Hari ini berbeda dari hari biasanya. Dara terlihat diam dan menatap lurus ke arah bagunan tinggi yang ada di sebelahnya. Seperti biasa, di jam istirahat kedua sahabat lawan jenis itu duduk bersantai di lantai paling atas atas atau sering di sebut juga rooftop.
Dara yang biasa terliha ceria dnegan candaan dan tawa renyah, tapi hari ini bagai hujan yang di kabuti oleh mendung.
"Loe kenapa, Ra?" tanya Kairo pelan dan duduk di salah satu pagar pembat sambil menyedot es jeruk yang di belinya di kantin tadi.
Dara menoleh ke arah Kairo, sahabatnya sejak duduk di kelas satu SMA. Kairo memang memiliki rasa suka pada Dara, tapi Kairo tahu, Dara menyukai lelaki lain yang menjadi iddaman para kaum hawa di sekolahnya.
Kairo membalas tatapan sendu Dara. kedua matanya terlihat sedih.
"Loe kenapa, Ra? Gak biasanya begini? Gue tawarin makan juga gak mau," tanya Kairo pelan.
Dara masih diam dan pandangannya teru smenatap lurus ke depan.
"Loe kayak lagi putus cinta aja," ucap Kairo menggoda.
Dara masih diam dan tak bersuara.
"Hei ... Loe denger gue ngomong kan?" ucap Kairo sambil menepuk bahu Dara.
"Loe bener Kai. Gue cuma buat bahan taaruhan Yoshua aja," ucap Dara pelan sekali.
Kairo langsung berjongkok di depan Dara. Ia ingin mendengar seluruh ceritanya tanpa terputus. Apa yang terjadi dnegan Dara sesungguhnya.
"Loe kenapa Ra? Bukannya loe bilang, loe gak percaya sama omongan gue?" tanya kairo pelan. Kairo belum tahu apa yang terjadi sebenarnya.
"Itu karena gue cinta sama Yoshua, gue sayang sama dia. laki -laki yang gue suak sejak kelas satu SMA," ucap Dara mulai menitikkan air mata.
Kairo mengenggam tangan Dara. Ia hanya di anggap seorang sahabat. Tentu masih memiliki batasan untuk tidak menyentuh Dara.
"Terus?" tanya Kairo pelan. Ia merasa ada sesuatu hal yang terjadi pada Dara yang sama sekali tak di ketahuinya.
"Gue ...." ucapan dara terhenti dan menatap Kairo dengan perasaan bersalah.
"Kenapa? Gue gak pernah ngelarang loe jalan sama Yoshua, karena gue tahu, loe cinta sama Yoshua. Gue waktu itu cuma ngingetin loe, biar loe gak sakit hati karena di kecewakan. Gue denger dia memang lagi buat taruhan dan loe tumbalnya," ucap Kairo pelan bercerita tentang hari itu. Kejadian itu sudah satu bulan berlalu.
"Gue ... Gue hamil, Kai," ucap Dara pelan. Tatapan Dara kosong menatap kairo yang tampak terkejut.
"Ra? Loe ngomong apa? Gue gak salah denger?" tanya kairo pelan.
Dara menggelengkan kepalanya pelan.
"Loe tahu obat penggugur janin gak? Atau tempat buat abosi?" tanya Dara dengan suara datar.
Dara nampak tak punya gairah hidup lagi. Ia benar -benar telah mati hati dan hidupnya seolah terhenti.
"Ra? Lihat gue, Ra!! Loe serius? Loe hamil, Ra? Loe hamil sama siapa?" tanya Kairo dnegan penasaran.
Dara pun menceritakan kejadian malam itu. Yoshua menemui Dara di kelas dan memberikan satu undangan khusus, yang katanya undangan ulang tahun Sinta, teman satu kelasnya. Dara memang tidak akrab dengan Sinta, tapi Yoshua meyakinkna bahwa ia mengajak Dara sebagai pasangannya nanti.
Malam itu tak da firasat apapun. Dara datang ke sebuah villa di Puncak yang memang nampak sepi. Tak ada hingar bingar ramai acara ulang tahun seperti apa yang di uacapkan oleh Yoshua.
