Clara membanting pintu kostnya dengan sangat keras dan mengunci dari dalam. Tasnya di lempar begitu saja di atas tempat tidur begitu juga tas map file yang berisi berkas -berkas skripsinya yang penuh dnegan coretan Pak Felix, Dosen pembimbing tua yang begitu killer.
Sudah satu semester ini, Clara berada di bawah bimbingna Pak Felix dan maih saja pengajuan bab satu yang tak kunjung lolos verifikasi.
Pengajuan judul saja waktu itu membutuhkan waktu tiga bulan, dan kini bab satu pun belum kelar.
"Di kira mau jadi mahasiswi abadi?" teriak Clara keras sambil mengambil air minum dai dalam kulkas.
Glek ...
Air putih dingin itu terasa sejuk di kerongkongannya yang panas dan kering sejak tadi menahan emosi saat bimbingan.
Tok ... Tok ... Tok ...
"Siapa?" jawab Clara dari dalam kamarnya.
"Gue, Nita," jawab Nita pelan.
Nita adalah teman satu kampusnya dengan prodi berbeda sekaligus tean satu kostnya.
ceklek ...
"Masuk Nit ...." titaha Clara pelan sambil merebahkan tubuhnya di kasur yang kurang empuk itu. Cukuplah utuk ukuan kamar kost.
Nita pun masuk dan duduk di kursi meja belajar Clara.
"Nanti malam ada party. Loe ikut ya? Ada banyak orang di sana teman gue sama teman Mas Arga," ucap Nita pelan sambil memberikan undangan berbentuk kartu pos kepada Clara.
"Acara apa sih?" tanya Clara pelan.
"Anniversary gue sama Mas Arga," jawab Nita pelan.
Clara membaca undangan itu dan memutar kedua bola matanya dnegan malas. Ia sebenarnya paling anti masuk ke sebuah kafe atau klub, apalagi sampai mabuk -mbukkan. Tapi, ajakan kali ini, mungkin akan di iyakan oleh Clara yang sedang penat mengurusi skripsinya yang tak kunjung selesai.
Nita menatap Clara yang ogah -ogahan pun tahu. Ia pasti tidak mau hadir ke tempat itu.
"Loe ikut gue aja. Masa sih, loe gak hargai dosen loe sendiri," cicit Nita pelan.
Ya, Arga adalah salah satu dosen muda incaran mahasiswinya. Arga memiliki wajah sempurna yang begitu ganteng dan gagah.
"Iya. Gue dateng," jawab Clara pelan sambil meletakkan undangan itu di atas tasnya yang berserakan isinya di tempat tidur.
Nita pun tersenyum dan berdiri mencubit pipi Clara dengan gemas. Tapi, Clara nampak biasa saja, tidak marah, tidak mmebalas candaan itu seperti biasanya.
"Loe kenapa, Clara? Muka loe bete banget?" tanya Nita pelan sambil kembali duduk di kursi.
"Arghh ... Loe tahu kan, bab satu gue kagak lolos -lolos. Gue sumpahin sakit tuh dosen," uca Clara kesal.
"Eitts ... Jnagan nyumpahin dosen loe. Ntar suami loe dosen lagi," jawab Nita tertawa keras.
"Gak bakal. Gue gak mau juga jadi istri dosen, pasti killer gitu. Dunianya hanya tentang materi dan keseriusan, gak ada candaan apalagi healing. Bisa mati berdiri jadi istri dosen," ucap Clara ketus sekenanya.
"Mas Arga gak begitu. Dia baik, dan gak seserius seperti di kampus," ucap Nita membela.
Memang benar Arga, dsennya tidak seperti itu. Beberapa kali, Clara juga makan bersama bahkan pergi bersama dnegan Nita dan sellau ada Arga di sana. Tapi, semua aman terkendali.
Clara menarik napas dalam. Sepertinya ucapanya salah kali ini. Ia berucap di depan calon istri dosen, makanya Nita tidak terima.
"Iya. Kecuali Pak Arga. Pak Arg sih beda," ucap Clara pelan membuat Nita yakin.
"Nah ... Gitu dong. Gue doain, ntar loe ketemu jodoh loe di sana. Dan ketemu dosen juga, biar loe dapet karma udah nyumpahin dosen pembimbing loe sendiri," ucap Nita tertawa keras.
"Asem ...." teriak Clara mengumpat.
