NovelToon NovelToon

Cinta Si Gadis Buta

Di paksa menikah

"Kenapa saya harus menikahi gadis buta itu, apakah kalian sedang menghina saya!" pekik Bara sambil menggebrak meja dengan kasar kemudian pergi meninggalkan kedua orang tua nya yang masih duduk di ruang makan.

"Hanna, sebentar lagi kita akan kedatangan tamu, kita harus membersihkan rumah ini dengan cepat" Ucap nenek Ami.

Hanna pun menganggukkan kepalanya, kemudian ia meraba raba tempat tidurnya untuk mencari tongkat, agar dirinya dapat lebih mudah untuk berjalan.

Hanna mengalami kebutaan sejak usianya 4 tahun, saat itu keluarga nya sedang mengadakan perayaan tahun baru, mata Hanna terkena lemparan petasan oleh anak dari sahabat orang tua nya, mereka pun segera membawa Hanna ke rumah sakit, dan dokter menyatakan bahwa mata Hanna mengalami luka bakar yang serius dan mengalami kebutaan.

Saat kedua orang tua nya mau membawa Hanna ke luar negri untuk melakukan operasi mata, mereka mengalami kecelakaan dan mengakibatkan orang tua Hanna meninggal dunia, beruntung saat itu Hanna sedang menginap di rumah kakek dan nenek nya sehingga ia tidak ikut dalam tragedi kecelakaan itu.

Di Jakarta, keluarga Kartajaya sedang menasehati Bara Defano, agar ia mau dinikahkan dengan anak sahabat mereka, akan tetapi Bara selalu menentang keluarga nya, hingga membuat ayah nya emosi.

Bara pun langsung pergi ke perusahaannya tanpa menggubris kata demi kata yang di ucapkan oleh keluarganya mengenai pernikahan itu.

Saat tiba di perusahaan, Bara bertemu dengan kekasih nya Leona Gangga, mereka pun jalan bersama menuju ruangan kerja Bara, para karyawan sudah tak heran dengan hubungan mereka yang selalu bermesraan di hadapan umum, sebenarnya Bara sangat risih jika Leona terlalu menempel pada nya, ia tak suka jika harus menjadi pusat perhatian orang lain.

"Mereka serasi banget ya, yang satu seorang dosen di universitas bergengsi, dan yang satu lagi seorang direktur utama di perusahaan ini" ucap salah satu karyawan yang sedang melihat Bara dan Leona melewati mereka.

Leona Gangga adalah wanita berbakat, dengan postur tubuhnya yang sangat ideal dan memiliki paras yang cantik, sehingga dapat menarik perhatian Bara Defano.

Tak heran jika Bara menolak perjodohan yang di atur oleh kedua orang tua nya, ia berpikir memiliki Leona seorang saja sudah cukup baik.

Saat tiba di ruang kerja, Leona melihat Bara yang sedang murung sejak dari tadi, ia pun penasaran dengan apa yang sudah terjadi pada nya.

Leona pun menghampiri Bara dan menanyakan hal yang membuat dirinya menjadi seperti itu.

"Bara kamu kenapa? dari tadi aku perhatiin kamu diam terus seperti ada yang sedang difikirkan"

Bara pun menatap Leona, ia pun menceritakan apa yang sudah terjadi padanya beberapa hari ini, keluarga nya selalu membahas soal perjodohan terus menerus, sedangkan Bara sering memberi tahu kedua orang tua nya jika dia sudah memiliki kekasih.

"Terus kamu mau nerima perjodohan mereka" Tanya Leona memastikan.

Bara pun menggelengkan kepala nya dengan cepat, Leona merasa lega karena Bara menolak nya, setelah bara menyelesaikan tugas nya, ia pun mengantar Leona untuk pergi mengajar ke kampus tempat Leona bekerja.

Setelah mengantar Leona, Bara pun tidak pulang ke rumah nya melainkan pergi ke rumah sahabat nya untuk menenangkan diri.

Sahabatnya bernama Irfan prasetio, mereka sudah bersahabat sejak kecil, dan hingga sekarang mereka masih sering mendukung satu sama lain.

