NovelToon NovelToon

Menjadi Istri Marquis

Transmigrasi

Seorang gadis belia yang terbaring di atas tempat tidur kayu dengan kasur lusuh yang usang membuka matanya perlahan-lahan. Matanya menyipit berusaha beradaptasi dengan cahaya yang masuk ke pupil dan beberapa detik kemudian, dahinya mengernyit mendapati bahwa ia terbaring di sebuah ruang kecil yang sedikit kotor dengan jaring Laba-laba yang memenuhi dinding atau atap yang tidak memiliki plafon.

Gadis belia itu semakin mengernyitkan dahinya karena tidak mengenali tempat ia berada.

Dimana ini? Bukankah ia sudah mati di tabrak mobil? Mengapa sekarang ia berada di rumah rusak yang hampir ambruk ini?.

Sang gadis bernama Miao Adelia, seorang wanita yang bekerja di perusahaan produk makanan dan minuman, ia menghabiskan waktunya untuk bekerja untuk mencukupi kehidupannya karena tidak memiliki orangtua atau sanak keluarga.

Sejak kecil ia tidak mengenal orangtuanya karena sudah hidup di panti asuhan. Hal itu membuat hidupnya lebih sulit daripada kebanyakan anak lainnya, namun ia tidak patah semangat dan bercita-cita untuk mengubah hidupnya menjadi kaya-raya namun kenyataan tidak semanis angan-angan. Di usianya yang menginjak 28 tahun, Adelia masih bekerja kepada orang lain sebagai pegawai biasa dan suatu hari ketika ia pulang dari bekerja sebuah mobil menabraknya hingga membuat ia meninggal.

Dan disinilah ia berada!

Adelia yang memiliki wajah pucat dan kulit yang sedikit menguning karena kekurangan nutrisi terkejut ketika mengangkat tangannya yang kurus bak tinggal tulang.

Ini bukan tangannya!!. Bagaimana mungkin ia memiliki tangan yang masih kecil, mata sang gadis terbelalak.

Gadis berambut panjang namun sedikit pirang kemerahan berusaha bangun dari berbaring namun sakit kepala yang menghantam bertubi-tubi membuatnya kembali berbaring. Memori yang bukan miliknya datang menyerang pikirannya hingga ia berteriak lirih karena tidak punya tenaga.

Setelah beberapa saat, Adelia pun tau keadaan yang sedang ia hadapi. Ternyata ia bereinkarnasi atau biasa dalam novel disebut bertransmigrasi ke dunia lain dan menempati tubuh seorang gadis berusia 16 tahun yang juga bernama Miao Adelia.

Miao Adelia adalah seorang gadis dari keluarga Miao yang tinggal di Desa Miao, sebelah selatan kota kecil Cheng provinsi Liangzhou dinasti Murong, kerajaan kuno yang tidak ada sejarahnya di dunia Adelia sebelum bertransmigrasi. Mungkin dunia yang Adelia tempati sekarang ini adalah dunia parallel atau dunia Baru.

Keluarga Miao adalah keluarga yang kaya di desa Miao karena memiliki banyak lahan sawah. Namun, keluarga Miao merupakan keluarga yang patriarki karena lebih menyayangi anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.

Kepala keluarga Miao memiliki 3 anak laki-laki dan 2 anak perempuan yang semuanya sudah menikah. 3 anak laki-laki tinggal bersama dengan orangtua mereka dan orangtua Adelia adalah anak laki-laki ketiga.

Sejak kecil kehidupan Adelia di rumah yang patrialis itu tidak begitu menyenangkan karena ketika ia sudah bisa membantu ibunya dalam pekerjaan rumah, Adelia sudah diberikan beban kerja seperti mencuci piring, mencuci baju satu orang rumah. Hal itu karena di keluarga Miao hanya Adelia satu-satunya anak perempuan sehingga kakek dan neneknya tidak begitu suka padanya.

Namun semenjak ibunya meninggal karena sakit keras, kehidupan Adelia semakin sulit dan penuh beban, apalagi setelah ayahnya menikah lagi. Ia tidak hanya memasak atau mencuci bahkan ia juga ikut berladang bersama dengan ayah ataupun dengan paman pertama.

Adelia melihat telapak tangannya yang keras serta ujung jarinya yang retak menghela napas lelah.

Penderitaan Adelia yang paling parah ketika ibu tirinya menikahkannya dengan seorang pria sangat miskin di desa itu yaitu Lu Xiang.

