NovelToon NovelToon

arisan bodong keluarga suami

Drama Arisan

Seperti biasa sepulang kerja aku dan a'diki mampir ke rumah amah, karena motor kami disimpan di rumah amah berhubung rumah yang kami tempati berada di lantai 2 dan tidak memiliki teras untuk parkir. Kebetulan sekali hari ini menurut perhitunganku seharusnya aku menang arisan yang diadakan keluarga a'diki. Arisan yang menurutku jumlahnya sangat besar.

Prolog

Pov novia

Aku tergesa gesa naik tangga dengan menahan amarah. Ku banting pintu kamar sekencang mungkin, aku sudah gak peduli andaikan para tetangga mendengar kegaduhan dirumahku. Ya wajar saja rumahku berada di gang padat penduduk, rumah kecil dengan 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, dapur dan ruang tamu dan posisi nya berada di lantai 2 yang ukuran tiap ruangnya paling 2.5 x 3 meter dan disekat triplek. Kecuali kamar mandi. Cocok dengan sebutan RSSSS yang orang bilang rumah sederhana sekali sampai selojoran saja susah.

Rumah 2 lantai ini sebenarnya rumah mertua yang memang sengaja untuk dikontrakan. Lantai pertama di bawah di isi teh ani pengontrak yang sudah bertahun tahun mengontrak di rumah amah ini. Amah adalah ibu mertua ku, rumahnya tepat dibelakang rumah kontrakan ini bahkan temboknya pun masih bersatu.

Jderrrrrr

Pintu aku banting, saking kesalnya menahan amarah sampai aku mengabaikan anak anak dan ibu ku yang berada di kamar sebelah. Lalu aku mendengar suara langkah kaki menuju kamar dan itu pasti suamiku. Dia hanya diam dan tak bersuara. "Kenapa A' hanya diam mana uangku susah payah aku menyisihkan uang untuk arisan. Tapi uangnya raib entah kemana. Sebulan 3 juta itu jumlah uang yang besar buat aku a'. hampir 2 tahun aku menunggu ternyata sia sia wujud uangnya pun aku tak tahu. Amah tega A' sama aku. Aa juga kenapa selalu menutupi. Ini namanya arisan bodong a"

"Maafkan amah neng, aa bingung harus gimana. Sebenarnya aa sudah bilang keberatan tapi aa gak bisa berbuat banyak. Amah surga nya aa, kalau sampai aa melawan aa merasa berdosa" cuma itu terus yang jadi pembelaannya setiap kali kami bertengkar. Entah itu karena ulah ibu nya lah, bapa nya lah, kakaknya atau bahkan adiknya. Padahal sebenarnya itu alasan dia yang memang tidak bisa tegas pada keluarganya. "Cukup a'  aku udah cape dengernya. Lelah dan jenuh, selalu saja masalah uang. Aku kurang apa a'? Gaji aa hampir semua di kasih ke amah. Kalian emang keluarga maruk bukan hanya uangku tapi tenaga ku pun kalian peras. Kalian penipu "

Plaakk

"cukup novia aku tak terima kau menjelekan keluargaku" tamparan yang cukup kencang mendarat di pipiku. Panas, perih terasa tapi lebih perih lagi hatiku. Laki laki yang selalu aku coba untuk hormati, laki laki ayah dari anak anakku tega menyakitiku. Aku menangis tergugu "puas a' kamu nyakiti aku?tak perlu kamu jawab aku sudah tau arahnya kemana. Mungkin perpisahan lebih baik buat kita a'.