Yoshua memang sengaja menjebak Dara. Ia yakin Dara begitu jatuh cinta padanya dan tentu akan melakukan apapun yang Yoshua inginkan. Hingga malam itu hubungan terlarang itu terjadi, karena Yoshua memberikan janji manis kepada Dara.
Dara terlalu polos, Dara terlalu buta kan cintanya kepada Yoshua.
"Terus? Loe gak minta pertanggung jawaban?" tanya kairo mulai emosi. kairo masih mengusap lembut punggung tangan Dara yang terasa dingin.
Dara menatap Kairo tajam.
"Loe kira mudah? Gue bersujud di depan Yoshua berkali -kali dan dia sama seklai tak peduli. Malahan, dia bilang gue perempuan bodoh, yang terlalu mudah di beri janji," ucap Dara sengit. Hatinya hancur berkeping -keping. Dara taksanggup lagi mikirin apa yang akan terjadi pada dirinya nanti. Belum lagi, jika kedua orang tuanya tahu, tentu Dara akan di usirdan di coret namanya dari kartu keluarga.
Kairo melepaskan tangan Dara. Ia bangkit berdiri dn memukul -mukul pagar pembatas itu.
Tepat ... Saat itu bel masuk berbunyi. Kairo mengajak Dara untuk kembali ke kelasnya.
Di kelas, Kairo tak berkonsentrasi sama sekali. Tatapannya iba ke arah Dara yang duduk tepat di depannya. Wajhnya menoleh ke arah Yoshua yang tertawa ceria dengan Sinta, pasangan duduknya.
Skip ...
Saat pulang sekolah, dengan langkah gontai Dara berjalan menuju gerbang sekolah. Ia tak melihat Kairo sama sekali. Tadi ia hanya melihat, Kairo terburu -buru pergi keluar kelas.
"Mungkin Kairo juga sudah tidak mau bersahabat denganku," tanya dara pada dirinya sendiri.
Ia menatap ke bawah, melihat perutnya yang masih rata tertutup dengan seragam putih abu, mungkin beberapa bulan lagi, perut itu akan membesar jika Dara tak memiliki solusi untuk menggugurkannya.
Dari arah belakang terdengar suara berteriak -teriak minta tolong. Kairo kalap memukuli Yoshua hingga babak belur. Kairo mengerahkan semua teman -teman karatenya untuk memukuli Yoshua dan membuat lelaki itu mengakui karena telah menghamili Dara.
Kairo menyeret Yoshua keluar dari gerbang sekolah dan mendorong lelaki songong itu ke halman sekolah. Dara berlari dan berusaha menolong Yoshua.
"Dara!! Buat apa kamu bantu dia?" teriuak Kairo tak terima.
Dara hanya menatap sengit ke arah Kairo dan berusaha membantu Yoshua.
"Kamu gak apa -apa?" tanya Dara pelan.
"Buat apa? Gak usah peduliin gue, karena sampai kapan pun, gue gak akan pernah pedui sama loe," tiak Yosua dengan germa. Ia menghapus darah yang keluar dari sudut bibirnya dnegan punggung tangannya.
"Lihat loe!! Suatu hari gue bales perbuatan loe ke gue," ucap Yoshua tak terima.
"Seharusnya gue yang bilang gitu!! Loe akan dapat balasan karena loe udah ngerusak Dara!!" teriak Kairo makin geram kepada Yoshua.
"Loe ambil aja, tuh Dara!! Loe suka kan dari dulu sama dara. Sampai loe bela -belain jadi sahabat dia, karena loe gak bisa move on," ucap Yoshua lantang.
"Gue emang suka sama Dara. Tapi gue masih punya akhlak untuk bisa ngejaga Dara, bukan jadi cowok cemen kayak loe!! Habis manis sepah di buang!! Ingat karma sedang mengintai loe, Yoshua!!" ucap kairo memperingatkan.
Yoshua hanya tertawa keras. Ia tiudak peduli dnegan omong kosong itu. Dara berlari ke arah Yoshua dan meminta maaf sampai akhirnya Yoshua mendorong tubuh Dara hingga terjatuh.
Kairo langsung berlari dan mendekati Dara untuk membantu gadis yang telah lama menjadi sahabatnya. Hanya Kairo yang tahu kesulitan Dara saat ini. Ia sedang berada dalam masalah yang sangat besar.