Lu Xiang adalah seorang laki-laki berusia 19 tahun yang mempunyai 2 adik berusia 5 tahun dan 3 tahun, keduanya adalah laki-laki. Mereka hidup sangat susah setelah kematian ibu mereka yang juga sakit keras.

Saking miskinnya mereka bahkan kadang tidak makan dalam satu hari atau bahkan lebih. Sebelumnya Lu Xiang belajar di perguruan Zheng sambil bekerja serabutan untuk dapat membayar biaya sekolah ataupun membeli buku bekas namun setelah kematian ibunya ia memutuskan untuk putus sekolah dan menjadi petani dan pemburu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dapat dipastikan, keadaan keluarga Lu Xiang membuat Lu Xiang tidak diminati oleh kalangan gadis di desa Miao, siapa yang mau menikah dengan laki-laki miskin yang punya dua beban di pundaknya, bagaimana jika mereka mempunyai anak karena sebelum menikah saja mereka harus memikirkan apa yang bisa dimakan hari ini. Oleh karena itu Lu Xiang baru menikah ketika berumur 19 tahun, usia yang sudah sangat dewasa di zaman tersebut karena rata-rata laki-laki menikah usia 15 atau 16 tahun.

Keluarga Miao sebenarnya tidak mau menikahkan Adelia dengan Lu Xiang namun mereka harus membayar pajak anak ketika seorang perempuan ataupun laki-laki belum menikah juga di usia 16 tahun, karena tidak ada yang mau meminang Miao Adelia karena tau dia tidak disayang oleh keluarga Miao itu sendiri.

"Siapa yang mau menikah dengannya kalau tidak ada mas kawin apapun".

Itulah yang orang lain katakan ketika ditanyai kenapa tidak ada yang mau melamar Adelia.

Di dinasti Murong, bukannya hanya laki-laki yang memberikan mahar, wanita pun harus membawa mas kawin ke rumah laki-laki yang akan dinikahinya semakin besar mas kawin yang sang wanita bawa maka akan semakin berharga atau di hargai ia di keluarga suaminya. Maka dari itu, Adelia belum juga menikah bahkan ketika usianya mencapai hampir 16 tahun.

Namun beberapa hari sebelum Adelia ingin dinikahkan dengan laki-laki tua sehingga tidak harus membayar pajak anak sebesar 3 koin perak yang setara 3000 koin tembaga, Lu Xiang datang melamar dengan mahar 1 koin perak.

Tak pikir panjang, keluarga Miao langsung membawa Adelia yang sedang sakit karena kelelahan bekerja itu ke rumah Lu Xiang, bahkan tanpa perayaan pernikahan apapun. Mereka senang tidak harus membayar pajak anak dan bahkan mendapat uang 1 perak, uang yang lumayan besar untuk sebuah keluarga di desa.

Adelia kembali menghela napas panjang ketika mengingat kehidupan tragis tubuh yang ia tempati, ternyata ada yang lebih mengenaskan hidupnya daripada dirinya.

Ia melihat tangannya yang kurus dan kembali mencoba bangun lalu mengedarkan pandangannya ke sekitar ruang tidur yang ia tempati.

Dalam ruangan itu hanya terdapat lemari tanpa pintu yang memiliki beberapa pakaian, meja serta tempat tidur saja.

Ruang tidur itu tidak terurus karena debu yang terlihat di atas meja, jaring laba-laba di kerangka atap serta lantai tanah membuat kesan buruk dan tidak nyaman.

"Ini kehidupan yang harus aku lalui sekarang?" Lirih Adelia namun ia tidak patah semangat maupun putus asa karena ia telah membaca beberapa novel yang bercerita tentang seorang heroin yang transmigrasi ke dunia kuno dan menjadi kaya karena ilmu pengetahuan yang mereka miliki.

"Mungkin aku juga seorang heroin?". Celetuk Adelia lalu tertawa lucu oleh pikirannya sendiri.

Kreett.

Suara derik pintu membuyarkan pikiran Adelia, ia menoleh dan melihat dua kepala kecil yang muncul di balik pintu dengan mata yang menatap aneh padanya.

Dua kepala bocah itu tampak begitu kurus kering, bahkan kulit putih mereka menjadi sedikit kuning karena malnutrisi.

Adelia ingin tersenyum dan menyapa namun dua kepala kecil itu seketika menghilang dan diganti dengan suara teriakan yang membuat bibir Adelia berdenyut skeptis.

