NovelToon NovelToon

Anak Pembantu Milik Tuan Muda

Bab 1. Bayi Evelyn.

Di suatu pagi yang dingin.

Suara hujan lebat disertai petir dan juga angin kencang tengah melanda seluruh Ibu kota. Cuaca yang begitu ekstrim, dimana saat itu memanglah sedang musim penghujan.

Lalu di kejauhan nampak lah seorang wanita paruh baya, sedang berlarian mencari tempat berteduh dari derasnya air hujan yang membasahi seluruh tubuhnya.

Ketika ia sedang dalam perjalanan menuju ke tempat kerja, karena pada saat itu, ia tidak membawa peralatan musim penghujannya.

Wanita paruh baya itu bernama Angel, seorang kepala asisten rumah tangga di kediaman Horisson. Pemilik perusahaan besar PT. Horisson Jaya Group.

Angel nampak menyipitkan kedua mata dengan menutupi bagian atas dahinya, dari air hujan yang menimpahi wajahnya tanpa ampun. Lalu ia tersenyum ketika melihat sebuah toko belum waktunya buka, dengan atap depan yang cukup untuk dirinya berteduh dari hujan sejenak.

Angel segera berlari ke depan toko tersebut dan bergegas menyingkirkan tubuhnya dari terpaan air hujan yang menggila.

Angel menggigil dan menunggu di depan toko itu hingga hujan sedikit mereda, sambil mengusap kedua lengannya akibat rasa dingin yang menembus hingga ke tulang. Karena memang dirinya berangkat kerja di jam empat pagi, agar tidak terlambat datang ke rumah majikannya.

Angel merapatkan tubuhnya ke sudut dinding dan tak sengaja salah satu kakinya menyenggol sebuah tumpukkan kardus di dekatnya hingga berjatuhan.

Lalu Angel yang menyadari kesalahannya, dengan sigap mengutip tumpukan kardus yang berserakan tersebut dan merapihkannya ke tempat semula.

Namun belum sempat Angel menyusun kardus itu kembali, ia melihat ada sesuatu yang bergerak di dalam tumpukan kardus bagian dalam.

"Apa itu yang bergerak tadi, apa ada anak kucing?" gumamnya menerka.

Angel menepis semua tumpukan kardus itu, serta kertas-kertas lainnya yang menghalangi rasa penasarannya akan sesuatu.

Akan tetapi alangkah terkejutnya Angel, sesaat rasa penasarannya itu telah terjawab sudah dengan apa yang dilihatnya dari dekat.

Bukanlah hewan maupun benda, namun sesosok makhluk mungil berbalutkan selimut hangat, yang baru saja dia temukan diantara tumpukan kardus-kardus bekas di sudut toko itu.

Angel gemetaran, kali ini bukan rasa dingin saja yang membuat tubuhnya bergetar hebat. Namun kepada sesuatu yang baru saja dia temukan.

Seorang bayi baru lahir!

Angel menelan ludahnya yang tercekat, sambil menatap ke sekeliling dimana jalan di daerah itu sangatlah sepi pejalan kaki.

"Siapa yang menaruh bayi disini?" batinnya bertanya.

Angel segera mengangkat tubuh mungil bayi yang mulai menangis itu, lalu mendekapnya agar hangat. Sesekali melihat di dalam tumpukan kardus di bawahnya, dengan tujuan siapa tahu ada petunjuk mengenai sang bayi mungil tersebut.

Namun Angel hanya menemukan sebuah kalung emas berbentuk tabung kecil dan bertuliskan nama Evelyn, serta secarik kertas bertuliskan sesuatu.

"Tolong jaga dan rawatlah bayiku ini."

Angel menatap wajah bayi mungil tersebut dan menangis terharu, ada perasaan kasihan sekaligus rasa senang bercampur aduk menjadi satu di dalam dada.

Disatu sisi dia kasihan dengan nasib bayi malang yang telah dibuang oleh orang tuanya sendiri, namun disisi lain dia bersyukur karena mendapatkan seorang anak yang selama ini ia nanti-nantikan sepanjang hidup.

Angel tidak henti-hentinya mengucap syukur dan berterima kasih karena telah diberikan anugerah berupa bayi mungil, sesekali dia menyebut nama suaminya yang telah lama tiada karena sakit.

