NovelToon NovelToon

Cinta Itu Indah

Putus asa jangan ?

Termenung. Saat ini yang sedang dilakukan oleh seorang gadis yang masih betah dengan jilbabnya, padahal suasana hatinya sudah tak karuan, setelah melihat layar laptop. Meskipun cuaca siang ini panas sekali, gadis ini tak mau membuka jilbabnya, dia sudah terbiasa memakainya. Sejak dari kecil, ibunya selalu mengajarkannya untuk selalu memakai jilbab jikalau ia keluar rumah. Pendidikan agama Islam yang baik sudah sejak kecil diterapkan dalam keluarganya. Entah apa yang harus ia lakukan saat ini, perasaannya sangat sedih, kecewa dan merasa putus asa. Setetes air mata pun turun membasahi pipinya. Meskipun sempat beberapa kali ia menahan untuk tidak keluar air mata, tetapi percuma saja karena air mata itu sudah membanjiri kedua pipinya yang chubby, kulit putih, bersih. Tidak heran, dia sangat cantik sekali meskipun ketika sedih.

...****************...

"Sayang, buka pintunya ya. Ibu mau masuk. tolong buka pintunya ya, jangan dikunci terus. Kamu kenapa sih dari tadi siang dikamar terus?"tanya Bu Mela. Ibu kandungnya yang sangat menyayanginya. Dia memang anak bungsu, jadi nggak heran dia menjadi anak kesayangan ibunya.

Zahra menutup matanya perlahan, sambil mengusap air matanya. Padahal sudah tidak bisa disembunyikan lagi, kalau mata Zahra memang sedikit bengkak setelah menangis tadi. Ia pun langsung membuka pintunya.

"iya Bu? aku tidak apa-apa kok." ucap Zahra sambil tersenyum dibalik daun pintu kamarnya. Ibunya langsung menyelonong masuk kamarnya.

"Kamu gak bisa bohong sayang. Mata kamu bengkak. Kenapa? kamu habis nangis ya?" tanya sang ibu sambil memegang kedua pipi Zahra yang chubby itu.

"hehe. Biasa Bu lagi nonton drama Korea." ucap Zahra sambil tersenyum. Ia hanya bisa berbohong untuk menutupi kesedihannya. Padahal bukan karena ia sedang menonton drama Korea, tetapi karena setelah melihat pengumuman mengenai dirinya yang tidak lolos seleksi beasiswa perguruan tinggi. Kuliah dengan beasiswa adalah impiannya. Zahra bisa saja berkuliah tanpa beasiswa, tapi bukan Zahra namanya yang tidak memikirkan ibunya. Ia sangat menyayangi ibunya, jadi Zahra juga menginginkan kuliah dengan beasiswa supaya meringankan beban ibunya.

Single parent, kini itu adalah status ibu Mela. Sudah belasan tahun Zahra ditinggal ayahnya. Ayah Zahra meninggal ketika ia masih TK. Tidak terbayang bagaimana sedihnya saat itu, ketika masih kecil ayahnya sudah meninggal dunia. Kini Zahra tinggal bersama ibunya, dan kakaknya yang sudah menikah dan baru-baru ini sudah dikaruniai seorang anak laki-laki. Zahra memang terlahir dari keluarga sederhana, tidak kaya dan tidak miskin. Mereka mempunyai sebuah toko sembako peninggalan almarhum ayahnya yang alhamdulillah sekarang masih berjalan.

"oh nonton drama apa nih? kok ibu nggak diajak sih?biasanya kan kamu suka ngajakin ibu nonton drakor."ucap Bu Mela semangat. Ia memang ibu-ibu gaul yang suka nimbrung nonton drama Korea. Namun Zahra langsung menutup laptopnya. Ia tak ingin ibunya itu mengetahuinya.

"ibukan udah punya cucu, jadi sibuk urusin dek ziyad kan. Aku gak mau gangguin ibulah. hehe" ucap Zahra dengan senyuman manisnya seperti gula.

"hmm, ya Sudah kalo kamu lapar jangan lupa makan ya. Ibu sudah selesai masak SOP ayam kesukaaan kamu. " ucap sang ibu.

"iya makasih Bu."

...****************...

