NovelToon NovelToon

Tetangga Oh Tetangga

S1 perjuangan hidup

Perkenalkan namaku winda Desmaya, Hari sudah malam. Aku masih sibuk dengan laptopku. Sementara kedua orang tua, dan adikku sudah tertidur.

Namun mata ini. Rasanya susah sekali untuk terlelap, karena kebiasaan bergadang. Membawaku menjadi seorang autor. (penulis novel daring) awalnya aku lakukan semua hanya semata mengisi kekosongan waktu, tetapi lama kelamaan aku merasa nyaman dengan pekerjaan sampinganku ini.

Karena aku seorang pelayan kasir di sebuah mini market di kotaku, gajih yang tak seberapa membuatku, terus memutar otak untuk bisa membiayai. Sekolah adikku dan kebutuhan orang tuaku.

Ibuku hanya seorang buruh cuci, sedangkan Bapak seorang buruh harian lepas, jika ada yang menawarinya pekerjaan bapak, akan dengan senang hati bekerja membatu, dengan upah tujuh puluh ribu per hari. Kadang kala Bapak hanya di upah dengan seikhlasnya.

Pendapatanku sebagai seorang penulis memang belum banyak seperti autor top lainya. Namun bagiku pendapatan ini sudah lebih dari cukup untuk membantu kebutuhan dapur.

Menjadi anak sulung dengan dua adik kembar, membuatku harus bekerja ekstra agar kehidupan adik dan keluargaku terjamin, caci maki, dan hinaan kadang aku dapatkan dari tetangga. Bagiku semua ini sudah menjadi makanan sehari hari,

Seperti hari ini mendapatkan jatah libur aku, manfaatkan untuk menulis setelah semua pekerjaan rumah selesai, tepat pukul 10 pagi menjelang siang aku duduk di teras rumah dengan memakan camilan dan menulis lewat handphone, saat tangan dan otakku sama sama bekerja keras untuk menciptakan sebuah karya, bu mimin tetangga samping rumah jaraknya dari rumah cukup agak jauh, datang menghampiriku.

“winda, kamu ko kerja libur kerjanya main hp mulu” tegur bu Mimin, wanita dengan pakaian yang heboh dan make up yang tebal.

“Hehehe,,, iya bu, daripada saya tiduran mulu lagian semua pekerjaan rumah sudah selesai” jawabku

“oh kirain cuman main hp saja” seraya duduk di sebelahku dan mencomot makananku tanpa permisi.

Ya kebiasaan bu Mimin dari dahulu tidak pernah hilang, datang dan pergi sesuka hati kadang ikut makan camilan orang tanpa izin, Rasanya tak sopan ketika ada tamu aku malah asyik main hp maka aku save dahulu tulisanku, dan mencoba ber ramah tamah kepadanya.

“ibu sepagi ini udah cantik mau ke mana? Tanyaku, bu Mimin yang dipanggil cantik senyum - senyum sendiri.

“oh ini ibu mau nemuin ibumu, mau nyuruh masak buat arisan di rumah saya lusa,” tangannya tak berhenti mengambil camilan milikku,

“oh ibunya lagi keluar, nemenin si kembar mengambil rapor sekolah” lama kelamaan membuat Winda malas meladeni bu Mimin. Namun rasanya tidak sopan jika meminggalkan Bu Mimin begitu saja.

Kedatangannya hanya mengganggu winda bekerja saja.

Tak lama terlihat Ibu. Dan kedua adik Winda berjalan dari arah utara, aku lihat si kembar masing masing memegang kertas , seperti piagam.

Ya kedua adik kembarku dua duanya memiliki otak yang cukup pintar, membuat mereka bisa sekolah dengan beasiswa, sedikit meringankan beban keluarga.

“assalamualaikum” ucap ibu seraya ikut duduk di teras, sedangkan si kembar masuk ke dalam kamar mereka.

“waalaikumsalam”

“eh ada tamu, ada keperluan apa bu sampai repot repot datang ke rumah saya”

Ah ibu selalu saja begitu ramah kepada setiap orang, padahal orang yang bertamu tidak tahu etika bertamu sedari tadi sudah menghabiskan camilanku.

"begini Bu, lusa saya mau minta tolong,

untuk masak di rumah saya akan ada acara arisan keluarga" ucap Bu mimin seraya mulutnya tidak berhenti mengunyah

membuatku benar benar geram dengan kelakuannya.

"oh baik Bu, nanti saya datang ke rumah ibu seperti biasa pagi pagi sesudah subuh"

"sungguh keras perjuangan wanita, yang sudah melahirkan ku Andai saja pokus menjadi seorang penulis" batin Winda

setelah mendapatkan kepastian jika Bu Mimin akhirnya pergi juga dari rumahku.