"Fan, aku nginep di rumah kamu dulu ya untuk sementara waktu" ucap Bara setelah ia bertemu dengan Irfan.

Irfan pun mengizinkannya seperti biasa, ia sudah tahu jika Bara menginap di rumah nya pasti sedang dalam suasana hati yang buruk.

Keluarga Kartajaya menjemput Hanna untuk tinggal bersama mereka, saat tiba di desa Hanna sempat menolak ajakan dari keluarga Kartajaya, tapi saat ia menolak kakek dan nenek nya malah membujuk Hanna agar mau ikut bersama mereka.

Hanna pun akhirnya menuruti perintah dari kakek dan nenek nya, ia pun segera bersiap siap untuk ikut pergi bersama dengan keluarga Kartajaya.

Setelah tiba di Jakarta, Hanna diperlakukan sangat baik oleh nyonya Nadia dan tuan Herwin Kartajaya, akan tetapi para pekerja di rumah nya tidak memandang Hanna, mereka bersikap acuh tak acuh pada Hanna.

Saat tuan Herwin menyadari bahwa Bara tidak pulang ke rumah, ia pun langsung menyuruh anak buah nya untuk pergi ke rumah Irfan dan menjemput Bara, karena besok pagi akan dilakukan acara pernikahan untuk Bara dan Hanna.

Beberapa jam kemudian, Bara pun datang dengan raut wajah yang masam karena ia kesal atas perlakuan ayahnya, tanpa menyapa kedua orang tua nya, Bara pun pergi ke arah kamar nya dengan suasana hati yang kacau.

Tuan Herwin pun menggelengkan kepala nya karena melihat sikap Bara yang kekanakan.

Alasan mereka menikahi Bara dengan Hanna adalah, orang yang sudah membuat mata Hanna menjadi buta ialah Bara, jadi mereka ingin menebus kesalahan bara di masa lalu.

Keesokan pagi nya, tuan Herwin membawa penghulu dan beberapa saksi untuk menghadiri acara akad nikah Bara dan Hanna, dengan berat hati Bara keluar menghampiri orang orang yang duduk di kursi yang sudah di siapkan, ia pun duduk tepat di hadapan penghulu, setelah beberapa saat kemudian Hanna pun keluar dan di gandeng oleh nyonya Nadia, Bara pun menoleh ke arah ibu dan calon istrinya, tanpa disadari jantung Bara berdetak tak karuan saat melihat Hanna, ia pun langsung memejamkan matanya sekejap, kemudian memalingkan wajahnya ke arah penghulu.

"Baik kalau gitu, acaranya dimulai saja pak" Pinta tuan Herwin pada penghulu.

Setelah melakukan akad nikah, Bara pun mencium kening Hanna karena permintaan dari orang tua nya, ingin rasanya ia marah saat itu juga, tapi ia ingat bahwa melawan orang tua adalah suatu kesalahan yang besar bagi nya, di depan karyawan dan para klien nya Bara sangat dingin dan cuek, tapi jika di hadapan orang tua nya, ia masih seperti Bara kecil yang selalu nurut pada kedua orang tuanya.

Di malam hari saat Bara memasuki kamar pengantin, ia melihat Hanna yang sudah terlelap, ia pun langsung pergi ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya, setelah itu ia kembali memperhatikan wajah Hanna.

"Dia cantik sih, tapi ko buta" Batin Bara.

Bara lupa jika Hanna Buta karenanya, ia tak pernah mengingat masa masa kecil nya bersama Hanna, berbeda dengan Hanna yang selalu mengingat Bara hingga saat ini, bahkan sebelum matanya buta, Hanna sangat mengagumi Bara.

Bara pun mengambil bantal dan selimut kemudian memilih tidur di Sofa dekat jendela kamar nya, Hanna yang ternyata belum tidur pun menggenggam erat tangannya, ia takut jika Bara melakukan sesuatu terhadap nya.

ketahuan selingkuh

Keesokan pagi nya, Bara terbangun dari tidur seraya melihat Hanna yang sedang melakukan solat subuh, ia pun langsung duduk dan memperhatikan Hanna.

