NovelToon NovelToon

Aku Di Matamu

Bab 1

Hai perkenalkan, saya baru pertama kali meng-upload novel karya saya. semoga kalian suka. tolong like ya.

Raya memandangi indahnya pegunungan, udara yang dihirupnya begitu sejuk dan segar. Dia melihat anak-anak panti dan seorang lelaki muda, mungkin sekitar 2 tahun lebih tua dari nya. Lelaki itu cukup tampan, berkulit sawo matang, rambut bergelombang, hidung mancung, dan berbadan ideal seperti foto model (tinggi kekar).

Tak pernah terbayangkan untuk jatuh cinta pada laki-laki itu, karena lelaki itu banyak sekali yang menyukainya dan dia sering memanfaatkan wanita-wanita nya, bahkan ada yang sampai tergila-gila olehnya. Raya tidak mau hatinya jatuh dipelukannya, karena dia tahu laki-laki itu bukan lelaki yang cukup baik.

"Kamu suka sama dia?" Celoteh Dwi dan tangan menopang dibahu Raya.

"Apaan, aku cuma melihat tingkahnya saja yang bermain sama anak-anak panti itu. Iya kali aku suka dia, dunia mau bilang apa?" Sangkal Raya dan memang benar dia saat itu tak menyukai lelaki itu, malah tak terpikirkan untuk jatuh cinta kepadanya bahkan mengidolakannya. Jauh sekali tak ada sepintas kata untuk menyukainya, yang ia rasa saat ini biasa saja dan itu hal yang tidak mungkin, karena lelaki itu bukan tipenya.

Raya menyukai tipe lelaki berkulit putih, badan sih bisa dibilang sama tinggi kekar, cuma karakternya itu dia suka lelaki yang tidak mengumbar ketampanannya (tebar pesona) dan tidak friendly terhadap lawan jenis. Dan juga lelaki yang bertanggung jawab, tidak memanfaatkan keadaan dan yang rajin beribadah tentunya. Sedangkan lelaki ini jauh dari tipenya.

"Bram, sudah waktunya istirahat. Biarkan anak-anak makan siang dulu." Teriak pak Jefry pimpinan tim sukarelawan Darmalucky.

Bram, itu dia nama lelaki itu. Dia terkadang membantu pak Jefry mengurus anak-anak panti, dia memang baik hati dalam hal sukarelawan. Tapi Raya tetap tidak menyukainya. Dia suka bilang amit-amit kalau orang-orang mengidolakannya.

Raya bekerja di resto sebagai manager, dan Bram owner coffee shop ternama juga sebagai Barista yang dikagumi para wanita-wanita yang sering mengunjungi coffee shop nya. Mereka sering dipertemukan bila ada acara sukarelawan, Raya mengenalnya pas di acara pembangunan sekolah dasar di dusun terpencil tahun lalu. Dari awal Raya memang kurang menyukainya karena Bram suka tebar pesona.

"Hai Bram, kamu malam ini kosong kan? Kita dinner yuk!" Sapa Angel perempuan sexi yang selalu memakai dress diatas lutut dan ketat, sehingga lekuk tub*hnya membuat mata para lelaki terpesona melihatnya. Angel memeluk Bram dari belakang dan mencium aroma tubuh Bram. Dari jauh memang farfum khas Bram sudah tercium, malah Raya suka merasa enek kalau sudah mencium farfum milik Bram, karena terlalu menyengat di hidungnya.

Bram langsung memutar badannya, dan dibelainya rambut Angel juga diciumnya rambut Angel dengan penuh semangat, Angel merasakan hangatnya belaian Bram. Bram memang lelaki brengs*k yang selalu memanfaatkan wanita-wanita yang memujanya. Kalau saja Raya adiknya, pasti akan ditegurnya lelaki mes*m itu.

"Oke, nanti aku jemput kamu ya?" Bram tersenyum lebar dan mengedipkan sebelah mata kirinya. Angel mengangguk, dan memeluk Bram sebagai ucapan terimakasihnya.

Begitulah bila Bram bertemu dengan wanita-wanita yang mengaguminya. Entah apa yang dipikiran Bram, ko bisa dia tebar pesona pada semua wanita-wanita itu, dan kenapa pula mereka mau mau nya dimanfaatkan Bram. Bram sepertinya tidak punya harga diri dan tidak punya perasaan sedikit pun. Bila dia sudah bosan, dia pasti mengacuhkan wanita itu. Sungguh ini yang membuat Raya jijik melihat dan memikirkan lelaki buaya itu.

Bram juga sering memperhatikan Raya, dia merasa heran sama Raya, ko Raya tidak tertarik dengan pesona dan ketampanan dirinya, apalagi menurutnya Raya cukup cantik, tapi sayangnya Raya berpenampilan seadanya dan terkadang norak. Bram pernah menguji Raya memperlihatkan d**a bidangnya supaya Raya terpesona tapi Raya malah membuang muka dan mengacuhkannya. Bram berpikir Raya tidak normal. Tapi mana mungkin Raya dekat juga dengan lelaki lain tapi tak pernah terlihat Raya bermesraan dengan lelaki yang dekat dengannya. Atau mungkin Raya bukan wanita yang mudah terpesona atau yang mudah jatuh cinta.

Sesaat terlintas dipikiran Bram untuk membuat Raya jatuh hati padanya, namun dia urungkan kembali niatnya karena sekeras apapun Bram mencari perhatian Raya, Raya tak pernah meliriknya bahkan Raya sering menjauh darinya, meskipun dia tahu Raya terkadang memperhatikannya bila sedang dengan wanita-wanita pengagumnya.

