"Ck, Boy mana sih!" gerutu Nachya yang diminta papa dan mamanya untuk menjemput Abangnya di Bandara.
"Lama banget! Udah gak pernah kirim foto. Nomor ponsel gak aktif. Kadang kalo dichat gak pernah bales."
"Emang abang lucknut yang satu ini mendingan buang aja ke hutan dari pada nyusahin!"
Nachya terus aja ngedumel sambil membawa papannya yang tertulis besar-besar nama panjang Boy tanpa ada foto satu pun.
...BOY MARLEY SWAN...
Setelah menyelesaikan SMAnya di Australia, Boy kini kembali ke Indonesia. Graduationnya kemarin dihadiri oleh Papanya, Belva Quiero. Namun Papa Belva harus segera kembali ke Indonesia karena ada urusan penting.
Tiga tahun meninggalkan Indonesia tanpa pernah menyapa atau menanyakan kabar adik perempuannya, membuat hubungan kedua abang beradik ini tidaklah terlalu dekat.
Bahkan bagaimana parasnya sekarang juga mereka mungkin sudah tidak saling mengenal satu sama lain.
Dua jam menunggu kehadiran Boy di Bandara benar-benar membuat Nachya sangat jenuh. Siswi yang sedang liburan kenaikan kelas 3 SMA ini terpaksa menuruti perintah Mamanya untuk menjemput Abangnya di Bandara.
Nachya pun akhirnya menuju ke bagian informasi untuk menanyakan kedatangan pesawat dari Australia.
"Maaf Nona, pesawat dengan nomor penerbangan yang anda tanyakan sudah tiba sejak 1 jam 15 menit yang lalu," jelas pegawai bandara.
"Apa?!" pekik Nachya.
"1 jam 15 menit yang lalu?" Nachya mengulangi informasi dari pegawai bandara.
"Benar Nona. Dan itu adalah kedatangan dari Australia yang terakhir hari ini!"
Di tengah rasa keterkejutan Nachya, ponselnya berdering dan tampak Mama Ecca sedang menghubunginya.
"Halo Ma, sampai sekarang Nachya belum ketemu sama Boy!"
"Padahal pesawatnya udah mendarat 1 jam 15 menit yang lalu!" gerutu Nachya.
"..."
"Apa?! Boy udah sampai di rumah?!"
"..."
"Iya Ma, Nachya pulang deh."
Nachya menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan setelah mematikan panggilannya.
"Dasar Boy sialan! Awas ya!"
Dengan geram Nachya berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya menuju ke parkiran mobil dimana jaraknya lumayan jauh dari tempatnya saat ini.
Sesampainya di parkiran, Nachya langsung mengendarai mobilnya yang merupakan hadiah ulang tahunnya yang ke 17 tiga bulan yang lalu dari papa mamanya.
Sepanjang perjalanan, Nachya terus saja menggerutu. Bagaimana tidak kesal, seharusnya hari ini ia bisa menonton bioskop dengan kedua sahabatnya.
Tapi demi berbakti kepada Mama Ecca, ia rela tidak menonton dan menjemput Boy ke bandara. Sayangnya, Nachya pun harus kembali dengan tangan kosong.
"Boy!!!" teriak Nachya saat turun dari mobil.
"Keluar kau abang durjana! Bisa - bisanya malah pulang sendiri! Gak tau apa aku udah jamuran nungguin kek orang gila!" gerutu Nachya kesal.
"Nachya sayang, baru pulang kok malah teriak-teriak sih bukannya ngucapin salam."
"Mama gak pernah loh ajarin Nachya kayak begitu!" tegur Mama Ecca yang langsung menyambut kedatangan putrinya.
"Ya Nachya kan kesel Ma. Udah panas, capek, umpel-umpelan lagi!"
Nachya langsung berjalan ke pantry dan membuka pintu kulkas. Satu botol minuman dingin pun langsung habis diteguk oleh Nachya.
"Sekarang dimana Boy, Ma?" tanya Nachya yang sudah siap mengangkat bendera perang.
"Kayaknya lagi istirahat di kamar. Coba kamu lihat gih!" jawab Mama Ecca.
Nachya pun langsung menaiki anak tangga dan menuju ke kamar Boy. Tanpa mengetuk pintu ataupun mengucapkan salam, Nachya langsung saja membuka pintu kamar Boy dan masuk ke dalam.
Sayangnya langkahnya langsung terhenti saat melihat Boy yang baru selesai mandi dan berbalut dengan handuk selaras pinggang.
