NovelToon NovelToon

Dia Adalah Wanita Malam Itu!!

Prolog

"Ahh...ugh...lebih cepat, yah...ahh..."

Gadis itu mend*sah ribut, tangannya mencengkram seprei di sampingnya dengan karena tumbukan laki-laki itu pada lubang nya yang sungguh membuat nya gila.

Sama-sama terpengaruh alkohol, mereka tidak bisa melihat wajah satu sama lain dengan jelas.

Hentakan kuat dari sang laki-laki membuat perempuan itu mendes*h kuat. Oh gila, rasanya sangat menakjubkan. Kejantanan yang besar nan berurat milik laki-laki itu selalu berhasil mengenai titik ternikmat nya.

Laki-laki bermata biru indah itu menatap mata sayu sang gadis, tanpa menunggu lama, ia langsung membumbuhkan ciuman pada bibir bengkak si cantik.

"Umh...ugh..." Des*han yang tertahan dari si cantik.

Merasa jika dirinya akan segera keluar, perempuan itu pun mendorong bahu si laki-laki untuk melepaskan ciuman mereka. "A_aku akanhh keluarhhh ahhh...umh..." Dirinya kembali di bungkam dengan sebuah ciuman.

Laki-laki bergerak semakin cepat, tusukan-tusukan yang ia berikan begitu tegas dan gagah.

Tak butuh waktu terlalu lama hingga gadis itu keluar untuk kesekian kalinya, bersama dengan si laki-laki yang baru pertama kali mengeluarkan benih nya.

Nafas keduanya memburu sehabis pelepasan, perempuan itu bisa merasakan hangatnya cairan si laki-laki yang masuk ke dalam **** * dan menuju perutnya.

Namun, tidak hanya sampai di situ. Si laki-laki kembali menggempur sang perempuan hingga fajar. Mereka bercinta dimana-mana, mulai dari kasur, kamar mandi, meja, bahkan di balkon. Laki-laki itu seolah-olah tidak mengenal lelah untuk terus bercinta bersama si cantik.

Sinar matahari membuat wanita yang baru saja kehilangan keperawanan nya semalam itu membuka mata perlahan.

"Ugh...shh..." Ia meringis pelan merasakan bagian bawahnya yang terasa begitu sakit.

Ingatan nya tentang semalam terputar kembali, namun sayangnya wajah laki-laki itu terlihat buram. Ngomong-ngomong soal laki-laki itu, seperti nya ia telah pergi dan meninggalkan segepok uang di atas laci untuk nya.

"Cih, apa dia pikir aku adalah wanita murahan?"

Wanita itu, atau bisa kita sebut namanya yaitu Shasa atau yang lebih lengkapnya Kesha Lovely Anarga. Shasa adalah seorang model terkenal awalnya, sampai sebuah rumor membuat karir nya hancur.

Shasa stress berat karena hal itu, ia minum banyak mengakibatkan hal semalam terjadi. Ia sungguh sangat menyesal, andai saja ia tidak minum semalam maka hari ini ia masih akan memiliki keperawanan nya.

"Hiks...si*lan, aku benar-benar hancur sekarang Hiks... Bagaimana aku bisa melanjutkan hidup setelah ini?"

Hidup nya benar-benar sudah hancur, tak ada lagi yang tersisa sekarang.

Shasa memutuskan untuk memunguti kembali pakaiannya, ia membersihkan diri nya sebelum pergi dari sana, walaupun itu tidak akan bisa membersihkan dirinya yang sudah kotor ini.

Shasa tidak memperdulikan uang yang laki-laki itu begitu saja, karena mengambil nya sama saja dengan Shasa mengaku bahwa ia adalah seorang j*lang.

Berjalan tertatih keluar bar, Shasa merutuki nasibnya yang membuat ia malah bertemu dengan seseorang yang menjadi saingannya di dunia modeling.

"Wah wah wah, lihat siapa ini? Jadi ternyata rumor itu benar ya? Kesha Anarga ternyata adalah seorang wanita malam di bar."

Tangan Shasa terkepal pertanda ia marah dengan ucapan wanita itu, "Jaga ucapan mu! Jangan mengatakan sesuatu yang tidak benar!"