"Ya sudah gue ke kamar dulu. Nanti jam lima loe haus udh siap. Jangan lupa dandan yang cantik," ucap Nita mengingatkan.
"Iya," jawab Clara pelan.
Nta pun pergi dari kamarnya dan pintu kamar itu kembali di tutup dan di kunci.
Clara kembali merebahkan tubuhnya di kasur dan mulai memainkan ponselnya untuk melihat beberapa pesanyang masuk ke dalam ponselnya.
Satu pesan dari Mamanya yang meminta Clara meneleponnya setelah tidak sibuk. Clara pun mengabaikannya, kepalanya terasa sangat penat dan pusing.
Saat ponselnya di letakkan di atas tas malah berbunyi dnegan deringan yang sangat keras.
Clara meatap layar ponselnya kembali. Sang Mama meneleponnya.
"Iya Ma," jawab Clara pelan.
"Kamu dimana, Nak?" tanya Mama Clara lembut.
"Baru saja sampai kost," jawab Clara pelan.
"Ekhemm ... Sebentar lagi liburan akhir tahun. Kamu bisa pulang, Nak?" tanya Mama Clara pelan.
Kedua mata Clara menatap kalender yang ada di atas meja belajarnya. Benar sekali satu bulan lagi liburan akhir tahu. Mahasiswi emester akhir seperti Clara tidak mungkin mengambil semester pendek untuk memperbaiki nilai. Dari pada di kost sendirian tanpa ada seseorang yang spesial lebih baik Clara pulang. Eittts ... tapi tunggu dulu, kalau pulang tentu, Papah dan Mamahnya akan banyak bertanya tentang kuliahnya yang belum ia selesaikan sampai sekarng.
"Lihat nanti ya, Ma. Karena Clara mau ngejar skripsi Clara. Dosennya minta tetap bimbingan di waktu libur agar bisa lulus dengan cepat," ucap Clara memberi alasan dengan tepat.
"Cobalah dulu. Kalau memang bis apulang, tolong pulang," titah Mama Clara dnegan nada sangat berharap.
"Memangnya ada apa? Mamah mau ada acara?" tanya Clara penasaran. Tidak biasanya Sang Mama akan sedikit memaksa seperti ini.
"Iya. Acara arisan kelurga besar. Biar kamu bisa kenal baik dnegan saudara jauh kita, Clara," jawab Mamah Clara pelan menjelaskan.
"Lihat nanti ya, Ma. Clara usahakan pulang. Memangnya acaranya tanggal berapa?" tanya Clar pelan.
"Tepat di akhir tahun, Clara. Malam pergantian tahun," jawab Sang Mamah pelan memberi tahu.
"Masih satu bulan lagi, Ma. Nanti biar Clara jadwal ulang lagi untuk bimbingan skripsinya," ucap Clara pelan.
"Iya Nak. Ya sudah, kamu istirahat dulu. Pasti lelah baru pulang dari kampus," ucap sang Mama pelan.
"Iya Mah. Clara mau istirahat dulu," jawab Clara pelan dan menutup ponselnya lebih awal.
Clara merasa ada yang aneh dengan sikap Mamahnya hari ini. Seperti ada sesuatu yang di sembunyikan.
Pukul Lima Sore -
Clara tengah bersiap untuk menghadiri acara anniversary Nita dan Arga. Kali ini memakai rok rempel yang sangat pendek dengan atasan tank top yang hanya di tutupi dengan kemeja tipis tembus pandang tanp di kancing.
Rambutnya yang panjang di biarkan terurai di bahunya dengan riasan sedikit tebal. Bibirnya di poles dengan lipstik berwarna merah cabe hingga terlihat sangat sexy sekali.
"Sudah siap belum?" teri Clara dari arah luar kamar Clara sambil mengetuk pintu kamar itu pelan.
"Sudah," jawab Clara pelan. Ia langsung menarik tas slempang kecil yang hanya cukup di isi dnegan ponsel dan dompet kecil saja.
Clara pun keluar kamar dan mengunci pintu kamarnya.
"Ayok. Sudah siap," jawab Clara yang terlihat sangat cantik sekali.
"Waow ... Cantik banget. Ini sih bakal dapet ikan beneran," ucap Nita tertawa menggoda.
"Gak mikir. Pengen heppi biar gak mikirin si Felix tua bangka itu," ucap Clara geram.
