Hay Readers...
Salam kenal semuanya, sekilas info ya Readers.
Ini adalah karya pertama Author, jadi mohon maaf jika masih banyak kekurangan. Mohon pengertiannya Readers.
Happy reading Readers....
.
.
.
Matahari yang mulai bersinar dari ufuk timur sehingga memancarkan garis-garis lurus yang berwarna jingga dan melukiskan keindahan alam dari sang pencipta.
Pada saat yang bersamaan terhirup udara subuh nan sejuk yang menerpa seluruh ciptaan Nya, suara ayam yang saling sahut-menyahut dan burung-burung yang mulai beterbangan dari sarangnya menambah keramaian di pagi hari itu.
Ada beberapa anak gadis, anak-anak kecil maupun orang tua yg sedang asyik berjalan mengintari pematang sawah, sambil bercengkrama ria dan menikmati keindahan alam nan menyejukkan hati.
Di sisi lain tepatnya di bawah pohon mangga yang rindang, duduklah 3 orang sahabat yang sedang beristirahat.
Mereka adalah Nurul, Lidya dan Ani. Mereka menamakan persahabatan mereka dengan sebutan 3 serangkai.
Dengan nafas yang masih terengah-engah dan pakaian yang basah dengan keringat.
"Huft.. huft.. huft... kalian kok ninggalin aku sih?, "Ucap Nurul sambil mengatur nafasnya.
"He.. he.. he.. kamu juga sih larinya nggak konsen, pake nabrak Cowok lagi," ucap Ani dengan nada ketus.
"Cie... cie... ada yg marah nih," goda Lidya
"Akh... kalian gitu bangat sih," ucap Nurul dengan menahan malu dan wajah yang mulai memerah.
"Eh.. tadi aku sempat lihat ada yang mau kenalan lho," sambung Ani.
"Iya tuh, tapi nggak ngajak ngajak kita lho," sambung Lidya sambil menggerakkan sikunya ke siku ani.
"Gimana mau ngajak, akunya aja belum sempat kenalan," batin Nurul.
"Ha... ha... ha... Nur, Nur... kamu tahu nggak wajahmu itu udah kayak kepiting rebus lho," goda Ani.
Mereka bertiga pun tertawa bersama sama.
Flashback on
Seperti biasanya, Nurul, Ani, dan Lidya melakukan rutinitas mereka berjalan pagi mengelilingi desanya setelah pulang dari mesjid untuk melaksanakan sholat Subuh berjamaah.
Pagi itu mereka jogging dan berlanjut dengan aksi saling kejar-kejaran.
"An, Lid ayo buruan kejar aku ha.. ha.. ha...," ledek Nurul sambil berlari sekencang-kencangnya.
"Awas kamu ya... ninggalin kita gitu aja" geram Lidya.
"Ayo Lid, lebih cepat lagi" ucap Ani menyemangati Lidya agar menambah kecepatan larinya.
"Ayo Lid katanya juara lomba lari." sindir Nurul dan berlari sambil menengok ke belakang teman temanya.
"Kamu curang sih.." jawab Lidya sambil berlari lebih kencang kemudian menggertakan giginya karena menahan amarah dan wajahnya sudah memerah.
Tak lama kemudian...
"Hati-hati Nur," teriak Ani dari kejauhan.
Bugh
"Aduh..." rintih Nurul sambil memegang dahinya yg sakit karena menabrak dada bidang seorang Pria.
"Kamu nggak apa apa kan?" tanya Pria itu dengan perasaan cemas.
"Haah... Tampan sekali" teriak Nurul di dalam hatinya, rasa sakit di dahinya pun menghilang begitu saja setelah terpesona dengan ketampanan dari seorang Pria yang berada di hadapannya.
"Maaf..." ucap Pria itu kembali karena tidak mendapat respon dari Nurul.
Blush
Nurul pun tersadar, dan rasa sakit yang sebelumnya datang lagi. "Saya tidak apa apa," ucap Nurul sambil tersenyum walau pun sebenarnya ia sedang menahan rasa sakit di dahinya.
"Maaf ya... saya tidak sengaja," sambung Nurul dengan tulus kemudian mengulurkan tangan kanannya.
Pria itu pun hendak menyambut uluran tangan Nurul namun...