"Raya nanti setelah acara ini kita ke panti jompo di sebrang sana, sepertinya sudah lama kita tidak kesana." Sahut Angkasa teman baiknya sekaligus sahabat kecilnya yang selalu berada disampingnya dan selalu memberinya semangat.

Angkasa lelaki baik hati, dia tinggi putih, badannya tidak cukup kekar seperti Bram, rambutnya yang lurus mengembang seperti opa Korea, matanya seperti mata elang, hidungnya cukup mancung tapi masih kalah mancung sama Bram. Namun lelaki ini yang sangat baik dan pengertian dengan Raya, malah jauh lebih baik dibanding Bram. Dan dia tidak pernah tuh yang namanya tebar pesona terhadap lawan jenisnya. Namun sayang Angkasa sudah punya kekasih pujaan, dia Dwi sahabat Raya sendiri.

"Oke." Raya pun melanjutkan aktifitasnya dengan gesit tanpa ada yang terlewat sedikit pun. Karena sekarang dia harus segera ke panti jompo yang ditunjukan Angkasa. Angkasa anak dari pimpinan tim sukarelawan pak Jefry juga sebagai asisten beliau.

Raya mengenal Angkasa dari kecil, mereka dulu tetanggaan. Namun pas SMP kelas 3 Raya pindah rumah, mereka jadi jarang bertemu. Awal bertemu dua tahun lalu, pas Raya sering mengikuti acara sukarelawan. Dari situ Raya dekat lagi dengan Angkasa. Dengan berjalannya waktu Raya sempat ada perasaan namun dia urungkan karena Dwi sahabatnya pun menyukai Angkasa. Dwi berteman semenjak Raya pindah rumah, mereka tetanggaan. Karena Dwi sering main di rumah Raya malahan sering menginap, jadi Dwi selalu melihat dan memperhatikan Angkasa berkunjung ke rumah Raya. Dan Dwi mulai menyukainya begitu pun dengan Angkasa. Dari situlah Raya mundur, karena Raya tahu bila persahabatan tidak akan pernah indah bila diakhiri dengan kisah percintaan. Lebih baik ya seperti ini, selalu menjaga persahabatan mereka.

Tak pernah Raya menunjukan atau mengungkapkan perasaannya, cukup dia simpan di hati saja. Karena bila itu terjadi mungkin saat ini persahabatan mereka hancur dan tak indah lagi.

****

Bab 2

"Raya..." Ucap Mama menatapnya curiga.

Raya seperti tertuduh saja, dicurigai Mama, padahal dia merasa tidak melakukan kesalahan apapun.

Raya mengangkat alis kirinya sambil memajukan bibir manisnya yang imut.

"Mama ingin kamu tidak membohongi hatimu. Jujur dengan keadaan dan tidak harus berpura-pura tidak tahu." Nasehat Mama kali ini benar-benar membuat Raya bingung. Kenapa Mama mengatakan hal diluar nalar Raya. Entah apa yang membuat Mama berkata seperti itu, apakah Raya bermimpi atau mengatakan hal dibawah alam sadar Raya, sehingga Mama mengatakan itu.

"Maksud Mama apa? Aku sama sekali tidak mengerti???" Raya kebingungan benar-benar bingung, berjuta-juta bingung. Seandainya dia seorang cenayang, mungkin tidak perlu sebingung itu.

"Mama tahu kamu menyukai Angkasa, tapi Mama tidak ingin kamu sakit hati karena hampir setiap hari kamu berinteraksi dengan dia. Apalagi kamu sering melihat mereka bermesraan. Lebih baik kamu menghindar bila mereka sedang berduaan atau carilah kegiatan tanpa harus ada mereka." Jelas Mama.

Mama memang selalu tahu segalanya tentang Raya, perasaan Raya dan masalah Raya. Padahal Raya sama sekali belum pernah menceritakan hal ini kepada Mama. Raya memang periang tapi dia sedikit tertutup dengan hal percintaan. Karena buatnya itu tidaklah penting. Tapi lain hal untuk Mama, Mama selalu mementingkan hal itu, karena Mama takut Raya sakit hati.

"Maksud Mama, aku harus cari kegiatan tanpa harus ada mereka itu berarti aku keluar dari tim sukarelawan?" Raya mengkhawatirkan hal itu, kenapa Mama memberi keputusan seperti itu, tidak harus seperti itu juga kali mah. Batin Raya.

"Iya, itu maksud Mama. Lebih baik kamu keluar dari tim itu. Dan carilah aktivitas lain, jadi kamu tidak akan setiap hari melihat mereka. Setidaknya hatimu terobati sayang. Mama tidak ingin kamu terus-terusan seperti ini. Cukup nak cukup." Mama memeluk Raya, mengusap punggung Raya dengan lembut dan kasih sayangnya.

"Tidak apa Ma. Aku kuat cukup kuat ko Ma." Lirih Raya.

Mama melepaskan pelukannya dan memegang kedua bahu Raya dan menggoyangkannya, seakan membuatnya tersadar dari lamunan panjangnya.

"Tidak, kamu tidak sekuat itu. Mama tahu kamu gadis Mama yang lemah. Maka dari itu Mama ingin kamu menjauh dari mereka, keluar dari tim sukarelawan milik pak Jefry." Tegas Mama dan semakin meyakinkan Raya untuk tidak mengikuti kegiatan itu lagi.

