NovelToon NovelToon

Cinta Tak Semanis Coklat

DI IKUTI ORANG ASING

"Jadi benar, kamu kehilangan ponsel?"

"Iya, bibi. Aileen benar benar kecewa, bodohnya, Aileen melupakan ponsel. Data semua disana, terus tadi Aileen kembali ke bagian divisi, meminta rubah nomor ponsel. Aileen ceritakan semuanya, dan maaf ya bibi .."

"Maaf kenapa?"

"Aileen kasih nomor bibi, Aileen minta tolong, kalau ada panggilan dari J Geuk corporotion, bibi tolong angkat ya."

"Iya sayang, gak apa apa. Mau pake ponsel bibi dulu juga gak apa, bibi ga masalah kok nak." senyumnya, membuat Aileen merasakan kasih sayang dan semenjak tinggal dengan bibi, hidupnya lebih kepada syukur dan ceria terus. Seolah tidak ada beban, beban yang menempel karena kesedihannya.

"Bi, paman udah jenguk Alexi belum, gimana apa Alexi udah kembali?"

"Paman bilang masih di rumah sakit Singapore! menurut bibi, kamu fokus aja soal pekerjaan kamu. Nanti bibi bakal kasih tahu, kalau emang udah kembali."

Aileen saat ini memang tinggal terpisah dari Alexi, ia yang sering sakit pesakitan di bawa sang ayah berobat ke singapore, karena itu Aileen yang tidak banyak kendala pada uang, ia bekerja demi bisa menjenguk Alexi, semoga saja Alexi tidak sakit yang serius.

Aileen yang telah sampai dirumah dengan wajah cemberut dan masam, ia meregangkan kedua kakinya di sofa.

"Lho kenapa lagi, wajahnya ditekuk seperti itu ndok, sayang kan nanti wajah cantik nya hilang."

Sang bibi pun mendekati Aileen, ia adalah keponakan tersayang, anak manis yang kurang beruntung, bibi adalah kakak dari ibu kandung Aileen yang telah tiada.

"Kemari, ayo cerita ada apa?"

"Ponsel Aileen hilang bi, kalau udah dicari ga ketemu. Gimana ya, padahal Aileen harus ke tempat satu lagi. Rasanya hampa."

Terus kalau lama kelamaan, Aileen berikan nomor bibi. Jika Aileen keterima dan segera bekerja di perusahaan itu. Syaratnya kan harus punya ponsel untuk bisa dihubungi dari kantor, karena pekerjaan yang Aileen lamar itu.

"Oooh, ya udah pakai aja dulu ponsel bibi ya. Kirain ada apa, kalau rejeki juga gak kemana ndok. Udah makan belum bibi udah siapin makanan kesukaan?"

"Ah! so sweet pengganti Bunda, hanya bibi Mira." manja Aileen.

"Udah ga usah dibahas, kamu tau bibi selalu anggap kamu anak. Semenjak mama mu masih ada selalu nitipin kamu, ga usah dipikirin soal ayah semua pasti baik - baik aja, ingat jaga kondisi dan hidup masa depan kamu masih panjang, insyallah Kay! sudah di surga, dia pasti ga seneng liat kamu sedih terus, seneng lihat kamu ceria mau adaptasi lagi sama dunia hidup."

"Ish! emang Aileen kemarin kemarin mati ya?" tawa mereka pecah.

Aileen pun memeluknya dan tak lama paman datang, hingga mereka makan bersama. Bercerita banyak, perihal tadi pagi kegiatan Aileen. Wajar, karena Aileen sudah tak mengurung diri, jadi antusias mereka amat senang.

Satu minggu berlalu, Aileen mendapat panggilan untuk tanda tangan kontrak di perusahaan, ia pun berniat membeli pakaian kantor.

"Tabungan bibi yang aku pakai ini, aku pasti secepatnya mengembalikan bi. Huh, semenjak ayah menyalahkan. Aset toko parfum ku di LN sudah diambil ahli untuk Alexi. Anak itu beruntung di sayang ayah, di manja ayah, nasibku kini sulit sekali harus menyusahkan paman dan bibi. Paman pasti lelah mengurus pabrik, baiknya aku ke pasar terdekat deh, setelah dari sini sepertinya gak jauh."

Tiba di pasar, Aileen telah membeli ikan segar, sayur, buah, setelah selesai membeli pakaian kantor. Ia pun kini berjalan menunggu angkot. Tak lama seorang wanita menabraknya.

