NovelToon NovelToon

Pesona Si Kembar Misyel Dan Mike

Bab 1. Hancur harapan Iklima

Bismillahirohmanirohim

"Lima kamu tak usah mencari pekerjaan lagi, sudah hampir dua minggu kamu mencari pekerjaan tapi tak kunjung dapat." Ucap perempuan paruh baya merupakan ibu dari gadis yang dipanggil Lima itu.

Nama aslinya Iklima Zarika, tapi dia sering kerap dipanggil Lima oleh orang-orang yang mengenalnya termasuk kedua orang tuanya, sebenarnya dia tak terlalu suka dengan panggil Lima.

Iklima yang baru saja pulang dari melamar pekerjaan tercengang mendegara perkatan ibunya. "Lah kenapa ibu? Bukankah ibu dan bapak ingin sekali Iklima bekerja, agar bisa membantu ekonomi keluarga?" 

"Iya ibu dan bapak tahu, tapi kamu tak susah mencari kerja lagi, ibu dan bapak sudah mencari kamu kerja."

Tentu saja mendengar perkataan ibunya Iklima merasa sangat senang. "Benarkah ibu?" tanyanya dengan perasaan gembira.

"Di perusahaan mana Iklima akan bekerja? Atau Iklima akan bekerja disebuah firman hukum mana?" tanyanya lagi masih dengan kegembiraan.

"Siapa yang bilang kalau kamu akan kerja di perusahaan atau firman hukum." Sahut bapak Iklima.

"Terus Iklima kerja dimana memangnya? Apakah di sebuah restoran ataupun mall? tak apa walaupun tidak di perusahaan dan Firman hukum, mall juga boleh." Gadis itu masih terus berusara.

Ibu dan bapak Iklima saling memandang satu sama lain. "Kamu akan mengurus anak tuan Arlan!" ujar bapak Iklima bernama Guntur.

Jder…..!

Hancur sudah harapan Iklima yang selama ini dia inginkan, setelah mendengar perkataan bapaknya. Kegembiraan yang tadi Iklima rasakan karena sudah mendapatkan pekerjaan tanpa harus bersusah payah, mendatangi setiap kantor untuk mendapatkan pekerjaan, hilang saat itu juga, setelah mendengar perkataan bapaknya baru saja.

"Apa……!!!" pekik Iklima tidak percaya.

Hancur sudah harapannya untuk menjadi seorang wanita karir. Dia sudah susah payah menyelesaikan S2 nya, bahkan menjadi lulusan terbaik di fakultasnya, hanya untuk menjadi seorang baby sitter. Bahkan dia mendapatkan gelar S.H. M.H

"Ibu, bapak kalian serius? Iklima disuruh menjadi seorang pengasuh balita?" tanyanya memastikan.

Tentu saja Iklima tahu siapa tuan Arlan itu, seorang dokter terkenal, dan orang yang paling kaya di perumahan dekat kampung tempat tinggal Iklima. Dia juga memiliki dua anak kembar, tapi sepertinya Iklima belum tahu jika Arlan memiliki anak kembar. 

Ditambah lagi Arlan di tempat tinggal Iklima dia laki-laki yang terkenal dengan julukan duda keren + mapan, sudah punya anak tapi tetap terlihat seperti bujangan.

"Kalian lagi ngeprank Iklima kan bu, bapak?" Iklima kembali berusara karane tidak ada jawaban dari orang tuanya.

Ikliam berharap dia baru saja salah dengar dengan perkataan bapaknya. Iklima berharap ibu dan bapaknya sedang ngeprank dirinya saat ini.

"Apakah muka ibu dan bapakmu ini terlihat sedang bercanda Lima?" ujar Diah sang ibu penuh penekanan.  

"Oh ayolah ibu, bapak, sebentar lagi Iklima akan mendapatkan pekerjaan untuk membantu ekonomi keluarga kita, jadi Iklima mohon biarkan Iklima berusaha sedikit  lagi ya, ya." Pintanya.

"Kalian rela sudah susah payah menguliahkan Iklima sampai S2 hanya untuk menjadi seorang pengasuh? Ibu dan bapak bercandakan, masa rela menyuruh Ikima menjadi pengasuh anak duda pula." Ucapnya lagi masih belum percaya dengan keputusan orang tuanya.

"Tidak! Kami tidak bercanda Lima!" Guntur menekankan setiap kata-katanya. "Apakah kamu melihat ada raut bercanda dari muka ibu dan bapak!"

