NovelToon NovelToon

Cinta Sang Biduan

1. Gadis Miskin

Seringkali kehidupan mempermainkan perasaan insan. Ada yang terlahir rupawan, jelek, kaya, miskin, cerdas dan bodoh.

Akan tetapi jiwa yang tegar akan selalu mampu menghadapi segala ujian, biarpun harus menahan pedih tapi pada akhirnya kesabaran itu akan berbuah manis.

Seperti kisah Gadis yang bernama Alea, dia baru kelas dua SMA. Dia hanya tinggal berdua bersama ibunya.

keluarganya termasuk miskin. Beruntung bisa melanjutkan sekolah dengan beasiswa karena prestasinya.

Rumah juga tidak punya, hanya kontrakan di gang kumuh yang bisa mereka sewa.

"Aku harus segera mendapatkan pekerjaan, bagaimana nasibku dan ibuku nanti? Kalau hutang terus menerus pasti dimarahi lagi sama bu Romlah," batin Alea.

Alea berjalan gontai mencoba memasuki toko dan warung makan, namun tidak ada lowongan sama sekali.

Hari semakin sore, Alea memutuskan untuk pulang. Dia terpaksa jalan kaki sebab mau naik angkot uang sepeserpun tidak punya.

Tiba-tiba langkahnya terhenti karena mendengar suara yang tidak asing.

"Mau pulang ya?" tanya seorang gadis sebaya Alea.

"Iya, Hana. Kamu dari mana?" tanya Alea balik dengan wajah cerah.

"Biasa, habis jalan-jalan sama Zaki. Ayo pulangnya bareng aku dari pada jalan kaki!" ajak Hana yang mengendarai motor matic Vario 150.

"Terimakasih ya," ucap Alea senang mendapat boncengan, kalau jalan kaki bisa satu jam baru sampai rumah.

"Ah kamu ini! Seperti sama siapa saja. Tapi kamu nanti jangan bilang sama orang lain ya! Jika orang tuaku tahu aku pacaran, pasti nanti dimarahi deh," bujuk Hana nyengir.

"Iya santai saja! kita kan best friend," jawab Alea sambil tertawa.

Di balik tawanya, sebenarnya hati Alea merasa pilu.

"Andaikan aku masih punya ayah, mungkin nasipku tidak begini amat. Senang rasanya melihat teman lain yang bisa jajan disekolah, bisa beli baju bagus, punya motor sendiri jadi bisa jalan - jalan," gumam Alea pada dirinya sendiri.

"Alea, kenapa kamu bisa sampai di Alun-alun kota sendirian?" tanya Hana membuyarkan lamunan Alea.

"Aku sedang mencari pekerjaan, Ibuku sudah empat hari ini dipecat. Mau belanja bahan makanan hutang terus dimarahi sama bu Romlah," jawab Alea sedih.

"Ibumu jadi biduan kan? Kenapa bisa sampai dipecat?" tanya Hana merasa kasihan.

"Ibuku sudah tak muda lagi, pasti pemilik grub lebih memilih yang muda-muda karena banyak peminat sawerannya," jawab Alea apa adanya.

"Sabar ya! Nanti aku coba cari informasi kalau ada pekerjaan yang bisa dikerjakan sepulang sekolah," bujuk Hana yang membuat Alea merasa terhibur.

Mereka sudah hampir dua tahun berteman semenjak mereka memasuki SMA. Dan Hana satu-satunya orang yang mau berteman dengan Alea. Karena Alea gadis culun dan pemalu, membuat dia jarang berkomunikasi kalau tidak di sapa duluan.

Meskipun Hana dari keluarga yang lumayan berada, gadis itu selalu baik dan sering menolong Alea saat kesusahan.

Begitu juga sebaliknya, Hana sering minta tolong Alea dalam hal belajar karena Alea sangat pintar, sering masuk tiga besar umum.

"Aku antar sampai sini saja ya? Oh ya, tadi aku dikasih pak de uang dua ratus ribu. Aku bagikan padamu separuh, lumayan bisa buat belanja dulu," kata Hana setelah menghentikan sepeda motornya dipinggir jalan.

"Terimakasih, Hana. aku memang sama sekali tidak punya uang, tetapi nanti kalau aku sudah dapat pekerjaan pasti aku ganti," jawab Alea senang menerima uang dari Hana.

