Muhammad Abizar Al Hafidz
Putra ndalem dari kyai Anwar dan sudah banyak orang yang mengenal mereka berkat mengasuh pondok pesantren Darussalam, sayangnya sampai sekarang Abi belum memikirkan soal pernikahan karena belum ada wanita yang benar benar seperti keinginan nya
"Silakan gus diminum kopi nya" Ucap Abdul, seorang pengurus yang juga merupakan santri disini
"Iya mas, terimakasih" Ucap Abi balik dengan meminum kopi nya perlahan
"Oh iya, kapan mas?" Tanya Abi sambil bercanda
"Gus ini bisa aja, Insya Allah setelah gus menikah nanti saya menyusul"
Abi hanya tersenyum saja mendengarnya, emang dia bisa menikah? Entah lah
"Gimana mas? Disini bertahun tahun udah betah?"
"Alhamdulillah betah gus, abah sama umi juga baik sama saya.. disini lingkungan nya nyaman" Jawab Abdul tersenyum
"Alhamdulillah kalau gitu, yasudah mas saya mau ngajar lagi.. terimakasih ya untuk kopi nya" Ucap Abi berdiri dan meninggalkan teras rumah
Setiap hari Abi mengajar di sekolah swasta juga menjadi guru untuk santri yang berada di kediaman orang tuanya, sesekali ia juga menghadiri undangan tausiyah jika ada
Jam 2 siang ia akan pulang dan istirahat sebentar, lalu sore ganti mengajar santri pondok untuk belajar bersama.. itupun jika Abi tidak ada urusan maka dia yang akan langsung mengajar, biasanya ada yang akan menggantikan nya
Dan malam nanti ia harus mengawasi santri yang darusan atau membaca al qur'an serta beberapa santri yang ingin hafalan juga bisa langsung denganya
"Sampai sini dulu ya.. kalian bisa istirahat dan bersiap untuk sekolah besok" Ucap Abi membubarkan mengakhiri kelas belajar santri malam ini, dan saat semua santri sudah keluar dari aula belajar untuk kembali ke kamar masing masing
"Gus, itu dipanggil abah katanya disuruh ke ruangan nya, sudah ditunggu sama umi juga" Ucap mas Wan atau biasa dipanggil mas Wawan
"Oh iya mas terimakasih, ini saya langsung kesana" Ucap Abi walau dalam hati ia heran, tumben baru selesai mengajar ia langsung di panggil oleh orang tuanya
Karena aula dan rumah berbeda gedung, Abi langsung bergegas menuju kesana lewat pintu samping dan menghampiri orang tuanya yang berada di ruang kerja abah Anwar, biasanya jika ada hal serius ia akan dipanggil kesana
Tok tok tok!
"Masuk Abi"
Abi membuka pintu lalu duduk bersandingan dengan umi nya disana
"Abizar... Abah mau bicara serius sama kamu" Ugap abah
"Iya bah" Ucap Abi siap mendengarkan
"Abah sudah lama meminta petunjuk sama Allah untuk dibukakan jalan bertemu jodoh kamu, dan abah yakin ini jawaban yang sudah lama abah nanti"
"Jawaban?"
"Iya, Abah sudah dapat petunjuk.. begitupun orang tuanya juga abah sudah kenal"
"Siapa pah? Izar juga kenal sama mereka?"
Abah Anwar sedikit menghela nafas, tau jika perkataan selanjutnya akan membuat Abi terkejut karena terlalu tidak menyangka, tapi... ya jodoh memang unik
"Pak Yahya.. rumah nya memang agak lumayan dari sini, tidak dekat juga tidak jauh.. menurut abah hanya putri dari pak Yahya yang akan berjodoh sama kamu"
"Pak Yahya siapa bah?"