Iklima menggelengkan kepalanya saat bapaknya berkata apakah 'Wajah bapak dan ibunya terlihat sedang bercanda' apalagi bapaknya berbicara menggunakan nada tegas dan serius membuat Iklima tak bisa berkata apa-apa sejenak, saat bapaknya sedang seperti sekarang ini.  

"Kami menguliahkan kamu sampai S2 bukan untuk menentang perintah orang tua Iklima, tapi kami menguliahkanmu untuk pintar, bukan pintar menentang seperti ini! pintar berpikir yang baik." Ucap Guntur dingin.

Iklima merupakan seorang putri dari keluarga sederhana, dia memiliki satu adik perempuan dan satu kakak perempuan. Tapi bapak dan ibunya tetap berusaha agar anak mereka bisa sekolah sampai kuliah.

"Baiklah tapi kenapa tidak kak Anggi saja yang menjadi baby sitter?" kilah Iklima dia merasa ini tidak adil untuk dirinya.

Diah membuang nafas pelan. "Jangan mencari alasan lain Iklima ibu dan bapak sudah mengatakan pada tuan Arlan, jika kamu yang akan mengurus anak kembarnya, jadi tak ada penolakan! Lagipula kakak kamu Anggi sudah bekerja diluar kota." Tegas Diah, dia menatap putrinya dengan tatapan memohon.

Diah tau Iklima tidak akan bisa menolak permintaanya, walaupun sebelumnya dia bersikeras tak mau menuruti ucapan bapaknya, tapi Iklima tak akan pernah bisa menolak permintaan ibunya.

"Dua anak kembar." Ucap Ikilam ragu-ragu, dia berharap apa yang ibunya katakan tidaklah benar. 

'Mungkin aku salah dengar.' Iklima masih berpikir positif.

"Kenapa kamu kaget begitu, Iklima? Bukankah kamu tau tuan Arlan memiliki anak, jangan bilang kamu tidak tahu jika anak tuan Arlan itu kembar." Ucap Guntur.

Kali ini Iklima kembali menganggukkan kepalanya lemah. Sudah tak ada harapan lagi bagi Iklima untuk terus menolak permintaan orang tuanya.

Guntur dan Diah sama-sama menggelengkan kepala. "Kamu sudah setuju dengan keputusan ibu dan bapak, jadi mulai besok kamu sudah mulai bisa bekerja." Ucap Diah dengan enteng, sambil berlalu pergi dari hadapan Iklima bersama suaminya.

Mereka tak menghiraukan Iklima yang masih terpaku di tempat. "Mulai kerja besok." Ucapnya masih melamun. Dia masih syok!

"Ibu, bapak!" teriak Iklima setelah sadar jika dirinya sedang melamun.

Orang tua lklima tak memperdulikan teriakannya. "Hancur sudah reputasiku, hancur sudah harapkanku menjadi seorang wanita karier." Gumun Iklima, dia melangkah pergi ke kamarnya membawa perasaan kesal.

Sampai di kamar Iklima langsung menghempaskan tubuhnya di kasur, percumah saja tadi dia bersikeras menolak perintah ibu dan bapaknya, jika akhirnya Iklima tak bisa berbuat apa-apa.

Ya, seperti itulah Iklima sama sekali tidak bisa menolak permintaan kedua orang tuanya, walaupaun awalnya begitu menentang

"Jadi untuk apa aku susah payah mencari pekerjaan selama dua minggu ini, hingga akhirnya aku hanya akan menjadi seorang pengasuh balita dan untuk apa juga susah-susah kuliah sampai S2." Molong Iklima tak habis pikir.

Dia meratapi nasibnya sendiri. "Kenapa juga ibu dan bapak menyuruhku kerja dengan tuan Arlan itu." Gerut Iklima, entah kenapa dia menjadi sedikit kesal pada laki-laki yang bernama Arlan.

Walaupun Arlan sangat terkenal di tempatnya tinggal, tapi Arlan tak pernah terlihat, hanya nama saja yang pernah Iklima dengar tentang Arlan.

"Mengurus dua balita ya." Iklima kembali bermolong.

"Apakah aku bisa mengurus dua balita sekaligus, bahkan aku saja tak pernah dekat dengan anak kecil, ini akan sedikit sulit untukku." 

Iklima menghembuskan nafas kasar berkali-kali dia sedang menormalkan kekesalannya saat ini. 

