prolog
Kenzio Hendrawan
Seorang Ceo muda yang sukses. Wajahnya yang tampan membuatnya digandrungi para gadis cantik. Namun sifatnya yang terkenal dingin dan tegas membuat banyak petinggi perusahaan lain segan terhadap pria itu.
Arqiana Yulandres, putri seorang pengusaha kaya raya yang tekenal dengan kecantikan dan kepintarannya. Sifatnya yang ketus dan dingin membuatnya menjadi incaran para petinggi perusahaan.
Zio sudah mengincar gadis itu untuk menjadi miliknya sejak pertama mereka bertemu sata kecil.
wanita itu adalah wanita impiannya yang kelak akan ia jadikan istri.
namun sifat dinginnya membuatnya sedikit sulit menggapai gadis itu yang terkenal dengan keangkuhannya.
sifat yang bertabrakan itulah yang menyebabkan Zio semakin tertarik ingin memiliki gadis itu untuk menjadi iatrinya.
namun sayangnya tak semudah apa yang dibayangkannya.
disuatu malam kelam, Nana menghadiri sebuah pesta temannya dikota A.
tanpa curiga sedikitpun Nana meminum jus yang sudah dicampur obat peerranggsang oleh temannya.
tak butuh waktu lama, gadis itu menggeliat minta pelampiasan.
kakinya melangkah pada seorang pria yang sangat ia benci karna terkesan memaksa dan otoriter terhadapnya.
pria yang berkali kali ia tolak cintanya, yaitu Kenzio Hendrawan.
"kak, bantu aku" Nana menarik narik lengan kekar pria itu.
malam pun berlanjut membawa mereka pada malam yang buruk sepanjang hidup mereka berdua.
,,
"Kau harus menikah denganku. Tidak ada penolakan!" Tegas pria itu.
"Heh! Emangnya anda siapa? Jangan coba coba mengatur hidup saya ya! Memangnya berapa harta yang anda miliki sampai berani menikahiku?!"
"Bulan depan kita menikah. Mau tidak mau, suka tidak suka aku tetap akan menikahimu"_Kenzio Hendrawan.
Kenzio hendrawan, seorang pewaris perusahaan ternama. Terkenal sosok yang kaku tak tersentuh.
Pria berusia 29 tahun namun pria itu belum berniat untuk menjalin hubungan asmara dengan wanita manapun. Hatinya bertekad untuk meminang seorang gadis yang merupakan putri dari seorang pengusaha terkenal.
Arqiana yulandres, biasa dipanggil ana. Seorang putri dari pengusaha kaya raya. Diusianya 25 tahun tak membuatnya pusing memikirkan pernikahan. Kedua orang tuanya pun juga tak memaksakan gadis itu untuk segera mencari pasangan.
Ini tentang ambisi,, Zio berambisi mendapatkan hati seorang gadis yang sudah ia incar sejak kecil. Tatapan mata polos gadis itu membuat Zio menjatuhkan rasa kagumnya sejak kecil hingga tumbuh menjadi sebuah cinta.
Ceo dingin dan tegas itu sudah melabuhkan hatinya pada seorang putri cantik dari pengusaha kaya raya.
Segala cara dihalalkannya untuk mendapatkan wanita idamannya itu walaupun masih dengan sifat kaku, dingin dan pemaksanya.
Suatu hari,,
Nampak seorang pemuda duduk tegak dikursi kebesarannya. Pria itu fokus menatap layar monitornya sembari beberapa kali mengernyitkan dahinya.
Tok tok tok
"Masuk"
Seorang pemuda 27 tahun memasuki ruangan itu lalu menunduk hormat.
"Bos, tuan Rifqi Yulandres ingin membuat janji temu dengan anda. Malam ini juga beliau ingin anda menemuinya di restoran x" jelas pria itu yang tak lain adalah asisten Zio yang bernama Nathan.
"Dalam rangka apa?"
"Saya kurang tau bos, tuan Rifqi hanya menitipkan oesan itu. Dan anda diharuskan datang"
"Hmm"
"Jadi?.." tanya asisten itu menanyakan kejelasan.
"Iya aku akan menemuinya"
"Ada satu lagi info penting bos"
"Apa?"
"Pengawal kita untuk nona Anna tertangkap anak buah tuan Rifqi"
"Apa?! Bagaimaan bisa!" Wajah Zio menunjukan kemarahan.
"Sepertinya tuan Rifqi sudah mengetahui bahwa itu adalah pengawal yang anda tugaskan untuk menjaga nona Anna"
"Shitt, sialan. Panggil Rendy kemari" titah Zio.