Aku masih melihat kemarahan di matanya dadanya turun naik menahan amarah. Sekuat tenaga aku mendorong nya keluar kamar lalu mengunci pintu. Aku menangis menahan perih di hati."Ya Allah kenapa seperti ini, bukan ini yang aku mau. Susah payah aku bertahan dikeluarga ini. Aku lelah Ya Allah"

Jam 5 shubuh aku terbangun samar samar aku mendengar ibu mengaji, a' diki juga pasti tidur di rumah amah karena setelah aku kunci sepertinya dia langsung keluar rumah "Ya Allah aku tertidur mataku sampai bengkak begini" sambil bercermin aku memperhatikan mataku kutarik nafas dalam dalam dan berharap kejadian semalam tidak didengar ibu. Aku khawatir akan menjadi beban fikiran untuknya. Tapi rasanya itu mustahil dengan kondisi rumah sekecil ini. Setelah merasa tenang aku berdiri dan aku berlalu ke kamar mandi hendak berwudhu.

Selesai sholat aku berdo'a agar Allah memberi jalan atas masalah rumah tanggaku dan berharap semua baik baik saja. Ya Allah maafkan aku, bukan aku tidak bersyukur atas nikmat - Mu. Andaikata suamiku bisa tegas terhadap amah dan adik adiknya mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini. Sudah terlalu sering keluarganya membuat masalah tanpa ada penyesalan ataupun permintaan maaf. Sabar ku pun ada batasnya.

Selesai sholat aku keluar kamar menuju dapur untuk menyiapkan sarapan anak anak karena mereka terbiasa sarapan sebelum berangkat sekolah. Keyla sekarang duduk di bangku kelas 2 Sekolah Dasar sedangkan Althaf baru Paud. Keduanya di asuh ibuku yang kebetulan 1 rumah denganku, itu pun atas seizin a'diki. Sebelumnya ketika Althaf belum lahir kami menumpang di rumah amah, seingatku Keyla tidak dekat dengan amah bahkan keyla akan menangis bila digendong amah. Setelah anak kedua kami lahir yaitu Althaf barulah kami pindah ke rumah yang kami tempati sekarang karena rasanya tidak mungkin kami masih menumpang di rumah amah. Kami hanya diberi 1 kamar sedangkan kami sudah memiliki 2 anak.

Walaupun rumah sekarang terbilang kecil namun itu lebih baik karena terasa lebih leluasa dan juga aku merasa tidak terlalu lelah. Dulu biasanya jam setengah 4 pagi aku harus sudah terbangun membereskan rumah, membantu amah mencuci piring dan perabotan masak karena amah punya warung makan dan sebagian proses memasak dilakukan di rumah, tidak ketinggalan mencuci baju 1 keluarga di rumah ini. Sepulang kerja aktifitasku juga sama saja membereskan dan mencuci peralatan masak amah, dan membantu meracik bumbu untuk dimasak besok shubuh, bahkan sering aku tertidur paling akhir supaya pekerjaan cepat beres. Karena kalau sampai tidak beres amah pasti akan ceramah sehari semalam mengatakan aku malas lah, perhitungan tenaga lah bla bla bla.. Huuhhh itulah resiko numpang di mertua hahaaa

Aku dulu pernah bertanya pada amah kenapa tidak mencari pembantu, tapi amah menolak katanya gak suka kalau ada orang lain di rumah dan gak percaya sama kerjaan orang. Padahal menurut cerita tetangga gak pernah ada pembantu yang bertahan lebih dari sebulan, kadang ada yang baru seminggu sudah mau pulang kampung karena tidak tahan sifat amah yang cerewet, perhitungan dan gak percayaan. Ditambah lagi sekarang ada aku dianggap nya seperti pembantu gratisan. Asal reader tau ya aku di sini gak gratis selain mengeluarkan tenaga, tiap bulan aku yang menanggung biaya listrik, air, dan tektek bengek lainnya. Bahkan seringnya aku yang menanggung biaya makan, walaupun amah punya warung nasi tapi amah gak mau makanan jualannya kita makan. Yang lebih mirisnya gaji a'diki lebih banyak diberikan pada amah dengan alasan berbakti. Ya salaamm gini amat punya mertua aarrggghhh..

Namun warung nasi amah tidak bertahan lama, mungkin karena amah yang cerewet dan bawel sehingga pembeli banyak yang kabur. Alhasil aku diperbolehkan pindah rumah setelah Althaf lahir. Dengan syarat tinggal dirumah kontrakan miliknya supaya tidak jauh dari amah.