"Ada, teman Abah dulu.. nanti atau besok kalau kamu ada waktu, temani abah kesana ya"
"Untuk apa bah?" Tanya Abi bingung, toh dia belum bertemu putri dari pak Yahya, jadi dia belum berniat untuk melamar atau mengkhitbah seseorang
"Untuk menyampaikan niat baik kamu" Jawab Abah
"Tapi kan Izar belum ada rencana untuk melamar siapapun bah, apalagi Izar juga belum tau siapa orangnya" Ucap Abi yang membuat umi Rida menggelengkan kepala, putranya ini memang agak keras kepala
"Kan nanti kamu bisa ketemu sama orangnya, udah Abi... abah yakin kalau petunjuk dari Allah itu benar"
"Nama putri nya pak Yahya siapa bah?" Tanya Abi agar ia bisa mendapat sedikit informasi tentang gadis tersebut
"Fifin Zayna"
"Kok Izar agak familiar ya bah sama namanya" Ucap Abi menggaruk tengkuk kepala nya, ia seperti pernah bertemu dengan gadis bernama Fifin itu
"Iya.. kamu pernah ketemu sekali sama nak Fifin" Ucap umi Rida membenarkan, mungkin putranya sudah lupa dengan kejadian tahun lalu
"Abi pernah bertemu sama dia dimana umi?"
"Nanti kalau kamu udah di rumahnya juga pasti ingat kok Abi, kamu tenang aja.. pertama kali bertamu hanya untuk ramah tama saja, bukan berarti langsung mengkhitbah nya.. toh nanti juga perlu persetujuan dari nak Fifin dulu" Jawab Umi menenangkan agar Abi tidak perlu khawatir jika harus melamar dengan jangka waktu secepat ini
"Abah.. boleh kalau Izar pikirkan dulu? Memilih jodoh memang tidak semudah yang diharapkan" Ucap Abi
Abah menghela nafas, ia tahu bahwa putranya berniat mencari tahu dulu semuanya tentang Fifin Zayna yang digadang gadang akan menjadi istrinya
"Izar.. nak Fifin tidak ada di kota ini, kamu minta waktu sama abah juga percuma karena tidak bisa melihat Fifin jika tidak langsung izin ke rumah nya"
Abi mengerutkan alisnya, maksud nya apa Fifin tidak ada di kota ini? Terus untuk apa abah mengajak nya bertamu di rumah pak Yahya jika Fifin tidak ada disana
"Abah.. beri Izar waktu sebentar saja ya? Karena tidak mungkin Izar bisa memutuskan nya sekarang" Ucap Abi meminta kelonggaran saja
"Abah beri waktu dua hari, selama itu berpikir yang baik baik saja.. tidak mungkin abah sengaja mendorong anak abah sendiri ke jurang, ini juga untuk kebaikan kamu"
"Baik abah" Ucap Abi menurut saja yang penting dia masih memiliki waktu untuk mencari tahu siapa itu Fifin
Selesai dengan keperluannya, Abah Anwar langsung keluar dari ruang kerja karena ingin beristirahat, hanya tinggal Abi dan umi Rida disini
"Umi... Abi mau cari istri yang baik" Ucap Abi menghadap umi yang sangat dicintainya tersebut
"Iya Abi, umi tau kok.. mencari yang baik memang perlu, tapi membimbing istri untuk menjadi baik malah lebih penting loh" Ucap umi mengingatkan agar Abi tidak terlalu selektif nanti
Abi menghela nafas panjang, sedangkan Umi tersenyum sambil mengelus kepala putra nya itu.
"Putra umi sudah besar, apapun hal yang kamu temukan nanti jangan dijadikan hambatan ya.. kamu tau kan kalau tidak ada orang yang sempurna di dunia ini? Kalau kita bisa menyempurnakan kenapa tidak?"
"Umi.. Abi hanya ingin yang terbaik untuk masa depan keluarga nanti" Ucap Abi memberi alasan
"Umi tau sayang, tapi sesuatu yang kamu lihat negatif juga belum tentu sepenuhnya buruk.. begitupun sebaliknya, umi tidak mau kamu terlalu menilai orang lain" Ucap Umi menjelaskan secara perlahan
"Baik umi, akan Abi coba nanti"
Abi lantas kembali ke kamarnya yang berada di atas, rumah itu memang 2 lantai namun tidak terlalu besar.. di samping rumah ada aula belajar, gedung kamar tidur santri putra, serta musholla untuk kegiatan santri, dan di belakang rumah juga ada beberapa bangunan gedung yang cukup luas untuk tempat tidur santri putri
Saat Abi sudah sampai di kamarnya, Ia menatap jendela sejenak dimana ada pemandangan jalan raya dan gerpang ponpes Darussalam.. beserta kang kang yang sedang jaga malam sambil ngopi di tempat penjagaan
Yaa... Abi cukup bahkan sangat penasaran, orang seperti apa yang akan menjadi istrinya? apa dia sesuai seperti yang Abi inginkan atau tidak?