"Tidak usah kamu pikirkan! Sudah sore, aku pulang dulu ya," pamit Hana berlalu pergi.

Bagi Hana uang seratus ribu termasuk kecil, sedangkan bagi Alea uang segitu sangat berarti untuk bertahan hidup selama lima hari.

Dengan hati riang Alea memasuki gang rumah kontrakannya yang tidak jauh dari jalan raya, sebelum pulang Alea mampir ke warung dulu membeli bahan masak untuk makan, karena tadi siang dia juga belum sempat makan.

"Bu, saya beli beras satu kilo. Minyak goreng serengah liter, tahu dan tempe lima ribu. Sama bumbu masak lengkap ya," pinta Alea.

"Tapi jangan ngutang lagi ya! Hutangmu dua hari saja belum dibayar," sindir bu Romlah.

"Iya, Bu Romlah. saya sekalian mau membayar hutang yang kemarin. Jadi berapa ya semuanya?" tanya Alea tenang.

"Nah gitu dong, kalau mau beli ya harus bayar dulu! Soalnya modalnya muter terus buat belanja lagi Kalau dihutang ya bisa berhenti warungku," tutur Bu Romlah berubah ramah.

Alea membayar dengan uang seratus ribu tadi kemudian mendapat kembalian tiga puluh lima ribu.

Disindir pemilik warung sama sekali Alea tak sakit hati, karena bu Romlah memang seperti itu. Ramah dengan pembeli tapi cemberut saat dihutang berkali - kali.

Sesampainya di rumah, Ibunya masih belum kelihatan juga.

"Mungkin ibu sedang sibuk mencari pekerjaan, aku masak dulu nanti Ibu pulang bisa langsung makan malam," batin Alea.

Alea memasak nasi secara manual karena tak punya ricecooker, elektronik di rumah kecilnya hanya televisi dan kompor saja.

Kalau cuaca panas memakai kipas tangan. Mereka sengaja hidup seadanya untuk menghemat listrik.

Sambil menanak nasi, Alea menumis tempe dan menggoreng tahu.

Adzan Maghib berkumandang Alea baru selesai memasak, tapi Ibunya masih belum pulang juga.

"Sebaiknya aku sholat dulu sajalah, sambil menunggu ibu pulang."

Dan benar saja, selesai Alea sholat ibunya sudah pulang.

"Ngutang lagi di warung bu Romlah ya?" tanya ibunya yang melihat makanan di atas meja.

"Tidak, Bu. Tadi di pinjami Hana uang," jawab Alea jujur, karena dia memang gadis lugu.

"Baik juga temanmu itu," balas Ibunya meletakkan tasnya di kamar.

"Ayo kita makan, Bu," ajak Alea sambil membuka tudung saji. Perutnya sebenarnya sudah keroncongan sejak tadi. Tapi Alea menunggu Ibunya yang pasti juga kelaparan seperti dia.

Selesai makan mereka duduk santai di kursi tamu.

"Maafkan aku, Bu. Aku gagal mencari pekerjaan. Tetapi besok aku akan mencoba mencari lagi sepulang sekolah," kata Alea sedih.

"Tidak papa, Alea! Mencari pekerjaan memang sulit. Bagaimana kalau kamu menggantikan ibu saja?" tanya Ibunya antusias.

"Apa? jadi biduan? Aku tidak bisa, Bu."

Alea merinding jika harus nyanyi dipanggung dan disawer lelaki hidung belang.

"Kamu kalau dandan cantik. Suaramu juga bagus, kenapa tidak mau?" bujuk ibunya setengah memaksa.

"Aku takut, aku juga tidak percaya diri," jawab Alea memelas.

"Tenang saja, Alea! kemanapun kamu manggung pasti ibu akan menjagamu," bujuk Ibunya meyakinkan Alea.

"Tapi aku tidak percaya diri, Bu. Aku memilih bekerja yang lain saja sesuai kemampuanku. Tadi Hana sudah bilang mau membantu mencarikan pekerjaan sepulang sekolah. Ibu doakan saja semoga aku segera dapat," tolak Alea secara halus.