Raya terdiam dan tak bisa berkata apa-apa. Dan menyadari, memang benar apa yang dikatakan Mama, aku tidak sekuat itu, aku memang lemah, dan hatiku sakit. Tapi aku sembunyikan rasa sakit ini. Dan entah mengapa Mama bisa mengetahuinya, apakah aku pernah menunjukkan sikap aneh disaat mereka berdua, dan Mama melihat sikap aneh ku? Batin Raya dan seketika Mama mengagetkannya.

"Besok biar Mama yang bilang sama Angkasa, kalau kamu rehat dulu dalam tim sukarelawan." Mama langsung pergi begitu saja, tanpa memikirkan perasaan Raya saat ini yang sedang bercampur aduk.

Raya benar-benar tidak mempercayai hal ini. Kenapa Mama sekeras itu. Raya harus menyelesaikannya sebelum Mama mengatakan hal itu dengan Angkasa. Raya harus segera bertemu dengan Angkasa.

"Bisa kita bertemu malam ini? Ada yang mau aku sampaikan." Raya penuh hati-hati mengawali percakapan di seluler dengan Angkasa.

Angkasa mengiyakan ajakan Raya dengan rasa penasarannya, oke nanti aku ke resto sekalian jemput kamu ya. Terdengar suara Angkasa dibalik seluler.

"Oke, aku tunggu." Raya segera mengakhiri percakapan itu. Dengan rasa gelisahnya, entah apa yang harus dibicarakan nanti malam. Apakah harus jujur dengan perasaannya atau apakah langsung aja berhenti jadi tim sukarelawan. Kenapa harus berhenti, bukankah itu hal yang paling disukai Raya, membantu orang-orang yang membutuhkannya. Ini membuat Raya pusing tujuh keliling, ingin rasanya lari jauh dari masalah ini, tapi ini harus diselesaikan sebelum Mama mendahului. Raya tidak ingin kedua orang yang dia sayangi salah faham dan nantinya terjadilah masalah.

Raya duduk termenung sudah hampir 30 menit menunggu kedatangan Angkasa. Tiap menit Raya melihat jarum jam yang ada ditangan kirinya, sesekali dia melihat handphone dan mengetuk-ngetuk jari-jarinya diatas meja kerjanya. Sampai kopi yang ia minum pun tinggal dua kali teguk lagi. Karena jam sudah menunjukan pukul 22.00 sudah waktunya tutup. Raya pun keluar dari ruang kerjanya. Dia memperhatikan sekeliling tempat kerjanya. Bawahannya sedang membereskan meja-meja dan kursi-kursi juga tempat yang lainnya pun di bersihkan.

Raya berdehem dan pergi begitu saja tanpa menyapa bawahannya. Mereka sudah tau kalau managernya seperti itu pasti ada masalah. Salah satu pelayan di resto menghampiri Raya.

"Maaf Bu, tadi sekitar jam 20.00 ada seorang anak kecil menyerahkan surat ini. Katanya suruh diserahkan nanti kalau jam sudah menunjukan pukul 22.00". Pelayan itu menyodorkan surat itu dan berlalu begitu saja karena dia harus segera membereskan tempat kerjanya.

Raya sedikit bingung, dengan surat itu. Dan apa maksud orang tersebut memberikan suratnya harus jam sepuluh malam. Raya berlalu pergi keluar dan duduk di meja luar. Dia perlahan membuka amplopnya dan membaca isi surat itu. Dibacanya perlahan dengan raut wajah yang serius.

Teruntuk Raya,

Yang selalu ada fikiranku

Raya sebelumnya aku mohon maaf karena hanya lewat surat ini aku bisa mengutarakan isi hatiku. Entah sejak kapan aku merasakan perasaan ini, entah itu sejak pandangan pertama atau mungkin karena seringnya kita bertemu.

Aku memang lelaki tidak baik dan jauh dari yang kau inginkan, meskipun kamu sering memperhatikanku dengan pandanganmu yang sinis terhadapku. Tapi entah mengapa dengan sikap sinis kamu seperti itu, aku malah menyukaimu. Dan rasa ini ingin sekali memiliki seutuhnya.

Raya mungkinkah kau memiliki perasaan yang sama? Karena aku tau dalam lubuk hatimu paling dalam kau menyukaiku.

Bila kau berkenan aku tunggu kau pagi hari sebelum kau berangkat kerja di taman dekat rumahmu.

I love you

Salam rindu, Lelaki yang memujamu

Bram Prakoso

Raya langsung merinding dan merobek surat itu, kemudian dibuangnya ketempat sampah. Raya pun berlalu ke motor milik resto tempat kerjanya. Hari ini Raya sengaja tidak membawa mobilnya, karena Angkasa berniat menjemputnya. Namun sayang Angkasa melupakan janjinya. Dan untungnya di tempat kerjanya tersedia beberapa motor untuk kendaraan delivery order.

Bram memang gila, dan tidak waras. Maksud dia apa nulis surat seperti itu. Memangnya aku tertarik dengan ajakannya. Amit...amit.... Jangan sampai aku menyukainya. Batin Raya sambil menyalakan motor.

Raya pun melajukan motornya, dan berbicara dalam hatinya dengan bertanya-tanya tentang Angkasa, kenapa tidak datang, memberi kabar pun tidak.

