Pernikahan Haikal dan Siska terasa hambar. Pria itu dulunya mencintai dan sempat kagum pada sosok Siska. Namun, setelah berpacaran selama 5 tahun perlahan-lahan sifat buruk Siska terbongkar. Gadis itu manja, suka boros dan hobinya bergosip dengan geng sosialita nya.
Siska bisanya bersembunyi di bawa ketiak orang tuanya. Dia tidak pernah hidup susah, apa yang dia mau selalu di turuti oleh kedua orang tuanya. Gadis itu tidak tahu apa itu perjuangan. Terbiasa hidup serba berkecukupan membuatnya kalap. Di manjakan dengan perhatian dan uang membuat Siska menjadi sosok pemalas dan bergantung pada kekayaan orang tuanya.
Oleh karena itu, Haikal merasa risih. Cintanya yang dulu sempat menggebu-gebu menguar begitu saja. Dia tak menyangka bisa jatuh hati pada perempuan sejenis Siska. Dia pun mencampakkan Siska, padahal keduanya telah bertunangan.
Hal itu membuat Siska marah dan frustasi. Dia nekat melakukan percobaan bunuh diri dengan cara menyayat urat nadi nya saat Haikal mencampakkannya. Haikal mengetahui nya pun terkejut. Tidak menyangka kalau Siska akan senekat itu. Rela menyakiti dirinya sendiri demi mendapatkan perhatian nya.
Siska mengancam kalau dia akan bunuh diri lagi kalau Haikal tidak mau menikahinya. Orang tua Siska pun bermohon pada Haikal agar anak tunggalnya itu dinikahi oleh Haikal.
Haikal dengan berat hati menikahi Siska meski tanpa cinta. Gadis itu merasa bahagia karena bisa memiliki Haikal. Namun, kebahagiaan nya hanya bertahan sementara. Saat menyadari kalau Haikal tidak mencintai nya lagi.
Di tambah enam bulan pernikahan nya dengan Haikal perusahaan kedua orang tuanya bangkrut. Ibu dan ayahnya meninggal dunia, karena kecelakaan saat menuju ke rumahnya.
Kesedihan karena kehilangan orang tuanya hanyalah sementara. Sebab orang tua Haikal sangatlah baik. Mereka menyayangi Siska dengan tulus. Tak peduli mau seburuk apa karakter Siska. Tetap saja perempuan itu adalah menantu mereka.
Meski jatuh miskin dan harta peninggalan orang tuanya ia gunakan untuk membayar gaji karyawan. Dia tetap bisa hidup mewah karena nafkah yang di berikan oleh Haikal sangatlah banyak.
Gadis itu telah melahirkan seorang putra untuk Haikal. Di tahun pertama mereka menikah, Siska hanya kosong sebulan. Setelahnya dia langsung hamil.
Saat ini usia putranya sudah 6 tahun. Selama itulah pernikahan mereka terasa hambar. Tetapi, Siska tidak sedih sebab dia saat stres dengan sikap Haikal, dia akan melakukan perawatan tubuh dan belanja barang branded.
Maklum saja istri orang kaya. Meski sedih, tapi uang banyak. Rasa sedihnya akan pergi-pergi lalu datang kembali.
*
*
"Mas, besok ada acara Mother's day di sekolah, Raihan. Kamu datang juga yah. Soalnya nanti ada lomba masak, kamu tahu sendiri, 'kan. Kalau aku nggak bisa masak! Jadi, nanti kamu bantuin aku!"
Siska berkata santai dengan wajah polosnya tanpa menatap sang suami. Haikal yang sedang makan malam pun tiba-tiba selera makannya menghilang begitu saja.
Pria itu mencengkram erat sendok makan nya. Dia merasa muak dengan tingkah laku istrinya.
"Aku tidak bisa! Besok aku ada rapat penting dengan klien dari Jepang!" balas Haikal dengan raut wajah datar.
Pria itu tidak pernah lagi tersenyum semenjak menikah. Khususnya saat berhadapan dengan istrinya.
Siska yang mendengar nya pun cemberut. Dia meletakkan sendok dan garpu makanan nya dengan cara membanting. Untung saja tidak ada Raihan di sana, karena bocah laki-laki itu berada di rumah mertuanya.
"Nggak bisa begitu dong, Mas. Raihan itu anak kamu. Seharusnya kamu lebih mementingkan dia daripada klien mu itu?!" sentak Siska dengan nada kesal.
