Namanya adalah Putri Aulia Zahra, biasa dipanggil Ara, dia tidak terlalu tinggi, tingginya hanya sekitar seratus enam puluh centi meter, usianya dua puluh empat tahun, badannya kecil tapi sedikit berisi, tidak terlalu cantik, dia berkacamata, kulitnya rata-rata kulit orang Indonesia tidak terlalu putih, tapi pas lah, dia sifatnya dewasa, lebih dewasa dari umurnya. Walaupun begitu tak menutup keceriaan gadis itu.
Tapi tak jarang ia juga sering melakukan hal-hal konyol yang bikin orang di sekitarnya ketawa dan nyaman berada di sampingnya. Banyak hal yang bisa dia lakukan. Karena kebiasaannya yang suka memendam semua keluh kesahnya sendiri, menjadikan dirinya pribadi yang tertutup.
Karena ia harus menggantikan peran ibunya semenjak ibunya meninggal pada saat dia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, Ia harus menjadi sosok yang kuat di depan ayah dan adiknya. ibunya meninggal karena penyakit kanker, adiknya masih terlalu kecil untuk mengerti arti sebuah perpisahan. Yang adiknya tahu hanyalah kasih sayang yang tak pernah berkurang meskipun tanpa ibunya. Ara menjadikan dirinya sebagai ibu bagi adik perempuannya.
Ara tidak mau adiknya merasakan kehilangan kasih sayang ibunya, ia mempunyai adik yang masih harus di jaga, adiknya masih berusia enam tahun saat itu. Saat ibunya meninggalkan mereka untuk selama-lamanya. Sungguh miris, tapi beruntunglah karena Ara memiliki seorang ayah yang bisa menjadi seorang ibu juga.
Ara adalah putri pertama dari
dua bersaudara, tumbuh menjadi wanita dewasa tak membuatnya kehilangan masa-masa indahnya bersama keluarga walaupun tak lengkap, adiknya juga perempuan yang kini masih kuliah semester empat namanya Nadin.
Nadinda Aulia Putri , biasa di panggil Nadin. Dia kebanggaan bagi Ara. Dia tumbuh menjadi anak yang manja dan sangat dekat dengan Ara, Nadin lebih banyak bicara dibandingkan Ara, Nadin begitu cerewet. Bahkan cerewetnya itu sering kali membuat ayah dan kakaknya pusing.
Bagi seorang Ara, pendidikan adiknya saat ini yang terpenting. Nadin kuliah di universitas yang sama dengan Dio.
Dio siapa Dio? Dio adalah
pacar Ara , mereka sudah berpacaran selama 4 tahun, Dio tidak Cuma dekat dengan Ara tapi dengan Nadin juga karena tak jarang Ara menitipkan Adiknya itu pada Dio karena kesibukan Ara sebagai sekertaris di perusahaan pemasaran yang di kelola oleh pengusaha muda nan tampan namanya Agra Anugra Putra.
... 🍂🍂🍂...
Agra begitulah semua karyawannya memanggil, nama panjangnya Agra anugra putra, dia adalah CEO perusahaan pemasaran online, tempat Ara bekerja sebagai sekertaris, ya ara menjadi sekertaris Agra, Ara sudah bekerja selama 4 tahun, Agra pengusaha muda, singgel , usia 29 tahun, tinggi 170cm,
asli orang jawa, masih keturunan ningrat, menekuni dunia bisnis semenjak ayahnya meninggal 19 tahun yang lalu, ibu dan kakaknya yang meneruskan perusahaan keluarga sedangkan dia membuka perusahaan baru yang ia rintis
sendiri walaupun sebagian besar sahamnya di miliki oleh keluarga.
Walaupun ia mempunyai seorang kakak, tapi ia tak begitu tahu tentang kehidupan kakaknya, karena sejak kecil kakaknya tak pernah kembali ke Indonesia, kakaknya menetap di luar negri.
Arga mempunyai tunangan namanya Viona, usia dua puluh delapan tahun, dia cantik tinggi seratus tujuh puluh centi meter, langsing, berkulit putih, tak jarang ia muncul di televisi sebagai bintang iklan, ia seorang desainer muda dan juga seorang model terkenal, Arga dan Viona sudah bertunangan selama delapan tahun tanpa restu tadi ibunya.
Ternyata lama seseorang menjalin hubungan tak menjadi jaminan jika hubungan itu akan langgeng dan sampai di jenjang pernikahan. Banyak hal yang membuat seseorang akan lebih memilih hubungan yang baru di bandingkan dengan hubungan yang lama, salah satunya adalah rasa nyaman dan terbiasa.