"saatnya lanjut menulis" gumamku dalam hati, selesai merangkai bait kata, menjadi kalimat akhirnya sebuah novel sudah berhasil.

Besok harinya

"Winda, urus Adikmu yang akan berangkat sekolah. pagi ini ibu dapan kerjaan di rumah Ibu Tama". Seraya bergegas ke luar rumah untuk menuju ke rumah ibu Tama. Jam menunjukkan pukul 05 ; 30 pagi, baru setengah enam Bu Ningsih sudah berangkat Karak dari rumah menuju rumah Bu Tama Hanya 15 menit di tempuh dengan berjalan kaki.

ibu Tama seorang wanita karier, yang dermawan tak jarang memperkerjakan tetangga tetangganya, dengan bayaran yang lumayan besar perharinya. Kali ini ibu Ningsih, ibu dari Winda mendapatkan pekerjaan di rumah Ibu Tama sebagai buruh cuci harian, Kadang kala Bu Tama tidak menyuruhnya mencuci saja, jika Bu Tama akan kedatangan kerabat atau Sahabatnya dari kota. Bu Tama akan menyuruh Bu ningsih untuk mencuci.

saat sudah sampai di rumah majikannya, Bu Ningsih mendapatkan pekerjaan yang ringan dia hanya di suruh membuat kue kering, dan memasukkannya ke dalam stoples. untuk mencuci pakaian kali ini akan di bawa ke laundry saja. karena siang ini Bu Tama, akan kedatangan tamu dari kota.

💞💞💞💞

Ibu Tama seorang wanita karier, yang dermawan tak jarang memperkerjakan tetangga tetangganya, dengan bayaran yang lumayan besar perharinya. Kali ini ibu Ningsih, ibu dari Winda mendapatkan pekerjaan di rumah Ibu Tama sebagai buruh cuci harian, Kadang kala Bu Tama tidak menyuruhnya mencuci saja, jika Bu Tama akan kedatangan kerabat atau Sahabatnya dari kota. Bu Tama akan menyuruh Bu ningsih untuk memasak.

saat sudah sampai di rumah majikannya, Bu Ningsih mendapatkan pekerjaan yang ringan dia hanya di suruh membuat kue kering, dan memasukkannya ke dalam stoples. untuk mencuci pakaian kali ini akan di bawa ke laundry saja. karena siang ini Bu Tama, akan kedatangan tamu dari kota.

Semua pekerjaan sudah selesai tepat pukul sembilan.

"Bu masih ada pekerjaan lain" Tanya Bu Ningsih

"Mm, tidak ada Mba, semua sudah selesai. Ini bayaran mba ningsih selama 3 hari ya, kemarin saya lupa membayarnya" seraya menyerahkan uang merah sebanyak tiga lembar.

"Alhamdulillah, iya makasih bu besok saya tidak masuk ya Bu ada pekerjaan di tempat lain" seraya tersenyum

"Oh iya gpp, jika saya butuh tenaga ibu lagi nanti saya kabari, seperti biasa"

"Iya bu, saya pamit Assalamualaikum" gegas keluar dari rumah yang cukup mewah, untuk ukuran tinggal di desa.

"Iya hati hati, wa'alaikumsalam"

Saat Bu Ningsih berjalan kembali menuju rumahnya, tak sengaja beliau berpapasan dengan mang Udin tukang sayur keliling di Desanya.

"Mang kebetulan bertemu di sini" safa Bu ningsih.

"Hehe iya Bu, mau belanja apa"

"Saya mau sayur bayam, tempe dan hati ayam"

"Semuanya jadi tiga puluh ribu"

"Sekalian bayar yang kurang kemarin mang totalnya jadi berapa?"

"Kemarin ibu kurang Sepuluh ribu, semuanya jadi empat pulu ribu"

"Ini mang uangnya" menyerah selembar

uang merah

"Alhamdulillah, ini kembaliannya. Jangan sungkan belanja di saya jika kurang bilang saja bu"

"Iya makasih mang"

Bu ningsih melanjutkan perjalanan, mang Udin adalah tukang sayur yang baik hati. Dia tak segan memberikan utang kepada ibu ibu di desa ini. Jika ada yang berbelanja dengan uang yang tidak cukup. Pasti selalu di kasih, terutama kepada Bu ningsih karena beliau selalu membayar jika memiliki uang yang lebih. Tanpa perlu di tagih

Selesai membayar tunggakan dan belanjaannya. Bu Ningsih melanjutkan perjalanan menuju kerumahnya.

jam menunjukkan pukul sembilan, gegas Bu ningsih mencuci beras, memasak nasi dan menyiapkan lauk. untuk pekerjaan rumah lainnya sudah di kerjakan oleh Winda.

butuh waktu satu jam setengah untuk memasak tepat jam setengah sebelas siang, semua pekerjaan sudah selesai Bu ningsih beristirahat. sambil menunggu si kembar dan suaminya pulang.