Ini nih yang membuat Haikal jenuh dengan sikap Siska. Wanita itu terbiasa di perlakukan bak tuan putri oleh mendiang orang tuanya dulu. Apa saja yang ia inginkan selalu di turuti. Bahkan, untuk menggunakan pisau saja dia tidak bisa.
Terlalu manja.
"Reihan juga anak kamu. Seharusnya, kamu belajar masak. Bukan hanya berkumpul dengan teman-teman sosialita mu itu?! Apa kamu tidak belajar dari tahun lalu, huh?! Dulu aku juga yang datang ke acara Mothers day. Aku yang ikut lomba masak untuk Reihan. Sedangkan kamu?! Bisanya menonton dan merekam nya lalu memposting video itu ke media sosial?!" sentak Haikal dengan nada tinggi penuh penekanan membuat Siska tersentak.
Pasalnya baru pertama kali setelah menikah dirinya di bentak oleh sang suami. Bola matanya berkaca-kaca, tanpa sadar air matanya tumpah begitu saja.
"Ka-kamu bentak aku, Mas?! Hiks … jahat kamu. Kamu udah nggak cinta lagi sama aku?!" Wanita itu berlari menuju kamarnya meninggalkan meja makan.
Terakhir kali Haikal sempat melihat wajah sang istri basah oleh air mata.
Pria itu mengusap wajah nya kasar.
"Memang dari dulu aku sudah tidak cinta sama kamu lagi, Siska," umpatnya kesal seraya mengepalkan tangannya erat.
*
*
Terima kasih sudah mau mampir di novel author ya, Guys. 🥰🌹🙏
Kali ini dengan tema yang berbeda. Ambil baiknya, buang buruknya.
Bersambung.
Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5 yah kakak 🥰🥰
Salem Aneuk Nanggroe Aceh ❤️🙏
Siska masuk ke dalam kamarnya. Dia menangis sesenggukan, karena di bentak oleh suaminya. Hati wanita itu sangat sensitif, sedari kecil dia tidak pernah di bentak oleh orang tuanya. Namun, untuk pertama kalinya dia di bentak oleh suaminya sendiri. Sedih hatinya.
Berharap saat ini sanga suami masuk dan meminta maaf padanya, namun sudah sepuluh menit dia menunggu Haikal tak kunjung datang.
"Hiks … tega sekali Mas Haikal membentak ku, padahal aku hanya memintanya datang ke sekolah Reihan! Orang tua ku saj tidak pernah membentak ku, tapi dia tega-teganya meninggikan suaranya padaku!" tangis Siska pecah.
Bantal menjadi saksi bisu wanita itu menangis. Mungkin akan terlihat lebar, tetapi memang seperti itulah hari nya. Sensitif, dan karakter nya sangat manja.
Suara pintu terbuka membuat Siska tersenyum senang. Dia mengira sang suami datang dan segera meminta maaf padanya.
Terlihat Haikal masuk hanya untuk mengambil kunci mobil yang berada di atas meja dekat ranjang. Siska mengintip nya dari celah jarinya.
Eh? Dia tidak minta maaf padaku. Kenapa malah mengambil kunci mobil? Mau ke mana, Mas Haikal?
Batin Siska bertanya-tanya.
"Mas, mau ke mana?" tanya Siska cepat dengan suara parau. Dia tidak bisa menutupi rasa penasaran nya.
Haikal tak menjawab, dia hanya melirik Siska sesaat. Lalu kembali melanjutkan langkahnya. Wanita itu langsung turun dari ranjang dan mencekal tangan suaminya.
"Mas, mau ke mana? Kenapa tidak jawab pertanyaan ku?" Siska bertanya dengan nada kesal bercampur manja. Dia sedang merajuk, namun sang suami malah mau pergi begitu saja, tanpa mengucapkan kata maaf.
Padahal tadi dia sudah membentak Siska. Bukankah, dia harus meminta maaf? Kenapa malah ingin pergi?
Haikal menarik nafasnya dalam-dalam. Lalu ia hembuskan dengan kasar. Pria itu sangat kesal sekarang, ingin sekali dia mendorong istrinya kasar. Tetapi, tak bisa. Sebab dirinya tidak ingin menjadi suami yang melakukan KDRT.
"Aku ingin pergi ke manapun yang aku inginkan! Jadi, lepaskan aku sekarang. Tidak ada urusannya dengan mu!" dengus Haikal dengan nada dingin. Raut wajahnya tak tersirat rasa suka sedikitpun pada istrinya.