"Sesuatu yang tidak benar?" Wanita itu tertawa. "Lalu bagaimana kau bisa menjelaskan tentang ****** di leher mu itu? ckckck, aku heran, bagaimana bisa kak Rey menyukai perempuan seperti mu. Dasar murahan."

Shasa ingin sekali menjambak rambut wanita itu, namun ia tidak mau membuat namanya semakin buruk dengan melakukan itu. Paparazi ada dimana-mana, ia bisa saja tertangkap kamera ketika menjambak rambut rivalnya.

*Kembali ke Tahan Air

*6 Tahun Kemudian

Bandara Soekarno-Hatta, Seorang wanita cantik baru saja menginjakkan kakinya kembali di negara asalnya setelah 6 tahun ia merantau ke negara tetangga.

Kesha Anarga, namanya kembali melambung tinggi sebagai model internasional. Rumor yang dulu menyerang nya kini telah sepenuhnya menghilang, Shasa tidak tahu kenapa, namun ia bersyukur atas hal itu.

Sebenarnya ia enggan untuk kembali menginjakkan kakinya di negara bhinneka tunggal ika ini, namun tuntutan pekerjaannya membuat ia terpaksa untuk kembali.

"Mommy, kita akan kemana?" Seorang anak laki-laki tampan menggandeng tangan nya.

Ya, dia adalah anak Shasa hasil dari kegiatan malam itu dengan laki-laki yang yang tidak ia ketahui nama bahkan wajahnya.

Kevan Ziovanso adalah nama putra kecil Shasa, anak kecil dengan kecerdasan di atas rata-rata itu adalah anaknya, satu-satunya alasan ia hidup setelah dunianya terasa hancur.

"Kita tunggu aunty Levy dulu ya, Kevan lelah?"

Bocah berusia 5 tahun itu menggeleng, "Tidak juga, aku hanya ingin segera pulang dan kembali memainkan laptop ku."

Shasa mendengus, "Apalagi yang akan kau lakukan bocah nakal? kau seminggu lalu baru saja membuat laptop ku kebakaran. Sebenernya apa yang kau lakukan hah?!"

Kevan mencebikkan bibirnya, "Aku hanya meretas keamanan perusahaan Zergan, siapa sang mereka akan mengirimi laptop mu virus yang sangat kuat." Batin Kevan kesal.

Karena hal itu, Kevan sempat di marahi habis-habisan oleh sang ibu s*alan!!

"Kenapa diam saja?!"

Kevan menatap sang ibu dengan puppy eyes, S*al, bocah itu selalu tahu apa kelemahan Shasa. "Baiklah, baiklah lupakan saja."

Shasa membawa Kevan duduk di kursi bandara, menunggu sahabatnya yang entah kenapa lama sekali datang menjemput.

"SHASA, LEVY DATANG!"

Suara menggelegar itu adalah pertanda datangnya Levy, satu-satunya teman yang Shasa miliki ketika dunia mengasingkan nya.

Levy adalah satu-satunya teman yang setia bersama Shasa disaat masa-masa terburuknya, Levy sangat berharga untuk Shasa, ia telah menganggap gadis itu seperti saudaranya sendiri.

"Aunty Lev sangat berisik, seperti Lily," Ucap Kevan kesal.

"Hey, bocah! Enak saja kau membandingkan ku dengan anjing peliharaan mu itu," Kesal nya.

"Tapi kalian terlihat mirip, seperti ibu dan anak." Lihat lah bagaimana santainya iblis kecil itu berbicara, wajahnya terlihat polos seperti anak yang tidak memiliki dosa.

"Hey, iblis satu ini!" Levy mengunyel pipi tembam Kevan dengan gemas.

Kevan meronta-ronta, meminta di lepaskan, namun Levy dengan jahat nya malah mendekap Kevan dengan begitu erat. "AAAA... MOMMY TOLONG...TOLONG...AKU AKAN DI CULIK!"

Teriakan bocah itu membuat beberapa orang yang berlalu lalang melihat mereka, Levy tersenyum canggung lalu membungkam mulut bocah itu. "Hey, kau sengaja ingin membuat ku malu ya?" Tanyanya geram.

Kevan langsung menginjak kaki Levy lalu bersembunyi di balik ibunya, "Mom..."

Shasa menghela nafas lelah dengan dua oknum yang tidak pernah akur ini, "Sudahlah, ayo kita pulang saja. Aku lelah, besok harus langsung pemotretan."