Walaupun awalnya hubungan mereka tanpa restu, tapi tak berpengaruh pada hubungan mereka, kini hubungan mereka tampak tetap langgeng dan romantis, walaupun masih tanpa restu ibunya. Tapi itu tak terlalu di pikirkan oleh Agra, karena hubungannya dengan ibunya juga tak begitu baik karena adanya sebuah alasan.
Tak jarang mereka mengumbar kemesraan di media-media masa. Sehingga hubungan mereka sering menjadi sorotan.
Seorang pengusaha muda dan desainer muda benar-benar pasangan yang serasi. Publik sangat mendukung hubungan mereka. Mereka di gadang-gadang akan menjadi pasangan fenomenal.
Dan satu lagi, Dio, nama panjangnya Dio Damar Bagaskara, pacar Ara, pacar yang selalu di banggakan oleh Ara tinggi seratus tujuh puluh centi meter, usia dua puluh lima tahun , masih kuliah semester akhir, masih pengangguran, tampan,.termasuk cowok keren di kampus , karena suatu hal membuatnya menempuh bangku kuliah setelah berhenti selama tiga tahun, ia cinta Ara semenjak SMA. Tapi siapa yang tahu isi hati orang.
Roy, Ayah Ara, usia lima puluh lima tahun , dia adalah pemilik toko bangunan, walaupun tidak
besar tapi cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membiayai kuliah Ara hingga lulus, walaupun sudah tua tapi Ayah Ara termasuk pria maco yang masih tampak gagah dengan umurnya yang sudah lebih dari setengah abad. Wajahnya tampak seperti usianya masih empat puluhan.
Walaupun sudah lama menduda. Dia masih betah menduda karena kasih sayang kedua putrinya lebih besar padanya. Putri-putri nya sudah sering kali menyuruh ayahnya untuk menikah lagi. Tapi tawaran kedua putrinya selalu saja di tolak. Cintanya pada almarhum istrinya sudah cukup untuk menemaninya membesarkan kedua putrinya.
Itu sedikit pengenalan tokohnya, kita simak cerita lanjutnya ya, semoga semua berkesan.
Untuk itu , untuk pembuka cerita akan langsung aku kasih Visualnya ya biar lebih menarik.
Ara (Si cewek mandiri, yang sedikit tertutup, cupu tapi cantik, gampang percaya sama orang)
Dio (Cowok populer di kampus, romantis dan penakluk hati wanita)
Nadin ( cerewet, cantik, ceria, baik hati, manja, suka cengeng)
Roy ( ayah yang baik, penyeyeng keluarga, ayah yang kece, keren dan jadi idola)
Agra ( bos yang sombong, songong, suka seenaknya sendiri, tapi berhati lembut dan penyayang, bertanggung jawab)
Rendi ( walaupun tidak di ceritakan di awal, tapi Rendi adalah tangan kanan Agra sekaligus sahabat buat Agra, pribadi yang dingin, tegas dan bertanggung jawab)
Dr. Frans ( mereka tiga bersahabat (Agra, Rendi san Frans) Walau tak sering muncul tapi dr. Frans memiliki pribadi yang unik, dia ceria dan selengek an tapi bijak dalam mersikap)
**Sekian spesial visual dari saya, salam sayang dari Author, semoga ceritanya bisa menarik di hati para Reader
...Cinta itu buka seberapa lama ia tinggal tapi seberapa Tuhan akan mempertemukan kita dengan yang benar-benar tepat, Jodoh mungkin yang di maksud...
Jangan lupa untuk kasih dukungan ke Author dengan memberikan LIKE dan KOMENTARnya ya
Kasih Vote nya juga ya yang banyak
Happy Reading 😘😘😘😘**
SELAMAT MEMBACA
Pagi ini ada acara keluarga di rumah kerabat dekat almarhum ibu Ara, Ara meminta cuti untuk satu hari karena Roy memintanya untuk datang. Untuk menghormati keluarga ibunya.
Ara sudah berdandan menggunakan pakaian pesta lengkap dengan sepatu high heels, hendak pergi ke kondangan. Ia berdandan tidak seperti biasanya.
“kak ..., ayo berangkat ...” Nadin sudah berdiri di depan pintu kamar Ara dengan menenteng dua buah helm di tangannya.
“Bentar dek, aku ambil tas dulu!”