Angkasa kenapa kamu membuatku menunggu, dan bertanya-tanya, kenapa kamu tidak mengabari ku. Mungkin aku sebagai sahabatmu, terlalu mengharapkan mu. Inilah jawabannya. Mulai besok aku akan mundur dari tim itu. Iya itu harus. Karena dengan itu, aku pasti tidak sering bertemu dengan mu. Dan sedikit demi sedikit aku akan melupakan mu. Batinnya

Raya mengendarai motornya dengan kecepatan hampir 60km/jam, mungkin karena waktu sudah malam sekali.

Tiba-tiba ada sesuatu didepannya, yang membuat Raya kaget dan mendadak menarik rem belakangnya

Cekiiiiiit........

Suara rem terdengar keras. Dan matanya membola melihat motor Angkasa tergeletak didepan matanya. Dan tubuh Lelaki itu pas berada didekat motornya.

Raya langsung turun, dan mendekatinya. Dibangunkan nya Lelaki yang ia sukai sejak lama. Namun tidak ada darah, Raya mengangkat kepala Angkasa, dibangunkannya perlahan dengan perasaan takutnya. Angkasa pun mulai tersadar, ditatapnya sahabatnya, dan dia tersenyum manis. Raya kaget kenapa Angkasa tersenyum manis. Angkasa pun mengucapkan kata maaf sambil mencubit hidung mungil Raya.

"Maaf..." Lirih Angkasa dengan senyuman manisnya.

"Maaf untuk apa? Kamu kecelakaan seperti ini. Kenapa kamu bisa seperti ini? Apa yang terjadi?" Pertanyaan Raya bertubi-tubi. Angkasa malah masih tiduran dibawah, dan kepalanya diletakan di pa*a Raya. Kedua tangannya memegang wajah Raya yang manis cantik dan mata Raya pun membola kaget.

"Maaf sobat, aku lupa. Pas ingat aku langsung kesini, tapi barusan aku terpeleset, tapi aku tidak apa-apa ko. Nih aku berdiri ya". Angkasa langsung berdiri, dilibatkannya bahwa dirinya tidak apa-apa. Sambil tertawa lepas, seakan itu hanya lelucon. Padahal itu sangat membahayakan dirinya.

"Apanya yang lucu, kamu kecelakaan seperti ini malah tertawa, aku kaget melihatmu tergeletak ditengah jalan seperti ini. Aku pikir kamu terluka parah. Sudahlah, ini sudah malam". Raya pun beralih ke motornya.

Angkasa kemudian menarik tangan kanan raya, dan mengatakan sesuatu yang membuat Raya merasa tersambar petir.

"Kamu menyukaiku? Maksudku kamu cinta aku, Raya?" Tanya Angkasa diperjelas. Raya membalikan badannya dan melepaskan eratan tangan Angkasa.

"Maksud kamu apa, berbicara seperti itu? Aku ingin berbicara sama kamu, bukan soal hati. Tapi soal kegiatan tim sukarelawan. Sudahlah jangan membuat lelucon. Ini ga lucu tau". Jelas Rayam dan berlalu kembali ke motornya.

"Aku tau, Raya. Kamu suka sama aku, kamu cinta sama aku, bahkan kamu sayang sama aku. Tapi kenapa Raya, kenapa kamu merasakannya disaat hatiku sudah ada Dwi? Kenapa Raya? Dan aku tau kamu pasti akan keluar dari tim. Tidak semudah itu Raya". Angkasa memperjelasnya. Dan berjalan mendekati Raya.

Raya tidak mempercayai hal ini, kenapa Angkasa bisa sampai tahu, apakah Mama yang mengatakannya?

"Tidak itu sama sekali tidak benar. Sudahlah Angkasa aku cape. Lain kali saja kita bicarakan soal tim. Dan kali soal perasaan itu tidaklah benar". Raya menaiki motornya dan mulai menyalakan mesinnya.

Angkasa menahan motor itu, dan menatap kedua mata Raya, didekatkannya wajahnya. Dibelainya rambut Raya dan dipeluknya Raya dengan erat. Angkasa hanya ingin pembuktian saja apakah Raya benar-benar mencintainya atau tidak. Bila mencintainya, Raya akan membalas pelukannya. Raya seketika terdiam dan merasakan hangatnya pelukan itu, tanpa sadar Raya membalas pelukan Angkasa. Angkasa larut kedalam balasan pelukan Raya, dan dia pun menyentuh leher Raya, digenggamnya rambut yang menghalangi lehernya dan dikecuplah bibir manis Raya. Mata Raya membola penuh warna. Raya pun dengan spontan melepas pelukan itu, dan melepaskan tangan Angkas dari rambut dan lehernya. Tanpa sadar Raya menampar keras Angkasa.

"Kamu keterlaluan, aku tidak semurahan itu". Teriak Raya dengan matanya yang berkaca-kaca. Dia tidak pernah menyangka kalau Angkasa akan senekad itu. Lelaki yang selama ini dia anggap baik, ternyata sama saja seperti yang lain. Yang hanya akan memanfaatkan wanita yang mengaguminya bahkan mencintainya.

"Aku hanya ingin tahu apakah benar kamu mencintaiku? Bila benar kamu akan membalas ciumanku tadi". Jelas Angkasa tanpa ragu.

"Jangan pernah kamu menemuiku lagi! Mulai saat ini aku keluar dari tim sukarelawan DarmaLucky". Raya langsung menyalakan lagi mesin motornya. Dan dia pun berlalu meninggalkan Angkasa dengan hatinya yang kecewa atas sikap Angkasa padanya.