"Dia gimana cara wudhu nya ya, kan gak bisa lihat apa jangan jangan dia pura pura" Batin Bara.

Bara pun segera berjalan ke kamar mandi untuk bersih bersih kemudian ia pun solat di musolah rumah nya, Saat sarapan pagi Bara melihat Hanna yang sedang berjalan menuju ruang makan, mata nya mengarah ke pada tongkat yang sedang di pegang oleh Hanna.

"Oh pantas aja dia bisa jalan tanpa jatuh atau nabrak, ternyata pake tongkat" batin Bara.

Hanna pun di bantu oleh nyonya Nadia untuk duduk di kursi makan, tuan Herwin melotot pada Bara yang hanya diam tidak membatu istrinya.

"Bara, kamu suapi Hanna" Titah tuan Herwin.

"Ayah yang benar saja, Bara harus buru buru ke kantor" bantah Bara.

"Ayah, Hanna bisa makan sendiri ko" Tutur Hanna, dengan suara lembutnya.

Tuan Herwin pun mendengus kesal, Bara melirik ke arah Hanna, ia heran mengapa orang buta bisa makan sendiri.

Bara pun segera menghabiskan sarapannya kemudian bergegas pergi ke kantor.

Setelah Hanna selesai menghabiskan sarapannya, Nyonya Nadia mengajak Hanna ke taman belakang untuk menghirup udara pagi yang menyegarkan, mereka pun duduk santai di taman itu, sedangkan tuan Herwin sibuk memilihkan rumah untuk Bara dan Hanna, hingga ia menemukan rumah yang cocok dan segera menghampiri nyonya Nadia dan Hanna ke taman belakang.

Tuan Herwin pun memperlihatkan gambar rumah itu kepada istri nya, Hanna hanya mencoba menyimak semua pembicaraan mertua nya, ia pun membayangkan rumah yang sedang di bicarakan oleh mertuanya, dan Hanna berharap jika Bara bisa menerima nya setelah mereka hanya tinggal berdua di rumah itu.

"Hanna apakah kamu setuju dengan rumah yang ayah pilih untuk kalian" tanya tuan Bara memastikan.

"Hanna menurut saja ayah, mungkin suatu hari nanti Bara bisa menerima Hanna dengan tulus" Hanna pun tersenyum pada kedua mertua nya.

Di perusahaan Bara sangat di sibukkan dengan proyek yang baru saja ia terima, sehingga tidak sempat menerima panggilan telfon dari Leona, saat jam makan siang Leona datang ke perusahaan Bara, tapi sayangnya saat itu bara sudah pergi makan siang dengan klien, Leona pun sangat kesal dan menaruh kotak makanan nya di meja kerja Bara, kemudian pergi meninggalkan ruangan itu.

Setelah Bara kembali ke ruangannya, ia melihat kotak makan yang ada di atas meja nya, Bara mengerutkan dahi nya kemudian meraih kotak itu dan membuka nya, ia pun sudah menebak jika itu pemberian dari Leona.

Selain cantik dan berbakat, Leona juga sangat pintar memasak, semua ia pelajari karena hanya ingin terlihat sempurna di mata Bara.

Saat Bara selesai bekerja, ia pun berinisiatif untuk menjemput Leona ke kampus, ketika Bara tiba di parkiran kampus tempat Leona mengajar, ia pun melihat Leona sedang berpelukan dengan seorang pria, kemudian pria itu mencium bibir Leona.

Bara pun langsung memutarkan mobil nya dan menginjak pedal gas dengan sangat kuat, emosi nya memuncak saat teringat adegan yang baru saja ia lihat, Bara pun pergi ke bar untuk minum beberapa gelas bir, itu yang ia lakukan saat sedang dalam suasana hati yang buruk.

Melihat Leona sedang bermesraan dengan pria lain, itu bukanlah hal yang pertama kali ia lihat, Bara sering melihat Leona dengan pria lain, awalnya Bara masih memaklumi hal tersebut, tapi kini perbuatan Leona sudah semakin menjadi-jadi, saat Bara sedang mabuk ternyata Irfan sedang ada di bar yang sama, ia pun langsung mengantar Bara pulang karena jika membiarkan diri nya mengemudi di saat mabuk, takutnya membahayakan keselamatan Bara.

