“Le, hasil breafing semalem loh udah siapin semua?” tanya Onci
“Sudah bro, amaaan...” Jawabnya.
“Yakin lu?”
“99 persen yakin, 1 persennya yaaah lupa-lupa dikit wajaaar lah...”
Onci, dia leaders dari 5678 production, sebuah event organizer yang embrio dan ilmunya ia dapatkan dari pengalaman dia menyelenggarakan berbagai kegiatan semasa sekolah dulu. Dari pengalamannya
itu ia membuka bisnis kepanitiaan.
Ale, sahabat Onci dari kecil yang ikut menjadi bagian dari E.O miliknya. Tugas Ale memastikan semua-nya sudah aman, mulai dari crew sampai rounddown acara.
Hari ini ada event kompetisi dance di sebuah mall di bilangan Tanggerang, karena 5678 production sudah menjadi EO tetap di mall tersebut.
Mall masih terlihat sepi, biasanya mereka mempersiapkan acara, empat jam sebelum pelaksanaan dipastikan semua keperluan event sudah dipersiapkan. Mulai dari loading barang, persiapan equipment, pengisi acara dan beberapa crew frelancer alias crew cabutan dan biasa ikut bantu-bantu setiap Onci dan Ale ada event.
“Pul, Andi nanti lu bantu gw untuk registrasi ulang peserta ya? Jangan lupa formulir, rounddown. Dan lu Fer, alat-alat band dipastikan aman dan cek sound dulu biar nggak noize, paham loh semua?!” Ale mulai intruksikan Crew sesuai jobdesk nya masing-masing.
“Le, flavour band sudah elu hubungin dan kasih tahu mereka jadwal manggungnya?” tanya Onci.
“Semalem sudah gw telepon sih, tapi nanti gw pastiin lagi ya? Kalau semua sett dan peralatan sudah aman.”
“Ok deh, atur yang bener jangan sampe miss!”
“Iya, pastilaaah....”
Mereka pun terlihat sibuk dengan tugas-nya masing-masing, Onci sendiri pun mulai menghubungi beberapa peserta yang sebelumnya sudah daftar via phone dan melalui sosial media.
“Bro, peserta yang pasti hadir daftar ulang ada berapa?” tanya Ale
“Yang sudah fix ada sekitar 40 peserta, belum yang nanti registrasi on the spot.” Jawab Onci
“Gw mau siapin nomor pesertanya, takut kurang bahaaaayaaa...!!”
“Loh buat aja 50 nomor le, biar untuk cadangannya.”
Tak lama, sudah terlihat beberapa peserta yang hadir ke meja pendaftaran. Setiap acara dance biasanya semua mau menjadi rebutan untuk menempati posisi sebagai register, maklum, crew semuanya cowok. Dan sering banget, momment seperti ini dijadikan ajang pencarian jodoh.
Ale pun menyiapkan ruang ganti dan tunggu untuk pengisi acara serta peserta, Feri sendiri begitu asik-nya memastikan sound system aman.
***
Mall yang semula sepi berangsur-angsur ramai, para tenant sudah membuka tokonya dan pengunung pun
sudah lalu-lalang, begitu juga peserta dan pengisi acara sudah menempati ruangan yang sudah disediakan panitia.
“Le, flavour sudah hadir? Peserta yang sudah daftar di elo berapa team?” tanya Onci
“Flavour sudah di waiting room, tinggal dua group lagi yang belum registrasi Ci.”
“Group apa aja?”
“Excited sama limited dance.”
“Ok, tunggu beberapa menit lagi yaa...tadi gw hubungi mereka lagi otw katanya.”
“Yowis, mereka sudah hadir acara gw mulai ya Ci?”
“Atur aja, yang penting CD mereka sudah dikasih ke si Feri dan atur yang bener jangan sampai salah.”
“Ok, gw pastiin di setiap CD sudah ditempel sticker nama-nama dance nya.”