Hampir mau maghrib mereka pun sampai di sebuah cafe yang telah di pesan oleh Nita dan Arga sebagai tempat merayakan hari anniversarynya. Tempat clubbing yang memang sudah di pesan sehingga hanya ada tamu undangan mereka.
Clara turun dari mobil dan menatap cafe tersebut yang terlihat sudah ramai, dengan lampu disko yang cetar memberikan cahaya gemerlap dengan warna warni seperti pelangi. Bikin pusing juga lihatnya.
"Loe mau duduk dimana? Gue sama Mas Arga duduk di sana, karena harus terima tamu -tamu juga. Gimana?" tanya Nita pelan.
Tatapan Nita mengedar ke seluruh ruangan itu. Ia mencari -cari, siapa tahu ada orang yang datang ke tempat itu yang ia kenal.
"Ya udah gue di situ aja. Tapi, loe jangan tinggalin gue ya. Inget, pulang bareng," titah Clara mengingtakan.
Nita mengangkat tangannya dan menunjukka ibu jarinya tepat di depan wajah Clara.
"Siap Clara," ucap Nita pelan dan meninggalkan Clara sendirian di salah satu sudut meja itu.
Cafe itu semakin ramai, Clara pun hanyut denagn situasi Cafe dan mulai penasaran untuk mencicipi sebuah minuman berwarna yang di sediakan di depan mejanya.
Kepalanya yang penat dengan beban skripsi yang kunjung selesai, membuat Clra nekat minum minuman beralkhohol tinggi itu.
Glek ...
Wajahnya langsung berubah. Rasa minuman itu memang tidak enak. Saat minuman itu masuk ke dalam tenggorokannya, kerongkongannya terasa panas dan seperti akan terbakar lehernya. Tapi, suatu kenikmatan pun membuat Clara candu menegak dan menegak lagi minuman haram itu.
Kepalanya mulai berputar, kedua matanya pun mulai berbayang bila melihat orang. Tapi, Clara tak peduli. Ia menikmati malam itu dengan rasa bahagia. Gelora jiwanya pun ikut naik bersama aliran darah hingga ubun -ubun.
Tubuh Clara seperti bersemangat dan sesekali ia berdiri ikut berjoget -joget mengikuti irama dentuman musik DJ yang semakin terdengar ajib -ajib.
lama -lama lemas juga rasanya, dengan keringat yang mengucur di seluruh tubuhnya. Ia terduduk kembali dan menatap lelaki yang sudah ada di sampingnya sedang termenung sambil minum minuman yang sama seperti yang Clara minum tadi.
"Gak joget?" tanya Clara dengan kepala berputar. Pandangannya juga ikut berbayang. Lelaki itu nampak ada dua bhakan sesekali terlihat ada banyak.
Lelaki itu hanya menatap sekilas ke arah Clara dan tersenyum penuh arti melihat Clara dari atas hingga ke bawah.
"Liat apa loe," ucap Clara mulai merau sedikit taksadar. Clara hanya liht tatapan lelaki itu seperti berbeda kepadanya.
"Loe seksi," jawab lelaki itu yang juga sedang mabuk. Pikirannya tertuju pada mantan kekasihnya yang tega meninggalkan dirinya di kala masih sayang -sayangnya.
"Gue gitu lho," jawab Clara asal. Ia terus ikut berjoget -hoget, meliuk -liukkan tubuhnya yang sintal di depan Reynand, hingga membuat lelaki itu makin kalap dan tak bisa membendung hasrat gelora di dalam tubuhnya yang ingin di lampiaskan.
Reynand hanya tertawa sekilas sambil menegak lagi minumannya yang entah sudah gelas ke berapa. Tubuhnya terasa panas dan meregang, seperti ingin mengeluarkan sesuatu dari dalam tubuhnya. Reynand sadar, tidak sadar merasakan perubahan yang ada di dalam tubuhnya. Minuman pertamanya tadi seperti ada yang berbeda saat di minum.
Tak lama, Clara pun duduk dan mengambil minumannya lagi.
"Arghhh ... Mau pipis lagi," ucapnya lirih, namun masih terdengar di telinga Reynand.
Clara pun membuka kemeja tipisnya dan di sampirkan di tas kecilnya yang di selempang di bahunya. Kini, tubuh Clara benar -benar terlihat seksi dengan keringat yang berkilau di sekitar leher dan dadanya.