"Kak Xiang, perempuan itu sudah bangun. Namun sepertinya ia gila karena tertawa sendiri!!"

"Ya. Dia gila" Dukung suara anak kecil yang lebih halus.

Lu Xiang dan adiknya

"Apa yang harus kita lakukan kak. Sepertinya uang 1 perak milikmu akan sia-sia" Suara anak kecil itu terdengar kembali membuat bibir Adelia semakin berdenyut.

Tak lama kemudian, pintu di buka semakin lebar dan seorang laki-laki dewasa diikuti oleh dua anak kecil berusia 5 tahun dan 3 tahun yang menggenggam erat celana sang laki-laki sambil menatap penuh curiga pada Adelia.

"Kau sudah bangun? Kalau begitu masak lah, sudah waktunya makan siang" Suara dingin sang laki-laki membuat Adelia mengernyit, terlebih ketika melihat tatapan dingin dan acuh tak acuh sang laki-laki.

Namun bukan Adelia namanya yang takut kepada seorang laki-laki, Adelia menatap datar lalu tersenyum. "Aku sedang sakit".

Wajah tanpa bersalah ketika mengatakan hal itu membuat Li Xiang yang berbadan tegap itu semakin mengernyit tidak suka namun ia tau bahwa apa yang Adelia katakan adalah benar. Gadis itu memang sedang sakit jadi tidak seharusnya ia disuruh memasak.

Lu Xiang sebenarnya tidak ingin menikah karena ia sangat tau akan keadaannya, apalagi ada dua adik yang ia harus tanggung namun ketika mengingat bahwa adik-adiknya akan tinggal sendirian di rumah ketika ia pergi berburu atau ketika pergi ke kota Cheng dan tidak ada yang melindungi mereka akhirnya ia memutuskan untuk menggunakan uang 1 perak yang diberikan oleh gurunya di Akademi ketika ia memutuskan untuk putus sekolah untuk melamar Adelia.

Ia tau keadaan Adelia yang tidak diinginkan oleh keluarganya sendiri, oleh karena itu ia mau melamarnya karena setelah menikah Adelia pasti tidak akan memihak kepada keluarganya dan lebih memilih setia kepadanya. Jikapun terjadi sesuatu padanya ketika berburu kemungkinan besar bahwa Adelia akan menjaga adik-adiknya. Itulah alasan ia menikahi gadis itu.

Lu Xiang menghela napas panjang lalu berbalik badan ingin meninggalkan ruang tidur.

"Baiklah" Melihat Lu Xiang tidak ingin berdebat dengannya membuat Adelia berpikir bahwa ia mungkin meninggalkan kesan tidak baik dan memutuskan untuk mengubah keputusannya. Ia masih belum dapat beradaptasi dengan lingkungan dunia ini jadi tidak baik jika ia memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan laki-laki yang menjadi suaminya.

Suara Adelia menghentikan langkah Lu Xiang, ia berbalik dan menatap aneh karena Adelia begitu cepat mengubah keputusannya namun ia tetap keluar kamar meninggalkan Adelia dan dua adiknya.

Adelia menopang tubuhnya dengan kedua tangan, sedikit demi sedikit ia bangun dan berdiri.

Tatapan Adelia kembali fokus pada dua bocah kecil yang masih berdiri menatap aneh, waspada serta curiga padanya.

Adelia tersenyum lembut. "Hai kenalkan, namaku Miao Adelia, kalian bisa memang... " Perkenalan Adelia terhenti karena dua bocah itu berlari tanpa peduli akan ucapannya.

Dasar anak kecil, gumam Adelia pasrah.

&&&

Adelia keluar kamar dan melihat Lu Xiang yang duduk di kursi sembari membaca buku tua.

"Dimana dapurnya?"

Lu Xiang mendongak dan menatap istri yang baru ia nikahi lalu melihat ke arah samping tempat ruang dapur, kamar mandi serta gudang menjadi satu.

Tatapan Adelia mengikuti pandangan Lu Xiang dan menemukan dapur yang sangat mudah untuk di temukan lalu merasa malu, ia langsung melangkah ke dapur tanpa mengatakan apapun.

"Kak Xiang. Istrimu sangat aneh, sepertinya investasi mu sia-sia. Aku tidak yakin apa dia bisa berguna. Huft! Uang 1 perak padahal bisa belanja buat makanan kita selama berbulan-bulan" Lu Cheng menghela napas kecewa bak orang dewasa.