"Loe gak apa -apa Dara? Mana yang sakit?" tanya Kairo dengan pelan sambil mencari luka di bagian tubuh Dara yang terbuka.
Dara hanya bisa menghembuskan napasnya dengan pelan. Ia tak menyangka, Yoshua begitu kasar kepada dirinya. Yoshua seakan lupa dengan apa yang pernah Yoshua perbuat terhadap dirinya.
Raut wajah Dara sudah basah. Air matanya terus luruh ke bawah menjalar ke arah pipi dan dagunya. Rambut pendek Dara pun terlihat mulai kusut dan tak beraturan.
"Gue gak apa -apa, Kai. Gue mau pulang, tapi gue takut, Kai," ucap Dara pela.
Kedua tangannya mengepal erat dan memukul paving blok halaman sekolah tempat ia terjatuh tadi.
"Kaki loe luka, sini gue obatin," ucap Kairo pelan, saat melihat lutut Dara yang terluka dan mengeluarkan darah. Ia sungguh peduli dengan sahabatnya itu. Dulu, ia pernah berharap, suatu hari Dara bisa menjadi kekasihnya, dengan semua perhatian, kebaikan dan ketulusannya kepada Dara.
Tapi, makin kesini, menjadi orang yang bisa menjaga Dara saja, itu sudah merupakan kesenangan tersendiri bagi Kairo. Jadi, Kairo tak pernah sekali pun menginginkan hal lain kecualibisa selalu dekat dan menjadi sahabat Dara.
Dara melihat darah yang keluar dari lututnya akibat luka bentursna dan gesekan dengan paving blok saat di dorong oleh Yoshua.
"Yuk ... Pulang. Atau loe mau main ke rumah gue? Gue masakin indomie goreng spesial," ucap Kairo semangat.
Dara menatap Kairo lekat. Hanya ada Kairo di saat situasi apapun. Mkaanya banyak orang mengira, ia dan Kairo adalah sepasang kekasih, padahal sama sekali bukan. Perasaan Dara pun sangat biasa kepada Karo. Bukan karena Kairo tidak ganteng, malahan kalau di lihat -lihat kairo lebih tampan di banding Yoshua. Bedanya, Yoshua lebih terlihat macho, sedangkan Kairo lebih trekesan alim dan dingin.
"Kalau gue ke rumah loe? Gak apa -apa gitu??" tanya Dara pelan. Dara memang sudah sangat sering main di rumah Kairo. Bahkan kedua orang tua Dara dan Kairo pun saling mengnal baik.
Kedua orang tua itu tahu, kalau anak mereka memiliki hubungan persahabatan yang sangat kental.
"Ya, gak apa -apa. Bunda sama Ayah juga sudah kenal kamu dengan baik," ucap Kairo pelan.
Skip ...
Dara memutuskan untuk main ke rumah Kairo. Ia memberikan pesan singkat kepada Mamanya, jika ia sedang main ke rumah Kairo.
"Bunda kemana? Sepi banget?" tanya Dara pelan. Sejak tadi ia duduk di sofa ruang tengah milik Kairo. Tapi, sama sekali tak mendengar suara Bundanya Kairo.
Kairo sudah duduk di samping Dara dengan menggunakan celana pendek dan kaos oblong.
"Bunda pergi, kayaknya jadi ke Bandung," jawab Kairo pelan.
Tak lama, asisten rumah tangga Kairo pun datang membawakan minuman dingin dan kue basah kesukaan Dara jika main ke rumah Kairo.
"Oh gitu ...." jawab Dara santai. Kairo mengambil satu gelas minuman dingin itu dan menyuapkan kue onde -onde berisi kacang hijau ke dalam mulutnya sambil mengganti channe TV kabelnya.
Hanya ini yang biasa di lakukan Dara di rumah Kairo. Menonton TV bersama, kerja kelompok, kadang tidur siang di kamar Kairo.
Dara juga ikut mengambil minuman dingin yang ternyata sirup merah rasa cocopandan, seketika rasanya mual sekali di perutnya. Padahal biasanya Dara paling suka minuman sirup itu.
Ia langsung berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua yang sudah masuk ke dalam perutnya. kairo hanay menatap bingung ke arah Dara.
Hoek ... Hoek ... Hoek ...