"Baik bos" pria itu keluar dari ruangan mewah tersebut.
Zio menyandarkan tubuhnya pda kursi sambil sedikit berfikir.
Huhhh
Pria itu menghembuskan napasnya kasar
"Ada apa dia memanggilku? Apa ada kesalahan dalam bisnis kerja sama? Kurasa tidak ada. Rasanya tidak mungkin kalau dia memanggilku hanya karna pengawal itu. Lagipula tidak mungkin juga dia baru mengetahuinya sekarang kan?" gumam Zio mencoba mengingat ingat.
Beberapa saat kemudian Rendy, seorang ketua keamanan yang Zio tugaskan untuk mengatur anak buahnya terutama dalam hal pengawalan telah sampai.
"Ada apa dia memanggilku? Apa ada kesalahan dalam bisnis kerja sama? Kurasa tidak ada. Rasanya tidak mungkin kalau dia memanggilku hanya karna pengawal itu. Lagipula tidak mungkin juga dia baru mengetahuinya sekarang kan?" gumam Zio mencoba mengingat ingat.
Beberapa saat kemudian Rendy, seorang ketua keamanan yang Zio tugaskan untuk mengatur anak buahnya terutama dalam hal pengawalan telah sampai.
Pria itu menunduk hormat
"Maaf bos, apa ada masalah?" Tanya pria itu.
"Kau tau suatu info?"
"Siap, tidak bos"
"Kau tidak tahu kalau anak buahmu sudah tertangkap?"
"Saya tidak tau bos"
"Sialan! Bekerja seperti saja anak buahmu tidak becus!" marah Zio pada anak buahnya itu.
"Maaf bos" Rendy menunduk.
"Anak buahmu tetangkap oleh Rifqi Yulandres, cepat urus mereka. Segera lakukan pembebasan sebelum pria itu tau kalau mereka adalah suruhanku"
"Siap bos"
Rendy keluar dari ruangan itu
Malam harinya Zio sudah menyiapkan dirinya untuk bertemu dengan seorang Rifqi Yulandres di restoran privat.
Pria itu hanya mengenakan pakaian kasualnya namun tetap terlihat tampan dan aura orang kaya nya tetap keluar.. wkwk
"Sialan, dimana pria tua itu" kesal Zio karna sudah 20 menit menunggu namun tak ada tanda kedatangan dari pria itu"
"Jika sampai 5 menit lagi tidak datang, maka aku akan pergi dari sini" lanjutnya.
Zio beranjak hendak pergi dari restoran itu merasa dikerjai karna ia sudah menunggu kurang kebih 25 menit.
"Mau kemana anak muda?"
Seorang paruh baya yang daritadi ditunggunya sudah datang.
"Kau mau mempermainkanku?! Aku sudah menunggu selama 25 menit. Kau sudah membuang waktuku sia sia!" Zio menatap tajam pria didepannya.
Tuan Rifqi justru malah terkekeh pelan
"Aku sedang menguji kesabaranmu, ternyata kau tidak lolos untuk menjadi calon menantuku"
"Hahh, aku tidak peduli. Dengan ataupun tanpa izinmu sekalipun aku bisa menikahi putrimu itu" sinis Zio tak peduli dengan pria paruh baya didepannya.
"Benarkah? Putriku seseorang yang memiliki pendirian kuat. Kau takkan mudah mendapatkannya"
Dua pria beda generasi itu saling menatap tajam.
"Duduklah" titah Rifqi.
Zio ikut duduk berhadapan dengan pria itu.
"Bagaimana peeusahaanmu?" tanya Tuan Rifqi basa basi.
"jangan banyak bicara, langsung ke intinya saja" decak Zio kesal.
"Kenapa kau menugaskan pengawal itu untuk putriku?" Tuan Rifqi langsung to the point.
"Karna aku ingin menjaga calon istriku"
"Calon istri yang mana? Putriku saja tidak mengenalmu jauh. Bagaimana kau bisa menyebutnya calon istri?" Ejek tuan Rifqi.
"Cih, siapa bilang dia tidak mengenalku. Dia mengenalku, mungkin dia malu mengakuinya"
"Memangnya apa yang kau lakukan sampai dia malu mengakuimu sebagai temannya. Apa kau terlalu buruk?" Ejek tuan Rifqi.
"Jaga bicaramu ya! Sebentar lagi aku akan menikahinya" tegas Zio.
"Cih, kau tak akan bisa menikahinya begitu saja. Kau kira aku akan melepaskannya padamu dengan mudah?"
"Terserah apa katamu, aku akan tetap menikahinya karna aku mencintai putrimu" tegas Zio.
