Tentang cinta, bila dapat dijabarkan mungkin ia akan melancarkan jawabannya. seperti apa rasanya hidup dengan penuh cobaan. ibunya pergi meninggalkan ia selamanya, setelah ia lahir.
seperti apa cinta sejati? maka cinta ayahnya lah jawabannya. pria yang dulunya berbadan tambun itu semakin lama semakin kurus. ia kehilangan bobot tubuh drastis. 21 tahun merawat buah cinta nya sendirian tanpa sang kekasih yang membantunya. benar, wanita mana lagi yang pantas ia cintai setelah cinta sejatinya pergi setelah berjuang melahirkan si cantik. tak ada dan tak akan pernah ada.
...****************...
"ini mbak nota atas nama bapak Brama, Pelunasannya bisa melalui cash atau kredit" ucap suster sambil memberikan kertas tagihan kepada Maria.
sudah seminggu ini ayah Maria dirawat di rumah sakit, karena penyakit parunya kembali kambuh. raut wajahnya lesu, sedikit kecewa namun tak terkejut. sebab bukan pertama kalinya ia melihat tagihan berobat sang ayah. sudah banyak barang yang ia jual agar ayahnya dapat segera sembuh. Maria mengotak-atik dompet, berharap masih ada beberapa lembar uang untuk melunasi atau paling tidak sebagai uang muka agar sang ayah dapat terus mendapat pelayanan, sampai benar-benar sembuh.
"berapa tagihannya?" tiba tiba pria bertopi berdiri di samping Maria.
"2 juta pak, sudah termasuk penggunaan tabung oksigen" suster kembali mengulangi dengan ramah.
"kak Adrian?" ucap Maria kaget.
Adrian adalah tetangga Maria yang sudah lama meninggalkan kampung, karena ia bekerja di kota. Adrian menarik dompet dari saku celana belakang. dikeluarkannya beberapa lembar uang ratusan hingga genap berjumlah 2 juta. dan menyerahkan nya kepada suster.
"terima kasih pak, pembayarannya sudah lunas"
"terima kasih kembali sus" jawab Adrian ramah, menundukkan sedikit kepalanya.
...****************...
"Pak Brama sakit apa Mar?" ucap Adrian
mereka duduk di kursi tunggu depan kamar rawat Brama, ayah Maria.
"Kanker Paru kak" jawab Maria, wajahnya berubah lesu.
".. Kebun ayah sudah Maria jual untuk biaya berobat, sekarang Maria kebingungan harus cari uang dimana lagi kak. tapi nanti Maria usahakan untuk kembalikan uang kakak ya" sambungnya.
"sudah jangan pikirkan itu, kalau kamu mau kakak bisa bantu. kebetulan kakak sedang butuh pegawai perempuan di tempat kerja kakak, Maria boleh hubungi kakak kalau mau, gajinya lumayan loh bisa buat berobat pak brama sampai sembuh malah"
"hah serius? tapi Maria tidak punya pendidikan tinggi kak, apa bisa?" jawab Maria polos.
"tenang saja, kakak pasti bantu kamu sampai di Terima"
tapi kalau Maria pergi siapa yang jaga ayah, gumam Maria dalam hati.
"dokter dokter pasien collapse" suster berteriak memanggil dokter dari kamar tempat ayah Maria di rawat.
lamunan Maria terpecah kala mendengar teriakan suster berlari cemas mencari dokter. Maria dan Adrian bangkit dari tempat duduk, wajahnya kembali memucat pasi, matanya membulat dengan sedikit linangan air. ia berlari dengan kaki yang sedikit lemas menuju kamar tempat sang ayah di baringkan.
ayah..
ayah..
teriaknya dalam hati, saat bibirnya sudah tak mampu berucap, air matanya mengalir deras.
"permisi mbak, mohon tunggu di luar. biar dokter menangani pasien" suster menarik tangan Maria menariknya agak pergi meninggalkan ruangan.
suster menutup pintu saat Maria dan Adrian sudah berada di luar, Maria nampak cemas menatap dokter dan para suster yang sigap menangani ayahnya dari bagian kaca di pintu kamar.
ayah...
ayah harus sehat... Maria tidak mau hidup kalau tanpa ayah... ayah lawan, lawan sakitnya ayah. ayah lawan, Maria takut disini sendirian ayah, jadi jangan pergi.