"Ah anak anak pasti udah tidur sekarang" Ucap Abi melihat jam di ponsel nya yang sudah menunjukkan pukul 12 malam, sebaiknya ia juga istirahat.. urusan soal Fifin biar besok saja ia mencari tahu.
Keesokan dikala jam 3 dini hari Abi terbangun, ia sadar bahwa panggilan ini sangat istimewa.. maka dari itu ia langsung bergegas untuk mandi lalu berwudhu dan melaksanakan sholat yang lebih baik dari dunia dan seisinya, yaitu tahajud
Ia juga bisa melihat anak anak santri sedang berhamburan keluar kamar untuk berebut wudhu terlebih dahulu, berhubung kali ini ada do'a dan petunjuk khusus yang akan ia minta.. maka untuk hari ini lebih memilih sholat tahajud sendiri
Selesai dari kamar mandi, tiba tiba pintu kamar nya diketuk
"Izar.. kamu tidak mau sholat bareng santri di bawah?"
Abi membuka pintu dan melihat orang tuanya sudah ada di depan mata "Untuk hari ini Abi akan sholat sendiri bah"
"Ya sudah, kalau gitu abah sama umi kebawah dulu" Ucap abah Anwar yang dibalas anggukan oleh Abi
Abi lantas menutup pintu kembali, lalu melaksanakan sholat dengan khidmat dan khusyu' , kali ini ia benar benar serius untuk meminta petunjuk dari rab nya
"Ya Allah ya tuhanku.. hanya engkau yang tau apa yang terbaik untuk ku, maka dari itu hamba mohon berilah hamba petunjuk, agar hamba tau dan mengerti langkah apa yang selanjutnya harus hamba ambil ya Allah, permudahkan urusan hamba kali ini, Aamiin ya rabbal alamin"
Selepas tahajud Abi akan membaca al qur'an sebagai penyejuk juga penenang hati nya sembari menunggu waktu subuh datang
Sebenarnya Allah sudah memberi petunjuk pada Abi berupa mimpi baik yang datang, juga beberapa kali pertemuan tidak sengaja nya dengan Fifin.. sayangnya Abi terlambat mengerti soal petunjuk tersebut hingga Abah lah yang akan menjadi perantara kali ini
Selepas sholat subuh, Abi mengecek pekerjaan miliknya apakah ada yang belum dikerjakan, karena ia juga memiliki usaha sendiri yakni butik baju muslim
Juga ada beberapa pesan yang masuk seperti dari saudara contoh nya
Kak aina
📩 : Abi.. nanti tolong anterin aku nanti cek kandungan ya
✉️ : "Jam berapa?"
📩 : Jam 10 kayak biasa nya
✉️ : "Oke"
Yapp, Aina adalah kakak perempuan Abi yang lebih dulu menikah tahun lalu juga sudah diawa ke rumah suami nya, dan karena kakak iparnya sedang ada pekerjaan diluar daerah, maka dari itu dia yang akan mengantar nanti
Abi mengganti pakaian dengan tipe casual tapi sopan dan tertutup karena pagi ini dia tidak ada jadwal mengajar, melainkan ada urusan pribadi termasuk soal Fifin kemarin
"Loh.. gus kok pagi pagi udah rapi aja?" Tanya mas Wawan yang kebetulan melewati kamar Abi karena mengambil beberapa barang atas perintah abah tadi
"Iya mas mau ada urusan, saya ke bawah dulu ya.. mau pamit sama umi"
"Oh iya gus"
Abizar yang langsung turun kebawah juga melihat ada umi dan bulek marni yang sedang memasak untuk sarapan nanti, sebenarnya agak tidak tega karena tidak makan sarapan buatan umi.. tapi lebih baik ia pergi sekarang daripada nanti kesiangan
"Umi... Abi mau berangkat dulu ya" Pamit nya
"Loh pagi pagi mau kemana?" Tanya umi heran
"Abi ada urusan pekerjaan mi, nanti jam sepuluh juga nganter kak Aina cek kandungan" Jawab Abi
"Ohh mau ke rumahnya ning Aina toh?" Tanya bulek
"Iya bulek, nanti di sampaiin salam dari bulek" Ucap Abi memberikan jempol nya
"Trus ini sarapan kamu gimana Abi?" Tanya umi
"Nanti bisa dirumah kak Aina aja umi"
Umi hanya mengangguk angguk saja lalu memberikan tangan nya kepada Abi sebagai bentuk pamit dan perizinan untuk putra nya
Sebelumnya Abi juga sudah berpamitan pada abah Anwar lewat mas Wawan karena abah sedang bersama para santri sekarang
Mas mas yang menjaga di pos keamanan depan langsung membuka gerbang ketika melihat Abi keluar rumah dengan menenteng kunci mobil milik nya
"Mau keluar sekarang gus?"