"Aa-auw aduh.. mbak hati hati dong!" ucap Aileen, kesal karena wanita yang berpakaian feminim itu tidak berhati hati saat jalan, apalagi Aileen di sebuah halte yang sudah pasti keliatan.

"Hai kamu, bisa bantu aku cepat kesini, Ayo kesini!"

Tubuh Aileen, ditarik oleh seorang wanita dengan paksa.

"Eh, sebentar mbak, kasar banget sih jadi cewe! itu belanjaan saya jatuh tuh disana!"

Aileen memohon, tapi wanita itu membawanya ke gudang, yang membuat Aileen ketakutan.

"Ayo lepas pakaianmu!"

"Hah, yang benar aja. Apa sih, kamu Lesssbiiiye ya?" Aileen menutup dirinya rapat.

"Cih! udah cepat aku mohon please, kita bertukar pakaian. Aku bayar buat kerugian ini, aku salah kostum dan urgent. Please!"

Aileen yang menolak namun di paksa, pun terjadi. Sehingga ia memakai dress orange tanpa lengan di atas paha. Wanita itu pergi dan memberikan sebuah amplop untuknya, lalu ia pergi dari tempat itu.

"Aaakh feminim sekali. Pendek banget baju ini bagus mewah, tapi kenapa wanita itu mau pakai baju aku yang lusuh." syok Aileen.

Aileen pun keluar dan berjalan mengambil belanjaan yang terjatuh, menatap ikan sayuran yang hancur berserakan, ia pun memungut merapihkan lagi. Masih kebingungan dengan wanita tadi, yang mau bertukar pakaian, kenapa dia tidak membeli saja di pasar jika salah kostum, alih alih ia malah memberikan uang pada Aileen hanya untuk bertukar.

"Aku harus membelinya, ia pun melihat satu amplop coklat. Aku pikir ini surat ucapan terimakasih." ujar Aileen senyum, mendapat uang di amplop.

Tak lama ibu paruh baya yang meminta belanjaan rusak, Aileen berikan bagikan sedikit uang beberapa lembar dan kembali pergi berbelanja kepada yang membutuhkan.

"Apa enggak salah ini uang banyak sekali?" pikir Aileen, seolah rejeki nomplok.

Aileen mencerna apa maksudnya semua ini. Ia pun bergidik ngeri dan segera mungkin pergi, namun tak lama di angkot, banyak mata laki - laki jelalatan memandang.

"NENG... SENDIRIAN YA?"

"Apa, jangan seenaknya yah, liat aja berani macem macem gw tinju lho bang. Stop, stop bang berenti! Aileen pada supir angkot.

"Galak amat tuh cewe macam harimau aja, cantik galak bikin happy kayanya tuh." ucap pemuda nakal. Di angkot dan tak sadar mereka mengikuti Aileen.

Aileen yang berjalan menuju arah rumah, seharusnya ia bisa temukan ojek. Tapi saat ini nihil, "ini ojek biasa pada kemana ya?"

Tak lama menoleh kebelakang pemuda tadi mengikuti dan mengganggu nya, terpaksa ia pun melepas belanjaannya.

Aileen yang mempunyai sedikit bela diri, ia pun berhasil mengalahkan tiga pemuda itu, hingga akhirnya ia mengambil belanjaan kembali. Ketika pemuda tadi pergi karena pukulannya. Dan lima langkah ia berjalan yang amat sepi.

Satu mobil hitam mewah turun dengan orang yang besar.

"Aduh kalian mau apa, siapa sih kalian? saya baru memulai menghirup udara, perasaan saya ga punya musuh. Teman dekat aj enggak. Lepasin tutupan ini woy!"

Sial hari apa sih ini?! gerutu Aileen, yang ditutup sarung seluruh tubuhnya, hingga ia bergerak gerak.

"Ah.. semenjak ketemu cewe tadi kayanya. Hidup aku jadi sial, sini kalian belum tau ya gw punya karate!" ucap Aileen menantang.

Ia pun mulai melawan, namun lima menit Aileen dibius dengan sapu tangan dari belakang. Sehingga ia dibawa pergi.

Aileen sedikit mengunang kepalanya, dan tersungkur tak sadarkan diri.

TBC.

BUKAN SASARAN

Aileen tidak pernah membayangkan, dirinya yang akan pulang malah di sekap orang dari arah belakang dengan kasar. Bahkan ocehan hatinya berubah, apakah ia akan menyusul kedua orangtuanya. Meninggalkan semuanya di dunia fana ini, tanpa membalas budi pada bibi dan pamannya.