Maria kembali menangis, nafasnya sesak melihat ayahnya collapse, pikirannya kacau, jauh dan semakin jauh. Adrian bangkit dan meraih pundak Maria.
"sabar ya Mar, bapak pasti sehat" ucapnya.
beberapa menit kemudian, ayah Maria tenang. tubuhnya tak lagi bergerak tegang. dokter dan para suster pun beranjak pergi keluar meninggalkan ruangan.
"nona Maria, bisa ikut saya ke ruangan sebentar?" dokter melepas stetoskop yang menggantung di lehernya, wajahnya sedikit lesu membuat Maria berpikir semakin jauh. meski sang ayah sudah terlihat lebih tenang dari tadi, namun tak dapat dipungkiri jelas ada sesuatu yang buruk yang akan disampaikan dokter padanya.
"iya dok" Maria mengangguk mengikuti langkah dokter dari belakang.
...****************...
Maria memasuki ruang dokter Charles, dokter mempersilahkan Maria duduk. wajahnya kini semakin serius dengan dahi yang sedikit mengkerut.
"begini, saya tahu ini mungkin sedikit tidak mengenakkan. namun kondisi pak brama sudah cukup parah, beliau harus segera mendapat pertolongan yang lebih baik di rumah sakit lain. sudah tidak bisa di tunda lagi, karena rumah sakit ini jelas memiliki keterbatasan untuk pengobatan pak brama. saya khawatir, bila terus dibiarkan begini kondisi pak brama akan semakin menurun."
Maria hanya tertunduk, menggigit bibir bawahnya menahan tangis. pengobatan ini jelas akan memakan biaya yang tidak kecil. dari mana lagi ia akan mendapatkan uang untuk pengobatan sang ayah. namun tiba tiba ia teringat tawaran Adrian.
.....Kalau kamu mau kakak bisa bantu. kebetulan kakak sedang butuh pegawai perempuan di tempat kerja kakak, Maria boleh hubungi kakak kalau mau, gajinya lumayan loh bisa buat berobat pak brama sampai sembuh malah
"bisa mengobati biaya ayah sampai sembuh" ucap Maria dengan nada kecil, saat teringat ucapan Adrian.
"bagaimana nona Maria, bisa kita urus secepatnya untuk kesembuhan pak brama?" sambung dokter memecah lamunan Maria
"dokter, Maria setuju ayah dirujuk ke rumah sakit lain, asal ayah bisa segera sehat. mohon bantuannya dok"
"baik, kita segera urus administrasinya" jawab dokter charles.
Maria berdiri dan meninggalkan ruangan dokter charles, ia bergegas menemui Adrian. ia berjalan penuh harap agar apa yang di tawarkan Adrian dapat menjadi angin segar yang nyata untuknya dan sang ayah.
Adrian masih duduk di kursi tunggu depan kamar rawat ayah Maria, Maria semakin mempercepat langkahnya untuk menyetujui tawaran Adrian.
"kak?" ucap Maria tangannya memegang dada sebelah kiri.
"bagaimana Mar? dokter bilang apa?" Adrian langsung bangkit dari duduk saat Maria datang.
"ayah harus di rawat di rumah sakit kota yang lebih baik kak, penyakit ayah sulit di tangani dengan fasilitas disini. karena itu... apakah tawaran kerja tadi masih berlaku kak? Maria benar -benar membutuhkannya." jawab Maria
Adrian tersenyum lebar, mendengar jawaban Maria.
"tentu saja Mar, kakak sangat senang kita bisa saling membantu. pokoknya apapun demi kesembuhan pak brama ya Mar" Adrian menepuk pundak Maria.
"Terima kasih banyak kak, Maria benar-benar tertolong dengan bertemu kakak disini sekarang" ucap Maria bergetar, menahan haru. ia sangat bersyukur saat ia benar-benar membutuhkan, bantuan datang dengan tepat.
"lusa kita berangkat ya, semakin cepat semakin baik, biar pak brama bisa segera di tangani" sambung Adrian semangat.
Maria mengangguk, tanda mengiyakan.
...****************...
