Pagi hari di kelas sudah sangat terasa panas dan berisik. Aku paling membenci suasana seperti ini walaupun aku bergaul dengan banyak teman yang sama-sama berisiknya.
Pelajaran hari ini juga pasti akan membosankan untuk di ikuti dan sepertinya aku sudah memutuskan untuk tidak mengikuti kelas hari ini untuk kesekian kalinya di akhir semester ini.
“Rere aku titip absen ya, ingat aku sedang sakit.” Seperti biasa dengan alasan yang di buat oleh si kutu buku dikelas ini aku yakin dosenku akan percaya.
Pagi ini benar-benar sangat melelahkan di tambah dari semalam aku memang belum pernah memejamkan mata karena semalaman duduk di Bar dengan senior yang terus saja menggangguku.
"Temani kami dulu nona cantik, kau harus menuruti perkataan seniormu" Kejadian semalam saat di bar mengusikku aku terpaksa menemani segerombolan senior dari fakultasku karena tidak ingin mencari masalah dengan mereka.
Tempat yang sangat bagus untuk kasusku pagi ini adalah perpustakaan yang tenang dan hening.
Tepat seperti dugaanku, Perpustakaan ini masih sangat sepi dan tenang. Mungkin aku bisa sedikit lebih menikmati waktu tidur di tempat ini di banding dengan tidur di kamar kos ku yang aku yakini sedang penuh saat ini dengan teman-temanku
Tidak menunggu waktu lama, suasana dingin dari perpustakaan yang dilengkapi dengan AC ini sudah mulai menggelitik mataku dan membuatku jatuh tertidur dengan posisi duduk di bangku perpustakaan sambil menempelkan wajahku dimeja dengan tanganku sebagai bantalnya.
***
Waktu benar-benar berlalu dengan cepat. Dalam sekejap saja tidak terasa pagi sudah berganti menjadi siang yang terik, makan makanan kantin sudah sangat membosankan bagiku dan hari ini rasanya sia-sia saja ke kampus karena aku sama sekali tidak mengikuti pelajaran apapun hari ini dan aku memutuskan untuk pulang ke Kos.
Matahari yang terik sudah cukup membuat kulitku terasa panas bagaikan di bakar dengan api yang panasnya sangat menyengat. Moodku tiba-tiba menjadi down karena panas matahari siang ini, namun sekejap mood itu langsung berubah setelah melihat seorang lelaki yang terlihat dewasa dan juga berpenampilan menarik lewat di hadapanku dengan sopannya.
Baru kali ini aku melihat lelaki tampan yang berjalan dengan sopan di depan wanita dan sama sekali tidak memberikan tatapan yang aneh seperti lelaki yang lainnya, Ia malah berjalan dengan kepala tertunduk seperti berusaha menjaga pandangannya.
Aku mulai penasaran dengan lelaki itu dan memutuskan untuk mengikutinya, semakin jauh langkahnya semakin semangat pula aku ingin tau tentang dirinya. Ia berhenti tepat di depan kantor Dosen dan seakan tak ingin menghilangkan kesempatan ini, aku langsung mengambil ponsel dan mengabadikan foto orang itu dengan ponselku sebelum akhirnya Ia benar-benar menghilang dari pandanganku.
Ku perhatikan lagi foto yang ku ambil barusan. Sekilas terlihat sangat tampan dan menarik hati, di lihat dengan saksama wajahnya pun penuh kelembutan dan memiliki perawakan yang sopan juga menjaga martabat wanita. Benar-benar lelaki idaman, aku tersenyum melangkah pergi dari tempat itu.
***
Keramaian di kamar kos ku ini sama saja berisiknya dengan di kelas tadi pagi tapi tak apalah, walaupun aku membenci suasana ini tapi aku juga harus menikmatinya karena ini sudah menjadi pilihanku untuk bergaul dengan mereka dan lagi aku berpikir bahwa nasibku tidak akan lama lagi seperti mereka yang sudah di juluki Tetua kampus.
Mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang bermain game online dengan hebohnya, ada yang menonton film di layar laptop dan ada juga yang sedang tidur dengan nyenyaknya.