"Suamiku, kita memang belum punya anak karena kau telah pergi meninggalkanku ke surga terlebih dahulu. Tapi lihatlah sekarang ini sayang, Tuhan telah memberikan kita sebuah anugerah. Aku bersyukur sekali, terima kasih Tuhan," ucap Angel menangis haru dan mencium bayi Evelyn yang sudah kembali tenang.

...***...

Angel segera membungkus Evelyn dengan beberapa kertas atau apa saja yang bisa dia gunakan untuk menghangatkan bayi mungil itu agar tidak kedinginan dari tiupan angin kencang.

Lalu berniat membawa Evelyn untuk ikut bersamanya bekerja ke rumah sang majikan.

Karena selain dirinya akan terlambat pergi bekerja kalau pulang terlebih dahulu, dia juga tidak memiliki orang rumah yang bisa menjaga Evelyn.

Angel lantas melanjutkan kembali perjalanannya menuju tempat kerja, sesaat dirinya mengetahui jika hujan telah mereda.

Ia selalu membekap bayi Evelyn di sepanjang perjalanannya agar hangat, sesekali menengok ke arah bayi itu untuk memastikan agar tubuh Evelyn tidak kebasahan.

Beruntung bayi Evelyn seperti mengerti kondisi sulit tersebut, dengan tidak menangis dan selalu tidur tenang di dalam dekapan sang ibu baru.

"Sabar ya sayang, sebentar lagi kita akan sampai," ucap Angel mempercepat langkah kakinya.

Karena dia tahu jika bayi Evelyn sangat membutuhkan susu hangat dan juga selimut tebal yang baru, untuk mengganti kain selimutnya yang telah kotor.

...----------------...

Mansion Horisson.

Angel segera menghadap Tuan besar Horisson, sambil membawa bayi Evelyn yang masih berada di dalam dekapannya.

Wanita paruh baya itu menceritakan seluruh kejadian awal mula ditemukannya bayi Evelyn di pertengahan jalan dirinya menuju kesini.

Tuan Horisson segera melihat bayi tersebut dan mengusap kain selimut berbahan sutra halus yang terbalut di tubuh mungil Evelyn.

Lantas Tuan Horisson berpikir, jika bayi perempuan ini pasti bukanlah dari keluarga sembarangan, mengingat kain sutra dalam sentuhannya itu memiliki nilai yang berharga fantastis.

Tuan Horisson seketika membuka ingatannya kembali, dimana dia pernah menjual kain sutra mahal ini kepada kawan lamanya, yang bernama Anthoni.

Istri dari kawan lamanya yang baru saja melahirkan seorang bayi, kemudian meninggal sesaat kecelakaan mobil dalam perjalanan pulang dari rumah sakit.

Namun beredar kabar luas jika bayinya belum ditemukan sampai sekarang ini.

"Jangan-jangan," gumam Tuan Horisson menduga, sambil menatap wajah bayi Evelyn. "Mirip," ucapnya lagi.

Namun bukan hanya itu saja, Tuan Horisson merasa ada yang janggal dengan kematian kawan lamanya itu, dimana ada secarik kertas dan juga kalung nama Evelyn di dekat sang bayi.

Pria berkharisma itu menduga jika mereka sempat menaruh Evelyn di sembarang tempat dan menutupi agar tidak ada yang dapat menemukannya dari kejaran seseorang.

Namun pertanyaannya adalah, siapakah orang yang telah membuat Anthoni beserta istrinya meninggal dunia dalam kecelakaan.

"Setahuku Anthoni memang punya banyak musuh, tapi siapa?" batin Tuan Horisson bertanya-tanya.

Tuan Horisson menatap Angel pembantunya yang setia, ia terlihat begitu menyayangi Evelyn. Catatan sejarah wanita paruh baya itu yang menginginkan anak sejak lama, membuat Tuan Horisson mengijinkan Angel untuk mengadopsi bayi Evelyn.

"Angel, mulai sekarang bayi ini akan menjadi anakmu. Aku merasa kalian berdua telah berjodoh dan Tuhan telah mengirim dia untuk kau asuh. Maka jaga dan rawatlah dia dengan baik," ucap Tuan Horisson tersenyum.