Huaaa 😭
halo readers sekalian, banyak sekali yang ingin author sampaikan. akhirnya author kembali lagi author rindu sekali dengan kalian 🥺.
ini karya author lagi, setelah karya sebelumnya. author harap, ada banyak orang yang dapat mengenal Maria dan mendukung kisah Maria 🧡
author juga sangat bersyukur untuk kalian yang mendukung author, semua dukungan dari kalian sangat berarti bagi author. author ucapkan terimakasih dari sanubari author yang terdalam ❤
sedikit cerita tentang Maria, setelah ia pertama kali muncul dalam dunia author, ada banyak sekali perdebatan bathin author untuk merealisasikan kisahnya. namun semakin lama author sendiri jadi tertarik karena sosok Maria begitu hebat bagi author 🥺. tentu saja di dukung dengan tokoh pendukung lainnya yang tak kalah keren.
huhu memang hati itu mudah sekali di bolak balikkan ya kak ˚‧º·(˚ ˃̣̣̥⌓˂̣̣̥ )‧º·˚
nanti author sambung lagi ya, kalian semua jangan lupa jaga kesehatan. selamat tahun baru. boleh mengeluh, tapi ingat untuk selalu bersyukur ya kak. author sayang kalian semua (*´˘`*)♡
...****************...
📌 jangan lupa mampir di lapak adiknya Diaz hayuu zeyeng ⬇️⬇️⬇️
"Bos, aku sudah memesannya. dia sudah menunggu di kamar biasa" pria yang mengenakan tuxedo hitam rapi itu berbisik kepada pria berbadan tegap dengan otot kekar sempurna yang duduk anggun di sofa.
seperti biasa, sudah satu tahun semenjak bercerai dengan sang istri Diaz tak pernah absen memesan wanita panggilan setelah selesai bekerja yang menguras pikiran dan tenaganya. sakit hati yang membekas atas perlakuan sang istri membuat pribadinya semakin dingin dan menggila dengan wanita.
Diaz mengangkat white wine glass yang di genggamnya, sehingga dengan sigap pelayan pria menuangkan anggur putih ke gelasnya. tak hanya itu ia kemudian memantik kan api membakar ujung rokok. pria 39 tahun itu duduk sambil menyilangkan kaki.
tiba-tiba perempuan yang mengenakan cutout dress masuk ke ruang pribadi Diaz di hotel luxury. Hotel yang biasa di pakai oleh para pemimpin perusahaan besar dan berpengaruh mengadakan rapat. perempuan itu langsung masuk dengan mendorong pintu, ia langsung berjalan mendekati Diaz.
"Hei, perempuan ini seharusnya menunggu di kamar, lancang sekali masuk kesini" teriak Pria tuxedo hitam itu marah.
para pelayan dengan cepat menghalangi langkah perempuan itu, namun Diaz mengangkat telapak tangannya. tanda agar para pelayan berhenti, tak menghalangi perempuan berpakaian seksi itu.
"bos?" ucap Pria tuxedo hitam heran.
namun Diaz hanya membalas dengan mengangkat salah satu ujung bibirnya, tersenyum dingin.
"tuan Diaz, ternyata benar kamu. aku pikir aku di tipu, karena kamu tidak kunjung datang. aku bosan menunggu sendirian di kamar" perempuan itu menggerutu dan lancang duduk di samping Diaz sambil memeluk mesra, berusaha mendapat perhatian Diaz.
Diaz menurunkan jari nya bersamaan, tanda agar para pelayan pergi meninggalkan ruangan. perempuan itu tersenyum lebar karena kini hanya tinggal ia dan Diaz sendiri di ruang besar itu.
"aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan, aku harus bisa mengambil hati tuan Diaz. aku bisa memiliki semuanya kalau tuan Diaz menjadi milikku" katanya dalam hati.
"tuan Diaz, tuan tampan sekali. maaf ya kalau aku lancang datang langsung ke sini, habisnya tuan Diaz lama. aku sudah tidak sabar ketemu tuan Diaz." perempuan itu meraba dada bidang diaz, melepaskan kancing kemeja diaz satu persatu.