****

Di tempat kerja Winda

selama 2 tahun sudah Winda bekerja sebagai kasir mini market, sebentar lagi kontrak kerjanya Habis. kebanyakan teman teman Winda, berhenti bekerja memilih merantau ke kota. sedangkan Winda merasa tidak tega jika harus meninggalkan kedua orang tua dan Adiknya.

sebentar lagi istirahat, Saat Wida Sedang mengecek pemasukan barang dan pengeluaran bos di tempatnya bekerja memangil.

"Winda temui saya setelah jam istirahat" ucap Bpp Solihin

"iya Bapak"

selesai mengecek semuanya, Winda beristirahat di warung nasi sebelah mini market.

Selesai makan Winda menemui bos di ruangannya.

tok

tok...

Suara pintu di ketuk

"masuk" teriak orang dari dalam

ceklek suara pintu di buka

"permisi, pak memanggil saya ada apa" tanya Winda

"oh Winda ya, silakan duduk"

gegas Winda duduk di bangku, Berhadapan dengan bosnya.

"begini Winda dua bulan lagi kontrak kerja kamu habis, mau di lanjut atau berhenti" Tanya pak Solikin

dia bos yang baik dan dermawan, tak segan memberi kasbon kepada karyawan yang membutuhkannya. membuat para karyawan betah bekerja dengannya.

"mm blm tahu pak, kalau saya hanya Tambah kontrak kerja selama enam bulan. lagi bisa ga Bapak" tanya Winda

"bisa Winda, apa yang membuat kamu hanya mau nambah kontrak kerja sebentar saja"

"saya mau membuka usaha jasa mahar dan buket serta kerajinan tangan lainnya Bapak, saya liat di kota kita banyak peminatnya naman untuk perajinnya belum Ada" jawab Winda dengan Yakin

" baik jika itu keputusan kamu" silakan kembali bekerja

"iya pak terima kasih, saya pamit" gegas Winda pergi kembali Bekerja

jam menunjukkan pukul empat sore,

"waktunya pulang" ucap Andini teman kerja Winda

"iya, Din temenin buat belanja bahan buket yuk" ajak Winda

"iya ayo" balas Andini

gegas mereka berjalan ke seberang, karena di seberang tempat mereka bekerja, Ada toko yang menjual bahan buket dan lainnya. ada juga hiasan untuk mahar yang sudah di pajang.

pendapatan Winda, dari hasil menulis mendapatkan lima juta selama 1 bulan dengan, beberapa judul novel yang sudah menghasilkan uang. dari situ Winda, mendapatkan modal.

membeli aneka bunga, kertas buket, kertas tissue, dobel tip, dan alat dan bahan lainnya. semua bahan dan alat yang di beli Winda menghabiskan uang satu juta rupiah, masih tersisa empat juta lagi.

sisa yang Winda punya dia simpan sebagai tabungan, Winda dan sahabatnya pulang berboncengan menggunakan Sepeda motor milik sahabatnya Andini

saat telah tiba di depan rumah Winda, gegas Winda turun dari motor dan berpamitan kepada Andini.

Bersambung...

S1 membeli material untuk membangun rumah

"Dini makasih ya udah mau di repot kan, mampir dahulu yuk" Ajak Winda

"iya sama sama, maaf Winda kali ini aku ga mampir dahulu ya. ada janji sama Anton

Assalamualaikum" gegas keluar dari halaman rumah Winda

setelah kepergian Andini, Winda masuk dengan membawa kantong plastik berisi bahan buket dan untuk kerajinan tangan lainnya.

Tiba waktunya untuk memasak di rumah bu Mimin, untuk acara arisan yang di adakan di rumahnya. Karena Winda dapat jatah libur bekerja dia memutuskan untuk ikut membantu ibunya. Agar cepat selesai. Si kembar juga ikut untuk membantu Karena pagi ini sekolah sudah libur, mereka berempat ber iringan berjalan kaki menuju rumah bu Mimin. Saat tiba di rumah bu Mimin, semua bahan sudah siap kali ini bu mimin meminta tolong untuk memasak, opor ayam, nasi dan kerupuk udang.