Lu Xiang tersenyum geli dan skeptis karena istilah yang adiknya pakai. "Darimana kau tau arti kata investasi?"

Lu Cheng memutar bola matanya. "Tentu saja dari mu. Sebelum menikah kau pernah bilang kalau kau menikahinya untuk membantu pekerjaan rumah dan juga untuk menjaga kami ketika kau pergi berburu atau ke kota. Kau sebut itu investasi jangka panjang kak"

Lu Xiang semakin speechless dengan perkataan adiknya. Ia memutuskan untuk mengabaikan adiknya dan kembali fokus ke bacaannya. Walaupun ia putus sekolah namun jauh di lubuk hatinya ia sangat ingin menjadi sarjana yang dapat bekerja di pemerintah karena di dinasti Murong, pegawai pemerintah sangat disegani dan banyak keuntungannya.

Lu Cheng memanyunkan bibir melihat kakaknya mengabaikan dirinya, ia pun memutuskan untuk pergi ke dapur melihat apa yang Adelia lakukan.

Adelia yang berada di dapur mendengar semua perkataan Lu Cheng dan sama speechless dengan Lu Xiang. Ia tidak menyangka bahwa anak kecil 5 tahun dapat berbicara seperti halnya orang dewasa. Ia menggelengkan kepala, mungkin di masa kuno anak kecil lebih cepat dewasa.

Ia meneliti keadaan dapur yang kotor dan terlihat sedikit kosong itu. Di sana hanya ada rak dua lantai yang berisi perlengkapan makan dan masak yang terbuat dari tembaga, tungku api, kayu bakar yang di tumpuk di sudut dapur serta gentong kayu yang berisi air.

Adelia menghela napas panjang lalu membuka dandang besar yang berisi sedikit beras. Ia memasukkan beras ke dalam dandang kecil dan tertegun melihat beras kuning kehitaman di hadapannya.

Matanya menjadi sayu sesaat namun ia tetap mencuci beras itu dan memasaknya di tungku api.

Perhatian Adelia teralih pada sayuran liar kangkung, ia pun mencuci sayur itu namun lagi-lagi tertegun karena ia mendapati tidak ada bumbu dapur apapun di sana selain minyak lemak hewan dan garam yang berwarna kuning.

Adelia menghela napas panjang untuk kesekian kalinya, ia memutuskan untuk  bertanya pada suaminya. Tatapannya bertemu dengan Lu Cheng yang sedari tadi melihat gerak geriknya.

"Hei. Apa kalian punya bumbu dapur? Seperti bawang, cabe atau bumbu lainnya?"

Lu Cheng memanyunkan bibirnya tidak suka. "Tidak ada. Uang kami habis untuk memberikan mahar untuk keluarga mu".

Alis Adelia berdenyut tidak suka. Bagaimana seseorang akan tersinggung jika ia terus disalahkan dan dicibir oleh orang lain, apalagi ketika orang yang mencibirnya adalah seorang anak kecil.

"Hei anak kecil. Dimana letak sopan santun mu ketika berbicara dengan orang yang lebih tua darimu?"

"Humph!" Lu Cheng tidak memperdulikan pertanyaan Adelia dan beranjak pergi, sedangkan adiknya Lu Shan tetap berdiri dengan jari telunjuk yang ia masukkan ke mulutnya, matanya sangat fokus kepada dandang nasi yang sedang dimasak.

Adelia menghela napas kencang, berusaha untuk bersabar. Ia lalu menumis kangkung seadanya hanya dengan minyak lemak hewan dan garam.

Namun sesaat kemudian, pergelangan tangannya panas seperti terbakar membuatnya meringis dan matanya melebar ketika melihat tato yang sangat familiar baginya.

Tato tersebut bergambar bunga teratai yang kecil yang jika tidak diperhatikan secara seksama maka orang lain akan mengira bahwa itu hanya tahi lalat.

"Bagaimana mungkin?" Lirih Adelia tak percaya.

Adelia tidak menyangka bahwa tato itu akan mengikutinya ke dunia ini. Tato yang sudah bersamanya selama 5 tahun, ia berpikir bahwa tato itu hanya tato biasa yang tidak jelas muncul ketika kalung batu jade yang ia beli dengan harga murah hilang. Namun ketika melihat gambar tato itu ia yakin bahwa itu kalung batu jade miliknya yang hilang karena memiliki pola yang sama yaitu pola bunga teratai.