"tuan kenapa diam saja? aku kurang cantik ya malam ini? tuan pasti lelah ya?" perempuan itu semakin liar. ia berpindah posisi menduduki paha Diaz. tangannya lihai meraba raba wajah Diaz.
perempuan itu mendekatkan wajahnya ke wajah Diaz, menghirup aroma Diaz dengan mencium batang leher Diaz yang memiliki jakun besar itu.
Diaz hanya diam, tak menggubris meskipun pada kenyataannya hal itu sudah tak dapat di kendalikan bila di alami oleh pria lain.
namun itu tak menghalangi atau bahkan membuat perempuan itu menciut, ia bahkan lebih kiat melancarkan aksinya memuaskan Diaz. kali ini ia menurunkan lengan pakaiannya. membuatnya sedikit lebih terbuka.
kali ini Diaz berada di puncak pertahanannya. tangannya meraih rambut panjang perempuan itu yang tadinya di biarkan tergerai.
"aah" teriak perempuan itu. saat Diaz menggigit kecil daun telinganya.
perempuan itu menjatuhkan wajahnya di dada bidang Diaz, hanya satu gigitan sudah membuatnya melemas.
"tuan Diaz, lagi" pintanya
"lagi tuan Diaz, sekali lagi" ulangnya kembali. ia mengangkat wajahnya dan melingkarkan tangannya di batang leher Diaz.
Diaz menaikkan ujung kiri bibirnya
"murah an" katanya dalam hati.
"aah" perempuan itu berteriak lagi, saat Diaz menjulurkan lidahnya menyentuh kulit leher mulus miliknya.
"tuan Diaz, kamu begitu perkasa, kamu tampan, kaya, kamu sangat sempurna entah apa yang membuat istrimu malah pergi meninggalkan kamu. kalau aku jadi dia, aku tak akan pernah melakukan itu, pergi meninggalkan kamu" ucap perempuan itu lancang.
Diaz mengernyitkan dahi dan mendorong perempuan itu agar terlepas dari pelukannya. ia bangkit sehingga membuat perempuan itu terjatuh ke bawah.
"aw, tuan kenapa?" perempuan itu kesakitan. wajahnya mendongak ke atas menatap Diaz yang berdiri tegak di depannya.
tubuhnya gemetar, dengan tatapan penuh ketakutan. melihat Diaz yang menatapnya marah. matanya tajam dengan wajah datar. diambilnya botol anggur putih di meja, lalu membalikkan botol itu, membuat air anggur jatuh mengguyur tubuh perempuan itu.
Diaz kemudian pergi meninggalkan ruangan, sambil memantik kan kembali korek api membakar ujung rokok.
para pelayan yang menunggu di luar heran saat Diaz membuka pintu, hari ini terlalu cepat dari biasanya.
"bos? perempuan itu kurang? cepat sekali tidak seperti biasanya?" ucap pria tuxedo hitam heran.
"apa uangku terlalu sedikit sehingga kalian membeli perempuan seperti itu?" ucap Diaz dengan wajah datar, namun matanya jelas terlihat bahwa ia menahan marah.
pria tuxedo hitam langsung menoleh ke arah dalam, dilihatnya perempuan itu terduduk di lantai gemetar dengan badan yang basah. jelas, perempuan itu telah berbuat kesalahan yang membuat Diaz marah.
"urus dia" ucap pria tuxedo hitam kepada pelayan yang lain.
...****************...
satu tahun lalu
di rumah mewah, kediaman Diaz dan Rena istrinya. yang biasanya penuh dengan keharmonisan kini suasananya berubah menjadi tegang. Rena membawa koper dari kamar disusul Diaz yang berusaha menghentikan langkah Rena.
"Rena, sayang. tunggu dulu, kamu tidak bisa pergi begitu saja, seperti ini" ucap Diaz, ia menarik tangan Rena agar Rena berhenti.
"cukup Diaz, selama ini aku sudah bersabar menunggu. tapi aku sudah tidak tahan" jawab Rena marah, sambil menghempas pegangan tangan Diaz yang menggenggamnya kuat.