"Lo kenapa lagi sih Bara, kenapa sampe mabuk begini, ada apa lagi sama Leona" Ucap Irfan sambil memapah Bara untuk berjalan.

Irfan sudah paham dengan kondisi bara saat itu, ia pun segera mengantar Bara pulang, tiba nya di kediaman Kartajaya, Irfan langsung memapah Bara untuk masuk ke dalam kamar nya, saat Irfan membuka pintu kamar ia terkejut saat melihat ada seorang wanita di kamar Bara, Irfan pun teringat dengan apa yang pernah Bara katakan padanya, Bara sudah menikah karena di paksa oleh kedua orang tua nya.

Irfan pun meninggalkan Bara kemudian menutup pintu secara pelan pelan.

Hanna mendengar suara pintu itu tertupup, ia pun segera berjalan ke arah pintu tersebut, karena Hanna tidak bisa melihat ia pun menabrak Bara yang masih berdiri di dekat pintu, Bara pun langsung menyerang Hanna dan membaringkan nya ke atas kasur, Hanna terkejut dengan perlakuan Bara, ia sempat memohon pada Bara agar mau melepaskannya.

Dengan kondisi Bara yang sedang mabuk berat, Bara pun menggagahi Hanna dengan buas, Hanna yang sudah tidak berdaya pun akhirnya pasrah, ia pun sadar bahwa dirinya memang tidak ada hak untuk menolak, sudah kewajibannya melayani suami.

Saat masih melakukan pergerakan, Bara selalu menyebut nama Leona, air mata Hanna pun seketika mengalir saat mendengar Bara sedang menyebut nama wanita lain sedangkan dirinya sedang meniduri Hanna.

Setelah selesai Bara melepaskan kenikmatannya, ia pun langsung tidur dengan pulas nya, sedangkan Hanna masih tetap menangis, karena perlakuan Bara yang masih saja belum menerima nya.

Saat malam tiba Bara pun terbangun karena di bangunkan oleh Hanna, Bara langsung terperanjat ketika menyadari bahwa dirinya tidak memakai pakaian sehelai benang pun.

Bara melihat ke arah Hanna yang sudah rapih dengan rambut yang masih basah.

"Apa yang udah aku lakukan tadi" Bara pun mencoba mengingat kejadian sebelum nya.

Bara pun ingat dengan apa yang sudah ia lakukan, bahkan Bara ingat saat ia sedang menyebut nama Leona, seketika ia pun mengingat Leona yang sedang bermesraan dengan pria lain.

"Kamu segeralah mandi, waktu magrib akan habis" ucap Hanna setelah mengetahui bahwa Bara sudah bangun.

Bara pun langsung pergi ke kamar mandi, ia pun membersihkan tubuhnya dengan air shower, setelah selesai mandi Bara langsung pergi ke musolah rumah nya.

Hanna yang sudah duluan solat pun langsung membuka alqur'an untuk mengisi waktu kosong nya, sambil menunggu Bara kembali ke kamar.

Beberapa saat kemudian, Bara pun kembali dan langkahnya terhenti saat mendengar suara lantunan ayat suci Alqur'an yang di bacakan oleh Hanna, ia tak menyangka jika Hanna pandai mengaji padahal kondisi matanya tidak bisa melihat.

Bara pun secara perlahan berjalan ke arah sofa dan duduk sambil terus mendengarkan Hanna yang sedang mengaji, hati nya sangat tenang mendengarkan lantunan ayat suci yang sedang Hanna baca, Saat Hanna menghentikan suara nya Bara langsung mengerutkan dahi nya dan secara reflek meminta agar Hanna mengaji lagi untuk nya.

"Kamu mau mendengarkan aku mengaji lagi? " Tanya Hanna memastikan, ia takut jika dirinya salah mendengar.

rumah baru

Bara pun hanya terdiam tak menjawab pertanyaan Hanna, beberapa saat kemudian asisten rumah tangga nya pun datang memberitahu jika makan malam sudah siap, Bara pun segera keluar mendahului Hanna, asisten rumah tangga itu pun menunggu Hanna yang sedang merapikan alat solat nya, kemudian ia pun menuntun Hana agar dapat berjalan dengan mudah.