"Ku tak bisa terima apa adanya……!" Iklima berusaha tak menjerit saat ini.

Bab 2. Bertemu si kembar

Bismillahirohmanirohim.

Pagi harinya dengan perasaan malas Iklima haru pergi ke rumah tuan Arlan, sedari tadi sebelum disuruh oleh ibu bapaknya bersiap Iklima terus saja mengerut tidak jelas di dalam kamar.

"Iklima sudah selesai belum? Hari hampir siang, tidak enak dengan tuan Arlan jika kita telat kesana, ibu sudah janji jam 9 kita sudah berada di rumah beliau" ucap Diah ibu Iklima, sudah hampir 5 menit dia mengetuk pintu kamar Iklima. 

Tapi jawaban keluar dari mulut Iklima yang masih berada didalam kamar hanya. "Iya ibu sebentar lagi Iklima selesai" sahutnya. Sedari tadi hanya jawaban itu yang keluar dari mulut Iklima, hampir tiga kali sampai membuat Diah merasa kesal. 

"Lima ibu hitung sampai 3 jika kamu tak keluar juga lihat apa yang akan ibu lakukan padamu" ancam Diah dari depan pintu kamar Iklima.

Mendengar ancaman dari ibunya, Iklima langsung membuka pintu kamar. "Iklima sudah siap ibu ayo kita berangkat" dia suguhkan senyumnya semanis mungkin pada ibunya, agar tidak memarahi dirinya.

Iklima tau sekali watak ibunya, jika memarahi anaknya sendiri, bisa betah berjam-jam. "Kenapa lama sekali?" tanya Diah penuh selidik.

Iklima menyengir tanpa dosa. "Cari handphone Iklima yang lupa Iklima taruh mana" bohongnya.

Bukan itu yang sebenarnya Iklima lakukan, sedari tadi itu dia sedang bolak-balik apakah dia harus benar melakukan apa yang ibu dan bapaknya suruh, sampai ancaman yang keluar dari mulut ibunya tidak bisa membuat Iklima berkutik lagi.

"Dasar ceroboh, sudah ayo berangkat" ajak Diah, sambil berjalan lebih dulu dari pada Iklima.

Rumah mewah itu tidak jauh dari rumah orang tua Iklima, hanya saja Iklima dan ibunya sedang malas berjalan kaki, dengan sanati mereka mengendarai motor untuk bisa sampai ke rumah Arlan, sampai di rumah Arlan, Iklima dibuat takjub dengan kemegahan rumah tersebut, selama ini Iklima memang  tidak begitu memperhatikan tempat sekitar.

"Ibu Diah ya?" tanya seorang satpam dengan sopan.

"Betul pak"

Iklima diam saja membiarkan ibunya berbicara pada satpam yang sedang berjaga, Iklima masih setia memandang takjub rumah Arlan.

"Silahkan masuk ibu, neng, pak Arlan sudah menunggu di dalam bersama kedua anaknya" ujar satpam tadi yang membuat Diah mengerti.

Setelah mengatakan terima kasih Dian pergi dari hadapan satpam tadi, sambil menarik lengan Iklima agar berjalan sedikit cepat.

"Aduh, ibu pelan-pelan jalanya, sakit tau ditarik-tarim" gerut Iklima sambil meringis, dia berkata tidak dengan nada marah.

"Habisnya kamu jalanya lambat kayak siput, nggak enak sama tuan Arlan kalau ditungguin" cecer Diah, dia berhenti seketika saat melihat Arlan ada didepan mereka.

Arlan memang sudah berada di ruang tamu, dia sengaja menunggu kedatangan ibu Diah dan anaknya. Arlan berada di runag tamu bersama Misyel dan Mike. Tapi saat sedang asyik bermain dengan kedua buah hatinya di ruang tamu, Arlan tidak sengaja mendengar sedikit keributan di depan rumahnya.

"Tu-an Ar-lan" ucap bu Diah terbata.

Ibu Diah merasa tidak enak, sementar Iklima terpaku senjenak melihat Arlan yang begitu tampan.

"Iya bu, ayo masuk" ajak Arlan, sekilas dia melirik Iklima, Arlan tidak tahu jika anak kedua ibu Diah dan pak Guntur itu memiliki wajah yang cantik.

"Oh iya bu, panggil saya Arlan saja bu, tidak usah dengan embel-embel tuan, saya terkesan seperti orang yang angkuh jika seperti itu" ucap Arlan dengan sopan, setelah mempersihlakan ibu Diah dan Iklima duduk.