"Iya mas, minta tolong ya" Ucap Abi memberi senyum nya untuk kang mas yang semangat menjaga hari ini
Para santri yang sedang bersih bersih halaman hanya mampu melihat saja, tumben gus itu pagi pagi sudah keluar rumah? Hal yang sangat jarang dilakulan
Dalam perjalanan Abi juga menghubungi teman nya yang merupakan anggota kepolisian untuk meminta nya mencari tahu siapa itu Fifin Zayna
📞 : Wahh serius ini mau cari tahu soal cewek? Jangan jangan...
📞 : "Iya Bim, aku juga terpaksa kok. Gak ada niatan jelek apapun"
📞 : Tenang bro tenang, iya nanti coba aku cari tahu lewat daftar nama nya aja
📞 : "Oke, nanti kabarin aja ya, Assalamualaikum"
📞 : Waalaikumsalam
Yaa meskipun cari tahu soal cewek udah kayak mau ngejar buronan, tapi cuman cara itu yang terpikirkan oleh Abi.. tidak ada yang lain nya
Untuk sekarang dia akan ke butik dulu, meski belum buka tapi dia juga memegang kunci cadangan butik tersebut.. disana dia akan mengecek beberapa produk yang laku di pasaran, yang kurang laku hingga yang tidak laku untuk mencari tahu baju seperti apa yang disukai orang orang
Ketika sampai seperti biasa, butik yang lumayan besar yang isinya sama seperti butik lainnya, hanya saja butik kali ini kebanyakan menyediakan baju muslim muslimah
Abi menyalakan lampu dan mengecek stok baju di gudang, juga melihat barang apa saja yang belum ada disini supaya dia bisa melengkapi kebutuhan karyawan dalam membuat jahitan yang baik
Abi melakukan pekerjaan nya sampai jam 8 pagi dimana pegawai nya akan sampai pada jam itu
"Assalamualaikum, kok sudah ada disini pak?"
"Waalaikumsalam, iya mas, sengaja cek apa aja yang kurang" Jawab Abi pada Yanto yang merupakan kasir butik serta orang yang membawa kunci butik
"Ohh.. mau makan dulu?" Ucap Yanto menawarkan bubur yang ia bawa
"Tidak perlu repot mas, saya juga mau ke rumah kakak.. oh iya jika ada kekurangan alat ataupun bahan yang habis langsung lapor ke saya"
"Siap pak" Ucap Yanto memberi hormat
"Ya sudah kamu sarapan aja sambil nunggu yang lainnya datang, saya pamit dulu.. Assalamualaikum"
"Oh iya pak, Waalaikumsalam" Jawab Yanto seraya melihat abizar keluar butik dan menjalankan mobil nya ke rumah Aina
Ya... jarak rumah Aina memang tidak jauh sih, hanya perjalanan 20 menit saja sudah sampai, Abi sudah lapar maka dari itu ia datang lebih awal
Terpampang rumah minimalis rapi di depannya itu sudah bersih semua, berarti Aina habis menyapu sebagai olahraga tadi pagi
Pekerja yang berada di rumah Aina langsung membuka gerbang ketika tahu bahwa Abi yang datang
"Terimakasih ya pak"
"Sama sama gus👍"
Abi langsung mengucap salam dan masuk ke dalam rumah, jam segini biasanya Aina sedang mengemasi buku kehamilan untuk cek nanti
"Waalaikumsalam... tumben datang nya pagi?" Tanya Aina yang sedang menyiapkan tas nya di ruang keluarga
"Iya, laper soalnya belum makan" Jawab Abizar seraya menatap kakak perempuan nya tersebut
Aina sudah rapi dengan gamis dan hijab yang melekat cantik pada dirinya, tidak menyangka saja dulu yang sering bertengkar dengannya karena merebutkan kasih sayang umi kini sudah akan menjadi seorang ibu