Ia pun menoleh ke kiri, kanan dan ke belakang memastikan hanya Lu Shan yang berdiri di depan pintu dapur lalu berjongkok di depan tungku api namun tangannya meraba tato di pergelangan tangannya lalu memejamkan matanya.

Adelia kemudian tersenyum senang melihat pemandangan yang sangat familiar baginya.

Senyuman Adelia semakin bertambah lebar karena apa yang ia lihat masih sama setelah terakhir kalinya ia melihat pemandangan itu.

Mungkin aku benar-benar seorang heroine!!

Space Teratai

Mata Adelia menatap tidak percaya lalu ia tersenyum sangat senang. Pemandangan yang ia lihat adalah space teratai dari kalung batu jade yang ia beli di pasar loak. Ia tidak tau mengapa ia sangat beruntung hari itu.

Semenjak Adelia mempunyai space teratai yaitu ruangan dimensi khusus yang dapat menyimpan barang ataupun makanan tanpa kadaluarsa membuat hidupnya menjadi sedikit lebih mudah, terlebih setelah ia tau bahwa di dalam space itu terdapat sumur yang airnya begitu mujarab karena dapat menyehatkan ketika di minum, ia menjadi sangat jarang sakit dan tidak perlu perawatan kulit karena berkat air sumur itu kulitnya menjadi halus dan lembut.

Fungsi air sumur dalam space teratai tidak seperti yang Adelia baca dalam novel yaitu dapat mengeluarkan racun seketika namun lebih realistis karena jika digunakan terus menerus baru ada hasilnya.

Semenjak ada space teratai, Adelia membeli banyak makanan atau barang yang kemudian ia simpan tanpa takut hilang maupun kadaluarsa.

Mata Adelia melihat barang dan makanan yang ia simpan di dunia modern menjadi semakin bersinar, ia pun mengambil bumbu dapur untuk memasak lebih nikmat namun sedetik kemudian ia sadar akan keadaannya saat ini.

Adelia menghela napas sedikit kecewa karena tidak dapat menggunakan bumbu-bumbu tersebut namun ia tersenyum kecil, setidaknya ia dapat menggunakan air sumur tanpa takut ketahuan.

Adelia pun menambah sedikit air sumur ke dalam dandang nasi yang masih belum matang lalu menumis sayur kangkung dengan menggunakan sedikit air sumur, menambah air sumur dapat membuat makanan lebih nikmat.

Tak lama kemudian, nasi dan sayur pun siap, Adelia mencuci peralatan makan sebelum menggunakannya lalu membawanya ke ruang depan.

"Ayo kita makan" Ucap Adelia ketika melihat Lu Shan masih berdiri setia menunggunya masak.

Mata Lu Shan berbinar lalu mengangguk antusias dan mengekor Adelia dari belakang.

Makanan di letakkan di atas meja makan. "Makan siang sudah selesai, cucilah tangan lalu makan" Ucap Adelia kepada Lu Xiang dan Lu Cheng.

Lu Cheng mendongak dan melihat nasi dan sayur kangkung lalu pergi mencuci tangan, begitu juga dengan Lu Xiang.

Adelia mengangkat Lu Shan ke kursi makan dan menyadari betapa ringannya anak 3 tahun, ia menghela napas kasian. Ia yang sudah biasa merawat anak kecil di panti asuhan pun berniat untuk merawat Lu Shan agar menjadi anak gemuk yang menggemaskan.

Mereka duduk di kursi makan dan mulai makan siang. Alis Lu Xiang terangkat naik ketika nasi masuk ke mulutnya, rasa nasi yang istrinya masak sangat berbeda dari yang biasa ia masak. Ia tidak apa yang membuat nasi putih kecoklatan itu menjadi berbeda.

Lu Cheng pun ikut terkejut merasakan nasi yang lebih lezat dari biasanya, ia melirik Adelia yang makan dengan pelan lalu mengambil sayur kangkung yang juga lebih enak dari biasanya, tanpa sadar ia pun menambah kecepatan tangannya dalam melahap nasi dan sayur.

"Wow. Nasi dan sayurnya sangat enak!" Lu Shan yang masih sangat lugu mengutarakan apa yang ia rasakan tanpa malu.

Mendengar pujian Lu Shan, Adelia merasa senang lalu menambah nasi ke dalam mangkuk nasi dan beberapa sayur kangkung. "Makan lah yang banyak biar cepat gemuk"

Lu Shan tersenyum dan mengangguk beberapa kali.