Ani dan Lidya langsung menarik tangan Nurul dan membawanya berlari bersama mereka. Nurul pun mau tidak mau harus mengikuti mereka.
Mereka sangat waspada dengan seorang Pria terlebih lagi Pria itu baru saja mereka lihat kali ini.
Flashback off
Sambil menikmati udara yang sejuk, tiga sahabat itu pun melanjutkan perbincangan mereka.
"Nur, gimana persiapan kegiatan Isra' mi'raj nanti?" tanya Ani
Nurul hanya diam membisu sambil melamunkan kejadian yang barusan.
"Kayaknya lagi mikirin sesuatu tuh," bisik Lidya kepada Ani.
Melihat Nurul yang dari tadi hanya diam saja, kedua sahabatnya pun berinisiatif untuk mencubit pipinya.
Ciiit...
"Aduh, sakit tau," rintih Nurul sambil memegang kedua pipinya.
"Habisnya, dari tadi ditanyain hanya diam saja," gerutu Ani.
"Iya, kamu itu kenapa? celoteh Lidya "ditanyaain Ani kok cuma diam saja?" sambungnya.
"Eh.. iya maaf maaf nanti aja aku ceritain ya..." ucap Nurul karena merasa bersalah telah mengabaikan kedua sahabatnya itu.
"Jangan jangan.... lagi mikirin Pria tadi ya..." tebak Lidya asal sambil menatap tajam ke arah Nurul.
"Eh.. bukan kok," bohong Nurul sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Benaran? entar aku bilang sama Umi lho." goda Ani
Nurul pun pura-pura tidak mendengar untuk menghindar dari kecurigaan sahabatnya. "Pulang aja yuk, sudah jam 06.00 nih takutnya kita bakalan telat ke sekolah." ucap Nurul mengalihkan pembicaraan dengan ekspresinya yang masih malu-malu mengingat wajah tampan Pria tadi.
"Siap bos, tapi janji ya... jangan lupa cerita sama kita," jawab Lidya sambil menaruh tangan kanannya di pelipis seperti orang yang sedang hormat.
"Iya iya, tenang aja." jawab Nurul sambil mengangkat kedua keningnya.
Nurul terpaksa berbohong kepada kedua sahabatnya agar pembahasan tentang Pria tadi tidak berlanjut.
Mereka bertiga pun pulang ke rumah masing-masing untuk mandi dan bersiap-siap berangkat ke sekolah.
****
Sebelum lanjut, Author ingin mendeskripsikan watak dari pemeran novel. Untuk pemeran yang penting-penting saja ya...
Nurul
Gadis desa atau lebih tepatnya kembang desa ( maklum banyak yang naksir he he he) adalah seorang gadis yang hidup sederhana, namun sangat cerdas, mandiri dan sabar. Berkulit sawo matang dan mempunyai lesung pipi ( Yang menjadi ciri khasnya ) dan pastinya sangat pendiam namun akan cerewet dan periang bagi yang sudah akrab saja. Sedikit tertutup mengenai masalah pribadi dan hanya orang orang yang terdekat saja yang mengetahui masalahnya. Anak ke-2 dari 5 bersaudara ( Anak perempuan satu-satunya).
Ani
Gadis cantik, putih, berambut panjang, namun memiliki sedikit sifat sombong dan iri, inginnya menjadi nomor 1 terus ( Maklum anak satu-satunya ) dan nggak mau kalah. Keras kepala tapi juga perhatian dan baik hati.
Lidya
Gadis tomboy yang baik hati dan tidak sombong, berasal dari keluarga yang kaya, ibunya sudah meninggal ketika usianya 10 tahun. Memiliki 2 saudara laki laki ( Kakak dan Adik ).
Umi ( Ibu Nurul )
Seorang Ibu yang baik hati, penyabar dan penuh kasih sayang serta ulet dalam bekerja.
Abah ( Ayah Nurul )
Ayah Nurul yang amanah dan dipercaya menjadi kepala dusun selama 15 tahun, namun memiliki sifat pendiam ( Pantas saja ya... anaknya juga pendiam ).
Bunda Anita ( Ibu Ani )
Seorangan Ibu yang sangat penyayang dan sering memanjakan anaknya, namun memiliki sifat yang tegas.