"Apa tidak masalah?" ujar ibu Diah dengan ragu. Arlan mengangguk yakin agar ibu Diah memanggilnya hanya dengan nama saja tanpa embel-embel tuan.

Arlan melihat kedua anaknya sebentar sebelum berbicara dengan Iklima, tapi dia terpaku dengan tingkah kedua anak kembarnya yang menatap Iklima dengan kedua mata berbinar.

"Apakah ini Iklima, ibu? yang anak mengasuh Misyel dan Mike?" tanya Arlan memastikan setelah melihat kedua anaknya yang menatap Iklima dengan rasa penasaran.

"Benar nak Arlan" ujar ibu Diah yang membuat Arlan tersenyum.

"Sepertinya anak saya sudah menyukai Iklima, mereka penasaran pada Iklima" ucap Arlan yang membuat Iklima menelan ludahnya dengan kasar.

"Papa, kakak cantik itu yang akan mengurus Misyel dan Mike?" tanya Misyel memastikan. 

"Iya sayang" jawab Arlan dengan lembut.

Iklima begitu tercengang saat melihat Misyel dan Mike sudah berdiri di hadapannya, padahal semalam dan sebelum berangkat menuju rumah Arlan, Iklima berharap jika anak kembar Arlan tidak menyukai dirinya, tapi sepertinya doa Iklima tidak terkabul untuk masalah yang satu ini.

"Kakak cantik ayo kita main" ajak anak laki-laki yang bernama Mike.

Tentu saja hal itu membuat Iklima kembali menelan ludahnya berkali kali dengan kasar. "Kenapa mereka malah ingin bermain denganku?, seharunya mereka tidak menyukaiku" batin Iklima merasa frustasi.

Ingin menolak ajakan Mike, tentu saja Iklima tidak sanggup apa lagi melihat tatapan Mike yang membuatnya tak bisa menolak.

"Nanti dulu Mike, papa harus memberi tahu kakak dulu tentang kerjanya" ucap Arlan memberi pengertian pada Mike.

Mike menuruti apa yang papa nya ucapkan. "Peraturan pertama kamu harus menetap disini, tidak boleh bolak-balik pulang ke rumah, kamu harus tinggal dirumah ini, kamar sudah disiapkan" terang Arlan.

"Apa!" pekin Iklima dalam hatinya.

Anehnya dia ingin sekali mengatkan, 'memang siapa yang sudah menyetuji ataur ini' tapi dia tidak bisa berkata apa-apa mulutnya terasa kaku, dia juga tidak tahu kenapa dengan mudahnya Iklima menganggukan kepalanya, padahal Iklima tidak berniat untuk merespon ucapan Arlan.

"Syukurlah kalau Iklima setuju" Arlan dan ibu Diah sama-sama merasa lega.

"Jadi kita sudah boleh bermain dengan kakak Iklima papa?" Mike memastikan, agar tidak kecewa seperti tadi.

"Boleh sayang" sahut Arlan yang membuat Misyel dan Mike senang.

"Kakak Iklima ayo main!" ajak keduanya, Iklima hanya bisa terseyum dan menuruti kemanuan kedua anak kembar itu.

"Kalau begitu saya pamit pulang nak Arlan" ujar ibu Diah, setelah Iklima sudah tidak ada diruang tamu lagi.

"Biar saya antar bu" tawar Arlan dengan sopan.

"Tidak perlu saya dan Iklima tadi membawa motor, saya permisi" ucap ibu Diah dengan sopan. Arlan memberikan satu amplo kedalam tas ibu Diah, tapi sepertinya ibu dia tidak menaydarinya.

Semenatar Iklima merasa bersyukur karena Misyel dan Mike tidak terlalu merepotkan, mereka hanya butuh ditemani bermain oleh Iklima, Iklima sadar jika mereka kekurangan kasih sayang seornag ibu.

Arlan yang menyusul mereka terlihat menghela nafas lega, saat melihat kedua anaknya asyik bermain, Arlan yang tidk sengaja melihat Iklima akhinya menyapa Iklima dengan baik dan sopan. 

"Iklima ibu sudah pulang, tadi dia titip salam buat kamu" ujar Arlan menyampaikan pesan ibu Diah.

"Iya pak Arlan" Iklima bingung harus memanggil Arlan dengan sebutan apa, tapi mengingat pak satpam tadi memanggilnya dengan sebutan pak, jadi dia menggunkan sebutan yang sama.