Rambut hitamnya di kuncir kuda dengan asal, hingga leher jenjangnya yang putih mulus itu membuat jantung Reynand berdetak keras dan semakin ingin buru -buru menyelesaikan hasratnya yang sudah tak tertahan.
Clara beranjak dan berjalan menuju ruangan kecil yang bertuliskan 'Toilet'. Namun, sayang sekali toilet itu sedang rusak. Ia pun mencari tempat untuk membuang hajat kecilnya itu.
"Mau pipis kan? Di situ ada kamar mandi," ucap Reynand yang membuntutinya sejak tadi.
"Dimana?" tanya Clara yang sudah tidak tahan ingin pipis.
"Di sana," ucap Reynand asal menunjuk. Wajahnya sudah merah karena tak tahan lagi.
Clara pun berlari cepat dengan sedikit sempoyongan merasakan pusing di kepalanya. Pandangannya benar -benar sudah berbayang tak bisa melihat dari jarak dekat pun.
Ia melihat sebuah pintu dan ia buka begitu saja pintu itu dan mencari tempat untuk membuang hajat kecilnya.
Ruangan itu memang seperti kamar kecil dan memang ada kamar mandi di dalamnya. Dengan cepat, Clara masuk ke dalam dan berjongkok di sana untuk pipis.
Reynand ikut masuk ke dalam. tak sengaja ia melihat Clara yang sedang membuka roknya dan pakaian dalamnya, pahanya mulus sekali. Perlahan ia mengunci kamar itu. Jiwa Reynand sudah seperti kerasukan setan dan ingin segera menikmati tubuh Clara yang ia kira mantan kekasihnya.
Clara sudah selesai dan keluar dari kamar mandi. Ia memegang kealanya yang semakin berputar dan jatuh ke pelukan Reynand.
"Aku pusing," ucap Clara pelan denagn mata sudah terpejam.
Bagai gayung bersambut. Reynand pun langsung mmebawa Clara ke tempat tidur. Ia merasakan seperti ada obat perngsang yang terminum bersama minuman haram itu hingga membuat tubuhnya terangsang dan memanas ingin segera melampiaskan semua rasa yang telah sesak tertahan dari tadi.
Clara yang sudah tak sadarkan diri pun sudah tak ingat apapun yang terjadi pada dirinya. Ia hanya terlentang dan diam saja, saat Reynadn mulai menciumi seluruh wajah Clara hingga lehernya yang putih mulus itu pun tak luput dari sapuan bibir dan lidah Reynand.
Reynand mulai kalap dan mulai bernafsu. Satu per satu pakaian Clara di buka hingga gadis itu benar -benar telanjang dan polos tanpa satu helai benang menutupinya.
Tubuh Reynand sudah tak sanggup menahan untuk menikmati tubuh Clara yang putih, mulus dan montok itu hingga terjadilah pelampiasan yang membuat Reynand begitu merasa kenikmatan.
Clara hanya meracau dan meringis kesakitan saat Reynand sedikit memaksakan senjata pamungkasnya yang sudah menguat itu masuk ke dalam lembah kenyamanan.
"Arghhh ... Kenapa enak sekali," ucap Reynand yang sudah tak sadar melukan itu semua karena nafsu dan dorongan rangsangan dari obat yang di minumnya.
"Mpppphhh ... Sakit ...." racau Clara lirih meringis menahan perih di area pahanya.
Keduanya tak saling kenal, keduanya pun tak pernah berkenalan. Semua terjadi secara tidak sadar dan semua sudah terjadi dan tak bisa di kembalikan lagi. Berkali -kali Reynand melakukan itu hingga efek samping obat rangsangan itu menghilang dan tubuh mereka terkulai lemas di atas tempat tidur tanpa di tutupi apapun.
"Arghh ...." Clara berteriak dengan sangat keras. Saat ia melihat tubuhnya polos dan ia tidur dalam satu ranjang bersama laki -laki yang tak di kenalnya.
Clara menarik selimut tebal yang ada di dekatnya dan menutupi seluruh tubuhnya sambil kedua matanya mengedar mencari pakaiannya yang terlihat berceceran di lantai.
Kedua mata Reynand pun mulai membuka perlahan dan menatap ke arah Clara, gadis cantik yang saat ini berada bersamanya.