Beberapa puluh menit, Aileen mengedipkan kedua matanya. Seolah ia sadar, tempat yang aneh membuat Aileen gusar ingin kabur secepat mungkin.

"Hiks! aku dimana ini?"

Dalam gedung sedikit gelap, dua pria datang menghampiri ruangan. Di mana wanita sasaran berada, sebuah meja lampu penerang sedikit cahaya. Dia menatap wanita yang terbelit ikatan dan sarung penutup kepala berbetuk segi empat.

Aileen pun kini menatap segalanya dalam penutup, sedikit remang tapi ia tahu ada yang mendekat ke arahnya. Aileen hanya mendengar pembicaraan, andai mulutnya tak ditutup, mungkin sumpah serapah sudah ia katakan dan keluar dari mulutnya. Berusaha ia mencoba melepas ikatan, namun sulit.

"Owh...., tidak perut ku lapar sekali, aku lupa aku belum sempat makan sehabis belanja. Astaga! apakah belanjaan aku juga tertinggal dijalan kedua kalinya?" benak Aileen racauannya sedikit absurd.

Awas saja kalau saya bisa lepas dari sini, saya akan tendang burung emas milik mereka satu persatu, geram aku dibuat seperti ini. Aileen hanya bisa bicara namun tak bersuara, karena bibirnya di lakban dan pengap keringat mengucur terus menerus.

Satu jam berlalu. Daffin dan Livi asistennya sudah tiba di satu ruangan. Di mana wanita sekapan itu berada, yang mungkin Livi sudah yakin jika Daffin akan murka terhadap Caty.

"Kalian tidak salah tangkap wanita kan?" ucap Daffin. Di ikuti oleh Livi yang tampak duduk saja sedikit menjauh dari Daffin, karena ia malas tak suka melihat pertunjukan menyakiti seorang wanita, apalagi dia juga seorang wanita meski seperti pria casingnya.

"Tidak tuan, kami mengikuti dan bajunya pun sama yang diperintahkan, kami mengikutinya sudah dari pagi." ucap bodyguard.

Aileen mencerna suara mereka, aku keluar saja dari siang, bagaimana mungkin aku bisa di ikutin dari sejak pagi gelap buta. Apa bibi atau paman punya musuh, awas saja akan aku laporkan kalian ke polisi jika aku bisa lepas!! gumam Aileen dengan emosi mendidih, tak sabar penutup wajahnya segera dilepas.

"Hello wanita piala, sudah lama hampir 2 tahun kita tak bertemu, apa kamu ingat suara ku."

"Karena Deva kau sakiti, jadi maaf karena harus menangkapmu dengan seperti ini! Aku yang menyuruh orang ku agar menemukan mu, memberi perhitungan pada wanita yang menyia- nyiakan Deva. Sampai hati tega kau lakukan itu? Aku sudah anggap kau lebih dari teman, kenapa kau sadis pada kakak ku?" bisik Daffin.

Daffin memegang kepala Aileen berusaha menjenggutnya, masih menempel dengan penutup kepala itu.

Aileen menggelengkan kepalanya, ia tak kenal dengan Deva. Bahkan ia baru saja pindah selama dua tahun di kota padat ini, mana mungkin temanku pun tak ada. Aileen semakin yakin jika ia menjadi salah sasaran, mengingat wanita pirang yang bertukar baju memaksa itu membuatnya susah, awas saja jika bertemu nanti! dendam Aileen ketika benar benar ia lepas dari penyekapan ini.

"Kenapa kamu menggelengkan kepala, dasar wanita laknat kamu."

Aileen semakin memerah kesal, perlakuan kasar dan penghinaan semakin meradang.

"Kau Livi, buka penutup wajah dan buka mulutnya!" ujar Daffin.

Livi pun membukanya, dan ia segera melepas dan terkejut saat penutup wajah dibuka, Daffin melotot karena yakin jika salah orang. Apalagi Livi, kesal tajam pada dua bodyguard yang salah tangkap seorang wanita.

"Bos! dia bukan Caty." ucap Livi menunduk.

Daffin langsung menatap dan menghadap ke depan. Ia memutar mata arah pada bodyguard yang ketakutan dan memperhatikan wanita di hadapannya. Livi pun membuka plester lakban wanita itu karena kasihan, sudah selama itu ternyata anak buahnya salah tangkap orang.