Winda dengan terampil menggoreng kerupuk udang, untuk si kembar Sinta dan Santi dengan mahir memotong bawang cabai dang bahan lainnya. Untuk membuat opor bu Ningsih, mencuci beras dengan bersih lalu memasaknya dengan rice coker kapasitas besar. Setelah semua bahan yang di kupas oleh si kembar selesai gegas bu ningsih, mencuci lalu memblender semua bahan. Winda yang sudah selesai menggoreng kerupuk memasukkannya ke dalam stoples, mereka bekerja bahu membahu, saling membantu. Tepat jam makan siang semua sudah selesai, winda dengan cekatan menyiapkan semuanya di wadah untuk prasmanan di bantu oleh si kembar. Semua perabot sudah di cuci bersih oleh bu ningsih.

“bu mimin, semua sudah selesai” ucap bu ningsih

‘oh iya makasih bu ini untuk bayaran dan ada sedikit camilan untuk ibu dan keluarga”, meyerahkan amplop dan kantung plastik yang ber isikan opor ayam buah serta bolu., seraya tersenyum ramah.

setelah semua selesai Bu Ningsih, dan ketiga putrinya gegas pulang. keseharian Winda jika libur, sekarang focus menulis novel sebelum Winda resign, winda sudah mulai berjualan buket bahkan bapak Winda, sangat mendukung dengan apa yang Winda lakukan saat ini. Hasil menulis novel sudah mulai terlihat hasilnya, dia sudah bisa membelikan Adiknya sepeda untuk sekolah dan mengaji, uang yang dia dapat dari menulis membuatnya memiliki tabungan yang cukup banyak. Bulan depan Winda akan merenovasi rumahnya, dan akan membuat gerai buket bunga di halaman depan rumah dan akan membuat warung nasi, Winda membuka usaha warung nasi untuk ibunya, dan untuk gerai buket dia kelola Sendiri.

sore hari mereka berkumpul bercengkrama serta bercerita. Winda menceritakan niatnya untuk berhenti bekerja, dan ingin pokus menulis serta membuka usaha buket.

kedua orang tua Winda, mendukung keputusan anaknya.

"Bapak besok kita ke material, aku ada sedikit tabungan kita tabung di Material untuk renovasi rumah dan membangun gerai buket, serta membangun, usaha untuk ibu" ucap Winda seraya menyerahkan amplop berisikan uang

"iya Nak, tetapi kamu dapat uang sebanyak ini dari mana?" balas pak Ahmad Bapak Winda.

"selama ini bapa dan ibu sering liat Winda sibuk dengan bermain ponsel kan , semua uang yang ada di amplop itu hasil Winda menulis novel." jawab Winda

"Masya Allah Alhamdulillah, ternyata anak Bapak pintar mencari peluang usaha, hebat kamu Nak," mengelus pucuk rambut Winda

"hehe Alhamdulillah Bapak, Allah kasih Winda rezeki lewat menulis"

ke besok harinya

Tak ada orang yang menyuruh, orang tua Winda untuk bekerja, seusia Janji Winda semalam.

💞💞💞

setelah melaksanakan dua rakaat subuh dan di lanjutkan mengaji, tepat pukul setengah enam Winda membersihkan rumah. di bantu si kembar.

Sedangkan Bu Ningsih, sedang memasak di belakang dengan tungku api.

semua pekerjaan sudah selesai, si kembar pergi bermain, Bu Ningsih menjaga rumah seraya membaca Alqur'an.

Sedangkan Winda dan pak Ahmad, sedang pergi menggunakan motor butut milik pak, Ahmad mereka berdua pergi ke toko material ko Aang.

Ko Aang keturunan Thionghoa, yang sudah mualaf, tak segan so Aang akan memberikan harga diskon bahan, memberi utang jika para Warga di kampung tempat iya berjualan kekurangan uang untuk membangun rumah.

💞💞💞

"assalamualaikum, ko kedatang saya dengan putri saya bermaksud, untuk menabung Uang, putri, saya memiliki cita cita ingin membangun rumah" jelas Pak Ahmad

"waalaikumsalam, oh iya, iya bisa, nanti saya ambilkan buku dahulu untuk di catatan mau nabung atau taruh uang berapa dahulu, untuk di tukar dengan bahan bangunan" jelas ko Aang seraya pergi ke lemari kecil yang ada di ruangannya.

"hmm ini ko uangnya saya transfer" ya jawab Winda,

"oke bisa, nanti kedepannya jika ingin menabung cukup mengkonfirmasi lewat wa saja ya, lalu menyebutkan deretan Angka no rekening dan nomor hp koh Aang"

"iya koh, ini Winda transfer segini dahulu ya" ucap Winda seraya menunjukkan hpnya.