Derap langkah kaki Bu Mela meninggalkan Zahra, membuat Zahra sedih dengan menatap punggungnya. Ia sedih karena tidak bisa memberikan apa-apa kepada ibunya. Sebelumnya memang Zahra sudah sangat yakin sekali dia akan mendapatkan beasiswa itu. Namun, apa daya ternyata untuk lolos tahap seleksi terakhir ini sangat sulit sekali. Hanya orang-orang yang beruntung aja yang bisa mendapatkannya.

Zahra pun kembali terduduk dan memikirkan usaha apalagi agar ia dapat lolos seleksi perguruan tinggi.

"pusing banget" ucap Zahra sambil mengusap wajahnya, tampak seperti memikirkan sesuatu.

"lebih baik aku sholat dulu." lanjut Zahra bermonolog. Ia pun mengambil air wudhu untuk shalat asar.

Namun setelah selesai melaksanakan shalat asar, ada beberapa panggilan tak terjawab dari Rizky, kakaknya Zahra.

Bersambung....

Perjanjian Apaan?

Ternyata, Rizky tak hanya menelpon Zahra, ia juga mengirimkan pesan. Zahra langsung membuka pesan dari Rizky dan membacanya.

dari : Kak Rizky

-Ra, kamu bisa ke toko sebentar nggak ? kakak mau ngomong sesuatu sama kamu. Penting ya.-

Begitulah isi dari pesan yang dikirimkan Rizky. Entah apa yang akan dibicarakan oleh Rizky, Zahra memang tidak mengetahuinya. Mungkin Rizky sedang kewalahan karena banyak pembeli. Zahra biasanya memang membantu kakaknya ditoko. Toko sembako peninggalan ayahnya itu memang kini jalankan oleh kak Rizky, setelah sebelumnya kak Rizky bekerja di pabrik dan menikah dengan kak Fani.

Setelah membaca pesan dari kakaknya itu, Zahra langsung mengeluarkan motornya dan bergegas untuk pergi ke Toko. Jarak antara rumahnya dan toko memang sedikit jauh, jadi harus menggunakan sepeda motor.

"Zahra, kamu mau kemana? makan dulu atuh. Udah mau keluar lagi aja." ucap sang ibu yang tiba-tiba sudah berada dibelakang Zahra. Ternyata Bu Mela baru saja sedang mengepel lantai dan melihat Zahra mengeluarkan motornya sehingga lantainya pun terlihat sedikit kotor bekas ban motor Zahra.

"Kak Rizky menyuruhku untuk ke Toko Bu. Mungkin dia sedang banyak pelanggan." ucap Zahra.

"Oh yaudah, kamu hati-hati ya. Naik motornya jangan ngebut-ngebut." ucap Bu Mela.

"Iyaa ibu Sayang." jawab Zahra dengan senyuman manisnya.

...****************...

"eh Ram, Bang Rizky mana?"tanya Zahra kepada Rama, temannya yang beberapa bulan ini sudah bekerja ditokonya. Karena setelah Zahra tiba ditoko, ternyata ia melihat kalau keadaan toko baik-baik saja, tidak sedang ramai pelanggan.

"Ada di gudang. Eh kenapa Lo kesini Ra?" tanya Rama. Ia adalah teman SD Zahra. Rama adalah karyawan baru kakaknya. ada 2 karyawan yang bekerja di Toko sembako keluarganya itu. Memang, tidak begitu besar tokonya itu sehingga tidak membutuhkan begitu banyak karyawan, namun memang Alhamdulillah selalu ramai pembeli. Mungkin dikarenakan harganya lebih murah dari toko-toko biasanya.

"Gue disuruh bang Rizky kemari." ucap Zahra sambil bergegas menuju gudang. Rama hanya tersenyum melihat Zahra, karena sebenarnya Rama juga sangat menyukai Zahra. Kepribadiannya yang ceria membuatnya sangat menyukainya. Namun Rama masih belum berani untuk mengungkapkan perasannya itu. Sudah lama sekali ia memendam perasaannya, dari kecil Rama sudah menyukai Zahra. Namun, Zahra memang tidak pernah peka.

Sesampainya di gudang, Zahra menemui kakaknya yang sedang memijit kepalanya seperti memikirkan sesuatu. Setelah melihat adiknya itu, Rizky pun menyuruh adiknya untuk duduk dulu.