Nampak dari kejauhan sekolompok gadis dengan postur tubuh yang tinggi dan proporsional menghampiri meja panitia.
“Itu mereka Le, excusse sama limited sudah hadir. 10 menit lagi acara mulai aja, Aldi sudah siap on the stage untuk mandu acara?”
“Aldi sudah siap dari tadi, dan juri juga sudah pada hadir.”
“Oke bro....atuuuur...”
Terlihat Aldi sudah di atas panggung dan Feri sudah selesai cek sound, dan masing-masing peserta membawa supporter hingga kerumunan orang nampak memadati lokasi. Beberapa petugas keamanan berjaga-jaga, petugas kebersihan serta perwakilan management turut hadir memastikan crowed-nya acara.
Pekik suara memecah suasana, saat jagoan mereka mulai menunjukan skill dan koreografi-nya. Mulai dari yang membawa benner bertuliskan nama group dance yang meraka dukung, sampai terdengar yel-yel yang disenandungkan, tak perduli suara mereka fals atau sumbang terdengar, yang pasti group dance yang mereka jagokan harus keluar menjadi finalis dan pemenang.
Event ini memakan waktu hampir delapan jam, hampir menyentuh jam tutup operasional mall. Hingga tiba saatnya, pengumuman nama-nama peserta yang lolos babak penyisihan dan melangkah ke babak final, esok hari-nya.
Aldi pun mulai menyebutkan satu persatu group dance yang akan mengikuti final esok hari, maka keluarlah sepuluh nama peserta yakni, limited dance, Excusse dance, rebolution, sis, one o, octa, ocimus, binus, BL dan saint merry group yang akan mengikuti final.
Panitia terlihat sudah begitu lelahnya, dan harus memaksakan diri untuk merapihkan semua equipment dan administrasi event agar tidak ada kekurangan atau tertinggal satu pun.
Biasanya di penghuung event, setiap crew harus pandai-pandai menjaga emosi karena kondisi badang yang sudah lelah dan dengan mudah-nya menyulut ketersinggungan.
Prok...prok...prok....Onci menepuk kedua tangannya sebagai intruksi dan bertanda ada sesuatu yang ingin ia sampaikan.
“Broooo.....perhatian...perhatian....istirahat dulu yaaah, makan jangan sampai perut kosong, nanti di lanjut lagi rapih-rapihnya...” Teriak Onci untuk semua crew.
Pria bertubuh atletis dan kulit putih ini harus bisa memahami karakter serta sikologis mereka yang terlihat sudah letih.
“Le, konsumsi dan minuman segernya sudah loh siapin? Bagikan ke anak-anak....”
“Sudah...ini gw mau bagiin.” Jawab Ale.
Sejenak Crew melepas lelah, diselingi komentar ringan tentang peserta yang menitipkan bekas dan kesan bagi mereka. Yaah, seperti biasa obrolan lelaki yang selalu menyentuh hal sensitif, tak jauh dari lekuk tubuh, wajah, dan onderdil wanita. Onci, tengah asik mengisap tembakau, karena memang dia smoker holic tak bisa melepas kencanduannya akan tembakau, bagi Onci rokok sahabat kedua dalam hidupnya, tak bisa di pisahkan.
Belum sampai rokok habis dihisap, terdengar suara wanita sedang asiknya berbicara dan entah apa yang mereka bicarakan, kedua gadis itu menghampiri Onci.
“Ka...Kaka Panita acara yah?” gadis kriting ozon itu memecah waktu rehat Onci
“I..iyah, memangnya kenapa?” tanya Onci yang masih mengapit rokok di jarinya.
“Aku mau ambil CD, tadi tertinggal dan belum kami ambil dari panitia yang ngurus sound tadi.”
“Ooh Feri...nama group dancenya apa?”
“Excited Ka....” Dijawab oleh gadis yang postur tubuhnya lebih tinggi dan berwajah oriental.