Suara Dara begitu keras hingga membuat asisiten rumah tangga dan Kairo ikut menghampiri Dara yang terlihat leas setelah muntah -muntah Dara menguatkan tubuhnya yang mulai lemas dengan berpegangan pada keran wastafel.
"Dara? Loe gak apa -apa?" tanya Kairo khawatir. Tubuh Dara terlihat sangat lemas sekali dan tak ad tenaga.
Asisten rumah tangga itu juga langsung membantu menolong Dara.
"Den Kai, bawa saja, Non Dara ke kamar, biar istirahat. Mungki kecapekan," ucap Asisten itu pelan.
"Ohh ... Benar juga, biar Kai angkat ke kamar Kai," ucap Kairo pelan.
Tubuh mungil Dara yang sedikit memucat sudah di angkat kairo menuju kamar tidurnya. Selimut tebal juga sudah di pakaikan Kairo untuk menutupi tubuh Dara.
Kedua mata Dara tlihat sayu dan menatap lekat ek arah Kairo.
"Makasih Kai. Loe emang baik banget. Gue mual banget," ucap Dara lirih sambil memegangi perutnya.
"Jangan -jangan, ini efek loe hamil, Ra? Loe muntah -muntah dan mual begini," tuduh Kairo berbisik kepada Dara.
Dara tak menjawab. Pandangannya di palingkan melihat benda lain ynaga ada di kamar ini. Ini memnag kamar Kairo dan sudah beberapa kali, Dara main dan masuk ke kmar ini, bahkan tidur di kamar ini, atau ganti baju dengan baju Kairo yang masih bisa di pakai di tubuh Dara.
"Gue harus bilang apa sama orang tua gue. Mau gak mau, gue harus keluar dari sekolah kan?" ucap Dara lirih.
Kairo diam dan duduk di tepi ranjang. Ia ikut memikirkan nasib Dara, sahabatnya.
"Kalau loe masih mau mertahanin kehamilan loe, gue saranin loe ikut paket C aja. Biar gak ketinggalan. Setelah itu loe bisa lanjut kuliah," ucap Kairo pelan memberikan ide.
"Segampang itu? Lelaki itu lebih mudah cari solusi, tanpa memikirkan efek jangka panjangnya," ucap Dara pelan.
"Terus? Loe mau gugurin anak loe? Anak yang gak punya salah sama sekali," ucap Kairo sedikit tegas mengingatkan.
"Gue harus bertahan? Mempertahankan ini semua yang berakhir gue dan keluarga besar gue malu? Gitu?" ucap Dara dnegan nada yang mulai meninggi karena emosi.
Keduanya saling diam. Dara yang keras kepala dengan segala prinsip hidupnya yang kaku. Berbeda dengan Kairo yang lebih realistis melihat suatu masalah dengan sudut pandang ynag berbeda.
"Permisi, Den, Non, Ini bubur untuk Non Dara dan juga teh manis panas, sepertinya bisa buat badan Non Dara lebih enakan.," ucap asisten Kairo itu yang tuba -tiba datang.
Dara langsung menatap Kairo dan melihat ke arah asisten kairo yang terus menunduk. Dara tidak mau, satu orang pun tahu tentang masalahnya saat ini.
"Nanti di makan, Mbok. Mbok bisa pergi dulu, biarkan Dara istirahat," ucap Kairo pelan.
Mbok Jum hanya mengangguk pasrah. Ia sama sekali tak membantah apa yang di titahkan oleh Kairo, anak majikannya itu.
Kairo menutup pintu kamarnya dan kembali duduk di tepi ranjang.
"Cariin gue obat penggugur, Kai. Tolongin gue," ucap Dara meminta dengan nada sangat memohon.
Kairo langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Gak ada. Gue gak bisa nolongin loe untuk itu," ucap kiaro pelan.
"Bokap loe kan dokter, Kai. Loe pasti bisa tanya," ucap Dara memohon.
"Gue gak bisa, Ra. Tolong jangan paksa gue," ucap kairo semakin keras berbicara.
Ia tidak ingin membentak Dara. kairo hanya ingin masalah ini selesai tanp aada masalah lagi.