"Baiklah, baiklah ayo."

Levy membantu membawa satu koper besar milik Kevan, "Bocah ini, barangnya banyak sekali."

Kevan sangat menakjubkan, Levy akui itu. Anak seusianya yang biasanya hanya bisa bermain dan bermain, Kevan malah bisa melakukannya segala hal, mulai dari menanam saham, memasak, pintar tentang hal kesehatan dan yang lainnya.

"Waw, apakah kau yakin dia adalah anak mu?"

"Hey! apa maksud dari perkataan mu?!" Shasa menatap galak sahabatnya.

Levy mengangkat bahu, "Anak mu itu sangat berbakat, bisa melakukan segala dan dia juga pintar. Sedangkan kau? cerdas tidak, berbakat tidak, bahkan kau selalu saja salah dalam melakukan semua hal. Kelebihan mu itu hanya wajah cantik mu tahu."

"YAK! S*ALAN KAU INI!" Hey! secara tidak langsung Levy mengatakan bahwa ia itu buruk dalam setiap hal tau.

"Hey, aku berkata jujur. Sepertinya anak mu menuruni semua kehebatan laki-laki itu."

Shasa yang tadinya marah-marah tiba-tiba terdiam, ia sangat tidak suka jika ada orang yang membahas tentang ayah dari Kevan, dan Levy tentu tahu itu makanya ia langsung terdiam setelah nya. "Sha...aku min_"

"Lupakan saja, aku akan istirahat lebih dahulu. Nanti tolong bawa Kevan tidur ya." Shasa berjalan dengan wajah suram menuju kamarnya.

Levy menepuk keningnya, merutuki dirinya yang dengan bodohnya malah mengungkit tentang laki-laki itu di hadapan Shasa.

Kevan yang sejak tadi diam pun akhirnya menggeser duduknya untuk lebih dekat dengan Levy. "Aunty Lev tahu tidak siapa ayah Kevan?"

Levy yang mendalam pertanyaan dadakan itu pun di buat gelagapan, ia tidak tahu harus menjawab apa pertanyaan Kevan. "Te_tentu saja aunty tahu, tapikan ayah Kevan sudah tiada."

Kevan menggeleng, tatapannya terlihat serius menatap Levy. "Kevan tahu kalau Kevan itu anak haram, mommy tidak tahu siapa ayah Kevan, aunty juga kan?"

Levy menelan ludahnya susah payah, "Hey, apa yang kau katakan. Dan dari mana kamu mendapat kata-kata itu Kevan? Ayah kamu sudah tidak ada, dia sudah meninggal."

"Terserah aunty mau bilang apa, tapi Kevan minta sama aunty, aunty jangan kasih tahu mommy ya kalau Kevan tahu soal ini."

"Selamat malam aunty Lev." Kevan turun dari sofa, bocah laki-laki berusia 5 tahun itu pergi ke kamarnya seorang diri.

Levy menghembuskan nafasnya kencang, anak sahabatnya ini benar-benar bukan bocah biasa. Levy kagum dengan bocah itu, "Kecerdasan nya menakutkan."

Pagi ini Shasa bersama Kevan dan manajer nya pergi ke Algreat Group untuk mengurus kontrak, Shasa harus melihat dengan baik kontrak itu, karena percuma saja dia kembali ke tanah kelahirannya ini jika kontrak yang di tawarkan sangat tidak memuaskan.

Selesai membaca isi kontrak itu Shasa kembali meletakkan nya di atas meja, "Kontra ini, saya setuju."

Shasa mengulurkan tangan, manajer nya yang paham pun langsung menyodorkan pulpen pada Shasa. Wanita itu langsung menanda tangani kontrak dari Algreat Group.

"Jadi, kapan saya bisa memulai pemotretan nya?" Tanya Shasa tanpa basa-basi.

Asisten CEO cantik itu tersenyum, "Anda bisa memulai pemotretan besok nyonya."

Karena pemotretan Shasa di mulai besok, maka hari ini ia free bukan? Jadi ia memutuskan untuk membawa Kevan bermain saja.

Ia membawa anak tunggal nya itu ke taman bermain, namun Kevan terlihat sama sekali tidak tertarik melihat wahana-wahana yang ada di sana.

