NovelToon NovelToon

Sorry I Love You Boss!

Kedatangan Pemilik Geraldio Company

Di tahun ketiga dihari ke 24 bulan November tahun 2017, bertepatan dengan seribu hari kepergian Chandra Maya. Radhika meletakkan rangkaian bunga diatas pusara mengubur cinta serta mimpinya bersama separuh jiwanya yang telah lenyap. Seperti tahun-tahun sebelumnya gerimis selalu mengiringi langkah dan do'anya setiap kali Radhika menginjakkan kaki di tanah pemakaman.

"Kau lihatlah Amaya semenjak kepergianmu gerimis selalu hadir menemani ku setiap kali aku datang menemui mu alam saja tahu betapa aku sangat merindukanmu. Dan Kau tahu hanya kau lah satu-satunya wanita yang ada dalam hidup ku. Selamanya kau akan hidup didalam aliran darah serta detak jantung ku." ucap Radhika dengan perasaannya yang dalam seolah dia berbicara pada makhluk bernyawa di hadapannya.

Radhika duduk berjongkok menggunakan satu kaki kirinya sebagai dudukan dan kaki kanannya sebagai penopang.Tangan kanan mengusap lembut tiap huruf yang terukir rapih di atas batu nisan, hingga sulit baginya bagaimana cara melupakan ukuran nama tanggal dan tahun duka itu dibuat.

“Berapa lama lagi si boss disana? jadwal pesawat tinggal beberapa menit lagi.“ decak Giovano Sang asisten duduk gelisah di depan kemudi.

Amaya dan Radhika sepakat berpacaran setelah menikah tidak ada hubungan khusus antara lawan jenis yang orang sebut pacaran pada umumnya.

Tapi bagi Radhika semua telah berakhir sebelum kisahnya dimulai, dunia yang kejam, menyiksa batinnya tanpa ampun luka yang nyata tanpa goresan belati tajam menganga tanpa berdarah.

Hampir 20 menit Giovani menunggu atasannya didalam mobil, sedang langit semakin mendung dengan warna gelap yang mendominasi semakin pekat. gerimis semakin intens air yang turun cenderung besar. Diraihnya payung hitam dibukanya lebar-lebar guna melindungi tubuh tuannya agar tidak basah.

"Tuan, hari semakin gelap gerimis akan berubah menjadi hujan lebat. Kita harus sampai di bandara 20 menit lagi." ujar Giovano memayungi tubuh tuannya yang sudah setengah basah.

Radhika bangkit setelah mengucapkan kata terakhir dan mengikuti langkah kaki asisten pribadinya menuju mobil. Kurang lebih dalam waktu kurang dari 20 menit mobil Adhika tiba di bandara Juanda Surabaya menuju ibukota Jakarta. Setelah menunjukkan tiket melalui layar android mereka tinggal menunggu waktu boarding sebelum akhirnya pesawat lepas landas.

Pesawat dengan maskapai penerbangan Surabaya Air mendarat sempurna di bandara internasional Soekarno-Hatta. Radhika dan Giovano di jemput mobil perusahaan Mitsubishi hitam yang kini tengah berkembang di industri perdagangan.

"Hari ini tuan akan langsung pulang kerumah atau ke kantor?" tanya Giovano membuka layar ponselnya.

"Apakah aku memiliki jadwal penting hari ini?" tanya Radhika dengan pandangan fokus di depan.

"Tidak terlalu penting, Tuan. Mungkin akan ada banyak berkas laporan yang harus anda periksa." jawab Giovano menutup kembali layar pintarnya.

"Kita ke kantor!" ujarnya datar.

***

Di perusahaan Geraldio para pegawai dan karyawan baik di staff kantor dan gudang tengah sibuk menyelesaikan pekerjaannya sebelum sang atasan datang ke perusahaan.

"Gawat, hari ini boss akan datang ke kantor, cepat selesaikan pekerjaan mu Kinara!" ucap kepala gudang memberitahu perihal kedatangan pemilik perusahaan.

"Memang apa bedanya boss datang ke kantor atau tidak? Bukannya setiap seperti ini, hampir satu tahun aku bekerja sebagai staff gudang sekalipun aku belum pernah melihat batang hidungnya." Seloroh Kinara tanpa lagi memfilter ucapannya.

"Hey! Kinara jaga ucapan mu. Jangan sampai ucapan mu tadi terekam baik di cctv, bisa tamat riwayat mu di perusahaan ini." tegur Sony kepala gudang memberi peringatan. Sedang yang dimarahi masih bersikap cuek dan teramat santai menghitung barang yang masuk kedalam gudang.