Bunda Hani ( Ibu Ari )
Seorang guru SD yang memiliki sifat panyayang dan bijak.
Pak Tomo ( Ayah Lidya )
Seorang pengusaha yang tergolong sukses di desanya namun harus membesarkan anaknya seorang diri karena istri tercinta meninggal dunia karena menderita kanker.
*****
Tepat jam 10.15 bel istrahat pun berbunyi, semua siswa berhaburan keluar dari ruang kelas masing masing menuju kantin sekolah yang berada di belakang. Lain halnya dengan Nurul, ia harus pergi ke perpustakaan sekolah dengan membawa bekal nasi goreng yang sudah disiapkan oleh Uminya setelah sholat subuh tadi. Nurul tidak bisa membeli makanan yang ada di kantin sekolah karena kondisi ekonomi keluarga mereka yang serba pas-pasan walau pun sebenarnya kedua temannya selalu mengajaknya ke kantin sekolah tapi hal itu selalu saja ditolak oleh Nurul karena kasihan kalau makanan yang sudah dimasak Uminya tidak dihabiskan.
Tidak lama kemudian datanglah dua gadis yang sangat berbeda karakternya, yang satu feminim dan satunya lagi tomboy. Ya, siapa lagi kalau bukan 2 sahabatnya Ani dan Lidya dan masing-masing membawa bekal makanan mereka.
"Assalamu'alaikum Nurul.." sapa Ani
"Waalaikumussalam gadis cantik dan manja he he he," canda Nurul.
"Issh kamu gitu bangat sih... siapa bilang aku manja, kalau cantik sih iya." ucap Ani sambil mengibaskan rambut panjangnya.
"Pede amat sih," gerutu Lidya.
"Emang aku cantik kan?" sambil mengedipkan mata ke arah Nurul.
"Iya, tapi manja ha ha ha," ledek Lidya.
"Issh mulai lagi kan..." rajuk ani sambil berjalan ke arah Nurul.
"Eh.. eh.. eh.., sudah sudah." ucap Nurul sambil menengahi kedua sahabatnya itu. "Kalau kalian mau berantem jangan di sini dong, di ladang saja gimana???" canda Nurul.
Dan ketiganya pun tertawa, dan meneruskan kegiatan makan mereka karena sebentar lagi bel masuk berbunyi.
.
.
.
.
Kira-kira siapa Pria tampan itu ya...
Jawabannya ada di bab selanjutnya. Next aja Readers. He he he...
Berikan dukungan kalian berupa like, vote, hadiah dan jika kalian menyukai ceritanya, jangan lupa disubcribe ya...
Karena dukunganmu sangat berarti untukku. Terima kasih untuk kalian yang sudah mampir ke novelku.
Oh iya, jika kalian ingin langsung ke cerita yang lebih seru, langsung ke bab 13 saja ya.
Happy reading...
Malam harinya setelah selesai sholat Isya di Mesjid, Nurul dan kedua sahabat berjalan beriringan sambil berbincang - bincang. Di tengah perjalanan Rendi menyapa mereka.
"Assalamu'alaikum muslimah-muslimah akhir zaman ...." goda Rendi, "Boleh gabung nggak?" sambungnya
"Waalaikumussalam Kak." jawab Lidya dan Nurul serentak
"Ekh Kak Rendi, boleh dong." sambung Ani dan tersipu malu
"Ada apa Kak?" tanya Lidya
"Ada teman Kakak yang mau kenalan sama kalian, bisa nggak?"
"Bisa dong." ucap Ani dengan antusias, "Orangnya ganteng kayak Kak Rendi nggak, he he he" canda Ani
"Dasar genit" ucap Lidya sambil mencubit pinggang Ani
"Tuh kan mulai lagi ... sakit tau." celoteh Ani sambil menggosok pinggangnya.
"Nanti juga kalian bakal tau, besok Kalian jogging lagi kan?" tanya Rendi untuk memastikan.
"Iya dong." jawab Lidya sambil merangkul kedua sahabatnya
"Ok, nanti kita ketemuan sesudah jogging saja" usul Rendi
"Ok deh" ucap Lidya sambil mengangkat keningnya kepada Ani dan Nurul
"Kalau gitu aku pergi dulu, assalamu'alaikum." ucap Rendi undur diri.