Ara pun beranjak dari duduknya dan
segera menyambar tas yang sudah berada di atas tempat tidur. Ara kembali di depan kaca, sedikit merapikan penampilannya dan segera berlari menghampiri adiknya.
"Kakak ini lama sekali ya ...., acaranya keburu kelar kak ...." keluh Nadin yang sedari tadi sudah menunggunya di luar.
"Iya ...., maaf dek ...!" Ara hanya bisa mengatupkan kedua tangannya di depan dada.
Mereka pun segera keluar dari rumah dan mengunci pintunya, motor pun sudah terparkir di depan halaman rumah siap untuk di tumpangi.
“Pakek helmnya dulu, kak ....!” Nadin pun menyerahkan helm kepada Ara
“Terimakasih” Ara pun segera memakai helm itu di kepalanya.
Tapi saat hendak naik ke motor tiba-tiba suara ponsel yang berbunyi nyaring menghentikan langkah Ara. Ara pun segera merogoh tasnya, mencari-cari keberadaan benda pipih kecil itu. Setelah dapat di temukan Ara segera menekan tombol hijau. Dan meletakkannya di daun telinganya.
“hallo ....” ucap seseorang dari seberang terdengar sedikit panik.
Ya kepanikan yang sering kali Ara dengar. Begitu menggelegar di telinganya hingga Ara harus sedikit menjauhkannya dari daun telinganya.
“iya pak ada apa?” dan ternyata itu telpon dari Bosnya Ara, Ara yang sudah paham wajahnya langsung di tekuk seperti gulungan karpet mushola.
“cepetan kamu ke apartemen saya” kini Ara yang malah semakin panik,
bagaimana bisa ia sudah ijin kemarin untuk tidak bekerja, tapi kini malah dapat panggilan darurat dari bosnya.
“tapi pak saya kan sudah ijin kemarin!” Ara berusaha menolak.
“tapi ini penting” tapi jelas di seberang sana semakin ngotot saja
“Nggak bisa pak saya ada acara” tapi Ara masih tetap tidak mau
kalah,
” rasanya ingin sekali menjambak rambut si bos” batin Ara
“tapi ini darurat, pokoknya kamu harus datang, titik, nggak ada
nggak nggakan......” akhirnya ancaman si bos mengalahkan benteng yang sudah di bangun
oleh Ara.
“Baik pak!!!!!” setelah ini apa yang bisa dikatakan oleh Ara selain
menyerah dan pasrah
Kini sambungan
telpon telah di matikan, Ara kembali memasukkan ponselnya kedalam tas, dengan wajah memelas Ara memandang adiknya dengan penuh penyesalan
“Ada apa kak?, bos kakak lagi?” Nadin sudah tahu apa yang akan terjadi, karena kejadian seperti ini sudah untuk yang ke sekian kali, sebenarnya ia begitu kecewa,
tapi mau bagaimana lagi....
“Iya dek, maaf ya ...!” Ara
merasa sangat bersalah pada adiknya, karena kemarin ia sudah berjanji akan menemaninya dalam acara itu, karena Nadin merasa canggung bila berkumpul
bersama keluarga besar tanpa kakaknya.
Keterlaluan ....., batin Nadin kesal.
“Terus gimana dong kak acaranya?” Nadin begitu malas datang sendiri
“Ya udah kamu berangkat dulu, nanti biar kakak nyusul, kan sudah ada ayah di sana...!” bujuk Ara, Akhirnya
Nadin hanya bisa pasrah walaupun dengan perasaan kesal.
“Terus kakak naik apa?” Nadin menatap motor yang hanya ada satu.
“Gampang kakak bisa naik angkot!”
“Ya udah kak aku berangkat dulu ya!” dengan berat hati Nadin berangkat sendiri dengan mengendarai motornya.
“Ya hati hati di jalan!” ucap Ara sambil berjalan ke ujung jalan untuk mencari angkot yang sedang lewat.
Untung saja tepat saat Ara sampai di ujung jalan, ada angkot yang sedang lewat Segera Ara menghentikan angkot itu ,
"Bang ..., berhenti bang ...!" Ara melambaikan tangannya hingga angkotnya berhenti.
Ara pun segera masuk ke dalam angkot. Tapi entah kenapa semua mata menatap kepadanya aneh.
"kenapa mereka menatapku seperti itu?" Batin Ara bertanya-tanya. Ara pun menatap bayangan dirinya di kaca spion.