Tak pernah ia berpikir, kalau Angkasa akan berbuat sebejad itu. Lelaki yang ia kagumi, cintai dan sayangi telah merendahkan harga dirinya dan membuatnya kecewa dan terluka. Ini pertama kalinya dia diperlakukan seburuk itu, oleh cinta pertamanya itu.

Derasnya air mata membasahi pipi Raya, disepanjang jalan tak hentinya dia menangis, tak ingin lagi dia bertemu dengan lelaki itu. Lelaki yang sudah mengecewakannya, berharap itu terakhir kalinya dia melihat lelaki itu. Raya segera menyeka air matanya, tak ingin Mama dan Papa nya juga saudara melihat kesedihannya.

****

Bab 3

Selimut masih menutupi Raya, matanya masih terpejam, malas rasanya untuk bangun dan menyambut sejuknya pagi hari.

"Raya, bangun...! kamu ga masuk kerja?" Hari kakaknya Raya yang paling menyayangi Raya, meskipun Raya sudah dewasa Hari selalu memanjakan Raya, seakan Raya masih kecil.

Raya mulai membuka matanya perlahan, dilihatnya Kak Hari yang duduk disamping Raya sambil memberi senyuman pagi untuk Raya.

"Masih ngantuk kak". Raya sedang malas bangun, mungkin lebih baik tidur lagi dari pada harus bertemu dengan orang-orang yang tidak ingin dia temui. Mungkin dengan itu, Raya bisa menghindar dari mereka.

"Mulai nih malas kerja. Ada apa adikku sayang, coba cerita sama kakak. sepertinya ada masalah nih...." Tebak Kak Hari, sambil membuka selimut Raya. Dilihatnya, Raya masih mengenakan baju kerja yang kemarin, mungkin karena pulangnya jam 11 malam (sampai rumah) dan sudah ngantuk, jadi Raya tidak sempat mengganti bajunya. Hari menggelengkan kepalanya.

"Hari ini aku mau izin saja kak, tolong ka telpon ke resto, kalau aku sakit. Bilang saja aku tidur karena baru minum obat." Sahut Raya, sambil menarik selimut lagi.

Kak Hari mengambil handphone nya dulu, dan dicarinya kontak resto Raya. Tanpa pikir panjang Hari menelpon resto dan meminta izin sakit untuk Raya. Setelah menelpon resto, Hari menemui Raya lagi, dan meminta Raya menceritakan apa yang sudah terjadi. Raya hanya tersenyum, dan berbohong.

"Ada masalah apa? Sampai kamu pulang kerja larut malam?" Tanya Kak Hari sambil memegang kening Raya dan merapihkan rambut Raya.

"Tidak ada Kak, aku hanya letih, cape dan malas saja. Mungkin karena kemarin kerjaanku banyak kak, sampai aku pulang larut. Dan sekarang aku butuh istirahat. Kakak tenang saja, kalau ada masalah, kakak orang pertama yang mengetahui masalah ku". jelas Raya berbohong. Hanya itu yang bisa Raya jelaskan saat ini. karena kalau cerita yang sesungguhnya, kak Hari pasti langsung mencari Angkasa, dan memukulinya. Karena Raya tahu kak Hari tidak akan tinggal diam, dia pasti beraksi kalau tahu adikknya semalam dilecehkan. Dan Raya tidak mau kakaknya memukuli Angkasa, lelaki yang dia sayangi, meskipun telah menyakiti dan mengecewakan Raya, Raya tidak ingin membuat Angkasa babak belur.

"Baiklah. Untuk saat ini, kakak akan memilih diam dan tidak ikut campur. tapi kalau kakak tahu yang sebenarnya, kakak tidak akan tinggal diam." Hari mencium kening Raya dengan kasih sayangnya yang tulus.

Raya tersenyum manis, dan kembali tidur. Hari pun keluar dari kamar Raya dengan rasa penasarannya.

Beralih ke Bram yang sudah menunggu lama Raya di taman dekat rumah Raya. Bram sudah satu jam menunggu Raya disana. Sampai Bram mondar mandir, bolak balik, kesana kemari, seperti setrikaan saja, dan dia melihat jam tangan di lengan kirinya. Bram sedikit kecewa karena Raya memilih tidak datang menghampirinya. Tetapi karena penasaran Bram pun mencoba mendatangi rumahnya, mungkin saja Raya terlambat masuk kerja, dan masih berada di rumahnya. Dilihatnya dari jauh, mobil Raya sedang di cuci oleh kak Hari. Kak Hari berencana siang ini mau memakai mobil Raya, karena terlihat sedikit kotor jadi Hari mencucinya terlebih dahulu.

tanpa pikir panjang Bram berjalan mendekat ke depan rumah Raya, dan dia pun menghampiri kak Hari.

"Permisi, maaf bang. Apa Raya ada di rumah?" tanya Bram dengan sopan dan menunjukan senyum manisnya.

Kak Hari menatap Bram dan memperhatikannya dari atas sampai kebawah dan ke atas lagi. Baru kali ini Kak Hari melihat pria setampan dan setinggi Bram juga badannya yang kekar. Tak pernah tuh Raya mengajak pria asing ini ke rumah nya. yang Kak Hari tahu hanya Angkasa saja yang bermain kesini sama teman-teman kerja Raya. Siapa lelaki ini? Baru kali ini saya melihatnya. Batin Kak Hari.