"sayang, aku yakin ini belum waktunya. lagi pula kalau kamu benar benar mau kita bisa mengadopsi anak, aku akan memberikan semua yang kamu mau Rena"
"Diaz, aku butuh anak kandung. kakek ingin keturunan murni dari ku. aku sudah lelah menunggu, sudah lima tahun aku dan kamu menikah. aku sudah cek kesehatan, dan tak ada masalah. aku butuh keturunan Diaz, dan kamu tidak bisa memberikan itu!!" jawab Rena.
"aku harus segera punya anak, aku tak bisa menunggu terlalu lama Diaz. aku tak mau kehilangan warisan dari kakek. kakek akan menyerahkan seluruhnya jika aku memiliki keturunan" sambung Rena.
"Rena? harta? ini karna harta? hei sayang aku dan kamu sudah kenal dari kecil. aku memiliki semuanya, uang harta perhiasan apapun yang kamu inginkan. aku bisa memenuhi itu, kenapa harus milik kakek?" ucap Diaz heran
"aku tahu itu, aku tahu kamu tidak memiliki kekurangan. tapi ini, aku sudah menunggu ini dari kecil, aku tak mau kehilangan ini."
Rena membalikkan badan, dan melanjutkan langkahnya meninggalkan Diaz. namun Diaz tak tinggal diam, ia kembali menarik tangan Rena.
"Rena, bukankah kita saling mencintai? kenapa karena hal seperti ini kamu rela pergi?" Diaz menatap datar, kali ini ia menurunkan emosinya.
"aku memang mencintai kamu. tapi anak, aku jauh lebih menginginkan itu dari kamu. kamu tak bisa memberikan keturunan untukku Diaz, kamu tak bisa memberikan apa yang ku mau dari saat aku kecil" jawab Rena menghempaskan genggaman tangan Diaz dan kembali melanjutkan langkahnya.
Diaz terdiam, masih tak percaya dengan jawaban perempuan yang menjadi istrinya itu. tak percaya bahwa perempuan yang berada di depannya saat ini adalah perempuan lucu, polos, dan baik hati yang ia kenal sejak ia masih kecil. yang menjadi cinta pertamanya sejak pertama kali bertemu.
"Rena.. " ucapnya.
"Rena kalau kamu pergi meninggalkan rumah ini, maka aku bersumpah kamu tak akan pernah bisa kembali kepadaku, tak akan pernah ada satu jalan pun, untuk kamu muncul di hadapan ku" sambungnya.
Rena tak menggubris, ia terus melanjutkan langkahnya. hingga akhirnya keluar meninggalkan rumah.
"Reeenaaaaa" teriak Diaz marah. air matanya keluar, betapa sakit yang ia rasakan saat wanita yang di cintainya pergi meninggalkannya begitu saja.
...****************...
"setahun berlalu, sebuah cerita hanya menjadi kenangan yang tak boleh terulang" ucap Diaz dalam hati.
...****************...
Beb, mampir ke adiknya Babang Diaz yukkk
"Maria, kenalkan ini mam Elea. dia yang menjadi bos kamu sekarang. kamu turuti saja apa yang diarahkan ya"
Adrian dan Maria sudah sampai di kota, sedikit terkejut saat melihat tempat yang akan mereka datangi, tidak terlihat seperti kantor, tapi lebih seperti gedung biasa dengan banyak perempuan muda berpakaian seksi. Maria kemudian di kenalkan Adrian dengan Elea yang baru muncul dari dalam gedung, wanita paruh baya berpenampilan minim yang menjual perempuan kepada pria hidung belang.
"Maria bu" ucap Maria ramah.
"muda sekali aduh, cantik lagi. mam, panggil mam ya sayang". jawab Elea genit.
Elea kemudian menarik Adrian sedikit menjauh dari Maria.
"bagaimana mam? barang bagus kan? cantik loh, masih polos polos, mahal itu" bisik Adrian.
"bagus, hari ini memang ada yang pesan. dia bos besar. apa perempuan itu bisa melayani nya . dengan baik?"
"haduh mam, dia cantik, muda, perawan lagi. tentu saja makanan enak untuk bos bos besar begitu. sudah tinggal di poles sedikit kok, gampang." jawab Adrian percaya diri.
"ya sudah, aku ambil. nanti aku transfer seperti biasa"
Adrian tersenyum lebar, kedua telapak tangannya saling menggosok. hadirnya Maria bak angin segar kala ia benar benar butuh uang untuk senang-senang. Adrian dan Elea berbalik kembali ke arah Maria.