Hari Siska semakin sakit. Melihat suaminya dingin begitu. Mengalahkan dinginnya kutub Utara. Padahal dia sangat mencintai suaminya. Tetapi, cintanya tak terbalaskan.
"Aku berhak tahu ke manapun kamu pergi, karena kamu suamiku!" tukas Siska dengan suara parau seraya memeluk lengan Haikal.
Sudah habis! Kesabaran Haikal telah di ambang batas. Dia sangat kesal pada istrinya, sikap manja, tak becus jadi istri dan ibu menambah rasa kurang suka pada Siska.
Dia langsung mendorong Siska dengan lembut. Wanita itu terdorong beberapa langkah ke belakang. Tubuhnya membeku, menatap nanar suaminya.
"Kau memang istriku, tapi hanya istri di atas kertas. Selama ini bisa mu hanya bisa shopping dan bergaul dengan geng sosialita mu. Tapi, untuk membuat kopi saja kau tidak bisa. Jangankan membuat kopi, membedakan mana gula dan garam saja kamu tidak bisa?!" maki Haikal dengan kata-kata pedasnya membuat hati Siska seperti tertusuk duri tajam.
Meski apa yang di katakan oleh pria itu benar adanya, namun dia tetap merasa sakit. Selama ini dirinya memang tak menjalankan kewajiban nya sebagai istri, karena dia mempelajari hal itu dari ibunya.
Dulu sang ayah sangat mencintai ibunya dan memanjakan ibunya. Bahkan, sang ayah lah yang memasak dan menyiapkan pakaian untuk ibunya. Itulah mengapa Siska tak pernah memasak atau menyiapkan apapun untuk Haikal.
Dia tidak pernah di ajarkan oleh kedua orang tuanya untuk melayani suami.
Setelah mengatakan kata-kata menyakitkan itu, Haikal pergi dari sana tanpa merasa iba pada istrinya yang sedang menangis. Dia sadar telah menyakiti istrinya, namun dirinya tak pedi.
Biarlah Siska tahu posisinya sebagai istri di atas kertas. Agar wanita itu tidak lancang terhadapnya.
Brak.
Pintu kamar di banting dengan kencang membuat Siska terkejut. Dia langsung mengelus dadanya, wanita itu langsung menangis dengan tersedu-sedu.
"Jahat … kamu jahat, Mas!" jerit Siska menangis histeris seraya melempar bantal ke sembarang arah.
Kamar yang awalnya rapi, berubah hancur bak kapal pecah. Dia berteriak histeris untuk kesekian kalinya.
*
*
Haikal mengumpat kesal dalam hati. Dia kerap pada istrinya, mengapa tidak becus jadi istri. Menikah tanpa dasar cinta memang sangat ironis.
Selama ini Haikal selalu mengalah pada Siska. Pria itu rela menikahi Siska karena takut wanita itu melukai dirinya lagi.
"Sial … sial … sial?!" umpatnya dengan nada kesal seraya memukul setir mobilnya sendiri.
Haikal tak fokus menyetir mobilnya, karena kepikiran dengan pernikahan nya dan Siska. Tidak dilandasi cinta membuatnya menderita. Pura-pura bahagia di depan orang banyak ternyata melelahkan.
Dia sendiri heran, mengapa orang tuanya mencintai Siska. Padahal wanita itu manja dan boros. Juga tidak becus menjadi istri yang baik maupun ibu yang baik.
Brak.
Mobil Pajero sport Haikal tak sengaja menabrak mobil Jazz di hadapannya. Untung saja jalanan sepi, tidak ada polisi maupun orang lain di sana. Hanya ada pengendara motor yang lewat satu persatu.
"Ck, aku benar-benar siap malam ini." Pria itu menggerutu lalu turun dari mobilnya untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Seorang wanita cantik berpakaian kantoran turun dari mobil tersebut. Dia memasang wajah garang, karena body mobilnya penyok.
"Haduh … pakai penyok segala. Padahal cicilan nya belum lunas," gumam nya kesal.
Suara derap langkah membuatnya menoleh ke belakang.
"Maaf."
"Kamu?!, Eh …"
Awalnya wanita itu ingin marah, namun wajahnya berubah terkejut di kala melihat pria yang menabrak mobilnya.