Aku lebih memilih duduk memojok di sofa sudut ruangan kamar medium yang di penuhi sesak oleh laki-laki maupun perempuan, aku duduk bersandar dengan nyaman lalu terus memandangi foto yang ku ambil pagi tadi. Salah seorang temanku mendekat tanpa ku sadari dan ikut memandang foto itu
“Namanya Muhammad Rafqi Dayyan salah satu dosen muda yang bergelar Doktor di kampus swasta ini” Aku kaget mendengarnya dan langsung mematikan ponselku.
“Apa apaan kau Laras, kenapa kau mengintip ponsel orang lain. Sangat tidak sopan” Aku paling membenci orang yang sangat suka mengganggu privasi orang lain
“Maafkan aku kalau aku lancang, aku tidak berniat mengganggumu Auryn. Lain kali aku tidak akan melihat ponsel mu lagi” Laras pergi menjauh dengan wajah kesal dan bergabung menonton film dengan yang lain, ada perasaan tidak enak dihatiku karena membentak Laras barusan.
Aku kembali menyalakan ponselku, kalau tidak salah Laras tadi menyebutkan nama orang itu. Muhammad Rafqi Dayyan, Doktor muda di kampus. Aku benar-benar tidak menyangka dia adalah dosen di kampus kum Aku pikir tadi dia juga mahasiswa sepertiku, sudah dua kali aku di buat kagum olehnya.
Drrttttttt drrrrttttt drrrtttt
Kulihat ponselku bergetar di tanganku menampilkan nama si pemanggil. Ternyata dari kak Aisyah, kakak kandungku yang sangat kusayangi
“Halo Kak”
“Bisa temui kakak di cafe biasa dek? " tanya kak Aisyah diseberang sana
“Oke, Auryn sekarang ke sana.”
Aku langsung berdiri dari tempat dudukku dan berniat keluar menemui kakakku.
“Kau mau kemana, Auryn? ” tanya kak Tara, mahasiswa semester enam yang juga menjadi temanku selama ini. Aku satu semester di bawahnya.
“Ada telpon kak Tara, penting. Aku pergi dulu yah" pamitku kepada kak Tara sekaligus orang-orang yang berada dikamar ini, Namun sebelum keluar mataku tertuju pada Laras aku benar-benar tidak enak dengan kejadian tadi dan memutuskan minta maaf pada Laras sebelum keluar dari sana.
"Laras, aku minta maaf atas sikapku tadi.” Laras menatapku yang masih menunggu jawabannya lalu ia tersenyum mengiyakannya, aku merasa lega dan melanjutkan niatku untuk keluar menemui kak Aisyah.
***
Sesampainya di cafe, aku melihat seorang melambaikan tangan kepadaku dan aku langsung menghampirinya.
“Kakak sudah lama menungguku?” Tanyaku pada seorang wanita cantik berhijab dan langsung duduk di depannya
“Belum terlalu lama dek” jawabnya sambil tersenyum melihatku, senyum manis yang sangat ku sukai
"Kakak ada perlu apa denganku, biasanya kakak datang di akhir bulan untuk menemuiku tapi ini belum waktunya kan?" Tidak biasanya kak Aisyah menemuiku kalau tidak ada sesuatu yang mendesak, kuliat raut wajahnya agak ragu untuk menjelaskan maksudnya menemuiku.
"Begini Auryn, Mama menyuruh kakak untuk mengajakmu pulang. Kata Mama, dia merindukanmu apa kau tidak mau menemui mama?" Raut wajahku berubah menjadi datar setelah mendengar tujuan kak Aisyah menemuiku dan kak Aisyah pasti sudah tau apa jawabanku
"Jawaban Auryn masih sama kak seperti sebelumnya, Auryn tidak mau pulang!, Auryn muak sama mereka berdua” Kejadian itu kembali lagi di ingatanku, kejadian dimana aku hampir kehilangan nyawaku karena Mama dan semua masalah didalam keluargaku satu persatu mampir di ingatanku.