'Cih! bodoh kalian semua.' tajam Livi memarahi.

"Auw..., pria sialan kalian. Bisa-bisa nya memperlakukan wanita seperti ini!"

Semua menatap wanita itu yang cantik, wanita yang salah sasaran.

"Lihat apa kalian? dasar pria lalat. Tak berpendidikan, cepat lepaskan tali ku ini!"

Livi pun melepaskan dengan gemetar, kala kode Bosnya meminta dibuka dengan cepat. Meski wajahnya sudah merah abu abu membuat malu.

"Livi, bagaimana ini kita dalam bahaya, bagaimana kau handle dia?" lirih Daffin.

Livi pun sama saja ketakutan, namun Daffin memerintah untuk membereskan wanita itu, untuk sampai rumah dan mengaturnya.

"Anterin wanita ini pulang dan beri kerugian. Jangan sampai semua ini melebar, masuk berita!"

Daffin pun menarik kerah bodyguard dan memarahinya karena salah sasaran, bukan wanita yang ia cari.

"Bagaimana apa anda baik baik saja nona?" tanya Daffin seolah sok akrab.

Aileen menatap kesal, dan menginjak kaki Daffin, ia berlalu dan pergi dari gedung pengap itu.

"Pake tanya, menurut mu apa aku baik, rasakan ini! kau harus menyesal bukan ini saja, dasar pria bodoh! sama dengan orang orang mu tidak punya mata." kesal Aileen saat itu, mencari keberadaan tasnya.

"Auw nona maaf, maafkan kami. Saya akan mengantar anda pulang, sekali lagi maafkan kami." Daffin pun memohon, meski kesakitan karena kaki nya di injak.

Ailen melirik dan bertanya, siapa yang membiusnya di hadapan para tubuh kekar.

hingga nada marah.

Dua bodyguard pun melambaikan tangan dan mengatakan jujur. Aileen tersenyum memicing setengah bibir, lalu menendang burung emas pria besar itu hingga kesakitan.

Aaaarkh...

Livi hanya menelan ludah menatap bodyguard mendapat tendangan, rasanya tak sanggup jika mengantar wanita harimau dihadapannya ini, tapi perintah tuan Daffin lebih ia takuti juga.

"Apa dia guru karate, mati lah kita Livi?"

Livi melirik bos Daffin, tapi mendapat tatapan tajam bagai pisau. Mau tidak mau ia mengejar Aileen untuk mengantarkan nya.

Aileen sudah jalan selama puluhan menit, ia menunggu angkot, dan berjalan tanpa ketakutan. Namun Daffin memutar mobil, lalu sudah di depannya untuk mengantarkannya.

"Hai ..., nona kami tidak akan macam - macam, permohonan maaf kami, saya antar sampai rumah, saya janji tidak akan salah sasaran seperti tadi." jelas Daffin, saat itu Livi menyetir bagai supir.

Aileen menatap sudah malam sekali sehingga ia ikut dan masuk ke dalam mobil belakang. Saat ia membuka pintu, Daffin menahan dan berkata,"Maaf kan saya, kami salah sasaran kami akan membantumu dan lupakan semua ini!"

Daffin pun menaruh lembaran check pada tas Aileen dengan sembunyi."

Aileen pun menatap Daffin dengan wajah datar.

"Cih..., pria lalat minta maaf tidak tulus, apa kau yang tadi menarik rambutku. Gara gara kau aku kehilangan nafsu makan, aku jadi kelaparan disekap, dan gara gara kau. Aku kehilangan baju kantor ku, asal kau tau besok aku akan mulai bekerja, tapi karena kalian semua gagal karena kalian.. Aaargh! Satu lagi ini hadiah buat anda tuan."

Bruugh.

"Zzz...," Aileen menginjak kaki Daffin keras, sehingga Daffin menahan sakit agar wibawanya tidak turun, setelah mobil Livi berlalu ia baru mulai dan melihat kakinya. Di bantu oleh bodyguard, Daffin pun langsung bergegas pergi dengan mobil lain.

Livi sendiri menatap linu, rasanya mengantar wanita harimau yang ia temui merasa takut, semoga perusahaan tidak merekrut karyawan seperti wanita di hadapannya ini.

'Big Bos, takut dengan wanita salah sasaran ini?' benak Livi menatap bayangan Aileen kala itu.

TBC.

TERNYATA DIA BOSKU

Aileen yang pergi dari gudang gelap dan pengap itu, ia benar benar kesal sekali begitu enteng mereka di dalam sana, ketika bicara mereka salah tangkap. Hingga pergi pun di ikuti salah seseorang.