"Hey, kamu main apa? ada apa dengan raut wajah mu?" Tanya Shasa kesal dengan raut datar yang selalu Kevan tunjukkan.

Kevan mengangkat bahu, "Tidak tertarik." Ucapnya dengan nada dingin seperti biasa.

Shasa yang terlampau gemas dengan wajah sang anak pun langsung mengunyel wajah wajahnya, "Ihh...kamu ini anak kecil tapi berlagak dewasa ya!"

"Mommy..." Terlihat sekali wajah jengkel Kevan atas perlakuan sang mommy.

Shasa tertawa, lalu menggandeng tangan Kevan. "Kamu mau kemana kalau begitu?"

Kevan terlihat berpikir sejenak, "Warnet."

Shasa langsung melotot pada anak laki-laki nya itu, "Hey! kamu itu masih kecil, ngapain main ke warnet."

"Ya sudah, terserah mommy saja." Kevan tuh malas kalau harus mendengar ocehan panjang lebar dari mommy nya tercinta, jadi sudah lah, lebih baik ia ikuti saja apa yang mommy nya itu ingin kan.

Shasa tersenyum senang, ia langsung mencium pipi sang anak dan membawa buah hatinya itu untuk bermain banyak permainan.

Shasa tersenyum senang, berteriak dengan gembira saat menaiki wahana-wahana seru, namun lihatlah putranya, wajah datar yang tidak pernah berubah sungguh membuat jengkel. Terkadang Shasa berfikir, kenapa anaknya tidak seperti anak umur lima tahun kebanyak, Shasa heran dengan kelakuan anaknya.

Jika anak lima tahun biasanya bermain dengan mobil-mobilan, bermain dengan keluarga dan teman. Berbeda dengan Kevan yang lebih suka bermain dengan laptop, meretas data atau hak semacamnya. Memiliki anak yang jenius itu tidak mudah karena Shasa sering kali diragukannya sebagai ibu dari Kevan.

"Yuhu!! hari ini sangat menyenangkan bukan?"

Kevan hanya mengangguk, lalu tersenyum tipis melihat bagaimana sang ibu sangat bahagia.

"Kita makan di luar yuk, mommy pengen makan sushi."

"Tidak perlu, biar aku saja yang masakan untuk mommy."

Shasa menatap anaknya berbinar, "Anakku memang luar biasa, aku tidak perlu pergi ke restoran untuk makan enak. Lebih hemat, dan yang pasti rasanya terjamin."

Tapi ada untungnya juga punya anak kayak Kevan gini, bisa jadi chef pribadi di rumah, bisa membantu Shasa dalam banyak hal. Ia bangga dan senang memiliki Kevan sebagai putra nya.

Hari sudah sangat malam, Shasa dan Levy sudah tertidur. Ini waktu yang pas untuk Kevan mencari tahu siapa ayah kandungnya.

"Aunty Levy bilang kejadiannya di bar Star Night, lima tahun yang lalu, tanggal 28 November." Kevan meretas keaman CCTV Star Night bar dengan mudah.

Kevan memutar video CCTV malam itu, melihat rekaman dengan seksama. "Oh, jadi laki-laki ini adalah Daddy. Dia tidak terlihat seperti laki-laki hidung belang."

Setelah melihat wajah Daddy nya, Kevan pun lanjut mencari informasi tentang ayah kandungnya ini. Namun, seperti nya tidak semudah itu.

"Oh, virus s*alan ini lagi. Dia menyadari nya ternyata, s*al. Aku tidak boleh membiarkan laptop ini terbakar lagi atau mommy akan marah besar."

Yah, sekuat apapun Kevan berusaha, ia tetap tidak bisa mengalahkan virus itu dan harus merelakan laptopnya kembali terbakar.

Seperti nya Kevan harus siap-siap mendapatkan omelan dari sang mommy tercinta.

...*Di sisi lain...

"Cih, pengacau kecil, berani sekali ingin meretas data-data ku." Laki-laki itu menyeringai.

Namun jika di pikir-pikir, orang yang baru saja hampir meretas datanya cukup hebat juga. Ia hampir saja mendapatkan data-data tentangnya jika ia tidak segera mengirim virus andalan keluarga nya pada orang itu.

"Heh, aku penasaran dengan orang ini."