Begitupun dengan Haikal. Pria itu terkejut melihat wanita di hadapannya.
"Laila?" panggil Haikal dengan raut wajah kaget bercampur bahagia.
"Mas Haikal!" balas wanita itu dengan raut wajah cerah.
Keduanya pun tersenyum bahagia. Seperti saudara jauh yang baru saja bertemu kembali.
Haikal dan Laila merupakan sepasang kekasih. Dulu mereka terjebak cinta monyet saat SMP. Kala itu Laila yang berasal dari desa merantau ke Jakarta untuk sekolah SMP. Haikal yang kelas 3 pun jatuh cinta pada kecantikan dan kepolosan Laila.
"Ya Tuhan, aku tidak menyangka bisa bertemu Mas di sini. Mas Haikal, apa kabar?" tanya Laila ramah membuat Haikal tersenyum manis.
Senyuman yang tak pernah dia perlihatkan pada Siska semenjak menikah.
Senyuman yang tentunya dirindukan oleh Siska selama menikah.
"Baik, kamu apa kabar?" tanya Haikal tak kalah ramah membuat pipi Laila tersipu.
Keduanya pun terlibat obrolan hangat. Haikal berjanji akan membawa mobil Laila ke bengkel untuk diperbaiki. Pria itu langsung saja menghubungi orangnya untuk membawa mobil Laila ke bengkel.
Lalu, Haikal mengantarkan Laila ke rumah kontrakan wanita itu.
"Mas, mampir dulu yuk! Kita ngobrol di dalam, sudah lama, 'kan. Kita tidak bertemu!" ajak Laila lembut seraya menyentuh tangan Haikal, namun pria itu langsung menariknya.
"Tapi, ini sudah malam. Emang tidak apa-apa?" tanya Haikal heran menutupi raut wajah gugupnya.
Laila tersenyum manis menunjukkan lesung pipinya.
"Tidak apa-apa, kok. Ayo masuk, aku akan buatin kopi untuk, Mas."
Laila merayu Haikal membuat pria itu akhirnya setuju. Dia masuk ke dalam rumah Laila, dilihatnya rumah wanita itu sederhana. Hanya ada kursi kayu dan meja kaca kecil.
"Silahkan duduk, Mas. Anggap aja rumah sendiri! Aku ke kamar dulu ya. Buat ganti baju!" ujar Laila manis lalu masuk ke dalam kamarnya.
Tempat duduk Haikal berhadapan dengan pintu kamar wanita itu. Parahnya Laila lupa menutup pintunya. Dia langsung membuka pakaian nya menyisakan pakaian dalam.
Gleg.
Haikal menelan ludahnya melihat tubuh mulus Laila. Wanita itu telah selesai memakai kaos oversize berwarna putih, panjangnya menutupi paha atas.
Haikal langsung membuang wajahnya ke arah lain, saat Laila keluar dari kamarnya.
"Duduk dulu ya, Mas. Aku mau buatin kopi dulu," kata Laila lembut membuat Haikal tersenyum tipis.
"Dia tidak berubah, masih manis dan polos," batin Haikal.
*
*
Sedangkan di tempat lain. Siska duduk di kursi panjang depan rumahnya. Dia menunggu kepulangan suaminya.
"Susah malam tapi Mas Haikal belum pulang. Ke mana ya dia? Padahal sebentar lagi sepertinya akan hujan,* gumam Siska seraya memeluk tubuhnya sendiri.
Wanita cantik itu menghubungi suaminya sudah 25 kali. Tapi, tak satupun di angkat oleh Haikal.
"Apa segitu marah nya kamu, Mas. Sampai-sampai tidak mau menerima panggilan ku?" Siska bermonolog pada dirinya sendiri.
*
*
Bersambung.
Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5 yah kakak 🥰🥰
Salem Aneuk Nanggroe Aceh ❤️🙏
Siska membuka matanya lebar saat mendengar suara benda jatuh. Wanita itu terkejut melihat suaminya sudah tapi dengan pakaian kantornya.
Haikal tak sengaja menjatuhkan botol parfum milik Siska. Pria itu tahu kalau istrinya sudah bangun. Tanpa menoleh sedikitpun dia berkata akan mengganti parfum milik istrinya.
"Parfum mu pecah, nanti beli lain saja!" ujar Haikal datar membuat hati Siska sakit. Namun, dia mengabaikan nya. Wanita itu bangkit berdiri langsung memeluk erat tubuh suaminya dari belakang.