"Kakak mau ngomong serius sama kamu Ra." ucap Rizky. Tak hanya itu, Rizky juga menutup pintu gudang dan menguncinya rapat-rapat khawatir akan ada yang mendengar pembicaraan mereka berdua. Zahra yang melihat sikap kakaknya itu, merasa heran mengapa kakaknya itu sampai harus mengunci pintu gudang untuk berbicara dengannya.

...****************...

"Ra, gimana ya ngomongnya." ucap Rizky. Ia bingung sekali untuk memulai dari mana pembicaraan dengan adiknya ini.

"tinggal ngomong aja. aku dengerin." ucap Zahra.

"Kamu mau kan bantu kakak?" tanya Rizky tiba-tiba.

"Bantu apaan?" tanya Zahra heran mengapa tiba-tiba kakaknya menanyakan hal itu. Sudah jelas Zahra akan selalu membantu kakaknya itu kalau memang ia membutuhkannya.

"ya apa aja. Pokoknya bantuin kakak." ucap Rizky kembali.

"Kakak seperti lagi bicara sama siapa aja. Sudah jelaslah aku akan selalu membantu kakak, kalau memang kakak membutuhkan aku. Kita kan bersaudara kak. Kenapa kakak harus berbicara seperti itu?" tanya Zahra heran mengapa sang kakak menanyakan hal tersebut yang tidak perlu dipertanyakan lagi.

"Oke, jujur sebenarnya kakak punya hutang modal." ucap Rizky. Mendengar perkataan kakaknya, Zahra langsung pusing.

"Berapa kak?" tanya Zahra. Ia berusaha tenang mendengarkan kakaknya. Padahal hatinya sudah bergejolak mendengar kata 'hutang'.

"300 juta." ucap Rizky. Tentu saja membuat Zahra melongo, kenapa kakaknya punya hutang begitu besar.

"kamu juga tau kan? kakak sudah beli mobil toko juga." lanjut Rizky.

"Kenapa hutang kakak banyak banget? terus sekarang gimana ? apa kakak sudah berhasil melunasinya?" tanya Zahra kesal dengan kakaknya yang begitu mudahkan meminjam uang, tanpa memikirkan bagaimana kedepannya.

"Belum, kakak hanya bisa membayar setengahnya saja, namun orang yang meminjamkannya ingin segera kakak melunasi hutangnya tahun ini." ucap Rizky.

"Kenapa? apa sebelumnya sudah ada perjanjian yang telah disepakati?" tanya Zahra. Meskipun ia baru lulus SMA, tapi pemikirannya sudah mulai dewasa.

"sudah, kakak sudah berjanji akan melunasinya tahun depan, tapi dia memaksa tahun ini." ucap Rizky.

"Terus aku harus bantu apa kak? kalau pinjam ke bank atas nama aku. Aku gak bisa kak. Masih dibawah umur." ucap Zahra. Ia berpikir kalau kakaknya akan meminta dirinya untuk meminjam uang di bank.

"Bukan itu yang harus kamu lakukan Ra." ucap Rizky.

"Ya terus apa? kakak kan hanya butuh uang." ucap Zahra.

"Utang kakak akan lunas, kalo kamu menikah sama orang yang meminjamkannya." ucap Rizky. Zahra yang mendengarnya kaget dan merasa aneh sekali dengan perjanjian tersebut.

"Hah? maksud kakak apa? aku harus menikah? perjanjian macam apa itu? kenapa harus aku." ucap Zahra kesal dengan kakaknya.

"Kakak juga gak tau, tapi ternyata ia menginginkanmu." ucap Rizky kembali.

"nggak! ini urusan kakak sama dia. Kenapa harus aku yang menjadi korbannya? pokoknya aku gak mau!!!" ucap Zahra kesal.

"Aku akan mengadukannya kepada ibu." lanjut Zahra.

"Jangan!!! kamu jangan coba-coba membicarakannya dengan ibu na! kamu hanya akan menambah beban pikirannya. oke, maafin kakak untuk hal ini. Karena kakak yang memulainya. Tapi kembali lagi dengan perkataanmu sebelumnya. Kamu mau kan membantu kakak?" tanya Rizky.

"Gak bisa kak untuk hal ini kak. Menikah tuh bukan hal sembarangan." ucap Zahra.

"Kalo gitu berarti kamu mau menggusur toko sembako ini."Ucap Rizky.

"Maksud kakak apa? ini semua salah kakak sendiri, kenapa aku yang harus bertanggungjawab." ucap Zahra kesal dengan kakaknya.