“Coba aja pinta ke panitia di dalam yaah, namanya Feri...tahukan mukanya?”
“Oh iyaa kaa...tau...taaau...” Jawab mereka kompak
“Thanks yaah kaaa....” Ucap gadis berpostur tinggi, mirip dengan group k-pop asal Korea.
Onci melanjutkan hisapan rokonya, sambil memikirkan apa yang harus disiapkan untuk acara final besok, dan konsep yang menarik seperti apa, serta gimmick apa lagi yang mau ditampilkan. Hanya itu yang ada di benak Onci, terus dan terus memikirkan event...event dan event.
Hingga membuatnya lupa, kalau dirinya belum juga memiliki pasangan hidup atau sekedar pacar....
_______oOo______
Terimakasih untuk para pembaca, dan ikuti terus keseruan ceritanya, bagaimana akhir dari perjalanan cinta dalam Jodoh Pilihan Abah ini.
Terimakasih untuk kamu yang sudah bersedia bergabung di group chat saya, untuk kamu yang juga yang sudah mendonasikan Like, Komen dan Vote serta Give atau hadiah untuk penulis.
Dan dapatkan Give away bagi kamu yang ikuti terus cerita ini sampai akhir. Insyallah penulis akan bagi-bagi hadiah ratusan ribu, t-shirt dan merchendise menarik lainnya.
Salam Hormat,
@emhaalbana
Sudah terbiasa Onci menyusun konsep, gimmick, estimasi, rounddown event. Minute by minute begitu telitinya ia tulis, serta perencanan setiap item activity sedetail mungkin. Bahkan plan A, B dan C nya sudah ia siapkan.
Schedule hari ini Final Dance Competition ada sepuluh peserta yang lolos untuk masuk ke babak berikutnya, dari sepuluh peserta akan dipilih empat pemenang,dan peserta favorit.
Mengingat hari ini, hanya sepuluh peserta saja, berarti event nya harus dibuat sepadat mungkin. Untungnya ada home band yang bisa diselipkan untuk mengulur waktu.
"Le, opening acara minta flavour bawain tiga lagu ya? Terus setiap lima peserta diseling mereka untuk performance kembali. Dan sebelum pengumuman pemenang, bawakan tiga lagu, biar acara keliatan padet." Pinta Onci.
"Ya, nanti gw pinta sama mereka. Ci, form juri kurang satu dan rounddown acara prinin lagi yaaa untuk pegangan MC." Ucap Ale.
"Iya nanti gw buatin, loh coba temuian Subhan dan kawan-kawan untuk siap-siap opening acara."
"Ok...Jangan lama yaaa cetak form-nya, biar juri nggak BT nunggu-nya dan biar gw nanti breafing juri juga."
"Iya, gw paham..." Jawab Onci
Ale pun pergi meninggalkan Onci dan meneruskan apa yang diperintahkannya.
"Leee......" Teriak Onci menghentikan langkah Ale.
"Apa lagi bosqyuuuu...?!"
"Peserta sudah pada kumpul?"
"Biasaa...Tinggal Dhea Cs...yang belum regis."
"Siapa De?"
"Captainnya Excusse Dance."
"Ooooh..yang kemaren malam ngambil CD nya?"
"Andaaa benaaar...."
" Yaudah...nanti gw hubungi mereka."
"Siaaaap bosqyuuu...Eeeh, jangan lupa form Juri..."
"Iyaaaaa....gw inget..."
"Goood...."
Masing-masing crew terlihat sibuk dengan masing-masing tugasnya, Ale, Andi, Feri, Ipul dan Aldi si pemandu acara. Onci dikejutkan suara wanita dan menghentikan pekerjaanya.
"Kaaaaa....mau daftar ulang..." Suara yang tidak asing di telinga.
"Excited yaaah?"
"Iya kaa..."
"Coba temui panita yang baju hitam di balakang panggung, namanya Ale..."