Angel menangis haru. "Terima kasih Tuan, saya berjanji akan menjaga putri kecil ini dengan baik dan menjaganya dengan sepenuh hati," balasnya lalu menciumi bayi Evelyn.

"Bagus, jika butuh sesuatu mengenai dirinya. Bilang saja padaku, aku akan membantu membiayai kehidupannya dan aku akan segera membuatkan surat adopsinya untukmu," ucap hangat Tuan Horisson.

Angel mengangguk. "Baik Tuan, terima kasih." Dan sejak saat itulah bayi Evelyn menjadi anak adopsinya.

"Sama-sama," balas Tuan Horisson lalu kembali ke dalam kamarnya sambil memikirkan sesuatu.

Dimana pria itu membiarkan putri kecil kawan lamanya untuk tinggal bersamanya disini, agar aman dan terhindar dari tangan-tangan orang jahat yang sudah pasti akan mengincar Evelyn suatu saat nanti.

.

.

Bersambung.

Bab 2. Evelyn kecil.

Sepuluh tahun kemudian.

Pada malam hari.

Evelyn kecil telah berusia sepuluh tahun dan sedang menyandarkan kepalanya diatas pangkuan sang ibu angkat, yang sedang membacakan dirinya sebuah cerita dongeng.

Suatu kebiasaan sebelum gadis itu tidur, karena Evelyn tidak akan bisa tertidur pulas jika sang ibu angkatnya belum membacakan satu penuh cerita dongeng kesukaannya.

"Ibu, apakah Cinderela itu orang miskin seperti kita?" tanya Evelyn setelah Ibu angkatnya itu selesai membacakan cerita.

Ibu Angel tersenyum dan menarik selimut untuk putri angkatnya. "Benar, Cinderela itu seperti kita."

"Apakah nanti ada seorang pangeran yang datang untukku?" tanya Evelyn.

Ibu Angel tersenyum. "Sudah pasti sayang, sekarang tidurlah." Tidak lupa memberikan satu kecupan hangat di dahi Evelyn.

Tak lama setelah itu, Evelyn pun tertidur dan pergi ke dunia mimpinya. Sesekali tersenyum dan memeluk boneka kesayangannya seperti guling.

Sedangkan Ibu Angel menatap putri angkatnya yang telah tumbuh menjadi anak remaja, sesekali menangis jika mengingat masa kecil anak itu yang cukup kelam.

...----------------...

Keesokan harinya.

Evelyn kecil kini telah telah tumbuh menjadi anak yang pintar dan rajin, serta memiliki wajah cantik nan manis tanpa cacat cela sedikit pun.

Ia memiliki rambut panjang, berhidung mancung dengan kedua bola mata biru yang indah dan memukau.

Keimutan dan juga tingkahnya yang lucu dalam mengerjakan suatu pekerjaan rumah, membuat Evelyn menjadi primadona di mansion Horisson tersendiri.

Tuan besar Horisson bahkan menganggap Evelyn termasuk bagian dari keluarganya dan memilih untuk tidak memberitahu anak tidak berdosa itu sesuatu kepahitan tentang keluarga aslinya agar tidak bersedih.

Dan membiarkan Evelyn hidup bebas, sebagai seorang anak pembantu yang disayangi oleh semua orang.

Evelyn kecil selain rajin dan cekatan, dia juga pintar mengambil hati serta menarik perhatian siapa pun mata yang melihatnya.

Termasuk Tuan muda Louise Alexander Horisson, putra tertua dari Tuan besar Horisson.

Pria muda tampan berusia 26 tahun itu, baru saja pulang dari Inggris setelah menyelesaikan studi dasar hingga S2 nya disana.

Ia segera melayangkan pandangannya kepada sesosok gadis kecil manis yang sedang bermain di dekat taman rumah.

"Siapa anak itu Daddy?" tanya Louise kepada Tuan Horisson.

"Dia anak yang kuceritakan padamu waktu lalu," jawab Tuan Horisson.

"Bukankah waktu itu dia masih bayi," ucap Louise.

"Ya, sekarang dia sudah berusia 10 tahun." Tuan Horisson kemudian memanggil Evelyn untuk menghampiri dirinya.