"Tunjukan kemampuanmu dulu padaku, baru aku akan menilainya. Mana mungkin aku melepaskan putriku begitu saja pada laki laki yang belum jelas"
"Belum jelas katamu? Kau jelas tau siapa aku,"
"Ya aku tau, kau hanya penerus perusahaan ayahmu. Aku perlu bukti bahwa kau memang mampu menghidupi anakku dengan layak, dengan ataupun tanpa perusahaan itu" desak tuan Rifqi.
"Aku akan membuktikannya padamu" Zio berucap dengan nada penuh penegasan.
Tuan Rifqi hanya tersenyum tipis melihat pemuda didepannya ini yang begitu keras kepala.
Ke esokan harinya,
Dengan wajah dinginnya pria itu berjalan memasuki sebuah restoran tempat dimana anak buahnya memberitahu bahwa gadis yang dicintainya sedang berada direstoran itu.
Tangan Zio terkepal erat melihat gadis yang dicintainya asik mengobrol dengan seorang pria yang tak ia kenali.
Bughh
"Hehhh!..." Nana kaget melihat temannya jatuh tersungkur karna sebuah pukulan mendarat keras dipipi temannya.
"Kau tidak apa apa?" Nana membantu pria muda itu untuk berdiri.
"Heh, ada masalah apa kamu sampai memukul temanku?!" Ketus Nana.
"Masalah apa katamu?" Wajah Zio menampakan amarahnya.
Pria itu mendekat lalu merengkuh pinggang wanitanya.
"Kau itu milikku, tak ada seorang pun yang boleh mendekatimu sekalipun hanya berteman biasa" tegas Zio tak terbantah.
Nana berusaha melepaskan tangan kokoh pria itu yang masih merengkuh pinggangnya.
"Memangnya kau siapaku? Kita tidak sedekat itu. Lagipula kita hanya sekedar teman kan?" Ejek Nana penuh sindiran.
"Aku calon suamimu" ucap Zio tegas menatap intens mata coklat didepannya.
"Cih, memangnya apa yang kau punya sampai berani menikahiku?"
"Aku punya restu dari papamu" Zio menyeringai.
"Sialan, kau mau mencoba membohongiku? Papaku bukan orang yang seperti itu. Dia memberiku kebebasan" ejek Nana lagi.
"Lihat saja nanti. Coba kau catat, 30 hari dari sekarang aku akan menikahimu apapun caranya" bisik Zio ditelinga gadis itu.
"Mundur..!!" Nana mendorong dada bidang Zio namun tak membuat pria itu bergeming.
"Oke, kita lihat saja apa yang akan terjadi 30 hari kedepan" tantang Nana.
"Good" Zio mengacak pelan rambut gadis didepannya.
"Arghh sialan kau!!" Hardik Nana menatap kepergian Zio setelah mengacak rambutnya.
"Dia itu siapa?" Tanya seorang pria yang tadi dipukuli Zio.
"Dia hanya anak rekan bisnis papaku" jawab Nana cuek.
"Kenapa dia terlihat begitu menyukaimu? Apa kalian punya hubungan?"
"Cih, hubungan apa. Dia itu pria bodoh yang membuang waktunya sia sia untuk hal tidak penting. Contohnya seperti ini, datang hanya untuk memukuli mu" kesal Nana.
"Oh, kukira dia kekasihmu yang sedang cemburu" goda pria itu.
"Sudahlah Max, lebih baik segera kembali ke perusahaan untuk mengobati lukamu" ucap Nana pada temannya yang bernama Max itu.
"Baiklah" Max pasrah karna memang lukanya lumayan sakit.
Sore harinya Zio pulang dari kantor,
Pria itu nampak termenung dibalkon kamarnya.
"Aku memiliki segalanya, ketampanan. Kekayaan, namun tak membuat gadis itu bertekuk lutut. Sebenarnya mana kurangku?" Batin Zio bertanya tanya.
"Aku harus mencari cara bagaimanapun di harus menjadi istriku" tekad Zio.
Malam hari,
Nampak suasana hangat dimeja makan. Ada papa Bryan dan mama Mia yang juga duduk disana.
"Kudengar kau tadi membuat keributan dikafe X. Kenapa?" Tanya papa Bryan.
"Ada laki laki yang mendekati wanitaku" jawab Zio cuek membuat papa Bryan menghela napasnya.
Memang dia akui sikap dingin putranya cerminan dari sikapnya dulu.
"wanita itu suka kelembutan, jika kau menunjukan sikap aroganmu terus menerus dia akan semakin menjauh darimu" nasehat papa Bryan pada putranya.