"Mas, semalam ke mana saja? Jam berapa pulang? Kenapa tidak bangunin aku?" tanya Siska manja dengan suara serak nya. Haikal hanya mendengus kesal, dia tetap menyisir rambutnya tanpa memperdulikan rengekan Siska.
"Mas, kok diam saja sih? Aku seperti ngomong sama patung, deh." Siska merengek manja seraya mengeratkan pelukannya membuat Haikal risih. Pria itu langsung menjauhkan Sldiri dari Siska membuat pelukan keduanya terlepas.
"Jangan peluk aku, nanti pakaian ku kusut dan Reihan bakal malu kalau temen-temen nya nanti ejek dia gara-gara pakaian papa nya kusut!" tegur Haikal dengan nada dingin membuat Siska merasa rendah diri.
Namun, pikiran itu hanya sementara. Dia terkejut karena lupa hari ini merupakan mother's day di acara sekolah Reihan.
"Ya ampun, Mas. Kenapa tidak bangunin aku, sih? Hari ini, 'kan. Acaranya mothers day di sekolah Reihan!" pekik Siska panik membuat Haikal memutar bola matanya malas.
Pria itu tersenyum sinis. Dia menatap Siska sekilas lalu kembali merapikan pakaian nya dan memastikan tidak ada yang kusut.
"Untuk apa aku bangunin kamu. Lagian apa gunanya Kamu ke sekolah nya Reihan? Toh, kamu tidak bisa memasak dan ikut lomba apapun, 'kan?" ejek Haikal dengan kata-kata pedas nya mbuat Siska cemberut.
Wanita itu sudah kebal dengan kata-kata pedas suaminya. Meski terkadang dia menangis dan sakit hati, tapi selama suaminya selalu pulang ke rumahnya tidak masalah.
Haikal juga menyayangi Reihan. Tidak apa-apa kalau pria itu dingin padanya. Setidaknya, dia menyayangi bagian diri Siska.
"Setidaknya aku berguna jadi photograper kalian, 'kan? Aku suka foto-foto. Jadi, nanti aku bisa abadikan momen kamu dan Reihan di sekolah!" balas Siska dengan semangat membuat Haikal terdiam.
Memang benar istrinya sangat pandai memotret estetik. Sebelum menikah, cita-cita Siska menjadi photograper. Dia suka mengabadikan momen bersama orang-orang yang ia cintai.
Tidak munafik, kalau dulu dia jatuh cinta pada Siska saat gadis itu sedang memotret belalang sembah di tumbuhan dekat rumahnya.
"Kamu tunggu aku dulu ya, Mas. Kita jalan bareng!" ujar Siska membuat Haikal langsu mendengus sinis.
"Aku duluan. Takut telat dan Reihan tidak marah, karena aku telat jemput dia di rumah mama!" balas Haikal datar lalu keluar dari kamar tanpa peduli pada Siska.
Wanita itu hanya bisa menghela nafas berat. Dia menatap punggung suaminya yang menghilang di balik pintu kamar. Tak ayal rasa sepi menyergap hatinya. Namun, mau bagaimana lagi? Inilah yang ia inginkan. Hidup bersama pria yang ia cintai.
"Tidak apa-apa, setidaknya Mas Haikal pernah mencintai ku dan tidak menutup kemungkinan kalau dia kembali mencintai ku. Cinta atau tidak cinta dia tetap milikku."
Siska menyemangati dirinya sendiri lalu bergetar masuk ke dalam kamar mandi. Wanita itu membersihkan dirinya setengah jam. Lalu keluar dari kamar mandi memilih pakaian paling cantik dan mahal.
"Aku pakai merek Gucci saja. Pokoknya penampil ku harus elegan dan berkelas, agar orang-orang terpukau pada kecantikan ku dan Reihan bangga punya Mama good fashion seperti ku," gumam Siska pelan tersenyum cerah.
Dia merias wajahnya secantik mungkin. Tak lupa memotret gambarnya lalu menguploadnya ke sosial media.
[Hey, guys. Hari ini aku ingin ke acara Mothers Day sekolah anakku. Bagaimana dengan kalian? Semoga hari-hari kalian cerah secerah mentari di pagi hari ini!]
Siska terkikik geli saat melihat kolom komentar foto yang baru dia upload sudah 125 komentar. Padahal baru beberapa menit saja. Maklum lah, Siska merupakan istri dari Haikal CEO Perusahan Terigu Indonesia.