"oh .... astaga ..., aku melupakan helmku. Pantas saja mereka menatapku aneh ..." Batin Ara sambil memegang kelapanya yang masih mengenakan helm. Dengan cepat ia melepaskan helm dari kepalanya.
Membutuhkan waktu setengah jam untuk sampai di apartemen bosnya, setelah sampai di depan apartemen
bosnya ia segera turun dari angkot dan menyerahkan selembar uang lima ribuan,
Ara menghela nafas kasarnya, ia memasuki lobi apartemen dengan wajah kesalnya.
“Mudah-mudahan ini bukan hal yang konyol lagi” gumam Ara sambil terus berjalan.
Ara menuju ke pintu lift dengan beberapa kali pencetan, tapi karena lift tak kunjung terbuka,
"Kenapa di saat seperti ini ...., lift pun tidak mendukungku ... , menyebalkan ...!" ucap Ara sambil memukul pintu lift dengan kedua tangannya.
Akhirnya terpaksa Ara berlari menuju ke tangga darurat, ia melepas high heelsnya supaya memudahkan langkahnya, ia yang biasa memakai flatshoes menjadi sangat
kesusahan ketika harus memakai sepatu tingginya.
"Sepatu menyebalkan ..." Sepatunya pun ikut kena omelnya.
Setelah sampai di
depan pintu apartemen bosnya, ia segera membunyikan bell dengan begitu kasar.
"Untung saja bos ...., kalau bukan sudah aku tendang dih pintu ..." gerutu Ara sambil menunggu pintu terbuka.
Tak butuh waktu lama akhirnya pintu terbuka, di sana sudah menampilkan seorang
pria dengan wajah frustasinya, tapi tetap saja tampan.
"Kenapa juga dia tampan, menyebalkan ...." batin Ara saat menatap wajah Agra.
Ara segera mengatur nafasnya yang serasa habis karena sudah lari menaiki tangga hingga lantai lima.
“Ada apa bos?” tanya Ara yang masih sedikit ngos-ngosan karena berlari menaiki tangga. Ara yang masih berdiri di depan pintu segera di tarik tangannya untuk masuk kedalam apartemen.
“Lihat ini!”
Agra menunjukkan beberapa kemeja yang berjejer di atas tempat tidur.
"Bentar ...., aku harus minum..., aku haus ....!" ucap Ara sambil mengatur nafasnya. Agra pun segera mengambilkan sebotol air mineral dingin. Dengan cepat Ara meraihnya dan meminumnya dengan cepat hingga botol itu kosong.
"Kau ini ...., gentong apa apa sih ....?" Agra terlihat keheranan melihat Ara yang meneguk habis minumannya dalam sekejab.
"Ini semua gara-gara bapak. Aku harus lari menaiki tangga karena panggilan bapak yang tak henti di ponselku! Aku kira bapak mau mati sampai nggak sabar nunggu aku datang!" ucap Ara dengan mata menatap tajam pada bosnya.
"Kurang ajar sekali kamu sebagai sekretaris!"
"Bapak lebih nggak tau waktu!" keluh Ara, lalu tatapannya teralihkan pada pakaian yang berjejer di atas tempat tidur.
“ini apa pak ?” Ara benar-benar tak habis pikir dengan yang di
lihat.
"jadi cuma gara-gara ini ...., aku harus berlari, meninggalkan adikku sendiri, pengen aku jambak nih rambut si bos....." batin Ara mengutuki kelakuan si bosnya yang sok keren ini, jika bersama orang lain dia sok cool, tapi jika bersama Ara, sepertinya Agra akan menunjukkan sifat aslinya. Menyebalkan.
“Ya ini kamu harus pilihkan kemeja mana yang harus aku kenakan untuk acara hari ini, kamu kan tau
hari ini aku diajak Viona menghadiri pameran busananya!” ucap Agra yang tidak mau kalah, ia menunjukkan semua kemeja yang terlihat masih baru.
“Tapi kan pak ....!” Ara memberi jeda pada ucapannya menahan kesal. Seakan kali ini nafasnya keluar dengan percuma.
“Ini bukan yang pertama bapak ketemuan, kenapa harus seribet ini sih?!" Ara benar-benar kesal
dengan kelakuan bosnya, pasalnya bukan Cuma sekali ini saja.
Ini bukan yang pertama, sudah begitu banyak hal yang di luar logika yang di lakukan oleh bosnya itu. Pernah suatu malam saat Ara sedang enak-enaknya tidur ada telpon darurat cuma untuk mengantarkan sebuah berkas yang sebenarnya tidak terlalu penting. Lalu ketika acara ulang tahun adiknya, Ara bela-belain untuk mencarikan makanan untuk Viona yang akhirnya ternyata tidak di makan dan dia harus meninggalkan acara adiknya.