"Evelyn, kesini sayang!" panggil Tuan Horisson.

"Iya Tuan Besar!" sahut Evelyn lengkap dengan suara menggemaskannya. Kemudian berlari menghampiri Tuan Horisson.

"Iya Tuan besar, ada apa memanggilku dan siapa paman yang tampan ini," ucap Evelyn menatap Louise dan memujinya.

Tuan Horisson tertawa. "Lihat dia menggemaskan bukan," ucapnya pada Louise.

Dan Louise pun tersenyum. "Kau benar Daddy," ucapnya lalu menatap Evelyn dan sedikit membungkukkan badan. "Gadis manis, kau bisa saja memujiku. Apa kau menginginkan hadiah dari Paman hm?" tanyanya.

Evelyn menggeleng. "Tidak Paman, kau memang tampan dan mirip seperti seorang pangeran dalam cerita dongengku," balasnya polos.

"Benarkah? Lalu siapa putri dongeng yang kau sukai?" tanya Louise lalu memangku Evelyn agar duduk di atas pangkuannya.

"Aku menyukai Cinderella," balas Evelyn dengan senyum di bibir mungilnya.

"Kenapa kau menyukai Cinderella?" tanya Louise.

"Karena Cinderella sama sepertiku, cantik dan juga rajin," balas Evelyn.

"Kau benar, Cinderella sangat cantik dan rajin. Paman juga menyukai Cinderella," balas Louise.

Kedua bola mata berwarna biru Evelyn seketika berbinar menatap Louise. "Kalau begitu jadilah pangeranku Tuan Paman," ucapnya meminta.

Louise terkekeh dan mengusap puncak kepala Evelyn. "Paman akan menjadi pangeranmu, tapi tunggulah hingga kau menjadi dewasa nanti."

"Hore! Akhirnya aku punya seorang pangeran tampan!" seru Evelyn kemudian berlarian sambil mengangkat kedua tangannya keatas dan memberi tahu siapa pangeran tampannya kepada semua orang.

Hal tersebut membuat semua orang yang melihat tingkah lucu Evelyn menjadi tertawa, tapi tidak untuk Nyonya besar keluarga Horisson yang bernama Grace Horisson.

Istri dari Tuan besar Horisson menganggap Evelyn sebagai ancaman, karena gadis kecil itu bisa saja merebut hati Louise jika sudah besar nantinya.

Hal itu membuat Nyonya Grace merasa cemas, karena dia telah menjanjikan untuk menikahkan Louise dengan seorang wanita cantik bernama Gisella Anderson.

Seorang putri dari keluarga Anderson yang kaya serta terpandang dan berstatus sama dengan keluarga Horisson sendiri.

"Tidak akan ku biarkan anak pembantu miskin itu mendekati putraku," gumam Nyonya Grace menatap tajam kejadian menggemaskan yang sedang terjadi luar rumahnya.

...***...

Setelah keadaan telah sepi Nyonya Grace menghampiri Evelyn yang sedang bermain ayunan di taman.

"Evelyn," panggil Nyonya Grace.

Evelyn menoleh dan segera beranjak dari ayunannya. "I-iya Nyonya besar!" sahutnya dengan sedikit menunduk.

"Kau tinggal disini harus bisa berjaga sikap, ingatlah akan statusmu itu dan jangan terlalu dekat dengan putraku," balas Nyonya Grace memperingati.

"Kenapa aku tidak boleh mendekati Tuan Paman Nyonya besar?" tanya Evelyn tidak tahu.

"Turuti saja perintahku atau aku akan mengusirmu dari sini!" tegas Nyonya Grace.

Evelyn mulai menangis terisak dan menggeleng. "Jangan Nyonya besar, jangan usir aku dari sini. Nanti aku tinggal dimana?" mohonnya sambil mencubit baju sang majikan dengan tangan mungilnya.

Nyonya Grace menghela nafasnya. "Evelyn, jangan menangis. Kau tinggal disini sebagai anak pembantu, jadi bersikaplah layaknya seorang pembantu. Tuan Louise akan segera menikah dan aku tidak ingin kau mengganggu hidupnya."

"Apa artinya itu, aku tidak mengerti Nyonya besar," balas Evelyn mengusap air matanya di pipi.