"Ibu pulang kenapa nggak bilang-bilang sih, aku merasa jadi anak buangan" gerut Iklima dalam hatinya, benar mulut dan hatinya tidak singkron sama sekali.

Bab 3. Kekompakan si kembar

Bismillahirohmanirohim.

Setipa hari Iklima selalu menjaga dan mengurus Misyel dan Mike dengan baik, walaupun terkadang dia masih saja ceroboh.

Iklima sendiri tidak tahu kapan kecerobohannya itu akan segara menghilang.

"Pagi kak Iklima" sapa Mike dengan senyum yang memgembang dipipinya.

Pagi ini Iklima membangunkan Mike dan Misyel, tapi sepertinya Misyel sudah bangun lebih dulu, Misyel juga sudah pergi kekamar mandi, setelah menyapa Iklima dengan senyum yang mengembang.

"Pagi sayang, ayo bangun" suruh Iklima. 

Entah sejak kapan Iklima memanggil kembar dengan kata 'sayang' dia suka saja memanggil dengan sebutan itu.

"Baik kak, tapi Mike mau mandi dengan kakak Iklima" Iklima mengangguk tanda setuju.

Sebenarnya memandikan  Mike dan Misyel bukan tugas Iklima, hanya saja setelah kedatangan Iklima di rumah itu, membuat kedua anak kembar duda keren bernama Arlan itu, enggan mandi jika tidak dengan Iklima.

Iklima tidak merasa keberatan sama sekali, saat memandikan atau mengurus semua kebutuhan Mike dan Misyel dia malah merasa senang.

Selama beberpaa hari ini, bekerja di rumah Arlan, Iklima sudah menata hatinya, dia berdamai dengan dirinya sendiri, agar bisa menerima kenyataan, bahwa dia sebagai tamatan sarjana hukum, harus menerima takdirnya menjadi baby sitter.

"Ayo kita ke kamar mandi, Misyel sudah disana" ajak Iklima.

Saat masuk kekamar mandi terlihat Misyel sudah selesai, anak perempuan Arlan itu memang sudah biasa mandi sendiri. "Misyel sudah beres mandinya?" tanya Iklima dengan lembut dia mendekati Misyel yang sudah mengenakan handuk.

"Sudah kak" jawabnya sambil tersenyum

Iklima mencubit pelan pipi Misyel dengan gemas. "Ayo kakak bantu salin terlebih dahulu" ujarnya, setelah meletkan Mike ke dalam bak yang sudah berisi air hangat.

"Mike tunggu disini sebentar oke! Kakak akan membantu Misyel salin" Mike mengguk patuh.

"Anak pintar" ujar Iklima sambil mengelus pucuk kepala Mike dengan sayang.

Setelah selesai membatu Misyel salin, dan berdandan juga merapaikan Misyel, Iklima membiarkan Misyel bermain dikamar sebentar, setelah itu dia menyusul Mike yang masih dikamar mandi.

Mungkin karena sudah terbaisa membantu Misyel dan Mike untuk melakukan semua yang mereka butuhkan, Iklima bisa melakuaknya dengan cekat, walaupun awalnya Iklima melakukan apa-apa dengan sangat kaku dan begitu kesusahan.

"Sudah selesai, ayo kita turun untuk sarapan" ajak Iklima sambil mengandeng tangan Misyel dan Mike.

Selama berada di rumah Arlan, Iklima selalu sarapan bersama mereka, karena Mike dan Misyel tidak mau makan jika tidak dengan Iklima. Pernah saat pagi pertama di rumah itu Iklima tidak ikut makan satu meja dengan mereka Misyel dan Mike mengerut kesal pada papa mereka, karena disana tidak ada Iklima. 

Arlan tidak ingin hal itu terjadi untuk kedua kalinya, Arlan menyuruh Iklima untuk selalu makan bersama mereka, setipa waktu makan.

"Pagi papa" sapa Mike dan Misyel sambil mencium pipi papa mereka secara bergantian, Iklima sudah terbiasa dengan pemandangan seperti itu, dia akan terseyum saat melihat Misyel dan Mike menyapa papa mereka.

Iklima merasa bersyukur walaupun kecerobohnya masih sering kali dia lakukan, tapi tidak sampai membuat hal fatal, Iklima senang karena bisa dekat dengan si kembar, Iklima sudah menganggap kedua anak kembar itu seperti anak sendiri. Walaupun Iklima tidak memiliki pengalaman mengasuh anak kecil, dia berhasil melakukan dengan baik saat mengasuh si kembar. 