Melihat Bara yang berjalan sendirian, tuan Herwin pun menanyakan keberadaan Hanna pada Bara, seperti biasa Bara hanya menjawab ala kadar nya

"Bara, Lain kali jika mau keluar kamu ajak Hanna dan gandeng dia, jangan seperti ini terus, ingat kamu sekarang sudah punya istri, dan kewajiban kamu adalah menjaga istri kamu dengan baik" Ucap tuan Herwin sambil menatap Bara.

Bara hanya menganggukkan kepala nya kemudian duduk di kursi tempat biasanya ia duduki saat mau makan, Hanna pun datang dan tuan menyuruhnya untuk duduk di sebelah Bara, Hanna hanya menuruti ayah mertuanya dan duduk di sebelah Bara, tanpa berdebat apapun mereka mulai menikmati sarapan pagi nya.

Saat Bara mau berangkat ke kantornya, tiba tiba tuan Herwin memanggil Bara, ia pun segera menghampiri ayah nya.

Bara mengerutkan dahi nya saat melihat tuan Herwin sudah berpakaian rapih, biasanya setiap pagi tuan Herwin hanya mengenakan kaos oblong dan celana sepanjang lutut, tapi hari itu dia mengenakan pakaian formal.

"Bara, hari ini kamu jangan ke perusahaan dulu" Titah tuan Herwin.

"Kenapa ayah" Bara pun penasaran mengapa ayah nya menyuruh dia agar tidak pergi ke perusahaan.

"Karena hari ini kita mau meresmikan rumah yang sudah ayah beli untuk kamu dan Hanna"

Mendengar hal itu bara pun langsung kaget, ia tak menyangka jika ayah nya akan mencarikan tempat tinggal secepat itu, ia pun membayangkan betapa merepotkan jika ia hanya tinggal berdua satu rumah dengan Hanna.

"Ayah, kenapa secepat ini?" protes Bara.

"Terus mau kamu kapan? atau jangan jangan kamu gak pernah terpikirkan untuk tinggal berdua dengan istri kamu" tuduh Tuan Herwin.

Bara pun terdiam dan hanya menuruti apa kata ayah nya, beberapa detik kemudian nyonya Nadia dan Hanna pun datang, Bara menatap Hanna yang berpenampilan berbeda dari biasanya, Nyonya Nadia sengaja merias wajah Hanna dengan sedikit makeup agar terlihat lebih fresh.

"Ayo kita berangkat" ajak nyonya Nadia kemudian memberikan tangan Hanna pada Bara agar di gandeng oleh nya, Bara sempat menolak tapi ibu nya langsung melototi nya, Bara pun akhirnya menuruti perintah orang tua nya.

Saat Bara menyentuh tangan Hanna yang halus, jantung nya berdetak lebih cepat, padahal itu belum seberapa dari apa yang sudah ia lakukan pada Hanna kemarin malam, Hanna pun merasakan debaran di hati nya, ia merasa canggung saat Bara menyentuh tangannya, nyonya Nadia dan suami nya pun saling menatap dan menahan senyuman karena melihat tingkah anak dan menantunya yang malu malu tapi mau.

Setelah tiba di rumah baru mereka, tuan Herwin bertemu dengan pemilik rumah itu, dan langsung melakukan transaksi, Bara melihat lihat sekitaran rumah, terlihat suasana yang menyejukkan dan ada kolam renang di bagian belakang rumah, sebenarnya bukannya Bara tidak sanggup membeli sebuah rumah, tapi ia masih belum terpikirkan untuk tinggal berdua saja dengan Hanna.

"apakah kamu suka dengan rumah ini Bara?" Tanya tuan Herwin sambil menghampiri Bara yang sedang duduk di kursi dekat kolam renang.