"Kamu siapa?" teriak Reynand yng juga terkejut melihat Clara sudah menangis histeris.
"Seharusnya, aku yang tanya!! Kenapa aku bisa ada di sini!!" teriak Clara yang tak mau di salahkan.
Reynand mengambil bantal untuk menutupi organ intimnya yang mulai menegak kembali. Pemandangan indah yang ada di smapingnya membuat gelora hasratnya timbul lagi. Tapi, kali ini geloranya muncul dengan wajar bukan seperti yang di rasakan tadi malam.
Reynand berdiri dan mengambil handuk di lemari yang ada di sana.
"Aku sedang bertanya!! Kenapa kau tak menjawab pertanyaanku?" teriak Clara keras.
"Karena aku juga tidak tahu, kenapa ada di tempat ini bersamamu!! Aku lupa dan aku tidak mengingat apapun!!" teriak Reynand tak kalah keras berteriak hingga membuat Clara terdiam dan kesal.
"Argghhh ...." teriak Clara lagi dengan keras.
Ia pun bangkit berdiri untuk ke kamar mandi karena seluruh badannya lengket dan mengambil pakaiannya yang tergeletak di lantai. Namun, baru juga ia berusaha berdiri, pahanya begitu sakit dan keram.
"Aduhhh ... Sakit ...." teriak Clara spontan sambil memegangi selimutnya dan bagian pahanya.
Reynand yang sudah memungutu pakaiannya pun meletakkan kembali pakaiannya di meja.
"Kamu kenapa? Sakit?" tanya Reynand lembut.
Clara meringis dan mengangguk kecil. Lalu duduk kembali di pinggiran ranjang.
Reynand pun berjongkok di depan Clara. Ia meminta maaf atas kesalahan satu malam ini yang tak di sengajanya. Perlahan Reynand ingat kejadian tadi malam walaupun samar -samar.
Belum lagi Reynand melihat bercak darah di sprei putih itu. Ia pastikan Clara adalah gadis baik -baik.
Reynand menarik tangan Clara dan mengulang kembali permintaan maafnya yang tak kunjung di maafkan oleh Clara.
"Sebenarnya apa yang terjadi? Apakah tadi malam kita benar melakukan itu?" tanya Clara lirih.
Ia mulai tersadar, kalau pahanya sakit dan bagian intimnya sedikit perih. Reynand menatap Clara dan melirik kembali ke bagian menyembul tubuh Clara yang tertutupi selimut.
'Arghhh kenapa harus melihat yang indah lagi sih. Adikkku tak bisa di kondisikan,' batin Reynand di dalam hati.
Sebagai lelaki jantan, Reynand berani mengambil resiko tinggi dan berani menerima kalau suatu saat Clara memang hamil karena perbuatannya in.
"Aku akan tanggung jawab. Kalau benar, kau hamil atas kejadian ini," ucap Reynand pelan meyakinkan Clara.
Clara hanya menatap ke arah dua mata Reynand yang terlihat sangat jujur. Ia sama seklai tak kenal lelaki ini dan tak tahu asal usulnya sama sekali.
"Kau yakin tidak akan lari dari tanggung jawabmu?" tanya Clara memastikan. Dimana -mana perempuan adalah sosok yang lemah dan mudah di berikan janji.
"Apakah wajahku terlhat seperti penipu?" tanya Reynand kemudian.
"Wajah tak bisa menjadi tolak ukur, dia orang baik atau tidak. Karena, banyak maling juga berpakaian rapi seperti direktur," jawab Clara pelan.
"Tapi ... Aku beneran orang baik. Aku hanya di jebak saja oleh beberapa temanku yang mengira aku tak bisa move dari mantan kekasihku," ucap Reynand pelan.
"Lalu? Kenapa harus di lampiaskan kepadaku?" tanya Clara tak terima.
"Maafkan aku .... Ekhemm ... Siapa namamu?" tanya Rey lembut.
"Clara, mahasiswi semester akhir," ucap Clara pelan.
"Namaku Rey. Reynand Dasilva. Dosen Ekonomi,' ucapnya pelan meperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya kepada Clara.
Deg ...
Dada Clara bergemuruh keras. Lelaki yang ada di depannya adalah seorang dosen. Apa jangan -jangan ini beneran karma Clara yang langsung terbalaskan karena mengumpat dosen Felix, yang sudah tua bangka itu.