"Mar, kakak tinggal ya. mam Elea yang akan mengarahkan kamu. bekerja yang baik ya" Adrian menepuk pundak Maria.
"terima kasih kak" jawab Maria tersenyum ramah.
Adrian kemudian pergi meninggalkan Maria dan Elea. Elea kemudian mengajak Maria pergi masuk ke dalam. semua mata perempuan di dalam gedung menatap Maria sinis, membuat Maria tertunduk. tak lama, Maria sampai di ruangan paling besar di lantai atas.
"sayang langsung bersiap ya, kita harus pergi sebentar lagi. Viola, bantu Maria siap siap ya" Elea memerintahkan perempuan yang sudah menunggu di dalam ruangan.
"baik mam" perempuan cantik itu mengarahkan Maria untuk mengikutinya. mereka masuk ke ruang yang lebih kecil lagi di dalam ruangan.
"pakai ini ya" ucap perempuan itu ramah, dia menyerahkan sebuah pakaian jenis dress kepada Maria.
Maria mengambil pakaian itu dan tak lama ia keluar, tangan nya sibuk menarik narik bagian bawah dress agar menutupi paha mulusnya, sedangkan tangan lain menutupi bagian atas. pakaian itu di buat agak mengetat, sehingga pinggang nya yang ramping terlihat sangat jelas.
"kak, maaf. pakaiannya kekecilan bisa di ganti tidak kak"
"tidak kok, pakaian itu pas. mungkin kamu belum terbiasa. yuk duduk di sini biar aku rias sedikit."
perempuan itu menarik kan kursi di depan meja hias, disusul Maria yang mendudukinya.
"terima kasih kak"
"kamu beruntung sekali, anak baru tapi sudah dapat posisi sebagus ini. jarang loh. banyak yang iri karena ingin menjadi kamu. tadi pasti banyak yang melihat kamu sinis kan?" ucap Viola lembut sambil menyisir rambut panjang Maria.
"benar kak, memangnya Maria bekerja sebagai apa ya kak sampai bisa membuat yang lain begitu?"
"memangnya kamu belum tahu ya?" Viola heran, gerakan tangannya terhenti. namun Maria hanya menatap polos.
"tak apa, nanti kamu bakal tahu sendiri kok. semangat ya" Viola tersenyum dan melanjutkan merias Maria.
"kamu memang sudah cantik Maria, cukup di poles sedikit saja. aku yakin dia pasti senang dengan kamu" Viola berdiri di belakang Maria sambil memegang pundak Maria.
"dia siapa kak?" tanya Maria.
namun tiba tiba Elea datang membuka pintu, memecah obrolan mereka.
"Maria sudah siap kan? cepat kita tidak boleh terlambat" teriak Elea.
Maria dan Viola yang terkejut langsung bergegas bangkit berdiri. Maria kemudian mengikuti Elea dari belakang dan segera berangkat menuju hotel luxury tempat Elea akan menjual Maria.
Viola tinggal di tempat ia menatap keluar jendela melihat mobil yang di kendarai Elea dan Maria pergi, semakin lama semakin jauh dari jangkauan pandangannya.
"aku sudah menunggu saat seperti ini sudah lama, tapi malah kamu yang beruntung. seandainya Adrian tidak membawa kamu, mungkin aku yang dipilih untuk melayani tuan Calix. Maria, aku juga salah satu dari perempuan disini yang iri dengan mu" kata Viola dalam hati.
...****************...
mobil yang membawa Maria dan Elea berhenti di depan hotel terbesar di kota, hotel Luxury. mata Maria terbelalak melihat kemegahan bangunan yang belum pernah ia lihat sebelumnya. gedung itu menjulang tinggi, dengan dihiasi beberapa patung patung malaikat Cupid yang di pesan khusus dari luar negeri.
Elea bergegas masuk kedalam bersama Maria, langkah Elea cepat sehingga membuat Maria kesulitan mengatur langkah mengikuti Elea dengan sepatu high heels.
"mam, kita kerja di bagian apa disini?"
"sudah jangan banyak tanya, kita harus cepat sampai di kamar" jawab Elea tergesa gesa.