Onci menujuk Ale yang saat itu memakai t-shirt hitam.
"Ooh iya, tadi juga sudah whatsapp ka Ale..."
"Ok deh...lanjut yaaah ke Ale." Pinta Onci dan melanjutkan kembali tugasnya.
Lagu Pemain Cinta dari Ada Band membuka acara, peserta pun terlihat sibuk. Ada yang begitu seriusnya breafing, terlihat juga ada yang sedang mengingat kembali koreografinya.
Di belakang stage, terlihat Andi dan Ale mengatur peserta yang akan tampil. Lelaki kurus dengan rambut bergaya remaja tahun 90-an itu pun sudah terbiasa dengan skema event seperti ini, terbukti sudah ada dua group yang menunggu untuk bersiap-siap unjuk kepiawaian mereka.
Aldi pun memanggil satu persatu group dance. Jika tiga kali disebut nama dan nomor tetapi tidak juga naik ke atas panggung, maka peserta dinyatakan gugur atau diskualifikasi.
"Mungkin yang di babak penyisihan menyaksikan penampilan empat gadis cantik yang di motori Dhea pasti tahu yaaah nama group-nya,...ok...jangan berlama-lama nanti saya dikeroyok para supporter nya...ini laaaah diaaaaa....EXCUSSE daaance...." Teriak pemandu acara, Aldi.
Namun group dance tersebut belum juga naik ke stage.
"Kita tunggu beberapa menit lagi yaaah, mungkin lagi mempersiapkan diri atau bisa jadi lagi make up. Mohon panitia bantu memastikan bahwa Excusse dance bisa melaju ke babak final..."
Sebagian group yang lain berteriak, "Mundur...mundur...gugur...gugur...!"
Ada juga yang supporter yang berteriak,"Excusse Come on...Excusee..Ayoo!!"
Nampak wajah Aldi begitu gelisah dan ia harus menenangkan penonton dan supporter.
"Ok...bagaimana kalau sambil menunggu kita adakan games dulu...?! Setujuuu?!!!" Aldi mencoba mengalihkan teriakan penonton yang kontra dengan group Excusse.
Ale dan Andi nampak cemas, dan mencari keberadaan group dance satu itu.
"Le, loh udah cari dimana mereka?!" tanya Onci.
"Dari tadi gw sama si Andi nyari Ci...Coba loh telepon deh...!" ucap Ale yang juga panik mencari dimana group dance tersebut.
"Gw dah telepon tapi nggak diangkat."
"Lagi registrasi ulang juga gw bilangin, jangan jauh dari stage..."
"Bagaimana cuy...? Ketemu Nggak?!" tanya Aldi yang ikut-ikutan panik.
Dalam kepanikan tiba-tiba mereka sudah di atas panggung.
" Hiduuuuup Excusse...Excusse Go...go..Go..Excusse!" teriak Supporter
Kontan Crew bisa bernafas lega, dan acara dilanjutkan kembali.
"Le, sehabis performance semua group dance, nanti dibuat battel ya?" pinta Onci
"Maksudnya?"
"Diaduuu dua group lee, coba lho browsing di google apa itu battle dance."
"Oh, gw pahaaam bro...Taaaapi..."
"Tapi apa?"
"Loh Gantiin si Rendi nge juri dulu ya? Dia mau break sholat."
"Ok deeh..."
Setelah performance semua group, Ale pun melanjutkan gimmick event selanjutnya, battle dance.
Kini giliran Excusse versus L**imited dance, suasana pun semakin seruh. Ale pun mengakui kepiawaian Onci mengemas acara. Agar terlihat padat dan feel pengunjung akan semakin seruh.
Onci sudah duduk di meja juri, ia perhatikan group Excusse dan Limited. Mata Onci tak hentinya memperhatikan gadis berambut ozon dan teruarai panjang.
Ale pun memperhatikan gelagat Onci yang terus tertuju pada gadis itu.