"Gak mau kenalan? Bisa jadi setelah ini kita ijab kabul, lho," ucap Reynand pelan.
Kedua mata Clara melotot dan tajam menatap Reynand yang terlihat serius menatap Clara.
"Hah? Ijab kabul? Gak akan Pak. Haduh, kejadian ini saja sudah bis amerusak masa depan saya, lalu gimana kalau ijab kabul itu terjadi, mungkin saya bisa mati berdiri karena punya suami yang beku kayak es, serius dan gak bisa di ajak bercanda," ucap Clara jujur. Ucapannya lolos begitu saja bagai mobil yang berjalan tanpa rem.
"Kamu itu sepertinya benci sekali sama dosen. Saya gak begitu," ucap Rey membela diri.
"Apapun itu. Pokoknya gak akan mungkin terjadi dan jangan sampai terjadi," ucap Clara tegas.
"Lalu? Kalau kamu hamil? Saya gak boleh bertanggung jawab? Kamu siap, mengandung tanpa suami dan ayah untuk anakmu?" ucap Rey pelan.
Posisinya masih berjongkok di depan Clara dan menatap gadis cantik itu yang berapi -api mengumpati rasa kecewanya.
"Arghhh ... Kita bahas nanti, kalau memang aku hamil. Aku harus pulang ke kos, sekarang juga," ucap Clara dengan cepat.
"Aku antar kamu pulang, Clara. Biar aku tahu siapa kamu. Aku benar -bnear ingin bertanggung jawab atas kejadian ini," ucap Rey tulus.
"Awas!! Aku harus pergi," ucap Clara ketus.
Clara langsung berdiri dan memunguti pakaiannya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri dan memakai pakaiannya.
Reynand pun bergegas memakai pakaiannya tanpa mandi agar bisa mengantar Clara secepatnya.
"Sudah selesai?" tanya Reynand yang duduk di tepi ranjang, sengaja menunggu Clara selesai mandi.
Clara hanya mengangguk pelan. Reynand pun berdiri dan memberikan jas hitamnya untuk di pakai oleh Clara. Tubuh Clara begitu seksi seklai, pakaiannya sangat transparan.
"Mulai sekarang, jaga tubuhmu untuk aku. Aku tak ingin berbagi dengan siapa pun," ucap Rey tegas. Rey memakaikan jasnya ke tubuh Clara dan kini mereka berdiri saling berhadapan.
"Apa maksudmu? Tidak ingin berbagi? Kita bukan siapa -siapa," ucap Clara berusaha memastikan apa yang sebenarny aterjadi di antara keduanya. Clara menganggap kejadian ini suatu bencana buruk baginya. Tapi, tidak sedikit pun Clara ingin meminta pertanggung jawaban pada Rey. Belum tentu ia hamil juga seyelah ini.
Kedua tangan Rey memegang pinggang Clara. Satu tangannya naik dan memegang dagu Clara dan mengusap lembut wajah cantik Clara. Clara jauh lebih cantik dan menarik dari mantan kekasihnya. Mungkin dengan membuka hati baru, ia bisa melupakan kenangan yang pernah ia toreskan bersama mantan kekasihnya itu.
Wajah Rey mendekat dan mencium bibir ranum Clara denganlembut sekali. Rey nampak hati -hati dan sangat berpengalaman dalam hal ini. Mungkin karena ia sudah dewasa dan tentu umurnya jauh di atas Clara.
Clara diam dan menrut saja. Bibir Rey lama -lama menjadi candu baginya. Sebenarnya ini perasaan apa? Kenapa tak ada penolaan sama sekali?
"Mulai saat ini, kamu milikku, dan aku milikkmu, seutuhnya," ucap Rey pelan setengah berbisik.
Kedua mata Clara mengerjap dengan indahnya. Ucapan Rey bagai bisikan maut. Apa ini cara orang dewasa mengajak pacaran? Kenapa secepat itu? Kenapa bahasannya berbeda seperti Budi mengungkapkan cintanya dulu kepada dirinya. 'Clara maukah kamu jadi pacarku?' Atau Si Reno, 'Clara loe mau gak jadi cewek gue?'
Masa iya? Aku harus menjilat air ludahku sendiri yang sudah ku jatuhkan untuk tidak berhubungan denganseorang dosen?.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!