"Oke mungkin ini berat. Tapi hanya kamu solusi semuanya. Dia hanya menginginkanmu. Kalo kamu gak mau, resikonya toko sembako dan rumah akan disita. Kamu juga gak mau itu kan." ucap Rizky.

"Memangnya dia siapa kak? kenapa kejam sekali?" tanya Zahra. Berat sekali, Zahra mengetahui ini semua dari kakaknya, apalagi solusi yang ditawarkan sangat tidak mungkin. Ini bukan drama Korea pernikahan paksa karena hutang, Zahra masih belum siap menikah. Usianya baru 19 tahun.

"Nanda. Dia menginginkanmu. Entah apa yang membuatnya seperti ini, tapi sepertinya dia memang menginginkanmu menjadi wanitanya." ucap Rizky. Rizky juga sebenarnya heran mengapa Nanda menjadi berubah seperti ini. Padahal mereka berdua sudah berteman sejak lama seperti saudara.

"oh, aku juga baru ingat kalo dulu Kak Nanda pernah menyatakan perasaannya kepadaku ketika aku masih duduk di bangku SMP, tetapi aku menolaknya. Kukira perasaanya tidak akan berlanjut seperti sekarang ini." ucap Zahra.

"Apa ? serius kamu Ra? kenapa kamu gak pernah bilang sama kakak." ucap Rizky dengan kenyataan bahwa ternyata memang Nanda sudah menyukai adiknya dari dulu.

"Tapi, saat ini aku bener-bener benci sama kakak yang berani berhutang Segede ini!!" ucap Zahra yang tidak menggubris pertanyaan kakaknya itu.

Zahra pun bergegas membuka pintu gudang untuk keluar, namun kakaknya menahannya kembali.

"Tapi gimana? kamu setuju mau menikah dengan Nanda?" tanya Rizky.

"Aku Gak Mau!!" Teriak Zahra bersamaan dirinya yang langsung keluar dari gudang.

Namun begitu keluar dari gudang tiba-tjba kaget, karena kepalanya menabrak dada seseorang didepannya. Ternyata sudah ada orang yang menunggu didepan pintu gudang. Zahra pun mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa orang yang sudah ditabraknya ini. Namun seketika ia kaget karena ternyata dia adalah Nanda. Zahra yang melihatnya hanya membuang muka dan bergegas akan pergi, namun tangannya tertahan oleh Nanda yang menariknya.

"Zahra. kamu mau kemana?" tanya Nanda. Ia begitu merindukannya.

"Aku mau kerumah lah." ucap Zahra. Padahal hatinya begitu was-was ketika bertemu dengan Nanda.

"Ikut aku sebentar." ucap Nanda sambil tidak melepas tangan Zahra.

"Ki, aku pinjem adikmu sebentar ya."lanjut Nanda berpamitan kepada Rizky yang ternyata kepalanya sudah menongol dibalik daun pintu dan melihat kejadian mereka berdua.

"iya silahkan aja nan." ucap Rizky hanya tersenyum melihat Nanda. Ia sangat mengetahui kalau Nanda pasti sangat merindukan Zahra.

"Aku gak mau! kak Nanda mau bawa aku kemana?" tanya Zahra berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Nanda yang memang itu tidak ada gunanya karena tangan Nanda begitu besar daripada tangannya. Akhirnya mau tidak mau, Zahra pun menaiki mobil Nanda, meskipun sambil meronta-ronta meminta Nanda melepaskan tangannya.

Rama yang melihat pemandangan seperti itu, panik dan langsung menarik tangan Zahra.

"Lo mau bawa Zahra kemana bang?" tanya Rama.

"Bukan urusan kamu. Aku udah izin sama abangnya." ucap Nanda.

Ia pun langsung melepaskan tangan Zahra dan membiarkannya pergi bersama Nanda. Ada perasaan sedih melihat Zahra pergi dengan laki-laki lain.

Bersambung...