"Ada. Dan anda siapa? Ada urusan apa mencari adik saya?" tanya Kak Hari beruntun. Sambil menatap Bram penuh curiga.

Bram menghela nafasnya, oooo ini kakaknya Raya, aku harus ambil hati orang ini. Batinnya dan Bram langsung mengenalkan dirinya dan mengulurkan tangannya dengan senyum manis merekah seperti bunga yang mekar.

"Perkenalkan bang, saya Bram temannya Raya, saya sudah kenal lama dengan Raya, mungkin sekitar 2 tahun kami saling mengenal. Saya juga owner coffee shop yang terkenal di pusat. Mungkin Abang tahu lah coffee shop itu. Dan kedatangan saya kesini mau menjemput Raya untuk berangkat ke tempat kerjanya. Siapa tahu Raya berminat dan keluarga tentunya abangnya mengijinkannya juga." jelas Bram dan masih merekahkan senyum manisnya. Kak Hari membalas uluran tangan Bram, tanpa harus mencurigainya lagi.

"Oooo... iya saya tahu. Jadi.. . tujuan kamu kesini mau menjemput Raya. Dan sayang sekali, Raya tidak bisa ikut denganmu. Mungkin lain kali." Kak Hari menolaknya dengan cukup sopan. Bram mengira abangnya ini mungkin belum mengenalnya, dan tidak mengijinkan Raya pergi bersamanya.

"Kenapa bang? apa saya terlihat lelaki jahat?" tanya Bram sambil merapihkan bajunya yang menunjukan otot-ototnya yang kekar.

"Bukan, bukan karena itu. Hanya saja, adik saya sedang sakit, jadi dia butuh istirahat sehari atau dua hari, atau mungkin tiga hari." jelas Kak Hari.

Bram mengangguk dan mengerti kenapa Raya tak datang ke tempat dimana dia mengajaknya bertemu. Ini cukup jelas dan tak harus kecewa, malah inilah saatnya untuk menunjukan rasa peduli dan perhatian seorang lelaki terhadap perempuannya.

"Sakit!? Sakit apa dia bang? boleh saya menjenguknya? tapi saya mau keluar dulu, gak enak kalau tidak bawa buah tangan." timpal Bram dengan sedikit terkejut.

"Kecapean. Sebaiknya jangan dulu ditengok, karena untuk hari ini dia butuh istirahat yang cukup. Mungkin besok saja." penolakan santun kak Hari memang top. Bram pun mengiyakannya dan dia pamit pergi dari sana.

"Baiklah bang, saya pamit pulang dulu, besok saya kesini lagi. Terimakasih." ucapnya dan langsung bergegas pergi.

Kak Hari melanjutkan mencuci mobil Raya yang tinggal sedikit lagi.

Beralih ke Raya yang sedang tiduran di kasur empuknya, dan dimainkannya handphone nya, dilihatnya beberapa panggilan tak terjawab dari Angkasa dan Bram. Dua lelaki yang sekarang dibencinya. Dan disana juga ada beberapa pesan WhatsApp dari Angkasa dan Bram. Raya malas membukanya. Tapi memang harus dibaca supaya Raya tahu alasan Angkasa melakukan hal yang tak diinginkannya semalam. Kalau Bram pasti menanyakan kenapa tidak datang.

Dilihatnya pesan satu persatu dari Angkasa. Mata Raya membola dan merasa tak mempercayai alasannya.

Maaf Raya, aku benar-benar tidak menyangka akan melakukan hal sebejad itu padamu. Aku juga tidak habis pikir kenapa aku bisa seperti itu sama kamu. Mungkin karena aku kaget setelah mengetahui kalau ternyata kamu menyukaiku malah sebelum aku mengenal Dwi dan jauh sebelum itu.

Raya, andai kamu tahu, aku juga merasakan hal yang sama. Tapi aku tak berani mengungkapkan isi hatiku, karena aku takut kamu menolakku, karena kita terikat tali persahabatan. Waktu kita pertama bertemu kembali aku terpesona melihat kamu tumbuh dewasa, aku saat itu jatuh cinta sama kamu. Tapi kamu terlihat biasa saja padaku. Maaf Raya aku tidak memberanikan diri menyatakannya. Tapi jujur sampai saat ini aku masih mencintaimu dan menyayangimu melebihi sahabat.

Dan soal Dwi, aku hanya mengaguminya saja, tidak lebih dari itu. Dan awalnya aku pikir aku mencoba pacaran dengan Dwi hanya untuk melupakan rasaku sama kamu, tapi itu salah Raya. Perasaan ini malah makin kuat. Dan tak bisa aku bendung lagi.

Raya mungkin setelah kejadian semalam, kamu membenciku. Aku tak mengapa dan aku siap menerima perlakuanmu untuk membenciku dan menjauh dariku. Tapi tolong Raya sekali ini saja beri aku kesempatan satu kali untuk mengembalikan kepercayaanmu padaku. Aku janji aku tidak akan mengulang lagi kesalahan yang kedua kalinya.

Dan satu lagi, aku akan mengakhiri hubunganku dengan Dwi. Tapi beri aku waktu untuk mengakhirinya.

Maaf...maaf...maaf... Raya

Raya membanting handphone nya ke sofa dekat tempat tidurnya. Dan mengumpat rasa kesalnya. Kenapa Tuhan, kenapa jadi seperti ini. Raya pun kembali menangis dan menutup dirinya dengan selimut.