Iklima juga sudah menganggap Misyel dan Mike seperti anaknya sendiri. Dia sudah terbaisa bersama Misyel dan Mike setiap harinya, bahkan hampir setiap waktu.

"Pagi sayang-sayangnya papa,  ayo sarapan" ajak Arlan, sambil mencium Misyel dan Mike secara bergantian.

Misyel langsung mengambil tempat duduk disebelah Iklima, sementara Mike mengambil tempat duduk disebelah papanya, biasanya setiap pagi kedua kembar itu akan berebut tempat duduk, karena ingin makan disebelah Iklima, sepertinya pagi ini keributan tidak akan terjadi oleh si kembar, mungkin karena suasan hati Mike sedang baik.

"Hai boy, kamu ingin makan dengan papa?" tanya Arlan memastikan, tidak mungkin Mike mendekatinya, jika tidak ada maunya.

"Benar sekali papa, biar Misyel dengan kakak Iklima dan Mike dengan papa disuapinya, kan jadinya pas dan serasi" celetuk Mike begitu saja.

Para pekerja yang mendegar ucapan polos Mike, hanya bisa senyum-senyum sendiri, sementara Iklima maupun Arlan merasa canggung, Iklima sedang menahan malunya saat ini.

"Dek Mike memang pintar"

"Benar, bisa saja ucapanya itu"

"Tapi bagus biar mereka punya ibu lagi" bisik-bisik para pekerja di rumah itu.

Untungnya mereka yang ada dimeja makan tidak mendengar bisik-bisik para perkerja, mereka sengaja berbicara dengan begitu pelan, karena tidak ingin menganggu ketenangan majikan mereka.

"Ya sudah ayo makan" suruh Alran pada mereka bertiga, dia berusaha untuk bersikap biasa-biasa saja.

Mereka makan dengan suasana santai, sesekali Misyel dan Mike tertawa bersama Iklima, Arlan tersenyum melihat mereka. Arlan senang kedua anaknya bisa tersenyum dengan lepas.

Sudah beberapa hari ini, Arlan tidak mendapati kedua anaknya murung, semenjak datangnya Iklima dirumah mereka, Mike dan Misyel selalu bisa tertawa dan tersenyum dengan tulus tanpa ada paksaan.

 Bukah hanya si kembar yang merasakan bahagia, tapi juga Arlan. Arlan merasakan apa yang diraksan kedua buah hatinya si kembar.

Sejak adanya Iklima dirumah mereka Arlan bisa melihat kembali kedua bauh hatinya tersenyum, sebelumnya Arlan tak pernah melihat senyum kedua buah hatinya yang begitu tulus.

Tak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu dari kecil, tentu saja membuat Misyel dan Mike tidak tau arti kata bahagia. Sejak saat itu dimana dengan teganya ibu kandung kembar meninggalkan mereka saat masih kecil, Arlan sudah menganggap istirnya mati. Karena dengan teganya dia meningalkan kedua bayi mungil yang belum tahu apa-apa.

"Kakak Misyel sudah kenyang" ujar Misyel sambil menunjukan sebuah gelas yang berisi air putih tanda dia ingin minum.

"Baiklah cantik" ucap Iklima tersenyum pada Misyel, sambil memberikan segelas air putih pada Misyel.

Setiap hari Iklima juga menemani Misyel dan Mike ke sekolah, umur keduanya yang hampir 5 tahun membuat Arlan memutuskan menyekolahkan Mike dan Misyel disekolah bimba, sekarang Arlan tidak perlu khawatri lagi, karena setiap waktu sekolah Iklima akan menemani Misyel dan Mike.

Walaupun kadang Arlan merasa sedikit was-was, dia tau Iklima gadis ceroboh, Arlan saja bingung bagimana bisa gadis ceroboh seperti Iklima bisa menyelesiakan S2nya, mejadi lulusan terbaik pula.

"Setelah selesai papa akan antar kalian sekolah" ucap Arlan yang membuat kedua bola mata anak kembarnya itu berbinar, sudah lama sekali mereka berharap Arlan akan mengatar sekolah.

Biasanya Mike dan Misyel hanya akan diantar supir, tapi tetap bersama Iklima.

"Papa tidak bohongkan?" tanya keduanya dengan kompak.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!