"Baiklah, Ibu tidak akan memaksa. Ibu juga lagi memikirkan usaha apa yang sekiranya lumayan menghasilkan," balas Ibunya Alea memahami putrinya.

2. Tiada Jalan Lain

Alea sebenarnya sangat cantik, perawakannya juga tinggi bagus. Hanya saja dia selalu memakai pakaian lusuh dan culun karena memang tidak punya uang untuk membeli.

Dulu sewaktu Alea masih kecil kehidupannya lumayan enak, sebab ibunya yang masih muda mendapat banyak saweran.

Sedangkan kini usia ibunya sudah mencapai 45 tahun, tidak ada lagi lelaki yang tertarik menyawer karena banyak biduan baru yang masih muda.

Tiba-tiba dari luar terdengar suara seseorang yang mengetok pintu dengan kasar, Alea buru - buru membuka pintu tersebut sebelum pintunya jebol.

Kemudian masuklah seorang ibu berbadan gemuk dengan muka garang.

" Tiga bulan belum membayar kontrakan dan sekarang nggak mau bayar lagi?" umpat ibu gendut itu yang ternyata adalah pemilik kontrakan.

"Maaf, Bu. Sekarang masih belum ada uang, saya mohon beri waktu sedikit lagi," pinta Ibunya Alea memohon.

"Tiga hari, kalau tidak bisa membayar keluar dari rumah ini!" bentak ibu kontrakan langsung pergi meninggalkan Alea dan Ibunya tanpa permisi.

Arum terisak menangis di depan Alea.

"Dari mana lagi kita bisa dapat uang dalam waktu tiga hari? Tetangga saja penghasilannya juga pas - pasan, pasti menolak kalau kita mau pinjam uang. Alea, jadilah biduan untuk sementara! Kamu Masih muda dan cantik, pasti bisa dapat uang banyak." bujuk Arum sambil menangis.

Alea terenyuh juga melihat ibunya yang seperti ini. Dia hanya mengangguk pelan tanda setuju untuk menenangkan ibunya.

"Terpaksa aku harus mencoba menjadi biduan," batin Alea memberanikan diri.

Pagi harinya Alea hanya memasak nasi goreng, memanfaatkan sisa nasi dan bumbu semalam.

Selesai memasak Alea langsung mandi dan memakai seragam, sebab urusan rumah sudah selalu dibereskan ibunya.

Pagi ini Alea bisa naik angkot dengan ongkos Tiga ribu sampai sekolah, biasanya kalau tidak punya uang Alea jalan kaki sekitar dua puluh menit.

"Tumben sudah sampai di sekolah ?" tanya Hana yang baru saja memarkirkan motornya.

"Uang dari kamu masih ada sisa, lumayan masih bisa buat bayar angkot. Terimakasih banyak ya, Hana," ucap Alea tersenyum tulus.

"Iya, sama-sama. Aku juga punya kabar gembira lo," kata Hana riang, membuat Alea penasaran.

"Teman ibuku membuka warung makan, katanya butuh pegawai untuk bekerja dari sore sampai malam," jawab Hana gembira.

"Aku tidak jadi kerja, ibuku memaksa aku menggantikan dia jadi biduan," tolak Alea sedih.

"Kamu jadi biduan? Hem... sebenarnya kalau di poles make up dan memakai baju bagus kamu cantik. Suara kamu juga bagus, karena ikut paduan suara. Tetapi apakah kamu yakin menyanyi di panggung dan di kelilingi para lelaki?" tanya Hana memastikan.

"Aku juga merasa cemas begitu, tapi bagaimana lagi? Dalam waktu tiga hari ini harus bisa membayar tunggakan kontrakan selama tiga bulan. Kalau kerja di warung makan gajinya bulanan itupun juga kecil," jawab Alea putus asa.

"Maaf ya, kalau untuk membayar kontrakan aku juga tidak tidak bisa membantu," ucap Hana ikut sedih.

"Iya tidak apa - apa, selama ini kamu sering membantuku. Itu saja aku sudah merasa sangat bersyukur dan berterimakasih," jawab Alea mulai tersenyum riang.

"Kalau kamu sudah yakin, semangatlah! Semoga saja dengan kamu menjadi biduan bisa merubah nasibmu," bujuk Hana menyemangati temannya.