Tak lama Kak Hari datang, dan mengagetkan Raya, Raya bergegas mengusap air matanya dan berpura-pura tertidur lelap.

"Masih tidur ya. Raya...." Kak Hari membangunkan Raya.

"Tadi ada temen cowok kamu. Siapa ya namanya, Bambang eh Brem... eh... Bram." timpal Kak Hari dengan candanya.

Raya terkejut benar-benar tak mempercayai kalau Bram senekad itu, dia datang kesini? nekad banget tuh anak.

"Bram?" mata Raya membola, dan Raya langsung duduk. Kak Hari tak menyangka reaksi Raya akan sekaget itu.

"Iya. Jangan-jangan dia lelaki yang selama ini membuatmu gelisah. Mungkin semalam kamu sama dia dan kalian ada masalah?" Tanya Kak Hari penuh curiga.

"Engga, bukan, bukan dia." Raya keceplosan. Dia pun harus jujur sama kakaknya sendiri.

"Tuh kan bener, semalam kamu ada masalah, ini bukan soal sakit badan kecapean. Tapi ini soal ini nih... hati" Kak Hari menunjuk kedada hatinya sendiri.

"Siapa lelaki itu. Dan apa masalahmu dengan dia? Apa dia menyakitimu lebih dari yang kakak pikirkan?" tanya Kak Hari dan Raya menunduk dan bingung, Raya bukanlah adik perempuan yang suka mengadu, tapi Kak Hari lah yang selalu memaksa Raya untuk cerita. Kalau Raya tidak cerita, kak Hari suka mencari tahu sendiri titik masalahnya.

Raya terdiam seribu bahasa, untuk saat ini dia tidak ingin kak Hari mengetahuinya. Karena Kak Hari dan Angkasa sudah seperti adik kakak, mereka juga sering bermain dan nongkrong bersama.

"Ok, kalau kamu tidak mau bercerita. Kalau kamu sudah siap, Kak Hari akan setia mendengarkan dan memberimu solusi. Istirahat saja dan jangan lupa, ini sarapannya dimakan, dan habiskan." jelas Kak Hari sambil mengusap ngusap rambut Raya.

"Oh iya, siang ini kakak pinjam dulu mobilnya ya. nanti kakak pulang malam malah pastinya larut. Kakak ada seminar. Nanti kakak belikan sesuatu ya buat adik tercantik kakak." Sahut kak Hari sambil mencubit pipi manisnya Raya yang imut.

"Sakit tahu kak ..." Raya mengusap-usap pipinya yang kesakitan. Tapi itulah kak Hari, selalu membuat Raya seperti adik kecil saja, padahal usia Raya sudah 23th dan usia segitu belum juga tuh punya pacar. Malah belum kepikiran juga berpacaran. Sedangkan kak Hari sudah bertunangan, dan beberapa bulan lagi akan meminang tunangannya. Usia Raya dan Kak Hari terpaut 5tahun. Maka dari itu kak Hari merasa Raya seperti masih anak kecil saja.

Kak Hari pun pergi keluar kamar Raya. Kemudian Raya berdiri dan mengambil handphone nya yang dia banting tadi. Dilihatnya kembali pesan WhatsApp, dia klik pesan dari Bram. Benar saja Bram hanya menanyakan kenapa dia tidak kunjung datang. Malas sekali rasanya Raya menjawab pesan dari Bram.

Kenapa Tuhan, kenapa harus mereka. Dan kenapa kejadiannya harus bersamaan. Apa yang harus aku lakukan Tuhan? Teriak dalam batinnya sambil meneteskan air matanya.

Beralih ke Angkasa yang sedang termenung di halaman belakang rumahnya. Dia tak mengira kejadian semalam akan membuatnya dibenci Raya wanita yang selama ini dekat dengannya dan yang menyayanginya juga yang dia sayangi. Dilihatnya WhatsApp yang dia kirim ke Raya hanya dibaca saja, tak sedikit kata pun Raya membalas pesannya. Dia sadar kalau Raya tak akan membalas pesannya, tapi setidaknya dia mencoba untuk menjelaskan semuanya.

Angkasa merasa bersalah dan berdosa sudah menodai persahabatannya dengan Raya, dia juga merasa makhluk paling bodoh yang tidak berfikir kedepannya. Mungkin karena nafsunya yang sudah tak terbendung menahan rasa itu.

Tak seharusnya aku melakukan itu, aku bodoh makhluk paling bodoh, aku salah aku benar-benar salah. Maaf Raya. Maaf.... Teriak batinnya, Angkasa pun menangisi kesalahannya, dia menampar-nampar pipinya.

Beralih ke Mama Raya. Sepulang berolah raga, Mama Raya melihat sepatu kerja Raya masih ada di rak sepatu. Mama Raya sama sekali tidak tahu kalau Raya tidak berangkat kerja. Juga dari semalam beliau belum bertemu anak gadisnya. Dan pagi buta pun beliau sudah pergi berolahraga bersama tetangganya (Mamanya Dwi).

Mama Raya pergi ke kamar Raya, dibukanya pintu kamar Raya, dilihatnya anaknya sedang duduk di sofa dan menutupi wajahnya dengan kedua lengannya sembari lengannya memeluk kedua lututnya. Raya tersedu sedu menangis. Mama pun kaget dan langsung menghampiri anak gadisnya.