Uang yang Winda transfer baru cukup untuk membeli batu bata dan membeli kayu.

"iya Winda" seraya mengecek notifikasi yang masuk kedalam handphone

"yaudah koh kita pamit ya, karena urusannya udah selesai Assalamualaikum" pamit pak Ahmad, pada koh Aang

"wa'alaikumsalam" balas koh Aang

gegas Winda dan ayahnya ke luar dari material.

Saat di perjalanan pulang, tak sengaja Winda bertemu dengan bu Euis tetangga yang terkenal julit.

"eh Bapak dari mana, masih betah saja pake motor jadul" tegur Bu Euis kepada pak Ahmad.

"em ga dari mana mana Bu, Alhamdulillah di syukuri saja yang ada Bu, mari ya saya duluan" jawab pak Ahmad

ya pak Ahmad tidak menceritakan, bahwa baru saja dari material bahaya jika menceritakan kepada tetangganya yang satu ini bisa bisa satu kampung tahu.

Setelah kepergian pak Ahmad Bu Euis,mancak mancak sendiri pasalnya dia tidak mendapatkan informasi apa pun.

🌈🌈🌈

waktu terus berjalan tak terasa selama 7 bulan menabung bahan material semuanya sudah lunas, dan lusa akan di antarkan ke rumah pak Ahmad.

pagi pagi sekali tukang bangunan sudah mengantarkan semua pesanan yang telah di bayar oleh Winda.

walau membeli dengan mencicil namun setelah semua barang tiba semuanya telah lunas. Sebelum Winda membuka toko buket dan aneka mahar nya Winda telah, memulainya memanjang hasil tanganan di akun sosmed dan juga menawarkan kepada teman temannya, Dini juga begitu antusias membantu Winda, mempromosikan Jualannya Winda.

Sebagai sahabat yang tahu hidup Winda tak mudah, dia selalu mendukung apa pun yang Winda lakukan selagi itu berada di jalan yang baik dan benar.

waktu Winda bekerja hanya tersisa 2 Bulan lagi, beruntung sebelum Winda keluar dari toko sudah banyak pesanan buket bahkan Winda sudah mendapatkan, pelanggan tetap untuk setiap satu bulan sekali, pesanan buket banyak 70 pic dia dapatkan setiap bulan untuk santunan anak yatim yang di adakan oleh koh Aang.

beruntung sekali Winda, mendapat pelanggan tetap bahkan menulis sebuah karya novel tetap berjalan.

seiring berjalan waktu, tiba saatnya Winda berhenti bekerja bertepatan dengan rumah dan tokonya yang sudah selesai di buat.

berkat kerja keras dan kesungguhan Winda untuk mencapai impiannya. menjadi penulis dan membuka usaha jasa hias mahar, seserahan dan yang lainnya'.

sore hari ketika Winda dan kedua adiknya sedang menghias seserahan permintaan tetangganya, untuk besok pagi menikah

tiba tiba saja datang tamu tak di undang seperti sepeda yang tak ada rem nyelonong masuk ke toko dan berbicara tanpa permisi.

"Oalah ini toh pekerjaanmu sekarang, sudah enak kerja di orang dapat gajih mahal buka usaha kaya begini" ucap seseorang yang tak lain adalah Bu Euis, Tetangga yang selalu ingin tahu apa pun yang dilakukan oleh orang lain. seperti jelangkung pulang datang tak di undang pulang tak di antar.

"hmm iya Alhamdulillah, semua yang aku punya sekarang hasil dari membuat jasa hias Mahar dan seserahan bu" jawab Winda dengan sopan, sengaja Winda menekan kata kata apa pun yang dia punya sekarang hasil membuat mahar dan Seserahan.

"hmmm, kaya begini doang kecil, aku juga bisa" Jawab Bu euis dengan sombong

"nah kebetulan dong ada ibu bagaimana kalau ibu saja yang bantuin ka Winda dahulu, Sinta mau mandi udah sore" balas Winda dengan sengit

Sinta, berbeda dengan kedua kakaknya dia si bungsu yang pemberani tidak memandang lebih tua ataupun muda jika merendahkan orang lain. pasti dia akan dengan sigap membelanya, apalagi sekarang yang sedang di rendahkan adalah kakaknya sendiri.

"hmmm ga ga begitu Sinta, saya sibuk" balas Bu Euis, dengan gugupnya pasalnya bi Euis tak bisa membuat seserahan ataupun kerajinan lainnya.