Mendapat Restu dari camer

Kesal, sekaligus cemas kali ini yang dirasakan Zahra, ia tidak tau kemana mobil ini akan melaju, yang jelas perasaan Zahra sangat campur aduk sekali setelah kakaknya mengatakan bahwa dirinya memiliki hutang yang amat besar, apalagi ketika dirinya mengetahui bahwa satu-satunya solusi dari semua hutangnya adalah dengan menikahkannya dengan orang yang disebelah Zahra saat ini. Muak sekali Zahra memikirkan semuanya, perasaannya benar-benar ingin sekali memukul benda-benda disekitarnya atau lebih tepatnya meluapkan kekesalannya kepada sang kakak yang berani sekali membuat hutang yang begitu besar. Sebenarnya ia juga ingin sekali menangis kali ini, tapi Zahra selalu menahannya, karena dirinya sedang bersama Nanda. Apalagi ketika bertemu saja, Nanda sudah berani memaksanya pergi berdua.

"Makin besar makin cantik aja Ra." ucap Nanda sembari tersenyum dengan tangannya yang masih memegang kemudi mobil Jazz itu.

"Terakhir kali aku ketemu sama kamu kapan ya ?" lanjut Nanda.

"Seingatku ketika kelulusan SMA kakak sama kak Rizky dulu." ucap Zahra.

"Oh iyaa, gak nyangka ya udah 5 tahun aku nggak ketemu sama kamu." ucap Nanda kembali.

"ya, padahal aku berharap nggak ketemu lagi sama kakak." ucap Zahra sudah sinis.

"Wow. Aku suka banget cewek cuek, lebih asik. Kamu udah tau semuanya dari kakakmu?" tanya Nanda. Ia benar-benar merasa seru sekali kalau berhubungan dengan Zahra yang cuek seperti ini.

"Iyalah, lagian kalo mau nikah. Ya jangan dari pemaksaan begini lah. Cari calon istri yang baik. Bukan malah maksa-maksa aku dengan alasan bayar hutang juga. Kalo kakakku punya hutang, pasti akan dilunasi. Bukan malah mengorbankan ku!!"ucap Zahra meluapkan kekesalannya.

"Hahaha, kalo gak dipaksa, kamu pasti gak mau nikah sama aku kan?" tanya Nanda lagi dengan tersenyum, kali ini ia sedang memarkirkan mobilnya disebuah kedai.

"lagian kalo dipaksa juga, aku gak bakalan mau nikah sama kakak!!" ucap Zahra.

"Hahaha, lucu banget! tapi sayang, kamu akan jadi milikku Ra. Lagian apa kamu nggak curiga kenapa kakak kamu bisa mempunyai hutang sebesar itu?" tanya Nanda.

"Ya mungkin untuk menambah barang-barang ditoko dan keperluan lainnya." ucap Zahra santai. Tapi sebenarnya Zahra juga berpikir ada benarnya juga ia harus mencurigai kak Fani. Karena memang gaya hidup kak Fani terbilang tinggi. Setiap bulannya, kak Fani selalu perawatan kecantikan, seminggu sekali senam yoga dll.

"Apa kamu nggak curiga kalau kak Fani yang udah boros banget atau bahkan ia korupsi uang toko." ucap Nanda. Namun Zahra berusaha menepis pikiran-pikiran buruk tentang kakak iparnya itu. Ia tidak mau suudzon dengan sang kakak, apalagi kan dia baru saja melahirkan keponakannya, dedek bayi bernama Ziyad.

"Tuhkan. Baru aja aku ketemu sama kakak, kakak malah ngejelek-jelekkin keluarga aku. Toko kita itu milik bersama, gak ada namanya korupsi-korupsi." jelas Zahra.

"Ya maksudnya paling boros kan bisa." ucap Nanda.

"Kalo soal itu mungkin ada benarnya juga. Tapi memang baru-baru ini kak Rizky juga udah beli mobil baru lagi buat Toko."ucap Zahra.

"Oke, selamat menyelidiki kakak iparmu yang meresahkan itu." ucap Nanda tiba-tiba.

"ya mungkin kakak ada benarnya juga kalau aku harus menyelidikinya. Tapi aku lebih percaya sama kak Rizky sendiri dibanding sama kak Nanda." ucap Zahra.

"Okee terserah kamu cantik." ucap Nanda sambil mengedipkan satu matanya. Zahra hanya melihatnya hanya jijik dan heran mengapa orang ini narsis sekali.

"Sekarang daripada mikirin itu, coba kamu liat deh, ke sebelah kiri kaca mobil, ada kedai Seblak, lebih baik kita makan dulu." ucap Nanda.

"Hmmm oke."