"Nona, maafkan kami! permintaan maaf dari bos saya, apa anda lapar, ingin sesuatu?" ucap Livi yang sedikit takut akan lirik matanya

"Jalur sini pasti ga ada taksi, tolong anterin saya pulang!" teriak Aileen.

"Baik, silahkan masuk. Tapi anda berjanji kan tidak akan biarkan semua ini bocor ke media, please nona. Anda paham kan, saya juga bekerja."

"Berisik sekali! emang kamu lihat tampang aku, apa mirip wanita yang bibirnya tukang ember?"

Tukang Ember?! Livi tercengang kebingungan.

Aileen yang membersihkan wajah didalam mobil, dan mengelap tubuhnya dengan tissue basah dan membuang di sembarang tempat dalam mobil mewah, membuat ia tidak peduli sedikit menyampah! lagi pula dirinya yang dirugikan disini.

Sementara Daffin hanya pasrah menatapnya, ia berada di depan di samping Livi hanya melirik dari spion tingkah wanita bar bar yang salah tangkap.

"Cepat sampai rumah saja, malas saya semoga saya tak bertemu dengan anda maksud saya kalian, sudahlah saya tidak akan mempersulit kalian, cukup kalian tidak bertemu dengan saya kembali sudah cukup!"

Aileen melirik Daffin dan bertanya, ia seperti pernah bertemu dengan pria jahat yang tega sekap wanita tanpa perasaan.

"Apa sebelumnya kita pernah bertemu ya?! kenapa saya merasa tidak asing melihat anda, tapi dimana ya? Eum.. sudahlah ga usah dibahas!"

Daffin pun menatap Aileen ketika telah sampai depan rumahnya. Ia juga merasa tidak asing pada wanita itu, sedari penutup wajahnya dibuka seolah pernah melihat tapi lupa, entahlah dimana mereka bertemu.

'Wanita aneh, dia yang bertanya dia juga yang menjawab?" ucap Daffin.

Daffin merasa tidaklah menakutkan, ia gadis ceria nan lembut, tapi jika marah membuatnya takut. Hingga Livi kembali menyetir setelah antar gadis itu sampai rumah, dan berlalu, Daffin segera pindah ke belakang.

"Hah... banyak sekali tissue disini, apa wanita tadi mandi tissue?" ucap Daffin pada Livi, tapi ia hanya memutar mata dan tersenyum.

"Maafkan saya bos! biar nanti saya bersihkan, lagi pula saya sudah memintanya untuk tidak bocor soal salah sekap."

"Kau dan orang suruhanmu, harus bertanggung jawab Livi! jika media perusahaan J group hancur karena wanita itu mengadu, ku potong gaji mu 90% selama lima tahun"

Gleeuk! Menelan saliva Livi.

***

Di Rumah :

"Kamu kenapa seperi ini Aileen, dari mana sih bau sekali. Ayo segera mandi! jangan dekat dekat, kami mual." ucap bibi

Aileen pun menceritakan semuanya. Bibi serta paman kesal, ia menengadah tangan untuk siap meninju jika bertemu.

"Apa diculik, dilepaskan hanya salah sasaran. Kamu minta ganti rugi gak?" tanya bibi, di senggol paman untuk jaga image.

"Tak apa paman, sudah Aileen beri perhitungan. Lagi pula Aileen malas mempersulitnya ke hukum, mereka orang berduit. Aileen masuk dulu ya."

PAGI TELAH BERLALU.

Aileen mempersiapkan menuju kantor, ia telah rapih dengan setelan biasa, ia akan berusaha menuju butik untuk mengganti pakaian kantor. Setelah sarapan ia pamit pada bibi, dan pergi dengan sepeda motor bersama paman.

"Sudah paman, makasih ya Aileen gak papa turun disini, Aileen juga mau beli pakaian kantor dulu disana."

"Jaga diri ya Ai, paman ga mau kamu kenapa kenapa!"

"Siap paman, Aileen pasti hubungi paman jika ada sesuatu. Sampaikan salam juga, Aileen udah rindu sama Alexi, belum bisa jemput dia ke singapore." ucap Aileen.

"Alexi pasti mengerti Ai! kamu fokus dulu semoga hari ini kami keterima bekerja ya." ujar Paman menyemangati.