"Waalaikumussalam" jawab ketiganya
****
Keesokan harinya setelah selesai melaksanakan sholat subuh, mereka jogging seperti biasanya. Yang berbeda hanyalah perasaan mereka kali ini yang penuh tanda tanya sekaligus penasaran.
Tak lama kemudian mereka berhenti di tempat biasa, sambil berbincang di bawah pohon mangga yang rindang, karena di situlah tempat favorit mereka untuk beristirahat.
Belum lama beristirahat, datanglah Rendi dan Ari dari belakang mereka ( untuk mengejutkan mereka).
"Ehem.. ehem... Assalamu'alaikum."
"Astagfirullah haladzim ..." ucap mereka bersamaan sambil memegang dada mereka.
"He he he kaget nggak, kaget nggak? kaget dong masa nggak..." canda Rendi, "Apalagi sama yang di sampingku ini pasti lebih kaget lagi." sambungnya sambil menoleh ke arah Pria yang sedang tersenyum di sampingnya.
"Mereka sangat lucu." gumam Pria itu di dalam hati sambil menahan tawanya.
"Waalaikumussalam" jawab Nurul dan langsung menundukkan pandangannya.
Lain halnya dengan Nurul, Ani langsung terpesona tanpa bisa berkata-kata lagi.
"Kalau dilihat dari jarak yang sedekat ini ternyata Pria itu sangat tampan," gumamnya di dalam hati.
"Ekh.. ini kan Kakak yang kemarin?!" ucap Lidya sambil melihat ke arah Nurul dan Ani secara bergantian.
"Iya, sebenarnya saya mau minta maaf soal kemarin." ucap Pria itu sambil mengulurkan tangannya ke arah Nurul
"Oh iya Kak, saya yang seharusnya minta maaf karena saya yang menabrak Kakak. Maaf..." ucap Nurul kemudian menyedekapkan kedua tangannya di depan dada.
"Iya, walau bagaimana pun saya juga salah." ucap Pria itu kemudian menarik tangan kanannya dan menyedekapkan kedua tangannya di depan dada.
Ada rasa kekaguman yang hinggap di hatinya ketika melihat respon Nurul yang enggan menyambut uluran tangannya.
Jika kalian ingin bertanya kenapa Nurul bersikap seperti itu, jawabannya adalah, ia sangat menjaga jarak dari yang namanya laki-laki dan sangat membatasi pergaulannya. Jika kemarin ia yang mengulurkan tangan kepada Pria itu, hal itu karena ia khilaf dan terpesona oleh ketampanan dari orang yang ditabraknya. Sehingga membuatnya salah tingkah.
Suasana langsung menjadi hening dalam seketika.
"Ekhem... karena acara maaf-maafannya selesai, jadi acara dilanjutkan kesesi perkenalan, izinkan saya memperkenalkan sahabat sekaligus keluarga saya yang bernama Ari."
"Dia adalah saudara sepupu saya yang berasal dari kota A, untuk lebih jelasnya silahkan kalian mengajukan pertanyaan secara langsung, sekian dan terima kasih. Bagaimana baguskan?" sambung Rendi dengan gaya seperti seorang pembawa acara yang profesional.
"Waaaw, bagus bangat" teriak Ani pelan sambil bertepuk tangan dan diikuti Nurul, Lidya dan Ari.
Mereka pun berkenalan dengan Ari sambil menyedekapkan kedua tangan di depan dada dan menyebutkan nama masing-masing.
Setelah cukup lama berbincang-bincang ketiganya pun pamit untuk pulang ke rumah masing-masing dan bersiap untuk berangkat ke sekolah.
****
*Perpustakaan
Seperti biasanya setelah selesai melahap bekal makan siang mereka, mereka menghabiskan waktu istirahat untuk sekedar berbicang-bincang.
"Nur, persiapan untuk kegiatan Isra mi'raj sudah berapa persen?" tanya Ani
"Sepertinya kita harus mengadakan rapat untuk lebih jelasnya." usul Nurul
"Iya juga sih, pelaksanannya tinggal 3 hari lagi kan." tambah Lidya
"Bagaimana kalau sebentar sore saja???" usul Nurul
"Siap ketos ( ketua OSIS)" sambung keduanya
"Nah, kompak gitu kan bagus." sambil mencubit pipi kedua sahabatnya.