"kamar?" ucap Maria kecil.
mereka sampai di lantai 27, lantai paling tinggi di hotel Luxury. Elea memasukkan kartu di scanner yang terletak di depan pintu. disusul Maria.
"mam, kenapa masuk ke kamar ini?"
"kamu tunggu disini ya sayang, sebentar lagi dia pasti datang. ayo ayo aduh dandanan kamu jangan rusak, ini baju jangan di tarik tarik Maria." Elea rempong.
"mam, maksudnya apa? dia siapa? Maria takut tunggu sendirian mam" Maria menarik tangan Elea yang berjalan keluar.
"sudah, kamu tunggu disini. jangan kemana mana Maria. ingat kamu harus menjaga nama baik kantor saya" Elea mendorong Maria dan keluar meninggalkan Maria di dalam, tak lupa ia mengunci kembali kamar tempat Maria tinggal.
"mam, mam. buka mam, kenapa di kunci?" Maria mengetuk ngetuk pintu dari dalam.
diluar kamar Elea bertemu dua pria berpakaian rapi, lengkap dengan jas hitam mengkilap.
"tuan Brox, perempuan yang di beli tuan Calix sudah ada didalam. cantik, saya yakin tuan Calix pasti suka" kata Elea
"nanti saya transfer" jawab Brox, asisten Pribadi Calix.
"ah, begini loh tuan Brox. perempuan ini barang langka loh, lebih bagus malah dari sebelum-sebelumnya. cantik, muda, dan yang paling penting, perawan. pasti tuan Calix suka. saya minta harganya di naikkan sedikit ya tuan" Elea tersenyum kecil, jarinya di pose telunjuk hampir bertemu ibu jari.
"tak masalah, nanti saya transfer" jawabnya datar.
namun tak disangka Maria menguping dari dalam. Maria yang mendengar terkejut bukan kepalang. badannya langsung gemetar, tahu bahwa ia di jual untuk melayani pria.
"Maria di jual? Kak Adrian? apa kak Adrian sengaja memperkerjakan Maria dengan mam Elea? kak Adrian menjual Maria juga?" mata Maria memerah.
"ayah" katanya dalam hati.
"tidak, bukan saatnya menangis. Maria kamu harus cari cara untuk keluar dari tempat ini sekarang" sambungnya.
Maria mengusap usap kedua matanya, sesekali mengintip keluar. ada beberapa pria berkemeja berjaga diluar. dia memutar otak mencari cara untuk dapat keluar. kemudian ia menoleh ke arah meja rias, ada beberapa vas bunga yang terbuat dari keramik.
Maria langsung mengambil vas bunga dan melemparnya ke lantai.
praangg
vas bunga itu pecah berhamburan di lantai.
"tolong... tolong" teriak Maria.
para penjaga diluar terkejut dan membuka pintu bergegas masuk. Maria yang sudah menunggu di balik pintu langsung cepat berlari keluar. para penjaga yang menyadari langsung berteriak agar Maria menghentikan langkahnya.
"hei, dia kabur" teriak penjaga ke penjaga lainnya.
mereka berlari mengejar maria.
"aku harus cepat, tidak boleh aku tidak boleh ditangkap."
Maria terus berlari tentu saja di belakangnya ada beberapa penjaga yang mengejar. Maria melepas high heels untuk mempercepat langkahnya. sambil sesekali menoleh ke belakang. namun sayang, ia kehilangan keseimbangannya.
gubrak
Maria terjatuh di pelukan seorang pria, pria tinggi yang mengenakan setelan jas berwarna emas dengan pin ular naga di kerah kemeja, penampilannya terlihat lebih mencolok dibanding dengan beberapa rombongan pria lain ber tuxedo hitam di belakang dan sekelilingnya. Maria mendongakkan kepalanya ke atas, pria yang memeluknya itu menatapnya dingin. matanya tajam meskipun terhalang kaca mata hitam.
"uhuk uhuk" Maria batuk karena asap rokok pria itu.
"hei kamu" para penjaga yang mengejar Maria datang. namun langkah mereka langsung terhenti, karena melihat Maria dalam rombongan pria lain.
"tu.. tu.. tuan Diaz" kata salah satu penjaga
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!