Bahkan seperti tidak ada hari libur, setiap akan libur telpon itu selalu datang.
Pernah suatu ketika saat Ara sedang jalan dengan pacarnya, si bosnya menelfon dan menyuruh datang ke apartemen hanya untuk menanyakan makanan yang cocok untuk wanita yang sedang diet.
Hal-hal konyol yang selalu di lakukan oleh bosnya, ia tidak tahu kehidupan seperti apa yang di miliki oleh bosnya sebelum hidup mandiri di apartemen yang sekarang dia tinggali, bahkan untuk memilihkan dasi, sepatu, dan masih banyak hal sederhana lainnya saja dia tidak bisa.
Ara hanya bisa memegangi kepalanya yang terasa pusing sambil menatap kemeja yang berjejer di atas tempat tidur itu. Sepertinya si bos menyadari kesalahannya hingga membuatnya mendekati Ara dan berkata sedikit lembut, hanya sedikit.
“Maaf Ara, tapi ini darurat, aku tidak mungkin datang ke acara itu dengan penampilan yang biasa aja, kamu kan orangnya mengerti fashion, makanya aku panggil kamu ke sini!” Agra memberi alasan pada Ara agar tidak marah lagi.
“Tapi kalau kayak gini kan aku jadi telat pak, aku juga punya acara sendiri!” ucap Ara tak bisa menahan
lagi rasa kesalnya. Ia sudah mengabaikan acaranya sendiri dan mengecewakan ayah dan adiknya. Pasti semua kerabatnya banyak menanyakan dirinya.
Setelah perdebatan panjang akhirnya Ara harus menyerah dengan kesal, ia memilihkan semua kebutuhan Agra yang akan ia kenakan ke acara Viona, dari ujung rambut hingga ujung kaki.
SULTAN MAH BEBAS ......!!!!!!!
Bersambung
...Lain waktu ajarkan aku bagaimana mencintai seseorang agar aku tahu hebatnya di cintai...
-
-
-
-
-
-
jangan lupa kasih Like dan Komentarnya ya kakak
Aku tunggu
kasih Vote juga
Follow akun Ig aku ya
IG @tri.ani5249
Happy reading 🥰🥰🥰
Karena sudah pasti akan terlambat, Agra akhirnya memilih datang ke acara pameran busana itu bersama Ara, mau bagaimana lagi Ara tak bisa menolak perintah bosnya, Ara juga sudah mendapat telfon dari Nadin kalau acaranya sudah
selesai.
Viona adalah seorang desainer sekaligus seorang model, jadi pakaian yang di kenakan pun tak
pernah asal-asalan.
Agra dan Ara yang baru saja memasuki gedung pameran segera di sambut oleh Viona.
“Hai sayang ...!” sapa Viona, gadis itu segera menghampiri kekasihnya memeluk dan mencium bibir Agra. Seakan dunia hanya milik berdua pokonya.
"Hai sayang, maaf ya aku terlambat!"
"Tidak pa pa! Ayo ...!" Ajaknya dengan bergelayut manja di tangan Agra.
Ara yang berada di samping Agra pun hanya bisa memutar bola matanya malas, merasa muak dengan pasangan yang ada di depannya itu. Tapi wajah kecewa muncul saat melihat gadis berkaca mata yang berada di samping kekasihnya.
“kamu datang sama Ara?” tanya Viona dengan nada yang tidak senang begitu menyadari keberadaan Ara di samping Agra.
Jadi sedari tadi aku nggak kelihatan ...., keterlaluan ....
Ara yang sedari tadi hanya melihat kemesraan mereka hanya bisa tersenyum garing sambil membetulkan letak kaca matanya yang sebenarnya tak bergeser
“Iya sayang ..., tadi ada pekerjaan sedikit, makanya aku ajak kesini, nggak papa kan sayang?” Agra memberi alasan supaya Viona tidak
mempermasalahkan keberadaan Ara.
Viona sebenarnya tak suka melihat kedekatan kekasihnya dengan sekretarisnya, tapi ia tak mau menunjukkannya pada kekasihnya itu.
"Nggak pa pa kok sayang ...! Tapi bukankan sebaiknya mengajak Rendi aja?" ucap Viona.