"Bosqyuuu...biasa aja dong mandangnya jangan pake mangaaap...." Sindir Ale
"Bisa ajaaa loh japraaa..." Onci pun terlihat malu dan mengalihkan pemicaraan.
"Ini group dance dari mana le?"
"Bintaro...Dan cewek yang loh perhatiin itu namanya Dhea."
"Nggak segitunya juga gw Le..."
"Oh iya, kalo yang tinggi namanya Ledi, tapi awas jangan loh deketin dia yaa..."
"Emang kenapa?"
"Pacarnya dia lagi nontonin dia juga..."
"Yang mana?" Onci penasaran.
"Ini disamping loh pacarnya Ledy."
" Siaaaaaalaaan...!"
"Lagi juga Ci, kalo loh suka sama Dhea tinggal chat aja. kan loh ada nomornya...Curiga Excusse juara pertama niih..." Canda Ale.
"Alaaaah, gw profesional Le...Lagi juri bukan gw juga."
"Yaudah siih nggak usah nge-gas! Gw urus dulu peserta yang laen yaaah...selamat icip-icip ayaaam boyler brooo...."
Onci pun kembali melanjutkan penilaiannya, dan memperhatikan begitu hati-hati dalam menilai, ia tahu resikonya kalau salah menilai.
Sampai saatnya pengumuman pemenang.
Maka keluarlah nama-nama group sebagai pemenang, juara pertama jatuh kepada Limited Dance, Juara ke dua dimenangkan oleh Exccusse, di posisi ke tiga ditempati oleh BL Dance.
"Untuk Om Onci dan Om Ale harap naik ke atas panggung untuk memberikan hadiah kepada para pemenang." Pinta Aldi sebagai pemandu acara.
Ale pun memperhatikan gelagat yang tidak biasa dengan kawannya satu ini, Onci. Saat beradu pandang dengan Dhea, gadis yang juga leaders dari group dance-nya.
"Sikaaat bosqyuuu..."Bisik Ale
"............." Onci hanya tersenyum kecil
"Bisa ajaaa loh Japraaa..." Balik berbisik
"Udah laaah jangan muna, kalo mata sudah memandang, biarlah hati yang menjawab."
Oh, inikaaaah namanya jatuh cinta?
Yang tidak kenal waktu dan tempat, seperti dedaunan yang dahaga disirami hujan, atau seperti panasnya gurun Sinai yang panasnya terbias dengan hujan.
"Entahlah...." Gumam Onci dalam hati.
_______oOo______
Masih semangat kaan?!! Untuk ikuti cerita dari Novel ini? Sampai tuntas...tas...tas...
Terimakasih untuk para pembaca, dan ikuti terus keseruan ceritanya, bagaimana akhir dari perjalanan cinta dalam Jodoh Pilihan Abah ini.
Terimakasih untuk kamu yang sudah bersedia bergabung di group chat saya, untuk kamu yang juga yang sudah mendonasikan Like, Komen dan Vote serta Give atau hadiah untuk penulis.
Dan dapatkan Give away bagi kamu yang ikuti terus cerita ini sampai akhir. Insyallah penulis akan bagi-bagi hadiah ratusan ribu, t-shirt dan merchendise menarik lainnya.
Salam Hormat,
@emhaalbana
Jemari sibuk menari di atas keyboard, mata tak lagi mampu memandang screen laptop. Pikiran liar entah kemana. Apa ini yang dinamakan jatuh hati?
Mendengar suara nada, pesan masuk di handphone berharap yang chat itu dari dia. Heem, ternyata khayalan tak seindah kenyataan, lagi-lagi Ale yang chat.
Tidak seperti biasanya, kalau Ale menghubungi, Onci selalu fast respon tapi kali ini benar-benar ingin melepas sejenak penat dan tidak melulu bergelut seputar pengajuan penawaran, proposal, estimasi anggaran dan design event.