"Aduh, aduh sudah dong" rintih Ani sambil memegang pipinya yang sakit
"Gitu aja sakit" gerutu Lidya
"Udah, udah.. jangan lupa jam 2 ada pertemuan pengurus OSIS dan Kalian harus datang." ucap Nurul dengan tegas
"Ok deh" jawab Lidya & Ani sambil mengacungkan jari jempol mereka
Setelah kegiatan belajar selesai, mereka pulang ke rumah masing-masing.
****
* Ruang OSIS
"Sebelum pertemuan ini ditutup, apakah masih ada lagi kendala untuk kegiatan memperingati hari Isra mi'raj nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wassalam?" tanya Nurul kepada seluruh anggotanya.
"Kesimpulan saya sebagai sekretaris OSIS, persiapan sudah 80%, hanya saja untuk pembawa acara dan penceramah belum ada sampai saat ini Nur, dan waktu kita tinggal 3 hari." ucap Intan.
"Bagaimana kalau kita undang saja Kak Rendi? usul Ani.
"Ok, ide bagus Ani dan untuk penceramah saya akan mengundang Pak Ridwan, selaku Sekretaris di desa. Bagaimana teman-teman?" tanya Nurul meminta persetujuan teman teman yang berada di ruang OSIS itu.
"Kami setuju" ucap mereka serentak.
"Baiklah, pertemuan kali ini kita tutup dengan mengucapkan hamdallah,
"Alhamdulillah hi rabbil alamin" ucap mereka serentak.
****
Setelah selesai sholat maghrib, mereka bertiga melanjutkan tartil Alqur'an sambil menunggu sholat Isya. Dalam perjalan pulang ke rumah mereka singgah di rumah Pak Sekdes untuk mengundangnya sebagai penceramah dalam kegiatan Isra Mi'raj.
"Sebelumnya bapak minta maaf Nur, karena bapak sedang sakit jadi sebaiknya kalian mencari orang lain saja" pinta pak Ridwan dengan enggan.
"Oh iya pak, maaf sudah mengganggu istirahat Bapak, insyaa Allah Bapak cepat sembuh, kami permisi dulu Pak. Assalamu'alaikum" ucap Nurul dengan sopan.
"Waalaikumussalam..."
"Mudah-mudahan saja kalian cepat menemukan orang yang cocok." gumam pak Ridwan setelah kepergian mereka.
Mereka pun melanjutkan perjalanan ke rumah Rendi, mereka bingung harus mencari siapa lagi yang akan menjadi penceramah pada kegiatan Isra Mi'raj. Setelah 5 menit kemudian mereka sampai di rumah Rendi.
"Assalamu'alaikum Bunda..." ucap Ani mewakili kedua sahabatnya.
"Waalaikumussalam, siapa ya?" tanya Bunda Hani yang tidak lain adalah Ibunya Rendi.
"Ini kami Bunda gadis manis, cantik, imut dan baik hati he he he..." canda Ani
"Eh kalian, ada apa nih?" ucap Bunda Hani setelah membuka pintu rumahnya.
"Iya Bunda, Kak Rendinya ada?" tanya Nurul.
"Iya ada, sebentar ya... Bunda panggilin, kalian duduk aja dulu."
"Iya, makasih Bunda." jawab Lidya
Mereka bertiga pun duduk di sofa panjang yang berada di ruang tamu.
*****
Flashback Rendi
Matahari mulai tenggelam di ufuk barat, menyisakan cahaya-cahaya indah yang melukis langit sehingga menampakkan suasana sunset yang sangat indah, diramaikan dengan kelompok burung-burung yang beterbangan untuk kembali ke sarangnya. Serta deretan padi yang berbaris rapi sejauh mata memandang, menambah keindahan alam di sore itu. ( Fabi ayyi ala irabbikumaa tukajjiban )
Di balkon kamar tampaklah 2 orang sahabat sedang menikmati indahnya ciptaan Allah Subhana Hu Wata'ala.
"Subhanallah..." ucap Rendi
"Iya indah sekali, sungguh mendamaikan hati" sambung Ari
"Dan menyejukkan mata." sambil melihat ke arah jalan yg dilalui Nurul, Lidya dan Ani.