Adelia semakin tersenyum, ia melihat Lu Xiang yang makan dengan elegan namun cepat dan Lu Cheng yang semakin menambah kecepatan makan karena ingin bertanding dengan kakak dan adiknya, ia menatap lembut dan kembali melanjutkan makan siangnya.

Lu Shan menghela napas puas dan mengelus perutnya yang mengembung, baru kali ini ia makan makanan yang enak, masakan kakaknya tidak pernah enak membuat ia sangat jarang memakan makanan yang enak.

&&&

Selesai mencerna makanan, Lu Xiang mengambil busur dan anak panah untuk berburu, mungkin ia akan beruntung dan mendapatkan rusa.

Sedangkan Lu Cheng mengambil keranjang bambu dan pergi ke kaki gunung yang tak jauh dari rumahnya untuk mencari sayur liar atau buah yang bisa di makan.

"Lu Shan. Apa kau ingin membantuku?"

Lu Shan memiringkan kepalanya, bertanya penasaran. "Membantu apa kak?"

Adelia tersenyum lembut. "Membantuku membersihkan rumah. Tidak bagus tinggal di rumah yang kotor"

Mata Lu Shan bergerak kesana kemari memikirkan jawaban lalu mengangguk. "Aku mau kak"

"Anak baik" Adelia membelai kepala Lu Shan membuat anak kecil itu tersipu malu dan senang oleh pujiannya.

Adelia pun memulai acara bersih- bersihnya. Keduanya menghabiskan waktu satu setengah jam karena tidak banyak ruang dalam rumah tersebut, hanya dua kamar tidur kecil, ruang depan sekaligus ruang tamu dan ruang keluarga serta dapur.

Dua jam kemudian, Lu Cheng kembali dengan membawa keranjang yang terisi setengah penuh.

"Apa yang kau bawa pulang Lu Cheng?" Tanya Adelia penasaran, ia menjadi kagum karena anak sekecil Lu Cheng sudah dapat membantu keluarganya.

Lu Cheng terdiam sejenak, ia masih tidak menyukai Adelia yang membuat kakaknya harus kehilangan 1 koin perak namun mengingat menu makan siang yang enak membuat rasa tidak sukanya sedikit menghilang. "Aku membawa daun paku dan jamur kuping tapi tidak banyak".

Lu Cheng menghela napas kecewa karena tidak banyak menemukan daun paku dan jamur karena bukan hanya dia saja yang mencari tumbuhan liar yang dapat di makan.

"Wow. Kau sangat hebat, aku akan memasak enak sayur-sayuran ini" Ucap Adelia sembari membelai kepala Lu Cheng.

Lu Cheng tertegun dengan rasa hangat di kepalanya lalu mukanya memerah karena pujian yang jarang ia dengar selain dari keluarganya. "Ahem! Ini tidak seberapa. Mengapa kau begitu kegirangan?" Ucapnya seakan mengatakan bahwa kau bersikap berlebihan namun mukanya yang memerah mengatakan sebaliknya.

Adelia tertawa lucu, ekspresi bak orang dewasa Lu Cheng terlihat imut. Ia baru tau bahwa Lu Cheng seorang tsundere yang tajam di mulut namun lembut di hati. Ia semakin mengacak rambut anak kecil itu yang membuat wajah sang anak memerah lalu mendengus kesal dan pergi dengan cepat.

"Hahaha anak kecil memang anak kecil" Ujar Adelia menggeleng-geleng kepala lalu masuk mulai memproses sayur yang akan ia masak.

Ketika hampir petang Lu Xiang pun pulang dan membawa buruan babi hutan serta dua ayam hutan yang terperangkap dalam perangkap yang ia buat. Senyum senang terlukis tipis di bibirnya.

"Wah! Kak Xiang memburu babi hutan! Kak Xiang memburu babi hutan" Lu Cheng berteriak kegirangan dan berlari mendekat melihat babi hutan yang tidak terlalu besar itu yang diseret oleh Lu Xiang.

Rumah Lu Xiang berada tidak begitu dengan rumah warga desa lainnya sehingga teriakan Lu Cheng terdengar dan warga berbondong-bondong melihat antusias itu.

"Lu Xiang. Kau sangat hebat dapat memburu babi hutan yang liar, biar paman bantu" Seorang laki-laki paruh baya berjalan mendekat sangat antusias dan ingin mengambil alih buruan Lu Xiang seakan sudah diberikan izin.

Tatapan Lu Xiang menjadi dingin, ia menghindari tangan yang ingin merampas buruan miliknya dan menatap datar kepada sang paman.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!