Bara hanya menganggukkan kepala nya, tuan Herwin pun ikut duduk santai di tepi kolam, tak lama kemudian nyonya Nadia pun datang bersama Hanna, Bara langsung mengubah ekspresi nya saat melihat Hanna, ada rasa benci dan penasaran terhadap Hanna, ia masih bingung harus bersikap seperti apa pada Hanna.

"Bara mulai besok kalian akan tinggal disini, dan kamu harus menjaga Hanna dengan baik" ucap nyonya Nadia memperingati Bara.

mendengar ibu nya mengatakan hal seperti itu bara pun seperti ingin menolak namun tidak bisa.

Akhirnya ia hanya bisa pasrah dan mengikuti alur kehidupannya.

Nyonya Nadia mengajak suami nya untuk makan di sebuah restoran, mereka pun pergi ke restoran itu untuk menikmati makan siang.

setelah tiba di restoran, Bara melihat Leona, dan ia pun mencoba untuk menghindar dari Leona untuk sementara waktu.

tak di sangka Leona melihat Bara dan langsung menghampiri nya.

"Bara" panggil Leona sambil berjalan ke arah Bara.

Nyonya Nadia mengerutkan kening nya kemudian menatap sinis pada Leona, ia tak menyangka jika Leona masih berani mendekati Bara, padahal sehari sebelum bara menikah nyonya Nadia sudah menemui Leona agar menjauhi Bara, tak lupa juga ia memberikan sejumlah uang yang sangat banyak, dan Leona pun menerima nya.

"Bara aku telfon kamu dari kemarin kenapa gak di jawab, kamu kenapa?" tanya Leona seolah ia tak melihat siapapun di sekitarannya.

Bara hanya diam saja, ia pun meraih tangan Hanna agar Leona dapat melihatnya kemudian cemburu pada Bara, tapi sayang nya Leona tidak cemburu, dan dia malah melepaskan tangan Bara yang sedang menggandeng Hanna.

"Jadi ini istri buta kamu itu, jauh banget perbandingannya" cibir Leona sambil menyunggingkan senyum nya.

Mendengar cibiran dari Leona, Hanna hanya menundukkan kepala nya kemudian ia menggeser jaraknya agar sedikit lebih jauh dari Bara.

"Leona jaga ucapan kamu ya" pekik nyonya Nadia sambil melotot ke arah Leona.

"Eh ada Tante, oh ia mumpung bertemu Tante di sini, Leona mau mengembalikan uang yang sudah Tante berikan pada Leona, maaf ya Tante Leona gak bisa melepaskan Bara begitu saja" Leona pun memberikan sebuah amplop berwarna coklat pada nyonya Nadia.

Mendengar percakapan Leona pada ibu nya, Bara pun langsung mengerutkan dahi nya, ia belum mengerti apa yang sedang di maksud oleh Leona.

"Maksud kamu apa" Ucap Bara pada Leona yang penuh tanda tanya.

"Jadi gini, beberapa hari yang lalu Tante Nadia datang menemui aku di kampus, dan dia memberikan aku sejumlah uang yang lumayan banyak, dengan syarat aku harus ninggalin kamu, awalnya aku tergiur dengan uang itu, tapi setelah di pikir pikir ternyata kamu lebih berharga dari sejumlah uang yang tak seberapa itu" jelas Leona sambil tersenyum sinis pada nyonya Nadia.

Bara pun langsung menoleh ke arah ibu nya seolah sedang meminta konfirmasi dengan apa yang dikatakan oleh Leona.

Nyonya Nadia pun terlihat sedikit panik karena Leona memberitahu Bara hal yang sebenarnya, beruntung tuan Herwin menyadari bahwa istri nya sedang gugup.

"Bara, ayah yang sudah menyuruh ibu kamu untuk menemui Leona, kamu jangan salah paham dulu, semua ini kami lakukan demi kebaikan kamu dan Hanna"

Bara pun hanya terdiam dan sesekali melirik Hanna dan Leona, ia bingung sekarang harus berbuat apa, jika ia menentang orang tua nya takutnya penyakit jantung tuan Herwin akan kambuh, tapi jika ia hanya diam saja maka dia akan kehilangan Leona.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!