Kalau gini ceritanya sama juga bohong lah. Pasti segala sesuatunya masih harus ngikutin amah. Cuma pindah tempat saja hhmmmm

Sarapan pagi

Pov novia

"neng"ditengah lamunanku  ibu memanggilku, aku tahu pasti beliau bertanya soal kejadian semalam. Aku memang belum bercerita, ibu punya penyakit darah tinggi aku gak mau permasalahan yang aku hadapi akan menjadi beban fikiran ibu. "Iya bu, maafkan soal semalam bu. aku gak mau ibu banyak fikiran tapi percayalah semua akan baik baik saja. Aku harap ibu bisa mengerti posisiku. Mungkin ibu bisa mendengar percakapan kami tadi malam. Sepertinya rumah tanggaku gak bisa dipertahankan hiks hiks" aku menangis tak kuat  menahan perih di hati, biarlah mau nanti mau sekarang rasanya sama saja. "Iya neng ibu faham, ibu akan mengikuti semua keputusan neng gimana baiknya saja. Ibu percaya sama neng. Do'a ibu selalu bersama neng" Aku menangis dan memeluk ibu. Hanya ibu dan anak anak yang jadi penguatku.

Setelah puas menangis dipelukan ibu aku melanjutkan membuat sarapan. Mungkin orang lain tidak akan mengerti dan berfikir kalau aku seorang istri yang tidak sabar dan terlalu banyak menuntut karena karakter itu yang di gambarkan amah ibu mertua ku yang selalu diceritakan pada para tetangga. Setiap pagi amah akan ke warung dan berghibah ria dengan ibu ibu tetangga. Selalu saja menjelek jelekan aku. Di bilang perhitunganlah, pemalas, boros dan entah apalagi yang diceritakannya. Sudah sering aku dengar hal itu dari bu siti tetangga seberang rumahku. Bu Siti orangnya baik dia kasihan melihatku selalu tertekan keluarga suami. Bu Siti pun jadi selalu jadi saksi setiap kali amah datang kerumah hanya untuk mengambil makanan ataupun semua barang yang disukainya. Teringat ketika beberapa bulan kebelakang ketika amah datang pagi pagi ke rumah untuk sarapan pulangnya amah membawa nasi dan lauknya dibungkus katanya untuk sarapan Ikbal adik a'diki yang mau berangkat sekolah. Amah bilang kesiangan jadi tidak sempat masak padahal setiap hari juga amah seperti itu kadang shubuh sudah datang dan ambil sarapan anak anak. Aku terpaksa setiap pagi membuat sarapan 2 kali lipat karena amah, bapa dan ikbal secara tidak langsung sarapan dariku. Lebih tepatnya seperti rampok hahaaa.

Kebetulan setiap pagi jadwal bu siti menyapu teras rumahnya jadi bisa melihat kelakuan amah tiap pagi. Bu Siti hanya bisa mengelus dada sambil berkata 'Aduh neng sabar banget sih jadi perempuan, kalau ibu jadi neng udah ibu buang mertua seperti itu. Jangan terlalu diam neng nanti malah ditindas".

Aku hanya bisa menarik nafas dalam dan menjawab "Ya mau gimana lagi bu aku gak bisa marah. Bukan karena gak berani setiap kali aku ngomong satu kata amah menjawab 20 kata. Kalaupun aku mengadu sama A'diki jawabannya selalu disuruh bersabar. Kalau aku ngotot ujung ujungnya kami akan ribut. Hal yang bikin aku kesal setiap kali aku mengadukan amah pasti aa bilang ini rumah amah neng jadi kita harus bisa ngambil hatinya"

"neng kenapa gak minta pindah saja?bukannya neng sama a'diki kerja rasanya kalau hanya untuk mengontrak pasti bisa kan. Atau mungkin nyicil rumah BTN pasti mampu" ujar bu siti.