Nachya langsung menelan ludahnya kasar saat melihat ketampanan Boy, terlebih tubuh atletis nya membuat liur Nachya hampir menetes.
"Heh! Gak sopan tauk masuk kamar orang tanpa ijin!" tegur Boy membuyarkan lamunan Nachya.
"Bodo amat!" sarkas Nachya.
"Kamu emang gak liat aku di Bandara ya?!" tanya Nachya sambil berkacak pinggang.
"Liat kok!" jawab Boy dengan santainya.
"Hah?! Terus kenapa malah pulang sendiri?"
"Abisnya aku dari tadi nungguin kamu, malah gak pulang-pulang. Ngapain coba di Bandara malah celingak-celinguk aja?" balas Boy membuat Nachya semakin merasa kesal.
"Dasar ogeb! Ya jelas nyariin kamu lah! Emang gak ngeliat ya kalo aku bawa papan besar yang ada tulisan nama kamu?!"
"Ngeliat sih. Cuma aku fikir kamu lagi cari orang lain. Masa' sama abang sendiri gak kenal!"
"Ya udah keluar dulu gih." Boy langsung mendorong Nachya keluar dari kamarnya.
"Aku mau ganti baju!" lanjutnya lagi sambil menutup pintu.
"Huh!" Nachya mencoba meredam rasa kesalnya hari ini. "Aku beneran gak tau kalo Boy berubah jadi setampan ini! Ck, sayangnya ngeselin."
"Siapa suruh dia gak pernah mau balas chat aku! Boro-boro tanya kabar!"
Nachya masih saja menggerutu sambil masuk ke dalam kamarnya yang ada di samping Boy. Ia pun kemudian membersihkan badannya dan mengenakan piyamanya.
Setelah mengeringkan rambutnya, Nachya pun langsung turun ke bawah untuk makan malam bersama.
Boy yang sudah duduk di kursi makan, kini harus menelan ludahnya kasar melihat Nachya yang sedang menuruni anak tangga.
Dulu, ia memohon kepada papa Belva untuk menyekolahkannya di Australia hanya karena ingin menghindari pesona Nachya. Kecantikan Nachya membuatnya jatuh cinta.
Sedangkan Boy sadar bahwa perasaannya kepada Nachya sama sekali tidak dibenarkan. Ia pikir, setelah memutus komunikasi dengan Nachya, perasaan cintanya akan luntur dan hilang.
Namun ternyata, ia salah besar. Saat melihat Nachya yang sedang menunggunya di Bandara, membuat debaran jantungnya semakin tidak menentu.
Terlebih saat ini Nachya semakin cantik dan mempesona di matanya. Itulah alasan Boy yang sebenarnya, kenapa ia memilih pulang sendiri dari pada harus satu mobil dengan Nachya.
"Woy! Baru dateng malah ngelamun!" gertak Nachya membuyarkan lamunan Boy.
"Kesambet baru tau rasa!" lanjut Nachya sambil menyendokkan nasi ke dalam piringnya.
"Ish, jutek amat jadi cewek!" balas Boy. "Pasti masih jomblo ya!"
"Enak aja!" timpal Nachya tidak terima.
"Gini-gini banyak yang antri, tauk!"
"Iya, tapi Nachya belum boleh pacaran ya!" tukas Mama Ecca menimpali.
"Harus fokus untuk kelulusan karena sekarang udah kelas 12 loh!"
Mendengar mamanya melarang Nachya berpacaran membuat Boy bersorak dalam hati.
'Yes! Ternyata mama ngelarang Nachya pacaran!' gumam Boy dalam hati.
"Iya Ma. Nachya juga inget kok!"
"Berarti Boy juga gak boleh pacaran dong!" lanjut Nachya yang berharap jika Boy juga mendapatkan peraturan yang sama dari Mama Ecca seperti dirinya.
"Kalo itu sih terserah Boy aja. Asalkan tidak mengganggu kuliah!"
"Dih, itu namanya gak adil, mama!" protes Nachya.
"Kalo gitu, aku yang akan melarang Boy pacaran. Kalau ketahuan sampai pacaran, aku bakal bikin mereka putus!"
☘️☘️☘️
Hai semuanya...
Ini adalah kisah cinta anaknya Belva - Ecca (Nachya) sama anaknya Hendy - Nuna (Boy) lanjutan dari novel "Kurebut Suami Kakakku"
Selepas makan malam, seperti biasanya Nachya pasti membantu mama Ecca untuk mencuci piring. Meskipun ada asisten rumah tangga, Mama Ecca memang mendidik Nachya untuk mandiri.