Panggilan untuk semua karyawan di haruskah menyelesaikan pekerjaan sebelum jam kantor usai.

Suara himbauan dari ruang informasi melalui mesin pengeras suara ditujukan langsung pada seluruh karyawan perusahaan.

"Kinara apa Kau sudah hitung semua barang dengan benar? Hari ini boss akan memeriksa semua jumlah barang yang masuk pada bulan ini," tanya Riko kepala administrasi gudang.

"Kau tenang saja pak senior semua sudah tercatat di buku laporan ku," jawab Kinara yakin akan hasil penghitungannya.

Tap

Tap

Tap

Suara derap langkah kaki yang saling berbenturan antara lantai dan sepatu yang saling bergesekan. Suasana kantor tiba-tiba berubah sunyi dan mencekam saling lempar pandang serta bisikan kata dari para staff melihat kedatangan boss mereka yang kedatangannya ke kantor bisa dihitung dengan hitungan jari setiap bulannya.

Masalah

Radhika mengayunkan langkah kakinya memasuki ruangan mendapati setumpukan berkas, serta dokumen penting lainnya.

Satu persatu diraihnya berkas yang dumulai dari laporan keuangan. Radhika cocokkan dengan jumlah yang ada di layar laptopnya. Mata dan otaknya telah terlatih dan terasah dengan tajam dengan angka-angka misterius yang kadang berubah dalam kedipan mata.

Hampir satu jam Radhika dan Giovano berada dalam ruangan ber-AC tapi cukup membuat Giovano gerah dalam balutan jasnya, ia pun mulai melepaskan jas di tubuhnya dan menyampirkan di kursi yang didudukinya.

Asisten pribadi Radhika nampak duduk gelisah mengamati tiap angka dalam tabel, ada perbedaan dengan angka yang berada di dalam berkas laporan ditangannya. Berkali-kali Giovano meneliti angka itu kembali menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dan sikapnya itu tidak lepas dari pandangan bosnya.

"Ada masalah Gio?" Radhika bertanya seraya meraih berkas dari Giovano.

"Eh, tidak tuan hanya_" Radhika melirik Gio dengan sorotan mata dinginnya.

gawat, gawat bos bakal marah dan bom akan meledak hari ini juga!

Gumam asistennya takut akan ada masalah setelah ini pikirnya.

"Maksudnya apa ini? Panggil yang bersangkutan sekarang!" Radhika melempar berkas di mejanya dengan wajah yang sudah setengah marah.

"Baik, Tuan," asistennya menjawab lalu menghubungi staff gudang melalui panggilan interkom.

Sambungan interkom pun diputus Sonny segera beranjak dari kursinya. Ada sedikit kecemasan yang Riko rasa ada yang tidak beres jika atasannya sudah memerintah kepala gudang datang menemuinya.

"Apa telah terjadi sesuatu Sony?" Riko bertanya pada Sonny yang menjabat sebagai kepala gudang.

"Entahlah kemungkinan kita semua akan menghadap si boss suruh saja anak buahmu bersiap, Riko!" pikir Sonny yang kemungkinan besar akan terjadi pada seluru staff gudang.

Sonny secepatnya memenuhi panggilan asisten Giovano sedang Riko memberi intruksi pada seluruh bawahannya bersiap sebelum ada panggilan berikutnya.

"Semua yang ada disini dengar! Pak boss meminta kepala gudang kita pak Sonny menghadap Pak Radhika. Mungkin saja berikutnya adalah panggilan untuk kalian." semua orang yang sedang berada di bagian penyimpanan barang pun saling melirik dan melempar pandang.

Dion menyenggol sikut Kinara melirik kearahnya dan bertanya pada teman satu shift dengannya.

"Kinara apa kau sudah memastikan hitunganmu sudah benar, Sebelum kau menyerahkan pada kepala gudang?" tanya Dion serius mengingat wajah pemilik perusahaan jauh dari kata bersahabat.

Jika mengingat supervisor yang dimarahi habis-habisan hanya karena telat 5 menit karena terjebak macet.

"Tentu saja benar, kalau pun ada yang salah seharusnya sebelum berkas dikirim ke meja kerja si bos kepala gudang harus memeriksa dan aku bisa merevisi kembali jika memang aku salah menghitung." jawab Kinara enteng tidak mau kalah.

"Dasar bodoh!" Dion mengetuk kening Kinara pelan "Untuk apa kepala gudang mempercayai mu dan memperkerjakan mu, Kinara!" Sambung Dion lagi.