"Iya sih bu aku juga pernah ngusulin, tapi aa g mau alasannya dilarang amah sama bapa. Padahal di sini juga sama saja bu aku mesti bayar tiap bulan belum biaya listrik dan air. Eh aduh bu maaf aku jadi curhat" malu juga aku sama bu siti hahahaaa jadi buka aib rumah tangga. Tapi tak apalah beliau tau betul seperti apa sifat suamiku dan keluarganya.

Bu siti tersenyum "Ah gak papa neng seperti sama siapa saja. Ibu tahu sifat mertuamu. Bahkan Ibu dulu suka ikut ngasuh diki waktu diki balita. Sebenarnya diki anak baik hanya saja dia tidak bisa tegas menghadapi keluarganya terutama ibu nya. Neng berdo'a saja semoga ada jalan terbaik buat rumah tangga neng" Aku terharu mendengar ucapan bu siti setiap teringat ucapannya tak terasa air mata menggenang sekilas teringat bagaimana perlakuan amah dan keluarganya. Andai saja aku tak memikirkan anak anak pasti aku sudah meminta cerai. Aku gak mau anak anak kehilangan kasih sayang ayahnya.

Teringat sarapan tumben ya pagi ini amah belum datang ke rumah biasanya pagi pagi udah ketok pintu dengan gak sabar. Mentang mentang ini rumahnya, yaaa walaupun aku tiap bulan bayar sewa tapi amah selalu bilang ke tetangga kalau aku hanya numpang, di tambah ibuku tinggal disini karena membantu menjaga Althaf yang masih sekolah Paud. Amah makin menjadi saja menjelekan keluargaku. Padahal ibuku disini membantuku menjaga anak anak ketika aku kerja. Bukannya aku gak mau bayar pengasuh hanya saja aku punya trauma sendiri ketika keyla kecil. Keyla diasuh adik amah bi dina, rumahnya sekitar 3 rumah dari sini. Sepulang kerja aku lihat mata keyla bengkak pas aku tanya kenapa, keyla hanya diam. Aku pegang pundaknya dan dia menjerit, aku penasaran lalu aku buka bajunya ternyata ada bekas membiru seperti cubitan. "Ini kenapa Key?bilang sama mamah jangan takut" Keyla hanya menangis. Lalu aku pergi ke rumah bi dina dan menanyakan kenapa di bahu keyla ada bekas membiru. Bukannya menjawab bi dina malah marah marah dan bilang aku tidak tau berterima kasih sudah dibantu jagain anak anak malah menuduh yang ngga ngga. Padahal aku gak nuduh cuma baru bertanya lagian aku juga bayar dia kok  untuk upah mengasuhnya gak gratisan.

Aku pulang lagi ke rumah dengan hati kesal. Sampai di rumah ternyata a'diki sudah pulang. Aku langsung mengadu "A' liat deh tangan keyla kayaknya bekas dicubit kasian kan a' sampe biru gini" Dia cuma melirik dan menjawab "Ah paling keyla nakal bercanda sama anak anak lain".

Uugghhh bikin dongkol saja cuma itu jawabnnya, kadang aku heran sama a'diki seperti tidak peduli pada keyla. Padahal keyla anak kandungnya. Keyla sendiri tidak dekat dengan ayahnya karena a'diki seperti jaga jarak dengan keyla.

"Mamaaah" lamunanku buyar ketika anak anak memanggilku dan mereka sudah siap sarapan karena akan berangkat sekolah. Semoga anak anak tak mendengar keributan tadi malam. Untung saja tadi malam keyla dan althaf tidur di kamar ibu. jadi mereka tidak tau kalau orang tua nya bertengkar. Lagipula aku harus segera mandi karena aku juga harus bekerja jangan sampai teman teman di tempat kerja tau aku sedang ada masalah melihat mataku yang bengkak karena menangis semalaman.

Yaaa walaupun lori sahabatku pasti tau persis permasalahan yang aku alami karena cuma dia teman curhat yang mengerti keadaanku. Daripada aku menahan sesak dihati kan tak ada salahnya berbagi

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!