"nah kalau ibu. sibuk yaudah lanjutkan kesibukan ibu, jangan ganggu konsentrasi kita" jawab Sinta dengan ketus

"yaudah saya pergi" gegas melangkah serta menghentakkan kaki percis anak kecil yang tak di beri uang untuk membeli jajan.

serempak mereka hayangna menggelengkan kepala tak habis pikir dengan Tetangganya yang satu ini, Pasalnya Bu Euis selalu kepo dengan apa pun yang dilakukan oleh keluarga nya ataupun Tetangga lainnya.

tepat pukul lima sore, semua seserahan sudah selesai. yang di buat oleh Winda dan di bantu kedua Adiknya.

ada sandal tas dan mukena yang di hias di bentuk secantik mungkin tak lupa juga di beri aksesori tambahan Seperti bunga. dan pita, semua hasil karya Winda untuk acara pernikahan tetangganya lusa sudah selesai semuanya di pajang di etalase toko.

gegas Winda menutup toko dan pulang ke rumahnya disusul kedua adik kembarnya. .

Selama beberapa bulan sebelum Winda berhenti bekerja dia selalu menyempatkan membuat buket dan yang lainnya untuk di pajang di toko dan ketika ada waktu libur Winda akan membuka tokonya .

promosi yang dilakukan Winda di sambut baik oleh warga sekitar, mereka begitu antusias ketika tahu ada jasa menghias mahar dan seserahan bahkan ada pembuatan buket juga. tak hanya itu Winda sekarang merambah ke usaha dekor untuk acara ulang tahun, lamaran, atau pernikahan.

bersambung

S1 pesanan pertama

“****Sebuah permata tidak akan berkilau jika dipoles tanpa gesekan, demikian juga seseorang tidak akan menjadi sukses tanpa tantangan****”

Selama beberapa bulan sebelum Winda berhenti bekerja dia selalu menyempatkan membuat buket dan yang lainnya untuk di pajang di toko dan ketika ada waktu libur Winda akan membuka tokonya .

promosi yang dilakukan Winda di sambut baik oleh warga sekitar, mereka begitu antusias ketika tahu ada jasa menghias mahar dan seserahan bahkan ada pembuatan buket juga. tak hanya itu Winda sekarang merambah ke usaha dekor untuk acara ulang tahun, lamaran, atau pernikahan. kerja keras Winda membuahkan hasil.

pagi ini sesuai janji dengan pemesan mahar yang akan di ambil oleh pemiliknya langsung.

Tiba saatnya Winda berhenti bekerja, di mini market makin hari Winda makin semangat membuka tokonya di pagi hari ketika ada waktu kosong winda akan tetap menulis novel. Nyinyiran dan gosip tetangga menjadi inspirasi tersendiri untuk Winda menulis novel.

Bahkan tak lepas dari kehidupan si kembar pun dia jadikan sebuah cerita, pagi ini Winda menunggu bu Lisna, dari kampung sebelah, yang akan mengambil pesanan yang di kerjakan dua hari yang lalu. bersama si kembar. Bu Lisna meminta mahar dengan tema Warna serba fink dan putih.

Sedangkan Warung nasi ibunya akan ramai ketika pagi dan menjelang makan siang, karena sudah satu tahun ini di kampung Winda ada banyak pembangunan pabrik. Bahkan yang dekat dengan rumah Winda saja sudah ada tiga pabrik. Maka ketika jam makan siang, ibu dan bapak, serta maryam, adik dari ibu Winda, sibuk melayani pembeli.

Hasil kerja keras mereka sekarang membuat mereka tidak di pandang sebelah mata, lagi oleh para tetangga. Sungguh kekuatan uang mengalahkan segalanya.

Tak lama orang yang di tunggu akhirnya datang membawa mobil avanza berwarna putih,

“assalamualaikum, mba Winda?” safa bu Lisna

“waalaikumsalam, iya bu!” ucap Winda

“bagaimana pesanan saya, ada yang sulit tidak dengan permintaan calon mempelai kemarin” Tanya bu Lisna

“alhamdulilah semuanya beres bu, tidak ada kendala suatu apa pun” balas winda

“ya sudah ini kekurangan uangnya mba” balas bu Lisna seraya menyerahkan amplop berwarna cokelat.

"iya Bu, terima kasih atas kepercayaannya" seraya menaruh amplop cokelat, ke dalam laki meja.

Winda bergegas memasukan pesanan Bu Lisna ke dalam mobil, semua di susun dengan rapi agar tidak berantakan.

setelah semua masuk ke dalam mobil Bu Lisna berpamitan kepada Winda dengan sopan dan ramah.