...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...

Kevan

Shasa

Levy

*Bertemu Daddy

Tak apa jika Kevan tidak mendapatkan data-data dari laki-laki yang merupakan ayah kandungnya, setidaknya Kevan sudah melihat wajahnya, itu bisa membantu nya untuk mencari laki-laki itu.

Namun, yang kini menjabat masalah adalah laptop yang di belikan ibunya seminggu lalu, kini laptop itu telah hangus tak tersisa dan itu membuat Kevan harus mendapatkan amukan dari sang ibu di pagi yang cerah.

"Kevan,,,ini sudah yang keberapa kali nya kamu menghanguskan laptop mu?!" Wanita berusia 28 tahun itu berkacak pinggang, berdecak kesal dengan respon sang anak yang terlihat datar-datar saja.

Menarik nafas dalam, Shasa berusaha sabar dengan sikap anaknya. "Meretas apalagi kamu semalam?"

Kevan mengalihkan pandangan, enggan untuk menjawab pertanyaan sang ibu. Karena ia tahu, ibunya akan tidak baik-baik saja jika ia mengatakan yang sejujurnya.

Shasa mengernyit, Kevan tidak mau menjalankan pertanyaan?

"Sudahlah Sha, jangan di marahi lagi Kevan nya, nanti gue beliin laptop baru, tenang oke." Levy berusaha menengahi.

Shasa menghela nafas untuk kesekian kalinya, "Sudah Lev, tidak usah. Biarkan saja dia hidup tanpa laptop selama sebulan."

Mendengar ucapan sang ibu langsung membuat Kevan melontarkan protes, "Gak bisa gitu dong mom!"

"Itu hukuman dari mom, jangan membantah atau mommy tambah hukuman mu?!"

Kevan tetap mengangguk walau bibirnya mencebik kesal, hidup tanpa laptop? bagaimana Kevan bisa mengecek saham dan sebagainya? Ia juga masih ingin mencari data tentang ayahnya.

Hari ini Shasa sudah mulai pemotretan, ia membawa Kevan bersama nya karena Levy juga tengah sibuk dengan pemotretan di tempat lain.

"Kamu boleh main dengan HP mommy, tapi jangan membakarnya juga seperti laptop semalam, kamu paham?"

Kevan mengangguk, "Mommy tenang saja."

Shasa mengangguk ragu, terkadang anaknya itu tidak bisa di percaya. Dulu HP Shasa pernah terbakar karena di gunakan oleh Kevan, entah apa yang dilakukan bocah itu sampai bisa membuat HP nya terbakar.

Tapi sudahlah, tidak baik jika ia terus berprasangka buruk pada seseorang, apalagi pada putra nya sendiri.

Kevan membuka dan melihat-lihat isi HP sang ibu tanpa minat, "Sudahlah, aku akan terkena masalah jika menggunakan ini." Ia meletakkan kembali HP ibunya.

Kevan melirik sekilas pada sang sang ibu yang tengah melaksanakan pemotretan sampai salah satu staff menghampiri dan mengalihkan perhatiannya.

"Wah, kau tampan sekali. Siapa nama mu adik manis?"

"Namaku Kevan, dan aku tidak manis," Jawab Kevan ketus dengan wajah yang tidak bersahabat.

Staff wanita itu tersenyum canggung, "Hahahaha, kau sangat menggemaskan ya."

Kevan hanya menatap jengah wanita itu, "Pergilah, kau membuat mata ku sakit saja."

Wanita itu langsung terdiam mendengar ucapan Kevan, kenapa bocah seusianya bisa memiliki mulut sepedas ini? Mulut pedas bocah ini membuat nya mengingat CEO nya.

"Kamu ini mirip sekali dengan CEO kami, mulut pedas, wajah datar, bahkan kalian terlihat sedikit mirip," Canda wanita itu membuat Kevan menatap nya penuh tanya.

"CEO Algreat, apakah dia ayahku?"

Kevan meninggalkan ruang pemotretan sang ibu karena penasaran dengan ucapan staff wanita tadi, tentang kemiripan nya dan CEO perusahaan ini.

Tidak perlu bertanya pada resepsionis, bocah cilik itu bisa menebak di mana ruangan CEO karena sudah pasti tempat itu berada di lantai teratas gedung ini.