"Yaudah makan aja sana, aku udah makan tadi"
Abizar mengangguk dan berjalan menuju ruang makan, dimana sudah ada beberapa hidangan sehat disana sesuai rekomendasi dari dokter kandungan
Ia makan dengan pelan namun lahap juga karena makanan sehat untuk Aina cukup enak
"Kamu kak yang masak?" Tanya Abi kala melihat Aina mengambil air minum
"Bukan, bulek Asri yang masak" Jawab Aina menyenggol bulek Asri yang sedang memilih daun bayam di sebelahnya
Abizar hanya tersenyum dan mengangguk saja, memang sih Aina itu orangnya tidak bisa memasak, hanya pelajaran saja yang ia bisa
Selepas makan Abi baru mengecek pesan dari Yanto untuk melihat laporan sesuai yang ia minta, berhubung sudah jam 9 maka dari itu Aina menyuruh nya untuk bergegas mengantar
~
Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Abi juga lebih memilih diam karena kembali memikirkan soal Fifin... ini tidak biasa bagi Abi yang perasaan nya telah berubah, cemas dan khawatir
"Kamu kenapa sih?" Tanya Aina
Abizar hanya menggeleng saja, untuk sekarang memang sebaiknya Aina jangan diberi tahu dulu
15 menit mereka sampai di rumah sakit swasta, lalu mengambil antrian untuk konsultasi ke dokter kandungan
"Duduk aja biar aku yang berdiri" Ucap Abi melihat hanya satu kursi yang tersisa, ia kasihan jika Aina terlalu lama berdiri
"Oh iya.. Abah bilang katanya kamu mau menikah?" Tanya Aina
"Enggak, belum... aku belum tahu siapa orang yang dimaksud abah kak" Jawab Abi menggelengkan kepala
Aina hanya mengernyitkan alis serta memajukan bibirnya, dari dulu ia sangat malas jika berbicara soal percintaan Abi, hanya karena Abah yang menghubunginya maka dari itu ia pun menanyakan pada sang adik
"Nyonya Aina" Panggil suster ketika giliran Aina masuk untuk periksa
Abi hanya menunggu di kursi pasien saja karena ia juga tidak berani jika melihat Aina diperiksa, hanya suami Aina saja yang berhak
Syukur alhamdulillah bahwa janin dalam perut Aina dalam keadaan sehat dan baik baik saja, bahkan perkembangan janin yang sudah masuk usia 8 bulan itu sangat baik
"Terimakasih ya bu, kalau begitu saya pulang dulu" Ucap Aina berpamitan
"Sama sama.. hati hati di jalan ya nyonya Aina, jangan lupa untuk tanggal HPL nya" Ucap dokter kandungan tersebut
Dan saat mereka berjalan ingin keluar rumah sakit, mata Abizar menangkap satu nama yang berada di poli ibu hamil, yaitu nama Fifin Zayna A.Md.Keb tepat di sebelah papan nama dokter kandungan tadi
Dari sekian banyak nama asisten dokter spesialis kandungan, hanya nama Fifin saja yang ia tangkap, langkah kaki nya pun otomatis berhenti, ia teringat dengan nama perempuan yang kemarin malam sudah abah sebut berkali kali
"Abi.. nungguin apa sih?" Tanya Aina heran melihat adiknya ini
"Sebentar kak.. bentar" Ucap Abi menoleh kanan kiri untuk mencari suster atau perawat yang lewat, ia ingin bertanya apa mungkin nama Fifin Zayna disitu adalah orang yang dia cari?
Abizar masih mencoba meneliti nama yang barusan ia lihat agar tidak salah, benar kan itu nama yang disebut abah kemarin?