"Kita masuk ke kelas yuk, sepertinya aku ada jadwal piket," ajak Alea.

"Kamu duluan ya! aku mau nyamperin ke kelas Zaky dulu," jawab Hana berlalu pergi.

Zaky adalah pacar Hana, pemuda itu sudah kelas tiga dan salah satu cowok populer di sekolah, karena selain tampan dia juga wakil ketua OSIS.

Sedangkan Alea sama sekali belum pernah pacaran, karena dia sama sekali tidak mempunyai teman dekat cowok.

Dengan penampilannya yang seperti itu mana ada yang cowok yang mendekati.

Tetapi Alea diam - diam selama dua tahun ini naksir sama cowok yang paling terkenal tampan di sekolahnya. Cowok itu selain menjadi ketua OSIS, juga menjadi ketua basket. Orangnya baik dan tidak sombong membuat siapapun langsung tertarik jika bertemu dengannya.

Saat mau memasuki kelas, Alea berpapasan dengan Ketua OSIS yang sedang dipikirkannya. Pemuda itu tersenyum ramah kepadanya dan masuk ke kelas yang berada tepat di sebelahnya.

Alea hanya bisa menatap kagum dalam hati.

"Hebat, walaupun baru kelas dua tapi prestasinya sangat banyak. Menjadi ketua OSIS, ketua basket dan bahkan menjadi rivalku dalam memperebutkan rangking juara umum," batin Alea.

Tetapi Alea segera menyadari siapa dirinya, sebab banyak gadis cantik dan populer yang ditolak pemuda tersebut. Bagaimana dengan dirinya yang culun dan miskin?.

Alea tak ingin larut dalam harapan semu, dia segera membersihkan kelas sebelum banyak murid lain yang datang.

Sepulang sekolah Alea naik angkot lagi, karena tadi Hana sudah pamit mau jalan - jalan sama Zaky.

"Bagaimana rasanya pacaran ya? Mungkin bahagia bisa menghabiskan waktu bersama seseorang yang disukai," batin Alea yang hanya bisa berandai.

Namun, begitu mengingat nasib hidupnya lagi - lagi Alea tidak berani bermimpi mengenai perasaan.

Sesaampainya di rumah, ibunya Alea sudah menunggunya.

"Ayo buruan ganti baju dan makan! Setelah itu kita segera ke markas mang Jeki," perintah Arum tampak terburu - buru.

Tanpa bertanya Alea langsung ganti baju, sholat dan makan. Dia tahu mang Jeki adalah Ketua grub orkes tempat ibunya dulu bekerja.

Sesampainya di sana ada banyak orang yang sedang latihan menyanyi diiringi musik kendang, semua biduan terlihat cantik dan memakai baju ****.

Alea semakin merasa minder dan malu dengan penampilannya sendiri yang polos dan bajunya jelek.

"Ini anakmu ya?" tanya mang Jeki sambil melihat Alea dari jempol kaki sampai kepalanya.

"Iya Mang, namanya Alea," jawab Arum Alea bersemangat.

"Kalau dirubah sih penampilannya pasti oke, tapi suaranya bagaimana?" tanya mang Jeki lagi untuk memastikan.

"Dijamin top deh! Dia disekolah ikut paduan suara," jawab Arum bangga.

"Jadi dia Masih sekolah? Tapi tubuhnya kelihatan dewasa ya?" balas mang Jeki senang.

Karena lelaki itu yakin pasti Alea bisa menghasilkan uang banyak.

Alea selain tinggi juga memiliki bukit kembar yang berisi, kalau memakai pakaian yang indah pasti dia akan terlihat sangat cantik dan mempesona.

"Baiklah, mari kita tes dulu suaranya," perintah mang Jeki.

Lengan Alea langsung ditarik ibunya menuju tempat latihan.

"Ingat, kamu jangan gugup ya! Anggap saja kamu sedang menyanyi seperti paduan suara di sekolah," tutur Arum menyemangati.

Sedangkan Alea hanya mengangguk saja, menenangkan dirinya sendiri yang gugup dan gelisah.

Ketika Alea mendapat giliran, semua biduan lainnya tersenyum mengejek dengan penampilan Alea yang memakai baju lusuh, sandal jepit dan tanpa make up.