"Rendi?" Agra sedikit berpikir untuk memberikan alasan, "Ahhh, dia sebenarnya sedang ada pekerjaan di luar kota!"
"Tapi kan masih ada lagi, siapa sahabat kamu satunya?"
"Frans?"
"Iya!"
"Dia dokter sayang, sibuk dong sama pasien-pasien nya! Ara juga nggak akan ganggu kita sayang, jangan khawatir!"
Aku harus menjauhkan gadis cupu ini dari Agra ....
"Oh iya sayang ...., kalau gitu aku bisa pinjam dia dong sayang ....?" tanya Viona manja , dan Agra pun hanya mengangguk.
"Tentu ...!" ucap Agra sambil menatap Ara, memintanya untuk menyetujuinya pula. Ara yang menggelengkan kepalanya segera mendapat pelototan dari bosnya.
"Kamu ikut saya bentar ya ...!"ajak Viona pada Ara, Ara pun hanya bisa mengangguk. Ia tak bisa menolak lagi saat bosnya sudah memberi tatapan tajam.
"Kamu tunggu di sini dulu ya sayang, aku ke sana sama Ara bentar ...." ucap Viona, dan lagi-lagi Agra hanya menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan kekasihnya itu.
Viona menari tangan Ara, mengajak Ara menjauh dari Agra, mereka menuju ke ruangan yang terdapat banyak baju yang sedang di gantung rapi dan siap untuk di pakai para model, banyak model yang sedang bersiap-siap dengan memilih baju yang cocok untuk mereka.
"Ara ...., karena kamu ikut, jadi bisa bantu saya dong!"
"Saya harus bantu apa nona?"
"Ruangan ini berantakan sekali, jadi kamu bisa kan menata beberapa pakaian ini?" tanya Viona sambil menunjuk beberapa pakaian yang tak beraturan.
"*M*emang aku siapa? aku bukan pembantunya" batin Ara
“Nggak papa mbak, silahkan ..” ucap Ara pasrah, mau gimana lagi sudah terlanjur basah, ya nyebur aja sekalian. Memang ia bisa apa.
"Ya udah aku tinggal ya ....., jangan kemana-mana, di sini aja ...!" ucap Viona seperti memberi peringatan.
Ara pun hanya bisa mengangguk dengan senyum yang dipaksakan, rasanya jika senyum itu harus bayar kayaknya Ara hari ini dapat bayaran paling banyak.
Ara begitu kesalnya, seharusnya di hari libur ini ia bisa bersantai di rumah bersama bantal dan kasur nya, tapi kini harus bergelut dengan baju-baju dan manekin.
Karena begitu kesal, ia menendang gantungan baju yang terbuat dari besi untuk meluapkan kekesalannya.
"A ...A... Aauhg ......, sakit ya ...." dengan reflek Ara mengangkat kakinya , Ara memegangi ujung jari kakinya yang ngilu.
"dasar ....., di hari libur aku harus bekerja, ini bukan pekerjaanku, aku sungguh sial" gerutu Ara sambil membereskan pekerjaannya.
"Mas kayaknya ada masalah deh ..." samar samar terdengar ada seseorang yang sedang berbicara serius, Ara yang sudah selesai dengan pekerjaannya terkancing untuk menguping pembicaraan mereka
"Ada apa?"
"Salah satu model kita kecelakaan, jadi nggak bisa datang, bagaimana ini?"
"kita harus segera cari penggantinya, acaranya sudah mau mulai"
"tapi bagaimana bisa kita mencarinya secepat ini"
gubrak
Tanpa sengaja Ara menyenggol manekin yang di jadikannya tempat sembunyi.
"Maaf mas ..., saya nggak sengaja ....!" ucap Ara gugup karena ketahuan menguping.
"Mbak ini siapa?" tanya salah satu dari mereka.
He he he ....
Ara hanya bisa tersenyum garing, "Saya sekertaris kekasihnya nona Viona" ucap Ara sambil tersenyum nyengir.
"Bagaimana kalau dia saja?" tanya salah satu dari mereka meminta persetujuan.
"Maksud dia?" tanya pria melambai itu pada rekannya.
"Kita jadikan dia model dadakan kita hari ini, kalau di dandani kayaknya dia cantik!" ucap rekannya sambil menjunjuk Ara.
Ara yang merasa berada dalam posisi yang tidak menguntungkan segera bersiap siap ambil langkah seribu.
"Maaf saya permisi ....., saya buru-buru!" ucap Ara, Ara berbalik badan hendak berlari, tapi terlambat, kerah baju belakangnya sudah lebih dulu di tarik oleh sebuah tangan.