Setelah Aileen dengan setelan kantor, kemeja putih dan rok hitam pendek plisket bergaris dan ketat di atas lutut. Dan sepatu hak tinggi yang ia punya. Ia menuju kantor yang setengah jam lagi ia harus sudah sampai.

"Terimakasih selamat datang kembali nona,"

ucap pelayan kasir butik.

Aileen menatap kesal, meski ia membutuhkan pekerjaan, tapi demi menata hidup lebih baik. Berharap Ayah bisa memberi kesempatan peluang jika aku sudah lebih baik, dan bisa menemui Alexi yang berjuang dari sakitnya.

Tepatlah di lift, ketika ia keluar dari lift. Aileen dan menuju lantai tujuh! masuk lift dari arah sebrang berlainan. Aileen menatap dan menunggu di ruang bersama para calon yang memang hari ini hadir. Meski tak akrab, seorang bernama Angel pun mengenalkan diri padanya.

"Hai.. aku Angel kamu melamar sebagai apa?"

"Aileen pun tersenyum membalas. Sebagai sekretaris."

"Wah .. serius?" Angel pun tersenyum dan menganga lebar, ia pun menjawab jika ia juga sedang melamar sebagai bendahara.

Bruugh.

Seseorang menabrak pundak Aileen, saat ia sedang bicara bersama pelamar kerja lainnya.

"Aduh."

Aileen pun menatap pria itu. Ia kaget merasa pria dihadapannya seperti melihat Kay! pandangannya mirip, perasaan yang hilang itu seakan dekat dan kembali.

"Maaf tuan Deva. Kita hampir terlambat." ucap seseorang asisten disebelahnya menyadarkan.

Deva pun merapihkan berkas itu dan memegang tangan Aileen, berusaha mengembalikan mapnya.

"Sekali lagi maaf saya tidak hati hati."

Deva berlalu, tapi Aileen masih menatap kebingungan. Ia pun berlalu melangkah, dengan wajah malu dan berdebar. Tiba saja pria itu memanggilnya.

"Hei nona?"

"Ya ..?" Aileen membalik arah. Aileen pun memundurkan langkahnya.

Langkah 1 ...

Langkah 2 ...

Langkah 3 ...

Aileen mundur dan menepi ketika tubuhnya bersandar di pintu kaca.

"Kenapa takut, aku hanya ingin mengembalikan pena mu?" ucap Deva, senyum dan kembali pergi.

Owh.. Aileen tersenyum malu. Ia membalikkan tubuhnya dan menutup wajahnya, lalu berlalu pergi.

"Ah .. perasaan apa ini?" gumam Aileen.

Sementara Deva berlalu dan tersenyum. Menatap wanita itu cantik dan manis ketika tersenyum, setelah mengembalikan bolpen milik dia.

Aileen melangkah dan terkejut akan pandangan pria di hadapan nya. Memulai interview tahapan hingga demi tahapan, tak terasa ia lolos diterima bekerja.

Tiba dilantai gedung, Aileen menaiki lift dan bertemu dengan bagian hrd.

"Selamat pagi bu Ita, saya Aileen."

"Pagi Aileen, sudah datang akhirnya, baiklah ayo ikut, biar nanti saya jelaskan apa tugas mu, semua berkas ada disini kamu pelajari, dan nanti setelah bertemu dengan pak Daffin kamu minta database pada asisten Deva, tanyakan schedule pertemuan dan jam yang biasa dilakukan sekretaris sebelumnya!"

"Tunggu bu, kenapa dua orang?"

"Karena bosnya itu adik kakak.

"Baik bu Ita, saya paham."

Aileen menarik nafas, rasanya melihat tumpukan berkas sudah lama sekali, terakhir ia bekerja di kantor ayah tirinya saja, mengurusnya, kini awal dimana ia harus gigih mencari pundi untuk membuktikan dia bisa berdiri sendiri.

Krek! membuka pintu.

Semua karyawan berdiri dan berkumpul menyambut pak Daffin. Aileen pun mengikuti kebiasaan semua karyawan, mereka menunduk dan memberi hormat. Tapi hanya Aileen yang saat itu tidak, ia merasa aneh.

"Apa harus seperti ini, kaku sekali. Tidak seperti ini mempunyai pabrik terhadap karyawannya hormat, memang setiap datang lewat harus seperti ini." batin Aileen, tak lama ia syok kala pria kriminal ada di depannya.

'Dia yang kemarin sekap aku, kriminal. Dia kerja di sini juga?' batin Aileen menatap intens, bercampur kesal.

TBC.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!