"Suatu saat nanti kau akan mengerti," balas Nyonya Grace lalu meninggalkan Evelyn untuk masuk ke dalam rumah.

Evelyn kemudian berjongkok. "Menikah? Apa itu? Apa mungkin aku akan punya nyonya bibi?" tanyanya pada bunga-bunga di taman yang sedang bermekaran.

"Kalau begitu aku harus menjaga tuan paman agar tidak ada wanita lain yang berani mendekatinya, sampai nyonya bibi datang kemari dan menikah dengan tuan paman," oceh Evelyn sendirian.

Lalu ia bertekad akan menjaga tuan pamannya itu dari godaan wanita lain, sampai tiba waktunya sang nyonya bibi datang ke rumah ini.

...***...

Louise memanglah pria yang tampan, wanita manapun akan jatuh hati setelah melihat dirinya.

Apalagi disaat pria itu sedang tersenyum, bagaikan turunnya air hujan di daratan tanah yang tandus. Membuat wanita manapun akan merasa teduh jika menatap dirinya.

Namun siapa sangka dibalik wajah tampannya itu, faktanya banyak orang yang tidak mengetahui sifat asli dari Louise Alexander Horisson.

Yang ternyata pria itu memiliki kebiasaan buruk selama dirinya belajar dan tinggal di London, yaitu sering bermain-main dengan seorang wanita tanpa diketahui oleh keluarga besarnya.

Louise kerap dianggap sebagai pria cassanova oleh wanita yang pernah bermain atau menjadi teman ranjangnya.

Bagaimana tidak, karena hanya dengan merasakan sentuhan tangannya saja. Membuat wanita manapun akan terperangkap masuk ke dalam permainannya itu begitu saja tanpa ada penolakan yang berarti.

Namun walau begitu Louise tidak pernah ada sekalipun niat serius untuk menikahi salah satu wanita yang pernah menjadi teman ranjangnya.

Karena dia tidak ingin terikat oleh hubungan apapun dengan wanita manapun di dunia ini, mengingat statusnya yang tidak pernah serius menjalani sebuah ikatan pernikahan.

.

.

Bersambung.

Hai kenalkan aku Evelyn kecil.

Bab 3. Lamaran Tuan Horisson.

Nyonya Grace menghampiri Louise, lalu duduk disisi putranya yang sedang berbaring diatas ranjangnya yang empuk.

Louise yang menyadari kedatangan sang ibu segera bangun dan terduduk. "Mom, kenapa masuk ke dalam kamarku?" tanyanya tidak suka.

Nyonya Grace membelai wajah putranya. "Mommy kangen sama kamu sayang, sudah lama kita tidak berjumpa, oiya besok ada acara penting di kantor Daddy. Jangan sampai tidak datang ya," balasnya mengingatkan.

Louise mendesaah kecil. "Aku sudah tahu Mom, besok aku sudah mulai belajar mengurus perusahaan Daddy."

Nyonya Grace tersenyum. "Benar, tapi bukan itu saja sayang, besok akan ada pengumuman penting mengenaimu disana."

Louise menautkan kedua alisnya. "Pengumuman apa?" tanyanya.

"Daddy akan melamar anak dari keluarga Anderson, rekan kerja bisnis Daddymu sekaligus teman akrabnya semasa kuliah dulu," balas Nyonya Grace.

Louise menggeleng. "Aku bukan anak kecil lagi yang harus di jodohkan dengan seorang wanita asing yang belum aku kenal," balasnya menolak.

Nyonya Grace tersenyum. "Jangan menolak Louise, pikirkanlah bagaimana perusahaan Daddy kedepannya jika kalian bersatu nanti. Lagi pula Gisella gadis yang pintar, baik dan juga cantik. Kau pasti akan menyukainya saat melihat ia nanti," ucapnya merayu.

Louise menghela nafas kasar. "Terserah kalian saja, aku percaya dan akan mengikuti," balasnya malas menanggapi.

Nyonya Grace lantas tersenyum senang, mendengar sang anak telah menyerahkan masa depannya kepada keluarga sendiri.

...***...

Sore harinya.