"Hai, adik kecil, kamu sedang apa di sini? Dimana orang tua mu?"

Kevan tersenyum dan berusaha terlihat seceria mungkin, "Halo bibi, aku Kevan. Kevan mau ketemu Daddy, boleh tidak?"

"Tentu saja boleh, siapa ayah mu tampan?"

"Imutnya."

Oh, sepertinya sekertaris CEO cantik ini telah terpesona dengan keimutan dan ketampanannya Kevan.

Kevan berpikir sebentar, "Jika bibi melihat kuz kira-kira aku mirip seperti siapa?"

Wanita itu mengernyit, ia memperhatikan wajah Kevan dengan seksama, meneliti wajah itu sambil mengingat-ingat wajah siapa ya yang mirip dengan wajah Kevan. Namun setelah beberapa saat, wanita itu nampak terkejut ketika sudah ingat.

"Ka_kamu mirip sekali dengan CEO, apakah kamu anaknya?"

Kevan hanya mengangguk membuat keterkejutan wanita itu semakin menjadi-jadi, pasalnya ia bahkan tidak tahu jika CEO nya telah menikah, dan ini malah sudah menikah anak?

"Boleh Kevan masuk bibi? Kevan rindu Daddy."

"Te_tentu saja." Wanita itu mengangguk kaku, lalu membawa Kevan masuk ke ruangan sang atasan.

Hey, ini Kevan tidak termasuk berbohong ya, karena ia hanya mengangguk saja, kan dia juga gak bilang kalau dia anaknya CEO perusahaan ini.

Kini Kevan dan nona sekertaris itu telah berada di dalam ruangan CEO, terlihat di depan sana ada seorang laki-laki yang duduk sambil membelakangi mereka.

Kevan mengerutkan alis penasaran, apakah laki-laki itu benar adalah ayahnya atau bukan.

"Akan bagus jika laki-laki ini ayah ku, mommy tidak akan bisa di tindas lagi oleh nenek sihir itu."

Perlahan laki-laki itu berbalik, Kevan menyeringai senang melihat wajah laki-laki itu. Ya, dia benar-benar adalah ayahnya.

Laki-laki itu, Zevan Lioner Algreat, anak kedua pasangan Devano Leonard Algreat dan Kemana Lauren Zergan.

Zevan menatap sekertaris juga bocah di hadapan nya dengan datar, anak? jangan bercanda, Zevan saja belum menikah.

"Apa yang ka_"

"Daddy..." Ucapan Zevan terpotong karena Kevan langsung berlari dan memeluk kakinya.

Kevan menatap Zevan dengan tatapan memohon, Zevan pun hanya bisa menghela nafas dan menyuruh sekertaris nya untuk keluar.

Kevan berusaha untuk naik ke atas meja kerja Zevan, namun meja itu terlalu tinggi dan itu membuat Kevan kesusahan. Zevan yang melihat nya pun membantu mendudukkan Kevan di meja kerjanya.

Zevan menatap serius bocah di hadapan nya, "Katakan, siapa kamu dengan kenapa kamu mengaku-ngaku sebagai anakku?"

Kevan mengangkatnya bahu, mata tajam nya turut menatap Zevan serius. "Ingin test DNA?"

Zevan mengernyit, "Apa sebenarnya mau mu?"

Kevan menghela nafas, "Kejadian 6 tahun lalu, tanggal 28 November di bar Star Light, apakah anda mengingat nya tuan?"

Zevan terkejut, bagaimana bocah di hadapannya ini bisa tahu tentang hal itu?

Shasa baru saja menyelesaikan pemotretan nya, namun ia di buat terkejut karena tidak menemukan keberadaan sang putra di sofa pinggir ruangan.

Kebingungan, Shasa langsung bertanya pada beberapa staff di sana, namun tak satupun dari mereka yang melihat Kevan.

"Haduh, anak itu kemana lagi sih?"

Disaat Shasa tengah kebingungan, tiba-tiba sang manajer menghampirinya sambil berkata, "CEO Algreat memanggil kamu keruangan nya."

Memahami tatapan penuh tanya dari modelnya, wanita itupun kembali bertanya, "Aku tidak tahu, mungkin membahas soal kerjaan."

Shasa mengangguk paham, "Kak Tara juga ikut?"