"Gue ... Gue akan nikahin loe, Ra. Gue yang bakal tanggung jawab sama anak loe. Gue akan bilang sama Ayah dan Bunda, kalau gue mau nikahin loe secepatnya," ucap Kairo dnegan suara tegas serta lnatang membuat Dara semakin terkejut dnegan keinginan Kairo.
Kedua mata Dara menatap lekat ke arah Kairo yang mengungkapkan ingin menikahinya.
"Kenapa, Ra? Ada yang salah dengan ucapan gue?" tanya Kairo pelan.
Dara menggelengkan kepalanya pelan.
"Gak ada. Gue ucapin terima kasih atas semua keinginan loe ke gue. Tapi gue tahu, semua itu gak akan mungkin bisa terwujud, Kai. Gue gak mau melempar kesalahan orang pada orang lain, apalagi sama loe yang jelas -jelas kita sahabatan dari dulu dan loe selalu ada dan baik, sama gue," ucap Dara pelan.
"Terserah loe, tapi memang ini yang bisa gue lakukan buat loe dan keluarga loe," ucap Kairo pelan.
Semenjak kejadian itu, sikap Dara kepada Kairo agak berubah. Dara tahu, Kairo tidak pernah main -main dengan ucapannya, tapi Dara juga tidak mau kedua orang tua Kairo marah terhadap anak semata wayangnya.
"Loe kenapa sih, Ra? Mau ngejauh dari gue?" teriak Kairo yang berlari memasuki halamn sekolah mengejar Dara yang lebih dulu masuk ke arah gerbang sekolah. Tangan Kairo menggapai tangan Dara hingga Dara berbalik paksa tubuhnya dan kini mereka berdiri saling berhadapan.
"Gue gak ngejauh dari loe. Gue mual doang, gak enak badan," ucap Dara berkilah. Dara sengaja beralasan agar bisa menjauhi Kairo.
Dara melepaskan tangannya yang di genggam oleh Kairo dan msuk lebih dulu ke kelasnya. Kairo berjalan tepat di belakangnya.
Baru juga duduk di kelas dan membuka buku dan alat tulisnya. rasa mual itu melanda pagi pada Dara. Hampir setiap pagi, Dara akan mengalami hal ynag sama. Ia berlari ke ketoilet sekolah dan masuk ke dalam salah satu bilik kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya.
Suaranya sengaja di tahan agak tidak keluar menggema di seluruh kamar mandi. Dara menahan suara muntahan di kamar mandi hingga wajahnya memerah, agar teman -temannya yang berada di kamar mandi itu tidak curiga dengan apa yang di alami Dara.
Kairo sudah menunggu di depan kamar mandi perempuan. Tubuhnya bersadar di dinding menunggu Dara keluar dari sana.
"Ini tisunya, sudah muntahnya?" ucap Kairo pelan.
Dara sedikit terkejut dengan perlakuan Kairo yang begitu perhatina kepada dirinya. Ia menerima tisu itu dan mengelap bibirnya yang basah.
"Makasih," jawab Dara pelan sambil berlalu dari hadapan Kairo dan berjalan menuju kelasnya.
Kairo hanya membuntuti Dara. Ia tak tega melihat sahabatnya seperti ini. Mungkin bulan ini ia aman di rumah dan di sekolah. tapi, bulan -bulan berikutnya? Apa mungkin Dara bisa menutupi kehamilannya pada kedua orang tuanya dan guru -guru di sekolah, sedangkan perutnya tentu akan membsar seiring pertumbuhan janin di perutnya.
Dara suda duduk di kelas dan bel masuk sudah berbunyi. Dirinya harus fokus pada pendidikannya, sebelum semuanya terlambat. nanti siang, rencana Dara aan mencari tahu, cara menggugurkan kandungannya.
Sempat browsing di internet, kehamilan yang masih berusia satu bulan bisa di gugurkan dengan makan nanas muda atau makanan lainnya yang asam. Bisa juga, dengan obat khusus untuk menggugurkan kandungan, atau juga bisa dengan minum jamu untuk datang bulan. Tapi, kembali lagi, semuanya itu tergantung kekuasaan Tuhan.
Kairo sendiri yang duduk tepat di belakang Dara juga sedang berpikir keras untuk bicara baik -baik pada kedua orang tuanya. Ia akan menikahi Dara dalam waktu dekat. Keputusan ini sudah bulat, dan tak mungkin lagi di ganggu gugat.