"Dia mau nyanyi apa pengamen jalanan sih?" celetuk salah satu biduan yang langsung disusul tawa biduan lainnya.

Bab 3. Lembah Dosa

Selama ini Alea sudah biasa mendapat cibiran dari teman - teman di sekolah. Akan tetapi sekarang mendengar dirinya dihina Alea merasa sakit hati, dia jadi ingin menunjukkan suara terbaiknya agar tidak mempermalukan ibunya.

Dengan langkah yang pasti Alea maju ke depan dan mengambil mikrofon. Musik mulai mengalun indah, meskipun masih sedikit malu - malu tapi suara Alea sangat merdu dan bisa mencapai nada tinggi dengan mulus.

Semua terpana, sehingga orang - orang yang tadi sempat mengejek menjadi malu dan iri.

"Bagus.. Bagus... memang tidak salah kalau kamu ini adalah anaknya Arum. Setelah ini kamu harus lebih percaya diri dan bergoyang ya kalau tampil di panggung! Mulai sekarang nama panggung kamu adalah Safira," kata mang Jeki sambil bertepuk tangan disusul siulan dari para pemain musik yang merasa puas dengan suara Alea.

Sorenya Arum dengan semangat membawa Alea kesuatu tempat yang lumayan jauh, rumahnya dari kayu dan terasing dari kota.

"Kenapa kita datang ke sini, Bu?" tanya Alea heran, dia sendiri juga merasa merinding karena tempatnya remang - remang dan terlihat menyeramkan.

"Tadi Ibu dikasih tahu mang Jeki, kalau mau penampilanmu bagus disuruh menemui simbah di rumah itu," bisik Arum.

"Astagfirullah, ke dukun ya? Jangan, Bu! nanti kita dosa," sergah Alea menasihati.

"Soal dosa biar ibu yang tanggung, saat ini yang lebih penting kita bisa dapat uang untuk biaya hidup," jawab Arum tegas.

Alea tak berani melawan ibunya dan mengikutinya dari belakang.

Di dalam rumah mereka bertemu seorang kakek tua, tanpa diberitahu kakek tersebut sudah mengerti maksud kedatangan tamu dan langsung memberi kalung bermata hijau pada Alea.

Setelah memberi upah, Alea dan ibunya segera pamit pulang.

"Jangan lupa, nanti malam saat manggung dipakai ya?" pesan Ibunya Alea.

"Iya, Bu!" hanya itu yang bisa diucapkan Alea.

Namun semakin lama dia merasa senang juga dengan kalung tersebut, karena terlihat indah, selama ini Alea tidak pernah memiliki aksesoris apapun seperti teman - temannya.

"Pokoknya kamu jangan takut lagi! Kemanapun kamu manggung ibu akan selalu menemanimu. Semoga dengan ini kehidupan kita bisa berubah. Ibu sudah capek hidup miskin dan di hina orang terus," tutur Arum penuh harap.

"Iya, Bu. Tetapi tadi buat membayar kalung ibu dapat uang dari mana?" tanya Alea penasaran.

"Dipinjami mang Jeki dua juta, katanya bisa dicicil empat kali dari memotong bayaran kamu. Makanya kamu harus pintar - pintar mengambil hati para penonton! Supaya mereka menyawer banyak," jawab Ibunya Alea.

Saat malam tiba, Alea berangkat ke lokasi orkes. Di sana dia sudah disiapkan baju dan make up.

Tukang make up melihat penampilan Alea yang kuno itu begitu gemes ingin segera menyihir menjadi Dia menjadi ratu.

"Kesinilah, sayang. Akan aku tunjukkan bagaimana ajaibnya jemariku ini," ucap orang itu antusias.

Seperti dugaan ibunya, Alea sangat cantik dan menawan. Bahkan terlihat lebih cantik dari biduan senior yang lain.

Semua biduan juga kaget melihat perubahan Alea yang drastis, kecantikan Alea terlihat paling mencolok.

Satu persatu biduan mulai bergantian naik turun panggung. Ketika nama Safira dipanggil, Alea langsung naik ke atas panggung penuh percaya diri.

Seperti dihipnotis, Alea bisa menyanyi lantang dan goyang erotis membuat semua penonton heboh. Para penyawer juga memberikan semua uangnya dan menari bersama Alea.

