saya yang beruntung memiliki adik seperti Savrinadeya" jawab Antonio penuh arti.

***

Yuhuuuu Up Malam Yaaaa

Selamat Tahun Baru 2023. Semoga kita diberikan banyak barokah, usia panjang dan good things untuk kita semua plus lebih baik dari tahun 2022.

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️🙂❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!