Zio hanya diam tak menanggapi ucapan sang papa.
yuhuuuuu,, jangan lupa beri Like dan Komen sebanyak banyak nya yaa.. jangan lupa vote karya author biar author tambah semangat
kasih author bunga dan kopi dong, biar tambah jrengggg
"wanita itu suka kelembutan, jika kau menunjukan sikap aroganmu terus menerus dia akan semakin menjauh darimu" nasehat papa Bryan pada putranya.
Zio hanya diam tak menanggapi ucapan sang papa.
"Ma, pa.." panggil Zio membuat kedua orang tuanya menatap putranya itu.
"Kenapa? Ada yang mau kau bicarakan?" Tanya papa Bryan.
Zio mengangguk
"Katakan"
"Bulan depan Zio mau menikah" ucap pria itu tegas membuat papa Bryan tersedak.
Uhuk uhuk
"Ini, minum dulu sayang" mama Mia menyerahkan segelas air putih.
"Apa kamu bilang? Menikah?"
Zio mengangguk yakin
"Kenapa mendadak? Apa kau menghamili anak orang?" Tuduh papa Bryan.
"Bukan pa, karna Zio memang sudah ingin menikah"
"Dengan siapa?"
"Arqiana Yulandres" jawab Zio membuat papa Bryan seakan tersedak salivanya sendiri.
"Ka kau yakin?"
"Ya, aku yakin. Mana mungkin aku bercanda"
Papa Bryan dan mama Mia saling menatap
"Apa Rifqi Yulandres memberi restu?" Tanya papa Bryan mengingat rekan bisnisnya yang lumayan perfeksionis itu.
"Aku sedang mengusahakannya. Papa dan mama tenang saja, yang jelas satu bulan lagi aku akan menikah" Zio tersenyum penuh arti.
"Loh, kalau belum dapat restu kenapa secepat itu? Pelan pelan saja, nikmati prosesnya. Tidak baik jika terlalu terburu buru" mama Mia angkat suara.
"Kalau Zio tidak cepat nanti kalah cepat dengan yang lain ma"
Papa Bryan mengernyitkan dahinya
"Memangnya kau juga belum mendapatkan cinta gadis itu?" Tebak papa Bryan yang jelas tau putranya berambisi memiliki putri tuan Rifqi yulandres untuk menjadi istrinya.
Lagi lagi Zio mengangguk
"Oh astaga sayang, lihatlah putramu yang keras kepala ini. Bagaimana bisa dia bilang akan menikah sedangkan calon istri dan mertuanya belum jelas" tunjuk papa Bryan berbicara pada istrinya.
"Papa dan mama tidak perlu khawatir. Yang jelas satu bulan lagi aku akan menikah" jawab Zio tersenyum samar.
Ke esokan harinya Zio datang ke kantor Yulandres seperti permintaan Rifqi Yulandres.
Mata pria itu menatap gadis pujaannya yang duduk dimeja sekertaris.
Zio mendekat lalu menarik lengan gadis itu dan membawanya ke pojok ruangan.
"Kau?!!" Nana marah karna Zio lancang menarik tangannya.
"Kenapa? Kau mau protes?" Zio menghimpit gadis itu disudut ruangan dan tangannya sebagai pembatas agar gadis itu tidak kemana mana.
"Hei, mundur! Aku risih!" Kesal Nana.
"Kalau aku tidak mau bagaimana?" Zio berbisik ditelinga gadis itu membuat seseorang yang baru saja keluar ruangan meluapkan amarahnya.
Diposisi seperti itu terlihat seperti Zio sedang mencium leher Nana.
"Heh, badebah kau!" Seorang laki laki berpawakan sama seperti Zio menarik kasr kerah kemeja Zio.
Bughh
Satu pukulan mendarat dipipi Zio
"Heh! Kau memukulku!"
"Kau sudah melewati batasmu. Dia adikku dan kau memperlakukannya dengan tidak pantas!" Amarah Qian sebagai seorang kakak yang emosi karna adiknya dilecehkan.
"Sialan kau! Mana kungkin aku melecehkannnya!"
"Mungkin saja, nyatanya tadi kau melecehkannya!"
"Tadi aku hanya..."
"Hanya apa? kau kira mataku buta?!"
"Ayo kak, pukul saja sekalian" Nana mengompori.
"Diam!! kah juga kenapa diam diperlakukan seperti itu!"
"Aku tadi melawan kok, dia saja yang tak melepaskanku" elak Nana.
bughh
satu pukulan kembali mendarat untuk Zio.
"Awas kalau kau melakukan hal menjijikan itu lagi pada adikku!" ancam Qian tak membuat Zio takut.