"Raya.. kamu kenapa nak? Ada apa sayang? Apa masalahmu sehingga menangis seperti ini?" Tanya Mama Raya sambil merangkul Raya dan duduk disamping Raya.

Raya pun kaget dan menyeka air matanya, dia langsung memeluk Mamanya. Dan teringat mungkin Angkasa tahu semuanya dari Mamanya sendiri. Tapi Raya sekarang sudah lemah tak berdaya, dan tak bisa membendung air matanya sendiri.

"Mama... Angkasa tahu semuanya. Angkasa Ma angkasa..." Raya menangis kembali malah semakin kencang.

Mama melepaskan pelukannya, dan memegang kedua bahu Raya. Dilihatnya anaknya yang sedang terluka hatinya.

"Sudah Mama bilang, kamu akan sakit nak. Terus apa yang dia lakukan, sehingga kamu seperti ini. Dan jujur nak, Mama tidak memberitahu Angkasa. Tapi kemarin malam dia kesini mencarimu. Mama bilang kamu masih di resto. Terus Mama sempat melihat dia berada didepan kamarmu. Mama pikir dia ambil sesuatu tapi mana mungkin Angkasa seperti itu. Soalnya dia memegang pegangan pintu kamarmu." Jelas Mama.

Mata Raya membola dan berfikir mungkin Angkasa sempat masuk ke kamarnya, dan membaca diary nya. Ya itu dia, Angkasa membaca diary nya. Kenapa dia melakukan itu? aku harus menemuinya.

"Apa Ma? Dia kemarin kesini? Kenapa Mama tidak memberitahu aku Ma? Terus apa mungkin dia membaca diary ku ya Ma?" tanya Raya kembali, dengan sedikit keraguan.

"Semalam handphone Mama lowbat, Mama Charger, eeeh ga lama Mama ketiduran. Jadi Mama gak sempat ngasih kabar nak. Soal Diary Mama tidak tahu. Terus apa masalahmu sehingga kamu menangis seperti ini dan memilih berdiam diri di kamarmu. Apa yang dia lakukan sama kamu?" Tanya Mama sedikit memaksa.

Raya terdiam, menunduk dan memilih bungkam. Untuk saat ini Raya tak ingin mengatakannya kesiapa pun, karena akan membuat dirinya semakin terpuruk.

"Baiklah, kalau kamu tidak ingin mengatakannya sekarang. Tapi setelah ini, kamu keluar ya, hirup udara segar dihalaman, dan gerakan sedikit tubuhmu, biar merasa enakan. Tapi sebelumnya cuci muka dulu, tuh belek nya menutupi wajahmu yang cantik dan imut sayang." Sahut Mama Raya sambil mencium kening Raya dan berlalu pergi keluar kamar Raya.

Raya bergegas berdiri dari duduknya, dan dia berlalu pergi ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya untuk membersihkan badannya.

Selesai mandi, Raya memakai blazer dengan kaos polos dan celana baggy pants nya. Kemudian Raya memakan sarapannya dulu yang diberikan kakaknya tadi, hanya 2 potong roti yang diisi parutan keju dan susu kental manis, juga segelas susu sapi murni kesukaannya. Dan Raya lanjut mengoleskan bedak dan lip gloss nya di wajah cantik dan imutnya. Tak pernah dia berdandan menor, cukup oleskan 2 senjata andalan make up nya itu. Tidak lupa farfum kalemnya yang wanginya itu lembut dan tidak membosankan.

Raya pun mengambil tas ransel kecilnya, dimasukannya handphone,alat make up nya farfum nya, tisue dan dompetnya. Tidak lupa juga kunci motor kantornya. Dipakainya jam tangan G-Shock kesukaannya, dan dilihatnya jam sudah menunjukan angka 10.25 WIB.

Raya berlalu keluar kamar, dengan meninggalkan tempat tidurnya yang masih berantakan. Itulah Raya kalau sudah terburu-buru, dia suka meninggalkan tempat tidur yang berantakan. Tetapi pas pulang, pasti tempat tidurnya sudah rapi. Siapa lagi yang membereskannya, tentunya Mama Raya yang paling dia sayang.

Raya pergi kebelakang, dilihatnya Mamanya sedang memasak makanan kesukaannya.

"Siang Ma... Aku keluar dulu ya. Oh iya aku cuma pergi sebentar. Aku lihat Mama memasak, makanan kesukaanku". Raya tersenyum manis, seakan membuat Mama mengizinkannya pergi keluar.

"Ok sayang, pergilah, selesaikan masalahmu. Iya nih Mama memasak makanan kesukaanmu. Supaya kamu nafsu makan ya sayang." Dikecupnya kening Raya. Raya pun mencium tangan kanan Mama nya dan kedua pipi Mama nya yang wangi khas bumbu masakan. Tapi Raya suka wangi itu, karena bisa membuat perut Raya lapar.

Motor yang dikendarai Raya melaju sedang, tak ingin rasanya untuk melaju kencang, karena siang hari dijalan kendaraan lumayan padat. Dan cuaca cukup cerah untuk menutupi suasana hatinya yang kelabu. Tujuannya saat ini menemui Angkasa di rumahnya, ada dan tidak ada Angkasa di rumahnya, tidak mematahkan semangatnya untuk menyelesaikan masalahnya. Tak ingin dia memberitahu dulu Angkasa, dia ingin semuanya murni tanpa harus Angkasa memikirkan alasannya dahulu. Kalau diberitahu nanti Angkasa malah beralasan inilah itulah.

* * *

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!