"Lepaskan ...., tolong ... , lepaskan ya ...!" ucap Ara memohon.
"Karena mbak sudah menguping jadi sekalian kami minta bantuan, mbak Viona pasti juga akan setuju!" ucap pria melambai itu.
"Tapi saya mas yang nggak setuju!"
"Enak saja saya di panggil mas, panggil Miss!"
"Iya Miss, saya nggak bisa jadi model ...!" rengek Ara, ia masih kekeh dengan pendiriannya.
"Gampang cantik ...., nanti kamu cuma tinggal berjalan saja di atas sana, melenggak-lenggok di atas sana ...., yang penting Pe De!"
"Tapi mas, maksudku mbak ...., ah ... bagaimana ya, mbak setengah mas masalahnya saya nggak Pe De ...." ucap Ara memelas.
"Ayolah sekali ini saja, kamu nggak mau kan sampai mbak Viona malu ...., ayolah ikut kami ...!"
Walaupun melambai tapi ternyata tenaganya besar juga. Ara menghela nafasnya panjang, ia pun hanya bisa pasrah, ia akhirnya nurut sama dua orang aneh yang gayanya melambay itu.
"Pakai ini ...!" ucap pria melambai itu sambil menyerahkan gaun berwarna hitam.
"Tapi ini terlalu terbuka!" ucap Ara.
"Nggak pa pa ...., ini trend masa kini, gaun pesta ya harus seperti ini kan ...!"
Pria itu mendorong tubuh Ara untuk masuk ke ruang ganti, Ara mau tak mau segera memakai gaun itu, sebenarnya Ara begitu tidak nyaman karena bagian dadanya terlalu terbuka.
"Nah gitu kan cantik ...!" ucap pria melambai itu, ia segera menarik tangan Ara untuk duduk di depan meja rias.
Setelah selesai di make over, tiba giliran Ara untuk naik ke atas panggung.
"Mbak,, mas, bagaimana ini, aku nggak bisa!" rengek Ara agar tidak memakainya. Tapi pria yang ingin di panggil Miss itu malah mendorongnya hingga ke panggung dan kembali menutup tirai ya.
Walau pun dengan terpaksa, akhirnya Ara hanya bisa menurut saja, Ara keluar dengan di sambut tepuk tangan, semua mata tertuju padanya begitu juga dengan Agra.
Ara bingung harus melakukan apa sekarang, ia terlanjur masuk.
Tersenyum Ara, tersenyum ...., ucap Ara dalam hati. Setelah berhasil tersenyum, ia pun mulai berjalan di atas catwalk.
Hal yang tidak di duga di tunjukkan oleh Agra, ia sangat terkejut dengan penampilan Ara saat ini, memang begitu terbuka.
"*A*pa yang dia lakukan? mana kaca matanya , ..." gumam Agra, matanya tak melepaskan dari melihat Ara, Agra terlihat begitu kesal melihat penampilan Ara. membuat wanita di sampingnya merasa kesal.
"Itu baju desain ku yang dipakai oleh sekertarismu itu ...!" ucap Viona iri, karena merasa Ara lebih terlihat anggun mengenakannya.
"Itu terlalu terbuka ...!" ucap Agra pelan tapi masih bisa di dengar oleh Viona.
Ara melenggak-lenggok di atas catwalk, ia seperti menyihir para tamu. Ara begitu berbeda.
Tidak bisa di biarkan ...., Agra tiba-tiba melepaskan tangan Viona dan berjalan naik ke atas catwalk, menghampiri Ara membuat Ara terdiam.
Apa yang bos lakukan ....?
Agra melepaskan jasnya dan memakaikan di pundak Ara menutupi tubuh bagian atas Ara yang terbuka. Ara begitu terkejut hingga ia mendongakkan kepalanya menatap Agra.
"Segera turun, atau aku akan menyeretmu pulang saat ini juga!" bisik Agra.
Bukannya mendapat cibiran hal itu malah mendapat tepuk tangan dari para tamu yang hadir.
Viona menahan kesal di bawah gara-gara ulah Agra itu. Bahkan Agra dan Ara malah terlihat seperti sepasang kekasih di atas sana, Viona hanya bisa ikut bertepuk tangan walaupun hatinya sedang terbakar cemburu.
Ara pun segera berbalik dan pergi ke balik panggung sedangkan Agra kembali turun menghampiri Viona.