Wanita cantik itu menggeleng, "Aku masih memiliki banyak urusan."

Baiklah, Shasa pun pergi ke ruangan CEO seorang diri setelah berganti baju. Sebenarnya ia lebih ingin pergi mencari anaknya, namun bagaimana lagi, ini adalah urusan pekerjaan.

Shasa yakin jika anaknya itu sangat cerdas, jadi tidak mungkin tersesat kan?

"Nona Kesha Anarga, benar?" Sapa sekertaris Zevan setelah Shasa sampai di depan ruangan CEO.

Model cantik itu mengangguk pelan, "Tuan Algreat telah menunggu anda di dalam, mari saya antar."

Shasa hanya mengikuti gadis itu ketika ia mengetuk pintu, lalu masuk setelah di izinkan oleh sang pemilik ruangan.

Shasa di buat terkejut melihat keberadaan sang anak di pangkuan Zevan, padahal laki-laki itu terlihat masih sibuk dengan pekerjaannya.

"Tuan, nona Kesha telah sampai."

Laki-laki tampan yang sebelumnya terlihat fokus dengan laptop nya itupun mendongak, mata tajamnya bertatapan langsung dengan mata indah Shasa.

Entah hanya perasaan Shasa saja atau Zevan memang sempat terpaku sesaat ketika melihatnya?

Tuan muda Algreat itu berdehem pelan, memerintahkan sekertaris nya untuk pergi sedangkan Shasa, ia perintahkan untuk duduk di sofa.

Kevan langsung saja turun dari pangkuan sang ayah, lalu berjalan perlahan mendekati sang ibu.

Melihat keberadaan Kevan disini, Shasa jadi berfikir bahwa Zevan memanggil nya kemari pasti karena Kevan berbuat masalah. Memikirkan nya, ia jadi ketar-ketir sendiri, apalagi kini Zevan juga ikut berjalan mendekat.

Laki-laki itu mendudukkan dirinya di hadapan Shasa, mata elangnya tak henti menatap Shasa hingga si model cantik jadi gugup. Namun sebisa mungkin Shasa tidak menunjukkan kegugupan nya.

"Tuan Algreat, maafkan saya jika anak saya berbuat masalah di sini. Saya tidak tahu kenapa dia bisa sampai di ruangan anda, sekali lagi saya minta maaf."

Ucapan permintaan maaf dari Shasa malah membuat Zevan mengernyit, namun hanya beberapa detik saja sampai ia kembali pada wajah datarnya.

Zevan tidak memberikan reaksi apapun, bahkan menganggap ucapan permintaan maaf dari Shasa saja pun tidak, itu membuat Shasa semakin cemas.

Kevan yang melihat Zevan hanya diam tanpa melakukan tindakan apapun menjadi gemas sendiri, "Aku jadi ragu kalau dia adalah Daddy ku."

"Mommy,,,Kevan lapar." Oh, itu adalah kode halus dari Kevan pada sang Daddy untuk mengajak sang mommy makan siang bersama.

"Baiklah sayang, ayo kita makan siang." Shasa beranjak sambil menggandeng tangan Kevan, ia ingin berpamitan pada Zevan, namun laki-laki itu lebih dulu menyela. "Jika nona Shasa tidak keberatan, mau kah anda makan siang bersama saya?"

Shasa mengernyit heran, bukannya ia tidak mau. Namun laki-laki yang mengajak nya makan siang bersama ini adalah Zevan Lioner Algreat, CEO Algreat Group. Pasti akan menjadi gosip panas jika paparazi sampai menangkap foto mereka makan siang bersama, itu bisa menggemparkan dunia.

Awalnya Shasa ingin menolak, namun lagi-lagi Zevan menyela. "Anda tahu? saya tidak pernah dan tidak akan menerima pernah menerima sebuah penolakan."

"Apa-apaan Tuan Algreat ini? Pemaksa sekali." Batin Shasa kesal. Sedangkan Kevan malah tersenyum bangga, "Ternyata dia memang Daddy ku, tidak salah lagi."

Karena Zevan memaksa, maka Shasa sudah tidak bisa menolak lagi. Ia tidak mau ya kalau pekerjaan nya mendapat masalah hanya karena hal kecil seperti ini.

...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...

Zevan

Manajer Shasa ( Tara )

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!