Suara ria kembali menggema di taman belakang, tatkala seorang gadis kecil bermain kejar-kejaran dengan seorang supir pribadi tuan Horisson yang bernama Santos.

Pria paruh baya itu sangat menyayangi Evelyn dan sudah menganggapnya sebagai putri kandung sendiri, ia bahkan menyempatkan diri untuk bermain sejenak, sebelum atau sesudah bekerja mengantar tuannya.

Louise yang kala itu sedang berada di balkon kamar pun, segera melayangkan pandangannya kepada Evelyn yang sedang bermain.

"Evelyn kena, sekarang kau yang jaga ya!" seru Pak Santos.

Evelyn tertawa geli, hingga mengeluarkan suara kekehannya yang menggemaskan, karena digelitiki oleh Pak Santos tiada henti.

"Sudah jangan gelitiki aku terus Pak Santos!" kekeh Evelyn, sesekali menggeliat kesana kemari sambil memegangi bagian ketiaknya agar tidak digelitiki.

Hal tersebut membuat Louise ikut tertawa. "Suara tawanya lucu sekali," ucapnya menggeleng. Lalu menatap keseruan itu hingga keduanya selesai bermain.

Ada sekelibat bayangan di kepala Louise tentang gadis kecil cantik yang sedang ia perhatikan dari kejauhan. "Masih kecil saja sudah cantik, bagaimana kalau sudah dewasa nanti?" gumamnya lalu menggeleng.

"Cih! Apa yang sedang aku pikirkan, ini pasti karena aku kelamaan tidak bermain dengan wanita."

Louise kemudian memutuskan untuk mencari teman ranjang baru, untuk menunaikan kebiasaan lamanya seperti yang sudah-sudah saat tinggal di luar negeri saat itu.

...----------------...

Keesokan paginya.

Perusahaan Horisson.

Tuan Horisson mengadakan rapat penting, ia mengundang seluruh staf direksi dan juga beberapa tamu terhormat dari pemilik perusahaan lain untuk datang ke acara rapat pentingnya.

Acara tersebut ditujukan untuk memperkenalkan Louise kepada seluruh staf dan juga para tamu undangan yang hadir, serta memberitahu kepada mereka semua jika putranya itulah yang akan menggantikan dirinya suatu saat nanti.

Selain pengumuman penting itu, Tuan Horisson juga melamar langsung putri dari Tuan Anderson yang bernama Gisella untuk Louise putranya.

"Gisella, bagaimana dengan lamaran tuan Horisson tadi. Apa kau menerimanya?" tanya Tuan Anderson kepada putrinya yang malu-malu.

Gisella menatap Louise sekali lagi dan saat itu juga ia mengangguk. "Iya Daddy, aku menyetujuinya," balasnya lalu tertunduk malu kembali.

Semua yang berada disana pun turut bersuka cita, diiringi dengan suara tepukan tangan yang meriah untuk keduanya.

...***...

Mansion Horisson.

Nyonya Grace begitu senang ketika mengetahui jika Louise dan Gisella sudah setuju dengan pernikahan mereka.

Nyonya rumah itu pun langsung mengundang Gisella untuk makan malam bersama dengan anggota keluarganya. Demi bertujuan agar hubungan Louise dengan Gisella bisa semakin dekat.

Louise tersenyum tipis saat melihat Gisella, dipandanginya gadis itu baik-baik dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Penampilan oke, wajah juga oke. Tapi aku tidak suka karena dia begitu kaku seperti kutu buku dan coba saja lihat, apakah dia akan sanggup menghadapiku yang seperti ini?" batin Louise menimbang-nimbang.

Tapi nampaknya Louise tidak mau ambil pusing akan hal tersebut, karena yang terpenting sekarang adalah dia tidak ditekan oleh pertanyaan kapan menikah oleh orang-orang disekitarnya.

Sedangkan Gisella yang ditatap oleh Louise seketika salah tingkah, tidak disangka wanita itu malah jatuh cinta pada pandangan pertamanya.

Akan tetapi melihat Louise yang acuh kepadanya, membuat Gisella ragu-ragu untuk bersapa. "M-maaf kak Louise. Ku dengar dari paman Horisson kalau kau sangat cerdas dan juga terampil, kalau boleh tahu pelajaran apa yang kau sukai selama kuliah?"