"Nach, malam ini papa sama mama mau ke rumah uti sama akung ya. Kemungkinan akan menginap di sana. Kamu mau ikut?" tawar Mama Ecca.
"Emm, gak deh Ma. Besok pagi Nachya nyusul aja!" jawab Nachya yang sudah selesai mencuci piring.
"Oke, besok ditunggu yaa. Kamu berangkat aja sama Boy!" ucap Mama Ecca yang langsung pergi meninggalkan Nachya.
Boy yang baru saja selesai makan, langsung mendekati Nachya yang masih berdiri di dekat tempat pencuci piring.
"Cuciin piring aku!" titah Boy sambil meletakkan piring dan gelas kotor begitu saja dan berbalik meninggalkan Nachya.
"Eits!" Nachya langsung menarik kaos Boy. "Enak aja! Emang aku babu!"
"Cuci sendiri! Atau aku laporin ke mama nih!" ancam Nachya.
Mau tidak mau Boy pun berbalik dan mencuci piring dan gelas kotornya sendiri. Namun kali ini Boy sengaja mencucinya tidak menggunakan sabun dan membuat Nachya kembali melayangkan protesnya.
"Boy, kamu nih gimana sih? Masa' nyuci piring gak pake sabun?"
"Emang salah ya? Aku biasa nyuci piring kayak gitu kok," jawab Boy membela diri.
"Ya jelas salah dong. Dasar jorok! Namanya nyuci piring tuh pake sabun. Awas!"
Nachya kali ini mengambil alih Boy dan mencuci ulang piring kotor milik Boy menggunakan sabun. "Liatin nih cuci piring yang bener!"
Sayangnya Boy bukannya memperhatikan Nachya, ia justru melingkarkan tangannya dan membantu Nachya mencuci piring. Posisi mereka saat ini seperti sedang berpelukan.
Deg!
Jantung Nachya langsung berdebar-debar mendapati sikap Boy yang seperti ini. Cepat - cepat Nachya menyudahi mencuci piring dan langsung berbalik sambil berkacak pinggang.
"Ck, disuruh merhatiin malah peluk-peluk sih!" protes Nachya.
Boy terkekeh sambil menoel hidung Nachya.
"Siapa juga yang mau peluk-peluk cewek udik kayak kamu?! Narsis!" balas Boy.
"Tadi kan aku langsung praktek apa yang barusan kamu ajarin."
Nachya langsung tengsin mendengar ucapan Boy barusan. Iapun memutar bola matanya malas dan meninggalkan Boy yang masih berdiri di pantry.
'Aduh! Aku pasti sudah gila ini. Bisa bisanya sih aku malah deg-degan gini di dekat Boy!' batin Nachya sambil menaiki anak tangga menuju kamarnya.
'Sadar dong Nach! Dia itu abang kamu!' batin Nachya bermonolog.
'Tapi Boy beneran tampan banget sekarang. Kek oppa oppa korea. Haduuuuuh!'
Nachya langsung masuk ke dalam kamarnya sambil terus berusaha meredam perasaan aneh yang terus bergejolak setiap berdekatan dengan Boy.
...🎍🎍🎍...
Sedangkan Boy sendiri memilih menonton televisi di ruang keluarga. Sayangnya meski televisi terus menyala, Boy sama sekali tidak fokus menyaksikannya. Karena fikirannya penuh dengan bayangan Nachya.
'Kenapa perasaan ini bukannya hilang tapi malah semakin menggebu-gebu?'
'Seharusnya aku tidak boleh memiliki hasrat cinta seperti ini kepada Nachya. Dia itu adik aku dan hubungan asmara ini sama sekali tidak dibenarkan!' teriak Boy dalam hati.
'Ayo Boy! Berfikir lah dengan baik!'
Boy terus memijit kepalanya agar bisa terlepas dari perasaan terlarang ini dengan Nachya.
Sayangnya konsentrasi Boy kini harus buyar karena Nachya sengaja menyalakan musik yang begitu memekakkan telinganya.
Dengan geram Boy naik ke atas dan langsung masuk ke dalam kamar Nachya. Tanpa ba bi bu lagi, Boy langsung mematikan speaker bluetooth musik Nachya.
"Kamu ini tinggal di hutan yaa? Seenak jidat nyalain musik keras-keras!" tegur Boy.