Kekayaan nya sebelas dua belas seperti suami Sandea Dewi. Tidak hanya itu Haikal juga punya saham di manapun.
"Nikmatnya jadi orang kaya," gumam Siska pelan lalu memasukkan ponselnya ke dalam tas Hermes.
*
*
Haikal menjemput putranya dari rumah ibunya. Reihan mengerucutkan bibirnya saat tak melihat ibunya ikut datang.
"Mama kenapa tidak ikut, Pa?" tanya Reihan kesal membuat Haikal tersenyum tipis. Putranya memang sangat tampan sepertinya juga menggemaskan.
"Mama ikut, kok. Cuma untuk menghemat waktu, Mama langsung ke sekolah, Abang! Nanti di sana kita bakal berjumpa dengan Mama juga!" jelas Haikal membuat bocah berumur 6 tahun itu tersenyum cerah.
"Mama memang yang terbaik!" puji Reihan membuat Haikal mengernyitkan dahinya. Bocah ini, sudah tahu ibunya tidak bisa apa-apa dan kalaupun datang ke sekolah juga tak berguna, masih saja di puji yang terbaik.
"Kenapa mama yang terbaik, Bang?" tanya Haikal pada putranya.
"Tentu saja mama yang terbaik. Kata Oma, Abang beruntung punya Mama seperti Mama Siska!" balas putranya enteng dengan raut wajah bangga terpasang.
"Beruntung kenapa? Malah mama tidak bisa buat apa-apa. Tidak bisa buat sarapan untuk Abang dan Papa?" Haikal sengaja berkata demikian, karena penasaran dengan tanggapan putranya.
"Tentu saja beruntung, karena Mama rela v*gina nya di robek demi melahirkan Abang!" balas Reihan cepat membuat pria itu hampir saja mengerem mendadak. Dia tersedak ludahnya mendekat kata-kata yang keluar dari mulut putranya.
Dari mana dia belajar kata v*gina?
"Abang, dengar dari siapa cara bicara seperti itu?" tanya Haikal terkejut membuat putranya itu tersenyum manis.
Reihan Memang sangat mirip dengan Haikal. Tetapi, senyuman nya sangat mirip dengan senyuman Siska. Polos dan ceria.
"Dari ceramah ustadz! Abang suka sekali dengar ceramah tentang ibu. Kata Pak Ustadz, ibu itu adalah cinta pertama seorang anak. Ibu rela mengorbankan nyawa nya demi melahirkan anak-anaknya. Ibu rela tahan sakit saat dada nya di gigit oleh anaknya yang baru tumbuh gigi sampai berdarah-darah."
"Ibu bisa menjadi ayah, tapi Ayah belum tentu menjadi ibu. Kata Pak ustadz juga, anak yang yatim hidupnya lebih baik daripada anak yang piatu. Karena anak yatim otomatis ibunya akan menjadi janda dan di dunia ini janda lebih banyak daripada duda. Sebab, janda lebih mengutamakan kebahagiaan anak-anaknya ketimbang dirinya sendiri!"
Reihan menjelaskan dengan terperinci. Pikirannya sangatlah kritis dan genius. Luar biasa!! Putranya yang satu ini memang sangat suka hal-hal berbau agama.
Entah dari siapa sifat itu menurun, sebab Siska maupun Haikal bukan muslim yang taat agama.
Tiba-tiba Haikal merasa insecure dengan putranya sendiri.
"Ekhm … lalu bagaimana dengan Papa? Ustadz bilang apa tentang seorang ayah?" tanya Haikal penasaran membuat Raihan berpikir keras.
"Aaa … Pak ustadz bilang kalau Ayah jaman sekarang suka tambah istri dan selingkuh!" balas Reihan polos membuat Haikal terkejut dan langsung mengerem mendadak.
Cittt.
"Astaghfirullah, Papa!! Hati-hati nyetirnya, Abang belum siap jumpa sama Malaikat maut!" teriak Reihan kesal seraya menangis membuat Haikal menggaruk tengkuknya tak gatal.
*
*
*
Wkwkwkwk 🤣🤣🤣 bener banget apa yang di bilang sama Reihan 🤣🤣
Setuju nggak ibu-ibu?? 🤭👀
Bersambung.
Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5 yah kakak 🥰🥰
Salem Aneuk Nanggroe Aceh ❤️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!