"Winda, saya sangat puas dengan hasil karyamu saya pamit untuk pulang ya, assalamualaikum" ucap Bu Lisna

"iya Bu terima kasih wa'alaikumsalam" balas Winda

tak lama mobil keluar dari halaman parkir yang sudah Winda sediakan.

setelah kepergian Bu Lisna, Winda kembali menata tokonya menata beberapa buket

menggantungkan di rak besi ding Ding, dan menata beberapa bunga yang berada di atas meja. sambil menunggu beberapa pesanan yang akan di ambil dan pesanan masuk yang sudah di kerjakan, kali ini Winda kembali menulis novel.

jam sudah menunjukkan pukul 11 siang, sebentar lagi karyawan pabrik istirahat makan siang, Winda sengaja menutup sebentar tokonya membantu orang tuanya di warung nasi. dan juga menunggu kepulangan si kembar.

saat jam istirahat tiba, tak lama si kembar pulang sekolah, dengan senang hati Sinta dan Santi, menolong kedua orang tuanya, membatu menghidangkan pesanan para karyawan pabrik.

Suksesku hasil kerjaku, bukan hasil orang tuaku menjadi anak sulung dari tiga bersaudara, tidaklah mudah apalagi hidup di lingkungan yang memiliki tetangga yang kepo terhadap hidup kita, ada beberapa tetangga yang kepo karena peduli dan juga hanya ada tetangga yang kepo karena ingin tahu dan membicarakan kita di belakang. Perjuanganku sekarang tak lepas dari doa orang tua, menjadi seorang penulis dan mengangkat derajat orang tua tak mudah, banyak rintangan yang aku lalui.

Malam hari ketika orang sudah tertidur, di kamarnya masing masing aku masih harus terjaga untuk melanjutkan menulis beberapa bab, makin banyak tulisan yang aku terbitkan makin banyak uang masuk ke dalam kantung ku. Seperti mala m

ini kebetulan sekali, Dini dan Anto kekasihnya Dini datang mengunjungi ku, untuk sekadar bersilaturahmi dan memesan buket untuk lamaran mereka. Tak di Sangka kedua sahabatku akhirnya melanjutkan kehidupan mereka dengan memutuskan untuk segera menikah, ya memang di kampungku usia 21 tahun sudah terbilang perawan tua, karena ke banyakan anak gadis setelah lulus sekolah mereka kebanyakan nikah muda. Ada beberapa teman seangkatanku dahulu yang sudah menikah dan memiliki anak, mungkin hanya aku dan Dini yang terlambat menikah, tak jarang tetangga menanyakan perihal kapan akan menikah teman satu kelasmu sudah menikah dan memiliki anak.

“assalamualaikum” ucap DIni, sore hari di depan toko buket

“waalaikumsalam” balas Winda

“hey, akhirnya bos muda keluar juga dari tempat persembunyiannya” ejek Dini kepada Winda.

Tak lama Anto turun dari motor dan membawa keresek putih berisikan juz buah dan seblak.

“jangan di ledekin begitu yang, kasian bos muda kita” ucap Anto

“gpp yang. Lagian dia kalau ga ada yang beli tahu kita ga datang ke sini pasti sekarang sedang sibuk dengan dunia halu nya” ucap Dini

“hehe iya, memang benar yang di ucapkan Dini aku kan masih harus menjadi pejuang rupiah” balas Winda

Tak lama mereka asyik dengan obrolan yang tidak jelas Tak lupa juga sambil menikmati semangkuk seblak dan juz buah yang di bawa Anto.

"oh iya kedatangan kita ke sini ingin memesan sebuah buket dengan tema Fink blue dan juga ada kotak cincin di tengahnya" ucap Dini

"oke, ada yang lainnya" Tanya Winda

"serta dekor untuk kita lamaran nanti" ucap Anto

"oke, untuk dekornya mau pakai tema apa atau mau warna apa?, aku ada beberapa contoh Untuk dekor pertunangan" Ucap Winda

"yaudah kita liat contohnya saja" balas Dini dengan antusias

"bagaimana kalau yang ini Sayang?"Tanya Anto kepada Dini

"boleh bagus tetapi aku masih ingin liat yang lainnya" ucap Dini

"nah klo yang ini bagaimana yang?" Tanya Dini

"boleh yang itu saja yang" balas Anto

"yaudah, dekor yang ini sama buket nya tema Fink dan blue, yang di tengahnya ditaruh kotak cincin" ucap Dini memastikan semua pesananya.