"Eh dok" Ucap Abi aaat melihat dokter spesialis kandungan tadi keluar dari ruangan nya
"Iya pak, ada yang bisa saya bantu?" Tanya dokter tersebut
"Maaf mau nanya, Fifin Zayna ini siapa ya dok?" Tanya Abizar sambil menunjuk papan yang berisi daftar nama pegawai di poli ibu hamil tersebut
"Fifin? Ah itu asisten saya" Jawab dokter tersebut sambil tersenyum ramah
"Asisten dokter yang ada di dalam tadi?" Tanya Abizar mengingat tadi dokter dibantu asisten saat memeriksa tadi
"Bukan, itu tadi asisten yang lain karena Fifin nya sedang cuti" Jawab dokter
"Cuti kenapa ya dok?" Tanya Abizar semakin penasaran, dokter terdiam karena seperti enggan menjawab jika itu membocorkan soal pegawai rumah sakit mereka
Abizar paham dengan tatapan dokter itu, lalu dengan ragu ia mengucap "Sa- saya calon suami nya, jadi saya ingin tahu saja" sambil senyum canggung
Sedangkan Aina yang mendengar hal itu sampai melebarkan matanya karena terkejut dengan ucapan adiknya barusan
"Oh... bapak sebagai calon suaminya harusnya tahu dong kalau bu Fifin sedang mengambil cuti karena ujian S1 kebidanan nya di luar kota" Jawab dokter itu menjelaskan meski cukup kaget, ternyata Fifin sudah punya calon suami
"Aaa iya, terimakasih dok.. kalau begitu kami permisi dulu" Ucap Abizar menganggukkan kepala sambil menggandeng lengan kakak nya agar mereka segera menjauh menuju parkiran
"Kamu udah punya calon istri?" Tanya Aina saat mereka sudah duduk manis di dalam mobil, jantung nya kaget bukan main karena adik nya tadi
"Belum kak, kan aku udah bilang tadi" Jawab Abi
"Lah tadi Fifin Fifin tuh siapa? Fifin yang dibilang abah kemarin?" Tanya Aina
"Iya kak, namanya sama persis" Jawab Abi membenarkan
"Berarti abah mau jodohin kamu sama bidan yang biasanya ngecek aku itu?" Tanya Aina
"Ya aku gak tau sih kak itu Fifin yang dimaksud abah atau bukan, cuman kalau dari namanya sih sama" Jawab Abizar sambil memutar mobilnya keluar dari parkiran rumah sakit
"Emang bulan kemarin yang ngecek kandungan kakak itu Fifin?" Tanya Abi
"Iya.. dia kan emang asisten nya dokter kandungan tadi" Jawab Aina membenarkan
"Tau gitu mah dari kemarin aku minta bantuan sama kakak, biar rasa penasaran gak dibawa sampai tidur" Ucap Abi
"Kan belum tentu juga Fifin yang dimaksud abah kemarin bidan itu" Ucap Aina yang ada benarnya juga sih
"Nanti aku tanya sama Abah"
Setelah mengantar Aina pulang, Abi langsung pulang ke rumah, ia masih penasaran dengan yang namanya Fifin tadi, mana Bima belum ada kabar apa apa lagi
"Sudah pulang gus?" Tanya mas mas bagian keamanan yang membuka gerbang
"Iya mas, terimakasih ya" Ucap Abizar lekas memarkirkan mobil nya di halaman rumah dan masuk ke dalam
"Assalamualaikum umi" Ucap Abi ketika membuka pintu dan melihat umi sedang berada di ruang tamu
"Waalaikumsalam, gimana keadaan nya Aina?" Tanya Umi
"Alhamdulillah... Aina sama calon cucu umi sehat" Jawab Abi tersenyum lalu duduk di sebelah umi Rida
"Alhamdulillah. Trus kamu gimana soal waktu yang abah kasih?" Tanya Umi
"Emm.. ini kebetulan Abi juga mau bicara sama abah soal itu, abah dimana ya umi?"
"Abah masih di belakang sama anak anak" Jawab umi
"Yaudah kalau gitu nanti aja nunggu abah selesai" Ucap Abi, ia berpamitan untuk ke atas menuju kamar karena waktu juga sebentar lagi sudah dzuhur dan ia perlu mengganti pakaian
Allahu akbar
Allahu akbar...