"Kamu apa-apaan sih sayang? Kesannya kamu kayak kekasihnya Ara aja!"
"Ara yang bawa ke sini aku sayang, jadi aku ya g bertanggung jawab! Aku tahu berasal dari keluarga seperti apa Ara ini! Sudahlah sayang nggak usah di besar-besarin!"
"Baiklah, tapi beneran kan kalian nggak ada apa-apa?"
"Kamu nggak percaya sama aku?"
"Percaya!"
...🍂🍂🍂...
Ara yang sudah di belakang panggung pun segera melepas pakaiannya dan mengganti dengan kebaya yang ia kenakan tadi.
Setelah selesai mengganti baju, Ara pun segera mencari keberadaan bosnya. Tapi ia melihat bosnya itu masih sibuk dengan pacarnya dan para wartawan, Ara pun mengurungkan niatnya, tapi terlambat Agra sudah melihatnya, walau tak segera menghampiri Ara, tapi Agra mengawasi setiap apa yang di lakukan Ara.
Ara hanya bisa berkeliling sendiri di acara pameran membosankan menurutnya itu, sedangkan Agra dan Viona sedang sibuk berfoto dan menjawab pertanyaan para wartawan, walaupun matanya tetap tertuju pada Ara.
"Ya udah sayang ...., aku harus pulang dulu, Ara sudah menungguku ...!" ucap Agra, ia pamit pada Viona.
"Tapi aku gimana? Acaranya belum selesai ....!" ucap Viona dengan nada manjanya.
"Nanti aku jemput lagi setelah mengantar Ara ...!"
"Baiklah ...., tapi jangan lama ...!"
Agra pun mencium kening Viona sebelum meninggalkan kekasihnya itu.
Agra segera membawa Ara masuk ke dalam mobil, terjadi keheningan di sana
Mereka lebih suka dengan pikirannya masing-masing, hingga tanpa terasa sudah sampai di depan rumah Ara.
Saat Ara akan membuka pintu, Agra segera menahan tangan Ara
"Ada apa lagi pak ....?" tanya Ara kesal , karena badannya sudah merasa begitu capek.
"Itu tadi tidak bagus ...!" ucap Agra ragu
"Apanya?" Ara gagal mencerna ucapan Agra.
"Pakaian itu..., itu terlalu terbuka, jangan mau pakai seperti itu lagi ....!"
"Hah ....., lagian pak siapa juga mau pakai seperti itu, aneh aneh aja bapak ini, ini aku kembalikan jasnya, ngomong-ngomong terimakasih ya pak!"
Ara hanya menggelengkan kepala dan segera keluar dari mobil, hanya lima meter berjalan, Ara sudah masuk ke dalam rumah
"Argh .....!" Agra memukul stir keras, mengutuki kebodohannya sendiri.
"Apa sih yang gue pikirin, bisa bisa nya gue nglakuin itu sama Ara pakek ngomong kayak gitu lagi!"
...🍂🍂🍂...
Di ruang kerja seorang nyonya besar, sekretarisnya sedang berdiri di samping meja kerjanya sambil menunjukkan beberapa foto.
Nyonya besar itu sedang memperhatikan satu per satu foto yang di tunjukkan hingga akhirnya matanya terfokus pada foto yang terakhir.
"Ini sepertinya bukan wanita itu? Dia siapa?" tanyanya pada sekretarisnya.
"Itu adalah sekretaris tuan muda, nyonya!"
"Cari tahu bagaimana foto ini bisa di ambil!"
"Baik nyonya, kalau begitu saya permisi!"
"Iya silahkan!"
Belum juga mencapai pintu langkah sekretarisnya, nyonya itu kembali memanggil.
"Tunggu!"
Pria dengan tubuh tegap itu pun segera berhenti dan berbalik, ada sedikit uban yang menghiasi kepalanya mengadakan usianya tidak muda lagi.
"Iya nyonya!"
"Minta Rendi untuk mengawasinya dengan lebih ketat, sepertinya gadis model itu tidak baik!"
"Baik nyonya!"
...Aku bukan siapa-siapa di hati dan hidupmu, tapi sepertinya kau sengaja menarikku untuk masuk ke dalamnya tanpa aku sadari hingga aku sulit untuk terlepas lagi...
Bersambung
Jangan lupa untuk memberikan Like dan komentar nya ya kasih vote juga yang banyak hadiahnya juga ya biar tambah semangat
Follow akun Ig aku ya
IG @ tri.ani5249
...Happy reading 🥰🥰🥰...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!