Skip ...
Di Rumah Kairo -
Bunda Risa sedang sibuk membuat kue bolu pelangi di dapur, di bantu oleh Mbok Jum, asisten rumah tangganya.
"Ada sesuatu kah, selama saya di Bandung?" tanya Bunda Risa mulai memotong kue bolu pelangi yang pertama kali matang hasil percobaannya.
Mbok Jum yang sedang mencuci piring langsung menyelesaikan dan berjalan menghampiri majikannya.
"Ada Bu," ucap Mbok Jum sedikit ragu.
Bunda Risa langsung menoleh ke arah Mbok Jum dan menatap lekat asistennya itu.
"Apa? Jujur saja," ucap Bunda Risa pelan.
"Soal Den Kai," ucap Mbok Jum masih ragu untuk menceritakan soal kejadian beberapa hari yang lalu.
"Kai? Ada apa?" tanya Bunda Risa pelan.
"Den Kai dan Mbak Dara," ucap Mbok Jum makin ragu dan bingung harus mulai dari mana menceritakannya.
"Kai dan Dara? Main di sini? Nginep? Kan sudah biasa Mbok. Kai dan dara memang sahabatan sejak lama. Kita juga sudah saling kenal dengan keluarganya," ucap Bunda Risa tenang tanpa ada kecemasan sedikit pun.
"Anu Bu ... Ekhemmm ... Itu, Mbak Dara tuh, anu," ucapan Mbok Jum terhenti. Dadanya seolah terhantam batu besar sehingga tak bisa bicara.
"Anu apa, sih, Mbok? Kalau ngomong itu yang jelas dan pelan -pelan saja, orang gak di kejar maling juga," ucap Bunda Risa tertawa menggoda asistennya yang nampak sekali gugup.
"Mbak Dara waktu itu pingsan di sini Bu," ucap asisten itu cepat.
"Terus? Di panggilin dokter kan? Sahabat Bapak? Biasanya kan begitu," ucap Bunda Risa merapikan potongan bolu pelangi itu di piring besar. Cantik sekali.
"Mbak Dara hamil, Bu," ucap Mbok Jum lantang. Bnda Risa pun langsung menjatuhkan pisau yang di pegangnya ke lantai tanpa sadar.
Dadanya bagai tertusuk mata pisau yang tajam dan begitu sakit seklai mendengar Dara hamil, yang tentu ... Kairo?
"Dara hamil? Beneran Mbok?" tany Bunda Risa menelan air liurnya dalam.
"Iya Bu. Coba langsung di tanyakan pada Den Kai, mungkin mau cerita," ucap Mbok Jum pelan.
"Coba nanti biar saya tanya," jawab Bunda Risa pelan.
Ia langsung pergi ke kamar dan menelepon suaminya, yang masih bertugas di rumah sakit.
"Ada apa Mah?" tanya suaminya kepada Sang Istri.
"Ayah kenal Dara kan? Sahabat Kai yang sering main kesini," ucap Bunda Risa lembut sekali.
"Iya. Kenapa? Sakit?" tanya Ayah Deki tanpa curiga.
"Dara hamil, Yah," ucap Bunda Risa pelan dan mampu membuat kepala Ayah Deki berputar dan menfokuskan pendengarannya lagi.
"Hamil? Sama Kai? Atau sama siapa?'" tanya Ayah Deki pelan mencari tahu kebenarannya.
Bunda Risa langsung mengerjap pelan kedua matanay. Ia tak tahu, Dara hamil dengan siapa. Informasi yang di berikan oleh Mbok Jum sama seklai tidak lengkap dan belum valid bukti kebenarannya.
"Bunda gak tahu, Yah. Nanti siang kalau Kai datang, Bunda tanya ya," ucap Bunda Risa dengan cepat.
"Iya Bun. Ayah tunggu informasinya," ucap Ayah Deki pelan.
Kedua orang tua Kairo langsung termenung bingung. Mereka menginginkan Kairo menjadi seorang yang sukses dan berhasil mengikuti jejak Sang Ayah untuk menjadi dokter. Lalu, jika pada kenyataannya Kairo salah pergaulan dan memang menghamili Dara, tentu masa depannya akan terhenti begitu saja.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!