"Auryn, kau jangan keras kepala seperti ini dek. Apa kau tidak kasihan dengan Mama, Mama sekarang benar-benar sudah berubah” kata kak Aisyah namun tidak merubah sedikitpun nada bicaranya yang lembut padaku
“Aku tidak mau kak! Aku sudah bilang berapa kali kak, bagi Aku sekarang tidak ada yang penting lagi bahkan hidupku sendiri”
“Kau jangan bicara seperti itu, sudah dua tahun kau pergi dari rumah dan hidup semaumu. Kakak hanya khawatir kau menghancurkan masa depanmu sayang" Mata kak Aisyah terlihat berkaca-kaca, sebenarnya aku tidak tega melihatnya tapi keputusanku sudah bulat aku sama sekali tidak pernah sekalipun berpikir untuk pulang kerumah dan bertemu dengan orangtuaku yang sudah sangat mengecewakan ku
“Yang menghancurkan hidup Auryn mereka berdua kak. Papa, Mama mereka berdua sama saja Auryn tidak mau bertemu mereka lagi"
“Auryn” wajah Kakak benar-benar sudah terlihat putus asa dan aku tidak mau membuat kakak menjadi orang yang tidak mau ku temui lagi seperti Mama dan Papa
“Maaf kak, Tapi Auryn tidak bisa. Tolong jangan paksa Auryn, Auryn tidak mau kalau sampai Auryn menganggap kakak sama seperti Mama dan Papa. Auryn pamit dulu kak" Aku pamit meninggalkan kakak yang masih duduk memandangiku di dalam cafe, Kakak tidak berusaha menghentikan ku karena dia sudah mengetahui betul watak keras kepala ku dan aku yakin kata-kataku barusan juga membuatnya berat jika harus memutuskan hubungan lagi seperti yang ku lakukan dengan Mama dan Papa
Yang ku punya dan yang ku anggap keluarga saat ini hanya Kak Aisyah, jadi sebisa mungkin aku tetap menjaga hubungan baikku dengan kak Aisyah. Hanya dia yang selalu menghibur dan membantuku disaat Mama dan Papa bertindak sesuka hati di rumah.
Hanya kak Aisyah yang membuatku bertahan walau sebenarnya aku iri pada kekuatannya untuk bertahan dan mendapatkan semua perhatian lebih dari Mama dan Papa walau hubungan keluargaku tidak semanis keluarga lainnya, mungkin saja karena dia berusaha menjadi anak yang baik. Tidak seperti aku yang selalu saja mencari masalah dengan orang tuaku
***
“Auryn" Panggil Laras yang membuat mengejutkanku
“Ah, kenapa?" Lamunanku seketika buyar saat Laras memanggilku dengan suara yang cukup keras tepat ditelingaku
“Kau kenapa, dari tadi ku perhatikan kau melamun apa kau ada masalah?" Tanya Laras terlihat khawatir
“Tidak, tidak ada" jawabku dengan senyum tipis pada Laras
"Dosennya belum datang?" aku memperhatikan sekeliling karena suasana kelas masih ramai
“Belum. Oh iya, aku mau bertanya sesuatu apa kau keberatan?" Laras terlihat sungkan untuk bertanya padaku aku tau pasti karena sikap ku kemarin.
“Maaf Laras. Pasti kau jadi sungkan karena sikapku kemarin, kau bisa bertanya apa saja"kataku dengan senyum yang lebih tulus pada temanku ini.
"Tidak apa-apa Auryn, harusnya aku lebih sopan" Laras terlihat masih bingung menyusun kata-katanya
"Ini soal foto yang kau lihat kemarin, kau penasaran dengan Dosen muda itu? " Tanya Laras seakan bisa melihatnya dengan jelas
“Memangnya kelihatan seperti itu yah?" Aku sedikit salah tingkah di depan Laras
“Malah sangat jelas. Sejak kapan kau tertarik dengan laki-laki, makanya aku heran saat melihat diponsel mu ada gambar laki-laki” kata Laras dengan senyum yang dapat ku artikan itu
“Memangnya kelihatan seperti itu yah?"
“Malah sangat jelas. Sejak kapan kau tertarik dengan laki-laki, makanya aku heran saat melihat diponsel mu ada gambar laki-laki” Kata Laras dengan senyuman yang dapat ku artikan itu
Aku sedikit malu untuk mengakui bahwa aku penasaran dengan dosen muda itu
"Apa kau tau sesuatu tentang dia? " Rasa penasaranku makin besar tiap kali mengingat dosen muda itu
"Yang ku tau dia itu Doktor muda dan kalau tidak salah kak Tara pernah mengambil program Mata Kuliahnya tentang Manajemen Bisnis dan nilainya kak Tara di buat anjlok oleh dia tapi dosen muda itu tidak bisa disalahkan juga, menurutku malah itu sebenarnya salah kak Tara sendiri.”
Aku menatap Laras tanpa meresponnya karena tidak mengerti sama sekali arah pembicaraannya, tapi Laras mengerti ekspresi wajahku yang seperti mengatakan "kenapa?"