"oh iyaa Jangan lupa, kamu juga harus siapin mental kalau bulan depan kita akan menikah." ucap Nanda santai sambil keluar dari mobil. Zahra hanya kaget dengan mulut menganga, ia tak menyangka kalau Nanda menginginkan pernikahan secepatnya.

apa? dia benar-benar gila. pikir Zahra.

...****************...

Mobil jazz abu itu kini sudah terparkir didepan rumah Zahra, mengantarkan Zahra setelah menjadi saksi perdebatan sepanjang jalan Zahra dan Nanda. Mereka berdua selalu saja bertengkar disepanjang perjalanan. Zahra pun keluar dari mobil dengan diikuti Nanda.

"ngapain ikut keluar ?" tanya Zahra julid.

"Ya mau salam ke Mami calon mertua lah. Emangnya gak boleh?" tanya Nanda sambil tersenyum. Senang sekali ia menjahili Zahra.

"Ih pede banget, udah gak usah. Lagian ibuku lagi sibuk."ucap Zahra. Tidak sadar padahal Bu Mela sudah memperhatikannya dari jendela. Ia penasaran dengan siapa Zahra turun dari mobil.

"Ra, temennya ajak masuk dong. Jangan diluar terus." ucap sang ibu. Sontak membuat Zahra kaget karena ternyata ibunya sudah berada didepan pintu.

"Oh iya Bu, emang boleh saya mampir dulu?" tanya Nanda, hatinya kegirangan mendengar kalau Bu Mela juga menyuruhnya untuk mampir dulu. Berbeda dengan Zahra, ia langsung memasang wajah cemberut dengan bibir seperti bebek.

"boleh lah, masa nggak boleh, hayu nak." ucap Bu Mela.

Mereka pun akhirnya masuk ke dalam rumah.

"Kamu ini temennya Zahra ya?" tanya Bu Mela setelah menyiapkan kopi untuk Nanda.

"Hehe, aku temennya Rizky Bu. Kenalin aku Nanda. Masa ibu nggak inget sih ? dari kecil kan aku sering banget main ke sini." ucap Nanda. Ia dan Rizky memang sudah berteman sejak kecil.

"Oh, kamu Nanda yang dulu gemuk kan ya?" tanya Bu Mela antusias.

"Hehe iya betul Bu." ucap Nanda tersipu malu mendengar ucapan Bu Mela yang hanya mengingat dulu badannya memang gemuk.

"Masya Allah sekarang ganteng banget. Sampe ibu nggak ngenalin kamu. Ya Allah kasep." ucap Bu Mela bahagia.

Setelah ngobrol ngaler-ngidul, Nanda pun pamit pulang bersamaan dengan Rizky yang baru aja pulang dari toko.

"Wah ini yang lagi kasmaran masih aja ngapel ke rumah." ucap Rizky yang sudah datang tiba-tiba menyambar dengan perkataan seperti itu.

"hah?" Bu Mela kaget.

"Hehehe, dia suka sama Zahra Bu." ucap Rizky.

"Oalah iyaa iyaa. Pantesan kalian pulang berduaan, abis kencan ya? ekhem ekhem." Bu Mela langsung antusias.

"Do'ain ya Bu, semoga saya bisa sama Zahra. " ucap Nanda.

"Ibu do'ain semoga kalian bisa cepet-cepet menikah.Aamiin." ucap Bu Mela.

"Aamiin ya Allah."

"wah dapet lampu hijau dari mamah mertua nihh. hahahaha." ucap Rizky.

"Udahlah gue pulang dulu ya bro, Bu, saya pulang dulu." ucap Nanda beranjak dari tempat duduknya.

"ZAHRAAAAAAAA!!!!!!" Teriak Bu Mela.

Karena sejak Nanda mampir ke rumah, Zahra di kamar saja. Nanda hanya ngobrol bersama ibunya. Mendengar ibunya memanggil nya, ia pun segera bergegas keluar kamar.

"Apaa Bu manggil-manggil ?? aku baru selesai sholat Magrib." ucap Zahra.

"ini calon suaminya mau pulang, masa gak mau pamitan." ucap Bu Mela.

Zahra yang mendengarnya hanya melongo. Mengapa ibunya berkata demikian? apa Kak Nanda udah beritahu ibu semuanya?

Dih Menyebalkan sekali !!!!!

Bersambung....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!