Perasaan ingin memiliki pasangan hidup mulai membayangi pikiran. Onci sudah mulai merasa bahwa usia-nya sudah tak lagi muda dan sudah mulai memikirikan hubungan yang serius.
Yaaah, walau tidak dalam waktu sesingkat-singkatnya. ( Hahaha, itu nyari jodoh apa nyusun naskah proklamasi brooo?)
"Kapan yaaah di KTP berganti status, Menikah?!" Gumam Onci dalam hati sambil melihat fhotocopy KTP yang tergeletak di meja.
"Kalo begini terus, bisa-bisa jomblo seumur hidup." Bisik hati.
"Bener kata Bang Haji Roma, karena hidup sendirian berat menahan godaan. Jii...Jii, lagu ente bikin pusing jomblo. Udah kalo malam minggu ketemunya dia lagi...dia lagi...Ale lagi...lagi-lagi si Ale." Terus menggerutu di hati
sambil mengingat lagu Haji Rhoma Irama, Bujangan.
"Dikira gw homo apa...Malam minggu sama cowo. Udah anak-anak event cowok semua. Wajar klo ada yang tanya, loh Homo yaah?!" ucap Onci berbicara sendiri.
Dan tiba-tiba di display handphone terlihat pop up chat, 'Dhea Excusse' nama yang tertulis di phone book.
"Waduh, akhirnya dia chat juga. Curiga gw punya telepati, sampai Dhea benar-benar chat dia." Ucapnya

Pucuk di Cinta ulam pun tiba, mirip pungguk yang merindukan malam. Akhirnya Dhea yang mengawali komunikasi.
Dengan sok cool-nya Onci membalas chat whatsapp dari Dhea. Yah, sepertinya introduction, kata pembuka. Kalau dibilang hanya speaak ( Spiik, red ) doang.
Dari sini lah semua berlanjut, hingga membuat Onci yang awal mulanya tidak memiliki nyali, terpaksa ia memberanikan diri, menawarkan untuk sekedar hangout.

Dasar lelaki, bisa saja merayu harusnya kudu point ( eeeh salah) to the point saja tidak perlu ngomong kesana-kesini, langsung ke intinya saja, mau menawarkan diri untuk sekedar makan malam atau ketemuan di luar.
Dan terbukti, tidak ada usaha yang mengkhianati hasil. Dhea pun menerima tawaran untuk sekedar hangout.

Dhea memiliki selera humor juga ternyata, hingga akhirnya mereka pun sepakat untuk hanghout.

Tak disangka, Onci bisa juga merayu wanita sampai berujung janji ketemuan, prestasi yang luar biasa, dalam hitungan jam saja, sudah mampu memikat hati Thea, pandai merayu mirip sales panci. Hahaha...
Dibalik sikapnya yang cool dimata crew and team Onci memiliki bakat terpendam, atau memang sudah terbiasa meloby client dan negosiasi, jadi bukan sesuatu yang sulit baginya untuk sekedar membuat janjian ingin ketemu.
Secara fisik, Dhea memiliki tubuh dan tinggi yang proporsional, terlebih rambutnya kriting ozon serta kulit putih, mata yang sipit, plus pastinya modis dan paham menyesuaikan diri.
Yah, setidaknya tidak bikin malu saat dibawa kondangan.
Mereka pun akhirnya sudah menentukan meet point, sisi jalan utama disebuah perumahan yang besar.
_________________¤¤¤______________
Kediaman Onci,
20.00 Wib
Semusim kemarau, yang terbias disirami hujan, menyisakan aroma tanah yang menusuk hidung, terasa begitu sejuknya. Dan seperti wajah tersiram embun pagi dari tidur panjang, dan hangatnya mentari memeluk jiwa yang tersadarkan dari sisa peraduan semalam.