“Kau kan tau kak Tara orangnya bagaimana, sudah malas masuk kelas, keseringan titip absen dan tidak pernah mengumpulkan tugasnya.” Jelas Laras terkekeh dan yang ku sambut dengan senyuman karena membayangkan wajah kak Tara yang pastinya cuek saja dengan nilai E
“Kau tidak usah menertawakan kak Tara karena mungkin saja kau juga akan bernasib sama dengannya" Kataku meledek temanku satu ini, karena sifat kami yang sama-sama malas mengenai perkuliahan
“huffttt" Laras hanya menghela nafasnya dengan kasar membenarkan perkataanku
Aku terdiam lagi, tapi kali ini yang ku pikirkan bukan masalah dengan Kak Aisyah tadi tapi yang ku pikir bagaimana caranya aku bisa masuk di kelasnya Doktor muda itu, sebesar itu rasa penasaranku pada Dosen muda yang tampan itu
“Sebentar lagi Ujian semester, nilaiku harus bagus untuk bisa mendapatkan sks yang cukup agar masuk ke kelasnya. Aku sudah terancam tidak bisa mengambil full sks di semester ini karena aku sengaja ingin membuat nilaiku anjlok biar bisa terus bersama temanku yang lain, tapi kalau aku tidak memperbaiki nilaiku, artinya aku tidak bisa mendaftar dikelas Doktor Muda itu. Kesempatan satu-satunya buat mengejar nilaiku yang tertinggal kemarin hanya di ujian akhir saja, aku harus belajar dengan giat untuk ujian akhir nanti. Ya sudahlah setelah kelas ini aku akan ke perpustakaan untuk meminjam buku dan berusaha mempelajarinya." batinku dengan segala macam pikiran yang bercabang cabang.
***
Setelah kelas selesai aku menyuruh Laras untuk kembali ke kos duluan dengan alasan masih ada urusan penting yang harus aku kerjakan.
Aku bergegas menuju ke perpustakaan setelah mencatat beberapa list mata kuliah yang kemarin dengan sengaja tidak ku ikuti kelasnya. Sesampainya di perpustakaan aku langsung menuju ke rak buku yang ku butuhkan dan mengambil beberapa buku di sana. Sekitar empat buah buku sudah ada di tanganku saat ini.
Setelah lama berjalan mataku tertuju pada rak buku manajemen bisnis di depanku, aku penasaran kenapa orang-orang ingin belajar bisnis dan kebetulan aku akan mengambil mata kuliah itu juga jadi ku putuskan untuk meminjam buku itu juga.
Sayang sekali tangan dan kaki ku kurang tinggi untuk bisa menggapai buku yang ada di rak atas, aku juga merasa risih dengan pandangan senior di sampingku yang terus menatapku berjinjit sehingga bajuku terangkat Karena kependekan
Saat itu seorang menawarkan bantuan di belakangku
“Maaf, boleh saya bantu?” Mataku dan matanya bertemu namun ia langsung membuang pandangannya kearah lain
"Pak Rafqi" batinku
“Terima kasih, saya butuh buku di rak atas itu” Dia langsung mengambil buku tersebut tanpa kesusahan Karena Badannya yang lumayan tinggi
“Ini bukunya, lain kali pakaiannya yang agak panjang jadi orang-orang juga bisa menjaga pandangannya” Perkataannya sangat lembut walau sebenarnya dia sedang menegurku
“Iya, terima Kasih banyak Pak" jawabku dengan gugup sembari mengambil buku yang diambilkannya untukku dari tangannya.
“Panggil saja Kak Rafqi atau Dayyan, semuanya sama saja” Bicaranya yang lembut sangat membuatku terpikat
Dia berjalan pergi setelah memberitauku namanya yang sudah kuketahui. Rafqi Dayyan, nama yang bagus dan dia bersinar seperti namanya, qku semakin penasaran dan penuh ambisi untuk mengambil Mata Kuliah yang di ajarkannya
Mataku tidak berpaling sedikitpun memandang punggungnya yang berlalu pergi dari sana, ada perasaan senang dihatiku karena menerima perlakuan baiknya dan kata-katanya yang lembut memberitahuku tentang kekuranganku tanpa menjatuhkanku
"Rafqi Dayyan, tunggu aku dikelasmu" gumamku dengan senyum yang mengembang diwajahku.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!