"Ini gak keras Boy! Papa sama mama juga gak pernah protes kok sama aku!" sanggah Nachya sambil kembali menyalakan speaker musiknya.
Lagi-lagi Boy mematikan speaker musik Nachya. "Tentu aja papa sama mama gak akan protes kalo kamu nyalainnya pas mereka berdua pergi kayak gini!" balas Boy sambil membawa speaker Nachya yang tingginya hampir sepinggang Boy ke kamarnya.
"Speaker aku mau dibawa kemana Boy?!" teriak Nachya mengikuti langkah Abangnya.
"Aku sita!" balas Boy sambil menutup pintu kamarnya dan langsung menguncinya.
"Dasar Boy sialan!" pekik Nachya sambil menggedor pintu kamar Boy.
"Emang Abang gak tau diri. Belum ada sehari udah nyusahin!" gerutu Nachya sambil kembali ke kamarnya.
Dengan kesal Nachya merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya. Pandangannya pun tertuju ke gorden kamarnya yang bergerak tertiup angin. Tiba-tiba senyum Nachya pun merekah mendapati 2 kata kunci cara merebut kembali speaker miliknya.
"Balkon Kamar!" gumam Nachya yang langsung menuju ke balkon kamarnya yang menghubungkan dengan kamar Boy.
Kali ini keberuntungan berpihak kepada Nachya karena pintu kamar Boy yang menghubungkan dengan balkon tidak terkunci.
"Balikin speaker aku!" pinta Nachya yang sudah berdiri tepat di belakang Boy.
Boy yang terkejut dengan kedatangan Nachya yang tiba-tiba langsung berbalik dan menabrak Nachya yang berdiri di belakangnya.
Nachya yang berdiri tidak seimbang pun jadi limbung dan terjatuh di ranjang Boy sambil menarik tubuh Boy hingga akhirnya keduanya jatuh secara bersamaan.
Bruk!
Boy yang jatuh tepat di atas Nachya membuatnya harus menelan ludahnya kasar. Aroma tubuh Nachya dan paras cantiknya yang terus menjadi bayang bayang Boy selama ini benar-benar membuat Boy lupa akan dirinya sendiri.
Begitu juga dengan Nachya yang makin terpesona dengan Boy, Abangnya sendiri.
'Boy benar-benar sempurna. Beruntung banget cewek yang nantinya bisa ngedapetin hati Boy!' gumam Nachya dalam hati sambil terus memandangi Boy tanpa berkedip.
Perlahan Boy mendekatkan wajahnya ke arah Nachya membuat Nachya semakin berdebar-debar tidak karuan.
'Aduh, Boy mau ngapain ini?!' Nachya perlahan memejamkan matanya membuat Boy tersenyum smirk.
"Lain kali kalo mau masuk kamar orang itu ketuk pintu dulu!" bisik Boy tepat di telinga Nachya dan membuat Nachya langsung membuka matanya.
Boy pun langsung berdiri dan mulai menjauh dari Nachya.
"Ini bukan kamar orang, tapi kamar gorila!" balas Nachya yang sudah duduk di tepi ranjang Boy.
"Gorila tampan?" tanya Boy membuat adiknya berdecih kesal.
"Cih! Tampan dari Hongkong!"
"Cepet balikin speaker aku!" titah Nachya yang langsung menggeret tangan Boy untuk membawakan speaker yang tadi ia sita.
"Enak aja! Bayar denda dulu!" balas Boy sambil menengadahkan tangannya.
"Sini bayar dulu seratus ribu!"
Nachya menghela nafasnya panjang sambil melipat kedua tangannya. "Aku gak ada uang!"
"Oke, kalo gitu temenin aku nongkrong di cafe. Setelah itu aku balikin speakernya!"
Mendengar Boy mengajaknya nongkrong, mata Nachya langsung membulat sempurna. Selama ini Mama Ecca dan Papa Belva selalu melarangnya nongkrong.
Tapi kali ini tawaran Boy seperti angin segar di telinga Nachya.
"Oke, aku ganti baju dulu ya!" ucap Nachya yang langsung melangkah ke kamarnya.
Setelah Nachya keluar dari kamarnya, Boy cepat cepat mengunci pintu kamarnya. Namun sebelumnya ia berteriak ke arah adik perempuannya itu.
"Eh, gak jadi deh. Aku ngantuk!" teriak Boy.
"Apaaa?!!" pekik Nachya yang baru sadar jika ia sudah dibohongi oleh Boy.