Cowok yang dibesarkan dari keluarga yang serat akan nilai religius, Abahnya seorang da'i yang dikenal banyak orang, dari mimbar ke mimbar, dari majlis satu ke majlis lainnya, tak heran sedari kecil ia didik oleh Abah dan Umi yang ta'at beribadah.
Setelah menyelesaikan pendidikab di bangku sekolah dasar, Onci sudah dimasukan ke sebuah pesantren di Jawa Barat, dan sekolah di sana.
Ayahnya lah yang memasukan ia di pondok pesantren, karena memang di sana juga sang Abah, Ustadz Syahrul menimba ilmu agama dari seorang ajengan karismatik seantero Jawa Barat.
Dengan harapan orang tua, kelak anak nya menjadi pengantinya. Yang menyebarkan syiar Islam di negeri ini, khususnya di tempat tinggal.
Ditempat tinggalnya, orang tua Onci memiliki sebuah sekolah pendidikan Islam, dan aula yang cukup besar disebut Majlis.Abah dan Umi bergantian mengajar ratusan murid, dibagi menjadi tiga kelas, pagi, siang dan malam, bahkan di hari Minggu pun menyelenggarakan pengajian untuk umum. Terkadang kedua orang tuanya sampai kualahan mengajar ratusan murid, walau sering di bantu santri senior, tetap saja tak kepegang.
"Abah lama-lama menua, dan tidak sekuat dulu. Pengen rasanya, ente bantu abah ngajar ngaji. Ilmu ente sayang kalau tidak digunakan." Sering Abah meminta Onci untuk membantunya mengajar, tetapi memang belum juga terpanggil untuk menjadi tenaga pengajar.
"Siapa lagi yang gantiin abah nak, kalo bukan kamu." Pinta Umi merayu.
Tepai Onci tetap saja memilih dunia entertaiment sebagai pilihan profesinya. Jauh dari ilmu yang ia dapatkan di Pondok Pesantren.
"Rasanya sia-sia kita masukan abang ke pesantren, kalo ujung-ujungnya memilih pekerjaan yang jauh dari disiplin ilmu yang abang miliki. Abah dan Umi tak selamanya muda, apa lagi abang itu pinter ngajinya, paham ilmu agama, dan santri-santri abah sudah ratusan orang." Lirih Umi meminta cowok pemilik nama asli Fahrurrozi ini.
"Iya mi, insyallah kalau Ozi sudah mantap akan ikuti jejak abah dan umi, Ozi masih muda dan masih mencari jati diri." Ucap Onci dengan nada begitu lembut.
"Kalo memang ente tidak bisa bantu abah dan umi ngajar, se enggaknya ente jadi khotib di masjid, nge badal kan abah." Maksud Abah, kalau memang Onci tidak bisa membantunya ngajar, setidaknya ia bisa menggantikan Abah untuk menjadi penceramah saat solat Jumat.
"Iya bah, insyallah Ozi akan bantu abah dan umi, tapi nunggu waktu yang tepat yah?"
"Nunggu sampai kami meninggal dunia, dan ente akan menyisakan penyesalan setelah kite udah nggak ade. Apa ente tega liat madrasah kosong dan jadi sarang hantu. Siapa lagi yang bisa ajarkan anak-anak sekarang mengenal Tuhan, kalo bukan dari Madrasah kite?" Nada bicara abah mulai meninggi.
Hanya Onci yang menjadi harapan mereka untuk meneruskan perjuangan keluarga. Hampir Tiga Puluh Tahun, Umi dan Abah merintis Yayasan Pendidikan Islam, sampai akhirnya sebesar itu.
Awalnya hanya satu aula saja, sedikit demi sedikit mereka membangun kelas, sampai akhirnya Yayasan Pendidikan Islam tersebut memiliki Lima ruang kelas, satu aula dan masjid.
Selain santri senior, Abah dan umi dibantu beberapa saudara dari keluarga Abah dan Umi, tetapi mereka berharap banyak dengan Fahrurrozi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!