Alea yang semula pemalu, setelah memakai kalung dia bisa tampil percaya diri dan menggoda.

Semua penonton bertepuk tangan heboh disusul siulan dari para pemuda. Penampilan Alea sangat mengguncang panggung malam ini.

"Kenapa mendengar irama kendang tubuhku langsung reflek bergoyang?" batin Alea merasa aneh.

Biasanya Kesunyian adalah teman hidupnya, akan tetapi kini gemerlapnya malam beserta gemparnya suara para penonton seolah membangkitkan semangat hidup.

Alea merasa ini dunia barunya, di mana dia bisa mendapatkan uang dan pengakuan dari orang lain. Sebab selama ini menjadi seseorang yang selalu tak terlihat dan tak di anggap teramat sangat menyakitkan.

Padahal jatah menyanyinya hanya dua lagi, akan tetapi penonton terus minta lagi dan lagi.

Mang Jeki yang melihat uang bertebaran langsung memberikan tanda untuk Alea bernyanyi lagi.

Setelah selesai Alea turun dari panggung disambut Ibunya yang sudah menangis terharu.

"Ibu tahu kamu hebat, Ibu sangat bangga padamu, Nak," ucap Arum sambil memeluk erat putrinya.

"Mungkin ini memang jalan takdirku, walaupun awalnya aku tidak menyukainya tapi setidaknya aku bisa membuat ibu bahagia dan secara perlahan merubah nasib kami. karena hanya ibu satu - satunya yang aku miliki di dunia ini," batin Alea.

"Penampilan perdana kamu sangat spektakuler. Ini upahmu dipotong lima ratus ribu hutang ibumu ya?" kata mang Jeky sambil memberi uang dua juta.

"Iya terima kasih, Mang," jawab Alea senang.

Alea tak habis pikir hanya semalam bisa menghasilkan uang banyak. Karena jika kerja jadi buruh untuk mendapatkan uang segitu harus bekerja selama dua bulan.

Alea langsung memberikan semua uangnya kepada ibunya.

"Terima kasih sayang, penghasilanmu malam ini buat bayar kontrak saja masih ada sisa. Setelah ini kamu bisa membeli apapun yang kamu mau. Kamu bisa hidup layak seperti yang lainnya," tutur Arum memeluk Alea.

Alea merasa senang juga, dia dan ibunya kemudian pulang.

Sampai di rumah Alea langsung melepaskan kalung yang tadi di pakainya. Semakin di lihat bandul berwarna hijau tersebut semakin menyilaukan mata dan memikat seolah membuat dirinya tidak ingin berpaling.

"Aku merasa ada yang aneh dengan kalung ini. Sudahlah aku tak perlu banyak berpikir, sebaiknya aku segera membersihkan diri dan tidur," batin Alea bergegas ke kamar mandi dan tak lupa sholat terlebih dahulu.

Malam harinya Alea bermimpi, jika dia melihat dirinya sendiri sedang di ikat oleh rantai.

"Alea, tolong aku dari jerat ini. Aku tidak bisa bergerak bebas," teriak gadis yang mirip dengannya.

"Kamu siapa?" tanya Alea heran.

"Aku adalah kamu, tolong aku Alea… Tolong aku," teriak gadis itu.

Akan tetapi Alea justru ketakutan dan berlari pergi menjauh. Dia terus berputar - putar di tempat hampa yang tiada ujungnya.

"Aku ada di mana ini? Ibu… Ibu… Di mana kamu?" teriak Alea terperanjat kaget lalu terbangun dari tidurnya.

"Astaga… Mimpi apa aku?" batin Alea.

Saat melihat jam di dinding rupanya masih pukul sepertiga malam. Karena takut tidur sendiri Alea ke kamar ibunya.

"Ada apa, Alea?" tanya Arum dengan mata setengah terpejam.

"Aku tidur bersama ibu ya?" pinta Alea.

"Kemarilah," jawab Arum setengah sadar.

Alea tertidur lagi sambil memeluk Ibunya, ada perasaan nyaman yang mulai menjalar sehingga dia tidak bermimpi buruk lagi.

Pelukan seorang ibu memang selalu hangat dan membawa kedamaian. Alea tersenyum, menyambut esok hari yang lebih indah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!