"Sudah sudah!" Nana menengahi pertengkeran sengit itu merasa sedikit iba karna sudut bibir Zio sudah mengeluarkan darah.
"Kak, kak Qian hanya salah paham. Dia hanya berbisik tadi" jelas Nana setelah kakaknya terlanjur memukul Zio.
"Kenapa baru emngatakannya bodoh!!" Tunjuk Qian pada adiknya.
"Ada apa ini?" Suara berat dari seorang laki laki paruh baya yang berjalan mendekati 3 orang itu.
"Tidak ada apa apa pa, hanya berbincang sedikit" Nana menjawab cepat sebelum dibongkar kakaknya.
"Kenapa kau disini? Ruanganku disana" tuan Rifqi berucap dengan nada dinginnya.
"Aku ada kepentingan dengan putrimu" jawab Zio cuek tak merasa takut sedikitpun.
"Langsung keruanganku" tuan Rifqi berjalan memasuki ruangannya diikuti Zio dibelakangnya.
"Kau tidak apa apa?" Qian memegang bahu adiknya.
"Tidak apa apa kak" Nana tersenyum meyakinkan.
"Huhh ya sudah, kembali bekerja" Qian tersenyum lega.
Diruangan tuan Rifqi,
"Apa ini?" Tanya Zio melihat tumpukan berkas didepannya.
"Kau bilang ingin membuktikan kelayakanmu menjadi menantuku kan?"
Zio mengangguk
"Ini proyek besar di kota X, belum ada satupun perusahaan yang berhasil menembus proyek itu. Jika kau berhasil menyelesaikannya dalam 10 hari mulai dari hari ini, aku akan memberimu restu" tuan Rifqi tersenyum tipis.
"10 hari?" Zio mengernyit sambil membaca sekilas proposal itu.
"Kau gila?! Mana bisa! Ini butuh jangka waktu minimal satu bulan!" Kesal Zio ketika melihat proposal itu.
"Oh, jadi kau menolaknya? Tidak apa apa, masih banyak pria yang menginginkan putriku" saat hendak mengambil proposal itu lagi, Zio sudah menariknya lebih dulu.
"Aku akan menyelesaikannya dalam 10 hari" tegas pria muda itu membuat papa Bryan tersenyum.
"Aku suka keputusanmu" tuan Rifqi menepuk nepuk pundak Zio.
Setelah beberapa kali pembahasan akhirnya Zio keluar dari ruangan itu.
Ia tak langsung pergi, pria itu kembali menghampiri meja sekertaris.
"Lihat saja aku akan segera menikahimu bulan depan" ucap Zio tersenyum pada gadis pujaannya.
"Aku tidak yakin kau berhasil menaklukan proyek itu" ejek Nana yang sudah tau sebelumnya tentang proyek besar itu.
"Lihat saja, aku akan kembali dan menjadikanmu istriku" Zio mengusap pipi lembut gadi itu.
"Kurang ajar!" Nana menghempas lengan itu kasar.
"Apa tidak boleh bermesraan dengan calon istriku ini?" goda Zio lagi.
"kakak!!" Nana memanggil kakaknya seolah meminta pertolongan.
"sialan gadis ini!" batin Zio mengumpat.
"Jangan merindukanku, karna aku akan sibuk" goda Zio lagi lalu keluar dari perusahaan itu sebelum Qian datang dan kembali memukulnya.
Hari itu juga Zio mempersiapkan diri berangkat ke kota X untuk memenangkan proyek itu.
Dipesawat pria itu sibuk mempersiapkan hal untuk memenangkan proyek itu.
Tak butuh waktu lama karna kejeniusan pria itu dibidang bisnis.
Setelah mendarat di kota itu, Zio langsung menuju sebuah perusahaan yang menawarkan proyek mega itu.
"Selamat datang diperusahaan kami tuan Kenzio Hendrawan" seseorang sudah menyambut kedatangan Zio karan sebekumnya sudah membuat janji temu.
"Hmm"
"Mari, keruangan saya"
Sesampainya disebuah ruangan megah, Zio menyampaikan ide idenya yang tak terpikir sebelumnya oleh orang lain.
"Saya sangat menyukai konsep yang anda buat" seorang paruh baya tersenyum ramah.
"Saya harus merealisasikan proyek taman ini dalam waktu 10 hari"
"10 hari? Sepertinya sedikit mustahil tuan. Lagipula kenapa harus terburu buru?"
"Ada sesuatu hal penting, sehingga proyek ini harus selesai dalam waktu 10 hari"
Jangan lupa Like dan komen yaaa,, komem sebanyak bayaknya.. bantu share juga ke temen temen kalian.. 🥰
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!