"Ohh, Tidak ini bisa gawat!" sadar Kinara akan ucapan Dion menutup mulutnya yang menganga yang tak terpikirkan olehnya sejauh itu jika memang kesalahan itu bersumber darinya.

***

"Laporan apa yang kau kirim di meja kerja Ku ini!" bentak Radhika melempar berkas dihadapan kepala gudang, tanpa berani mengangkat kepalanya yang menunduk sejak masuk kedalam ruangan.

"Mma_Maafkan saya tuan," ucap Sonny gemetar.

"Siapa yang bertanggungjawab atas kesalahan ini? Apa kau yang akan mengganti kerugian barang setiap persennya?" sarkasnya dengan nada yang tinggi.

"Maaf Tuan saya membuat laporan sesuai jumlah angka barang yang tertulis," Sonny menjawab pertanyaan atasannya yang bernada sedikit mengintimidasi dirinya.

"Saya tanya siapa yang bertanggungjawab? Saya tidak minta penjelasan dari mu atau mendengar pembelaan dalam bentuk apapun." Kini dengan intonasi yang lebih tinggi dan wajah yang dikuasai kemarahan yang mendominan.

"Sebaiknya kau panggil bawahan mu yang menghitung semua barang yang keluar masuk gudang!" titah asisten pribadi Radhika menengahi.

"Baik, Tuan!" jawab Sonny cepat. Segera meninggalkan ruangan yang cukup mencekam nyalinya.

"KINARA.....!!!

Teriak Sony memanggil Kinara yang masih berjarak tiga meter menuju pintu gudang.

"Panggil Kinara sekarang! Gara-gara dia dihadapan kepala pimpinan perusahaan aku terlihat sangat bodoh. Bahkan seperti tikus got yang tak berguna," Marah Sonny mengepalkan kedua tangannya. Kinara melangkah perlahan menghampiri Sonny selaku kepala gudang yang bekerja dibawah pengawasannya.

"Ss_Saya, Pak!" ujar Kinara terbata berhadapan langsung dengan kepala gudang disaat dirinya benar-benar dalam keadaan kemarahan.

"Sekarang kamu ambil berkas laporan yang saya buat berdasarkan total jumlah barang yang kau hitung di ruangan pak Radhika, Sekarang!" bentak Sonny tidak main-main.

"Tapi, Pak saya sudah hitung dengan teliti dan ben__"

"Cukup, Kinara!" tegas Sonny memberi peringatan keras lewat tatapan matanya yang menusuk.

Minta Tolong

Dion melirik teman satu shift nya yang kini tengah dalam masalah, di lain sisi Dion memperhatikan sikap aneh Marisa yang nampak biasa saja dan tenang.

Setelah ini mungkin kau akan

dikeluarkan dari perusahaan karena tidak becus bekerja.

pikir Marisa dengan sorotan matanya yang menunduk menatap tumpukan kardus di lantai gudang.

"Ada apa dengan mu, Marisa? Sepertinya kau tidak terlalu excited dengan masalah Kinara." Dion menatap curiga gadis yang ada di sebelahnya lewat tatapan matanya hingga membuat Marisa berdiri tidak nyaman.

"Kau mau mengatakan jika akulah pelakunya?"

"Kau ini bertanya padaku atau mau memberitahu dirimu yang sebenarnya?" Pertanyaan sekaligus sebuah umpatan secara tidak langsung yang Dion utarakan pada Marisa yang sejak awal Kinara diterima bekerja di perusahaan milik keluarga Geraldio.

"DION!" teriak Marisa kesal sedang Dion pergi begitu saja meninggalkan gadis dengan sejuta kekesalannya.

pertama kau rebut posisiku kedua kau rebut Dion dariku, Kinara!

ujarnya lirih pada dirinya sendiri mengepalkan kedua tangannya menahan marah.

*******

Didalam ruangan tubuh tinggi tegap pria berwajah tampan indo campuran berdiri tegak menghadap dinding ruangan membelakangi meja kerjanya juga pintu ruangan.

Menunggu kedatangan karyawan staff gudang yang berhasil mengusik ketenangannya, setelah perjalanannya yang cukup lelah.

Kinara mengetuk pintu dan masuk setelah mendapat jawaban dari sang atasan. Kinara menyapukan pandangan ke empat sudut ruangan, berjalan maju setelah mendapati seseorang didalamnya berdiri dengan style nya yang berkelas.

Mendengar langkah kaki yang saling berbenturan dengan lantai. Radhika sedikit menoleh ke kanan, tanpa perlu melihat ataupun tahu siapa itu Kinara? Seperti apa dia? Apa pentingnya bagi seorang Radhika mengenal karyawan nya satu persatu. Terlebih itu adalah karyawan biasa yang hanya mengandalkan ijazah SMA-nya saja.