Louise menghentikan makan malamnya, rasanya tidak berselera sekali membicarakan pelajaran di meja makan. "Aku menyukai semua pelajaran," balasnya mencoba sabar.

"Kau sangat hebat kalau begitu, lalu pelajaran apa yang menurutmu sulit?" tanya Gisella kembali membuat Louise menatap tajam dirinya.

"Pelajaran yang tersulit adalah belajar mengenai pengalaman hidup dan pelajaran tentang mengerti kebiasaan seseorang. Mommy aku rasa makan malam ini sudah cukup, aku harus kembali ke kamarku."

Gisella lantaa terdiam, saat melihat ekspresi dan juga ucapan Louise ia merasa kalau pria itu tidak menyukai dirinya.

Nyonya Grace yang melihat Gisella sedih pun segera menenangkannya. "Jangan kau masukan ke dalam hati perkataan Louise tadi sayang. Louise memang orang yang seperti itu, mungkin karena dia belum punya pengalaman berpacaran jadi tidak tahu caranya menyenangkan hati wanita. Sudah sekarang lanjutkan kembali makan malammu, setelah ini Tante akan mengajakmu berkeliling di rumah ini."

Gisella tersenyum dan mencoba melupakan kesedihannya. "Kau benar Tante, aku saja yang terlalu bawa perasaan."

Nyonya Grace tersenyum dan membelai rambut Gisella. "Sudah jangan dibahas lagi, mau bagaimana pun kau akan menjadi menantu keluarga Horisson dan seorang menantu di keluarga Horisson tidak boleh kekurangan apapun."

"Terima kasih Tante, tapi apa maksudmu tadi, menantu keluargamu itu tidak boleh kekurangan apapun?" tanya Gisella.

Nyonya Grace membusungkan dadanya. "Benar, kau tidak boleh kekurangan apapun dan kau juga tidak boleh pulang dari sini dengan tangan kosong."

"Jadi?" tanya Gisella lagi.

"Jadi setelah ini, tante akan mengajakmu belanja dan kau bebas membeli apapun yang kau mau. Dan semuanya biar Tante yang bayar," balas Nyonya Grace menegaskan.

Gisella nampak sumringah. "Wah, serius Tante!" seru Gisella.

Nyonya Grace mengulas senyum. "Tentu saja Tante serius, ayo habiskan makan malam ini. Setelah berkeliling rumah, kita pergi ke mall."

Gisella mengangguk. "Baiklah kalau begitu!" serunya bersemangat.

...***...

Sementara itu Louise merebahkan tubuhnya diatas kasur dan menghela nafas panjang.

"Seharusnya aku menolak saja perjodohan ini, sepertinya Gisella tidak akan bisa menjadi wanita yang aku inginkan," gumam Louise.

Namun bagaimana caranya menolak sedangkan dirinya sudah terlanjur menyetujui ikatan hubungan tersebut dengan Gisella sebelumnya.

Louise memejamkan mata dan segera membukanya, sesaat terdengar suara kekehan anak kecil yang sudah tidak asing lagi di telinganga.

Ia pun segera bangkit dari tempat tidur dan kali ini Louise bukan hanya ingin melihat, tapi menghampiri Evelyn untuk bermain bersama dengannya.

...***...

Louise telah sampai di taman tempat Evelyn bermain seperti biasanya, lalu berjongkok dan melihat Evelyn yang sedang asyik mengelus kelinci putih pemberian pak Santos yang berada diatas pangkuannya.

"Kelinci putih kecil yang manis," ucapnya ikut mengelus kelinci Evelyn.

"Ah ada Tuan Paman, kenapa Tuan Paman datang kesini? Kalau nyonya besar tahu, nanti dia marah lagi padaku," ucap Evelyn menjauh.

"Apa nyonya besar memarahimu?" tanya Louise dan Evelyn mengangguk.

"Jangan takut, nanti Tuan Paman akan meminta nyonya besar untuk tidak memarahimu lagi ya." Louise kemudian memangku Evelyn dan saling bercengkrama.

Membuat sepasang mata geram dengan kelakuan tersebut. "Louise! Evelyn!" sentak Nyonya Grace.

.

.

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!