"Oke" balas Winda

Ternyata di saat mereka asyik mengobrol dan memilih beberapa dekor serta buket, di samping Toko di bawah pohon mangga, Bu Euis, Serta dua orang ibu- ibu lainnya yang tak kalah julit, Sedang memperhatikan mereka.

"Lihat itu, Dini dan Anto sudah mau menikah padahal kan dalam segi umur lebih muda dini ketimbang Si Winda itu" ucap Bu Euis dengan nyinyir

"mungkin sudah hamdun (hamil duluan) Si Dini ucap" ibu Beti tak kalah nyinyir.

mereka terus berbicara dengan apa yang mereka lihat. dan mereka dengan bahkan yang mereka bicarakan tidak pasti kebenaranya.

Hidup di kampung tidaklah mudah, kadang Winda berpikir untuk merantau namun dia merasa kasian kepada kedua orang tuanya.

Setelah selesai memilih semuanya Dini dan Anto berpamitan untuk pulang, Hari sudah makin sore, Winda memutuskan untuk menutup Tokonya. dan berjalan ke belakang menuju Rumah.

ke besok paginya, Saat Winda sedang sibuk memasak di dapur

"Permisi paket ...."

Terdengar suara kurir di depan teras. Sepertinya itu pesananku dari aplikasi Oren. Dengan senyum kegirangan, aku hentikan dahulu aktivitas masak. Melangkah maju ke depan.

"Paket saya yah, pak?" tanya tetangga sebelah rumahku. Aku buka pintu dan melihat dua manusia itu sedang berbicara.

"Apa ibu yang namanya Bu Winda?"

"Saya, Pak. Paketan kulkas 'kan yah?"

"Betul, Mbak. Sebentar, saya turunkan dahulu barangnya."

"Kamu beli kulkas daring?" tanya tetangga ku, Mbak Maya. Wajahnya sudah kesal, merenggut mirip kain keset.

"Iya, mengapa Mbak?"

"Halah, gaya-gaya pesan kulkas di aplikasi. Di pasar juga banyak. Nora sangat kamu ini, bikin malu saja."

"Gak papa, Mbak. Di sana harganya lebih miring."

"Mbak, kulkasnya mau ditaruh di mana?"

"Bawa ke dalam, yah, pak. Nanti saya kasih tip sekalian."

"Siap, Bu."

"Mbak, aku masuk dahulu, yah, mau coba kulkas baru."

Malas mendengar ocehan Mbak Maya, lebih baik mencoba kulkas baru. Niatku beli kulkas, untuk menyimpan sayuran, dan bahan makanan lainnya agar tidak cepat busuk. Rumahku cukup jauh ke pasar, jadi lebih hemat jika punya kulkas. lagian Ibu juga memiliki usaha Rumah makan, Jadi setiap belanja bisa sekalian banyak untuk menyetok beberapa lauk serta sayurannya.

"Ini tip nya, Pak. Makasih, yah."

"Sama-sama, Bu. Kami lanjut kirim paket lagi."

"Monggo-monggo, emas."

"Berapa harga kulkasnya?" tanya Mbak Maya mendekat. Dia terlihat melirik-lirik kulkas baruku. Mungkin, mau terang-terangan melihat, dia malu. Maklum, gengsinya lebih besar dari gunung Merapi.

"Satu juta tujuh ratus, Mbak."

"Oh."

"mengapa, Mbak? mau beli juga?" tanyaku dengan senyum sedikit meledek.

Biasanya, apa yang aku beli, dan Mbak Maya belum punya, besoknya atau beberapa hari kemudian, dia akan membeli barang yang sama. Sudah sejak dahulu, aku menyadari sikapnya yang condong pada iri hati. Namun, berusaha abai, toh, tidak merugikan. Aku senang-senang saja jika dia membeli apa pun yang dia suka, asal tidak pakai uangku.

"Ngapain beli kulkas. Nih, sebagai perempuan itu kamu harus pinter nabung. Liat perhiasan Mbak.

"Emas juga aku ada, Mbak. tetapi gak suka dipake, kaya pamer sangat begitu. Padahal, emasku belum sampe satu kilo. Kalau sudah sekilo, baru deh, aku pake," kekeh ku sengaja menyindir Mbak Maya.

Lihatlah, tangan, enam jari, sampai leher dililit emas. Sudah seperti toko emas berjalan. Bukan bagus dipandang, malah terkesan norak.

"Kamu nyindir?"

"Hehehe, maaf Mbak, aku lagi curhat, bukan nyindir."

Mbak Maya manyun. Bibirnya makin monyong saja. Lucu sekali jika dia marah. Aku memilih cuek, malas menanggapi. Fokus membersihkan kulkas.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!