"Dasar GORILA!"
...🦍🦍🦍...
Keesokan harinya, Nachya sarapan bersama dengan Boy sambil membuang muka. Nachya masih merasa sangat kesal mengingat semalam Boy berhasil menipunya.
Sedangkan Boy bersikap biasa saja seolah tidak ada masalah di antara mereka berdua. "Nanti ke rumah uti sama akungnya naik motor aku aja!" ucap Boy sambil menikmati sarapannya.
Boy dan Nachya memang lahir di tanggal dan bulan yang sama, namun di tahun yang berbeda. Jika 3 bulan yang lalu Nachya mendapat hadiah mobil dari Papanya, Boy lebih memilih motor sport yang dengan harganya yang sebanding dengan mobil milik Nachya.
"Dih, ogah banget! Panas!" tolak Nachya tanpa sedikit pun memandang ke arah Boy.
"Kita pergi sendiri-sendiri aja!" lanjut Nachya yang memperlihatkan kalau dia masih marah dengan Boy.
Boy hanya berdehem menanggapi ucapan Nachya barusan. Setelah menyelesaikan sarapan, Boy langsung mencuci piringnya dan kemudian pergi lebih dulu dari Nachya.
"Cih, emang dasar gorila! Gak peka banget sih jadi orang!" gerutu Nachya yang melihat Boy pergi begitu saja meninggalkannya.
"Minta maaf kek!"
"Ngerayu biar bisa berangkat bareng kek!"
"Ini malah pergi gitu aja!" gerutu Nachya sambil membawa piring kotornya ke pantry dan mencucinya.
"Perasaan dari kemarin Non Nachya ngedumel terus!" ucap Bik Surti yang baru selesai membersihkan taman.
"Abisnya kesel banget ama GORILA, bik!" tukas Nachya membuat Bik Surti terkekeh.
"Jangan kesel atuh Non cantik, masa' ama abang sendiri kesel sih!"
"Ya mau gimana lagi, orang dia duluan yang ngajakin perang!"
"Ya udah, Nachya ke rumah uti dulu ya. Bik Surti jaga rumah baik-baik!" pamit Nachya yang langsung menuju ke parkiran mobil.
Namun betapa terkejutnya Nachya saat melihat ke 4 ban mobilnya kempes.
"Loh kok kempes sih?!" tanya Nachya yang kemudian melihat secarik kertas yang terselip di wiper mobilnya.
......BESOK LAGI, JANGAN TOLAK TAWARAN ABANG TAMVAN! SAMPAI KETEMU DI RUMAH UTI YA! ......
Nachya langsung meremas kertas tersebut dengan geram, "Awas ya Boy!"
"Aku akan becek-becek ampe ancur nanti!" gumam Nachya yang langsung memesan taksi online untuk menuju ke rumah Uti.
...☘️☘️☘️...
Sedangkan Boy saat ini sudah tiba di rumah Uti Aleya lebih dulu dari Michie. Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti karena ia tidak sengaja mendengarkan percakapan antara Utinya dengan Mama Ecca.
"Boy sudah besar, Ecca. Sudah saatnya ia tahu dan mengenal siapa ayah dan ibunya yang asli," tukas uti Aleya membuat Boy terhenyak.
"Bener Mami, Ecca juga sedang menunggu waktu yang pas untuk memberi tahu Boy. Ecca gak mau nanti dia sakit hati dan kecewa setelah mengetahui semuanya," timpal Mama Ecca.
'Jadi aku bukan anak kandung papa Belva dan Mama Ecca?' tanya Boy bermonolog dalam hati.
"Mami yakin sekali, Boy itu kuat dan tidak akan merasa sakit hati. Meski dia bukan anak kandung kamu dan Belva, dia kan tetap cucu Mami dan anggota keluarga Marley," ucap Uti Aleya.
Percakapan kedua wanita yang beda generasi tadi membuat Boy mulai paham akan statusnya di keluarga Papa Belva.
Selama ini ia selalu bertanya tanya tentang nama panjangnya yang tidak disematkan nama papanya dan justru disematkan nama dari keluarga mamanya.
'Kalau aku bukan akan kandung Papa Belva dan Mama Ecca, aku anak siapa?'
'Kenapa papa dan mama mau merawat dan membesarkan aku jika aku bukan anak kandung mereka?'
'Lalu kemana sebenarnya orang tua aku?'
Berbagai pertanyaan kini memenuhi benak kepala Boy. Ia masih ingat betul jika sejak masih kecil sudah dirawat oleh Papa Belva dan juga Mama Ecca.