Akhirnya adzan di musholla pondok berkumandang, Abi juga jelas bergegas untuk turun dan sholat berjama'ah bersama para santri
"Eh gus.. jadi imam kita mulu, ngimamin satu makmum kapan nih?" Canda mas Wan yang sudah seperti saudara bagi Abi
"Ah mas Wan ini bisa aja, belum waktunya mas.. nanti ada sendiri"
Qomat pun terdengar dan Abi menjadi iman untuk semua santri santri nya saat ini, seperti biasa bahwa semua sudah hafal dengan suara Abizar yang sangat merdu saat melantunkan ayat suci al qur'an
Selepas sholat dan berdo'a, semua santri berebut untuk bersalaman dengan Abi dan kembali ke kegiatan mereka masing masing
"Anak anak kok tumben sudah pulang dari sekolah?" Tanya Abi pada mas mas pengurus pondok
"Itu gus tadi ada rapat di sekolah mereka jadi pulang lebih awal" Jelas nya dan Abi pun mengangguk paham
"Gus... ada mas Bima di depan katanya nyariin" Ucap Mas keamanan
"Oh.. iya mas, biar saya yang ke depan" Ucap Abi, mungkin karena ponsel nya yang ada di dalam kamar jadi tidak tahu juga ada panggilan dari Bima, maka dari itu Bima langsung kesini
"Assalamualaikum.."
'Waalaikumsalam, tumben Bim.. masuk aja" Ucap Abi saat sudah bertemu Bima di depan gerbang
"Ah enggak deh cuman sebentar, kita ke warung depan aja.. bahas yang tadi" Ucap Bima memberi kode dengan mengedipkan mata nya dan Abizar pun paham dengan kode tersebut
"Oke, mas kalau umi atau abah nyariin saya.. bilang aja saya lagi di warung depan sama Bima" Ucap Abizar pada mas keamanan
"Siap gus"
Abizar dan Bima pun berjalan kaki menuju warung dekat rumah yang dimaksud, ya hanya membicarakan soal Fifin sih
"Ada info apa Bim?' Tanya Abi
"Soal Fifin yang kamu cari itu, pekerjaan nya bidan.. pas udah dapet gelar D3 dia ngelamar kerja di rumah sakit, tapi kayaknya sih dia sekarang ngelanjutin S1 nya juga diluar kota"
"Berarti benar dong nama yang aku lihat di rumah sakit tadi" Ucap Abi dan dijawab anggukan kepala oleh Bima
"Tapi darimana kamu tau Bim?"
"Dari adikku, dia kan juga kuliah di tempat nya Fifin.. cuman beda jurusan aja"
"Ohh" Ucap Abi ber'oh'ria sambil menghela nafas panjang
"Kenapa dah?" Tanya Bima, Abizar menggelengkan kepala.. masa iya dia menjawab bahwa Fifin itu bukan tipe nya sama sekali? gak mungkin kan?
Selepas mengobrol sebentar, Bima menyempatkan untuk menyapa abah dan umi seraya mengambil mobil nya di depan gerbang tadi
"Abah.. abah punya waktu sebentar?" Tanya Abi kala Bima sudah pulang
"Ya, langsung ke ruangan abah aja.. kalau mau boleh ajak umi juga" Ucap abah dan lekas masuk ke ruangan kerja nya
"Kamu mau bicara apa nak sama abah?" Tanya Umi
"Soal Fifin umi" Jawab abi
Yapp, Abizar kembali masuk ke ruang kerja abah Anwar untuk menanyakan perihal Fifin, itu benar Fifin bidan yang dimaksud atau bukan
"Abah... Fifin Zayna, orang yang mau abah jodohkan sama Izar. Apa benar dia bidan yang memeriksa kakak bulan kemarin?" Tanya Abizar, dia teringat ucapan Umi yang bilang bahwa ia sudah pernah bertemu Fifin ketika mengantar Aina cek kandungan
"Iya, dia memang Fifin yang abah maksud" Ucap abah Anwar membenarkan
Untuk sementara umi hanya menyimak karena ingin memberikan ruang untuk mereka berbicara
"Tapi abah, Fifin bukan tipe Izar sama sekali.. bahkan sepertinya jauh dari yang Izar inginkan" Ungkap Abi yang mengungkapkan kejujuran nya soal Fifin
"Kenapa Izar? Apa alasanya? Dan kamu cari istri yang seperti apa? Abah sudah bosan dengan alasan kamu selama ini" Tanya abah beruntun dan sedikit emosi karena heran dengan putra nya yang ingin sekali mencari manusia sempurna, sudah tahu bahwa di muka bumi ini sekalipun tidak ada yang sempurna masih saja melunjak
"Abah.." Tegur umi pelan karena tidak mau jika sampai ada pertengkaran disini
~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!