"Saya Kinara, Tuan yang bertu__"

"Ambil berkas itu dan hitung dari awal, gunakan mata dan otakmu untuk bekerja!“ Sarkas Radhika to the point.

"Tidak mungkin hitungan saya salah, Tuan. Sa__“ sangkal Kinara mencoba berjalan mendekati Radhika yang masih berdiri tanpa menoleh. Apalagi merubah posisinya dengan kedua tangan berada dalam saku celana bahannya.

“Tetaplah diam di tempat mu!“ bentak Radhika dengan nada yang tinggi. Seketika membuat Kinara tersentak kaget hingga tubuhnya terjingkat. Jantungnya hampir saja lompat dari tempatnya saat mendengar suara lantangnya yang terdengar begitu arogan.

“Jadi kau merasa dirimu lebih pintar? Dan disini akulah yang bodoh begitu menurut mu?"

"Sa_Saya tidak ada maksud seperti apa yang tuan katakan,“ Kinara berkata mencari kebenaran dan pembelaan untuk dirinya sendiri. Gadis itu merasa bahwa dirinya tidak merasa membuat kesalahan, dia selalu meneliti pekerjaannya sebelum diserahkan kepada kepala gudang.

"Jika sampai terjadi sedikit saja kerugian di perusahaan Ku. Saya pastikan kau akan menggantinya dengan keringat dan darahmu. Keluar!“ perintah Radhika marah dengan nada yang lebih tinggi dari sebelumnya.

Tanpa terasa butiran bening keluar begitu saja dari kedua pelupuk mata indahnya. Kinara meraih berkas yang sudah terlempar tak beraturan diatas meja kerja sang pimpinan perusahaan. Diraihnya berkas itu seraya melirik tajam kearah punggung pria angkuh dihadapannya dan bersumpah.

Aku bersumpah aku akan menghancurkan dinding pertahanan mu yang sombong itu.

umpat Kinara dalam benaknya dengan segala keyakinannya, jika dirinya mampu menaklukkan sikap dingin dan angkuh pria aneh menurutnya.

Sedikit kasar Kinara menutup pintu ruangan CEO, cukup membuat Radhika terperangah dalam decaknya. Tanpa sengaja bahu Kinara bersenggolan dengan bahu Giovano yang baru saja keluar mengecek hasil pengetikan di ruang audit.

“Maaf, Nona!“ ujar Giovano melirik sekilas Kinara yang berjalan cepat sambil mengusap pipinya yang basah. Sedangkan Kinara berjalan lurus tanpa peduli ataupun sekeder membalas maaf pria yang tanpa sengaja bersenggolan dengannya.

"Dia pikir aku tidak bisa mencari pekerjaan lain di jakarta. Aku bisa mencari pekerjaan di perusahaan yang jauh lebih besar dari perusahaan ini." Kinara menggerutu sebal mengeluarkan seluruh kegondokan di hatinya. Pada pimpinan perusahaan tempatnya bekerja saat ini. Menutup kembali pintu loker tempatnya menyimpan tas serta barang pribadinya.

Seperti biasa sebelum pulang Kinara akan mengganti seragam kerjanya dengan baju ganti yang dia bawa dari rumah.

Lagi-lagi Marisa berniat buruk pada Kinara, diam-diam ia mengunci pintu toilet dari luar lalu secepatnya Marisa pergi meninggalkan toilet karyawan khusus wanita.

“Mampus loe, Kinara!" umpat Marisa penuh benci.

Setelah Kinara selesai mengganti seragamnya dengan pakaian biasa, gadis itu mencoba memutar knop pintu namun pintu tak kunjung terbuka.

Berkali-kali Kinara memutar dan menarik knop sekuatnya usahanya tetap sia-sia, ia pun berteriak sekencangnya agar orang diluar dapat mendengar suaranya berteriak minta tolong.

“Tolong! Siapapun diluar sana tolong, buka pintunya!" Kinara berteriak memukul daun pintu sekerasnya. Berharap ada orang lewat dan memukakan pintu yang terkunci dari luar.

"Gio! Apa kau mendengar sesuatu?" tanya Radhika. Ekor matanya mencari ke sumber suara.

“Ya. Seperti teriakan perempuan minta tolong tuan. Biar saya periksa tuan,“ jawab asistennya menajamkan pendengarannya.

“Kau lanjutkan saja tugasmu, Gio. Biar aku yang cari tahu siapa yang berteriak minta tolong,“

"Baik, Tuan,“ sahut Giovano cepat.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!