Terlebih fotonya sejak masih bayi pun selalu bersama dengan papa mamanya. Bahkan di Kartu Keluarga juga tertulis jika Boy adalah anak dari mereka berdua.
"Hei, gorila sialan!" teriak Nachya dari pintu gerbang Mansion membuyarkan lamunan Boy.
Cepat-cepat Boy berlari ke arah Nachya dan menutup mulut adik perempuannya itu.
"Baru dateng itu jangan teriak-teriak! Inget, kita lagi di Mansion Uti sama Akung!" ucap Boy menasehati Nachya.
Dengan kesal Nachya menyikut perut Boy agar bisa melepaskan diri. "Kenapa? Kamu takut aku laporin semua kenakalan kamu sama Uti, Akung, Papa dan Mama?" tanya Nachya yang masih sangat kesal karena Boy berkali-kali membuat masalah dengannya.
Boy menghela nafasnya panjang, "Aku gak takut! Silakan aja laporin semuanya!" balas Boy sambil mengusap perutnya yang sakit akibat sikutan Nachya.
"Ooh, Nantangin ya!" Nachya langsung melipat lengan bajunya dan langsung siap masuk ke Mansion Uti dan Akungnya.
Dengan keras Nachya mengucapkan salam dan kemudian menyalami Uti dan Mamanya.
"Preman cantik dari mana sih ini?" tanya Uti sambil menyalami cucunya. "Suaranya udah kayak TOA," ledek Uti Aleya.
Nachya langsung duduk di samping utinya sambil melipat kedua tangannya. "Nachya kesel sama Gorila ini, Uty!" tunjuk Nachya ke arah Boy yang baru masuk an menyalami utinya.
"Wah, Boy. Kamu makin tampan aja sekarang!" puji Uti Aleya yang justru mengacuhkan Nachya.
Merasa diacuhkan Utinya, Nachya langsung memeluk lengan Utinya dan kembali mengadukan sikap Boy yang sejak kemarin membuatnya sangat kesal.
"Uti, dia hanya gorila yang menyebalkan. Sama sekali tidak tampan dan selalu membuatku kesal." ucap Nachya yang tidak suka Uti Aleya memuji ketampanan Boy.
"Nach, gak boleh gitu loh sama abang sendiri!" tukas Mama Ecca menasehati Putrinya.
"Dia!" Nachya menunjuk ke arah Boy. "Bukan abang aku!" ucap Nachya dengan tegas.
"Emang aku bukan abang kamu!" jawab Boy dengan santai. "Siapa juga yang mau punya adek kayak kamu!" balas Boy yang langsung berdiri dan berjalan ke depan televisi.
Uti Aleya dan Mama Ecca pun langsung saling melempar pandang.
"Ini sebenarnya ada masalah apa sih?" tanya Uti Aleya. "Dulu tuh kalian lengket banget loh."
"Boy juga selalu sayang dan perhatian sama Nachya. Kamu juga Nach, dulu selalu manja sama Boy."
"Ini kenapa sekarang malah kayak kucing sama tikus sih?" tanya Uti Aleya.
"Iya nih Mi, gak tau kenapa dari kemarin Boy dateng, Nachya bawaannya uring-uringan terus?" timpal Mama Ecca.
"Gimana gak kesel coba, Ma! Ban mobil aku semuanya dikempesin sama Boy!" ucap Nachya dengan emosi yang meluap-luap sambil menunjuk ke arah Boy yang dengan santainya menonton televisi.
"Oh, jadi itu masalahnya." tukas Mama Ecca dengan santai.
"Sebenernya bukan Boy yang kempesin ban mobil Nachya, tapi Papa Belva tuh tersangkanya." Mama Ecca menunjuk ke arah suaminya yang baru saja keluar dari kamar.
"Emang sengaja dikempesin sama papa, katanya biar kamu gak keluyuran malem-malem!" tukas Mama Ecca membuat Nachya langsung memandang ke arah papanya.
"Papaaa!!!" teriak Nachya kesal yang tidak menyangka jika ban mobilnya kempes karena ulah papanya.
...😁😁😁...
Terima kasih banyak atas dukungan kalian semua.
Sambil nunggu cerita selanjutnya, mampir dulu yuk ke Novel bestie aku yang dijamin ceritanya menarik dan seru banget.
Judulnya Twins A and Miss Ceriwis
Karya Author Hebat Rira Syaqila
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!