"Astagfirullah haladzim... Ren, Ren" ucap Ari setelah menyadari maksud dari Rendi, "Sudah mau Maghrib nih mandi dulu sana." sambungnya
"Siap pak ustadz." dengan gaya hormat seperti sedang upacara.
Rendi pun langsung mandi dan sholat Maghrib di mesjid, dilanjutkan dengan membaca buku sambil menunggu sholat Isya. sampai di rumah mereka makan dan duduk di balkon kamar.
"Ri, apa kamu jadi berangkat besok?" tanya Rendi.
"Insyaa Allah, sepertinya aku sudah siap menjalani takdir dari Allah. Makasih ya sudah nemanin aku disaat-saat seperti ini." ucap Ari sambil menepuk punggung Rendi.
"Jangan gitu dong kita kan saudara, semoga ayah dan ibumu bisa bersama lagi." ucap Rendi dengan tulus.
"Aamiin"
Flash back of
****
"Ren, Ari..." panggil Bunda Hani sambil mengetuk pintu. "ada Nurul dan teman-temannya katanya mau ketemu kalian, cepatan turun Nak, Bunda mau bikin teh manis dulu." ucap Bunda Hani dengan satu nafas.
"Iya Bunda," jawab Rendi
"Nurul dan teman-temannya?" tanya Ari
"Sepertinya ada yang penting, kerena mereka tidak suka keluar malam seperti ini."
Tak lama kemudian Rendi & Ari datang menemui mereka.
"Assalamu'alaikum calon Bidadari-Bidadari Surga ..." canda Rendi
"Waalaikumusalam Kak Rendi.. ekh Kak Ari juga." sambung Ani
"Ada angin apa nih, tumben kalian datang kemari?" tanya Rendi kemudian duduk berhadapan dengan Nurul.
"Jadi bagini Kak, kami ingin mengundang Kakak untuk berpartisipasi dalam kegiatan isra mi'raj yang akan diadakan pada hari jum'at di Aula sekolah dan Kakak yang akan menjadi pemandu acaranya, bagaimana Kak?" ucap Nurul hanya dengan satu nafas dan dengan tatapan yang penuh harap.
Rendi pun hanya bisa terdiam karena baru kali ini ia berhadapan langsung dengan jarak dekat sambil menatap kedua netra berwarna coklat milik Nurul.
Deg
Deg
Deg
Ya, itulah suara jantungnya saat ini.
"Ehem.... ehem... bisa kan Ren?" sela Bunda Hani sambil meletakkan cangkir teh di atas meja dan duduk bersama mereka.
Nurul hanya tertunduk malu setelah menyadari jika ia dan Rendi saling bertatapan.
"I.. iya bisa kok Nur, kapan acaranya?" tanya Rendi jadi salah tingkah.
"Hari jum'at Kak," jawab Nurul masih dengan menunduk.
"Ok, masih ada waktu 2 hari lagi kan?"
"Iya," jawab Nurul sambil menganggukkan kepalanya.
"Terus yang akan jadi penceramahnya siapa, kalau tidak salah Pak Sekdes sedang sakit ya?" tanya Bunda Hani.
"Iya Bun, tadi kami singgah ke rumah Beliau tapi Beliau belum bisa hadir dan kami bermaksud untuk meminta pertolongan kepada Kak Rendi siapa tau ada teman Kakak yang bisa menggantikan Pak Sekdes." ucap Nurul menjelaskan maksud lain kedatangannya.
"Ummm... " ucap Rendi sambil berpikir, "Bagaimana kalau Ari saja, bisa kan?" tanya Rendi sambil menepuk bahu Ari.
"Umm..." ucap Ari sambil berpikir.
.
.
.
.
Hay Readers
Jangan lupa dukung aku yach, dengan cara
Like
Vote
Koment
Mau ngasih hadiah juga boleh, he he he...
Happy reading Readers....
"Sudah... jangan dipikir-pikir lagi, anggap saja ini kenang-kenangan sebelum kamu pergi. Kasihan mereka kalau tidak bisa nemuin pengganti Pak Sekdes." sela Rendi sambil menepuk bahu Ari
"Oh... jadi Kak Ari sudah mau pulang ke kota A?" tanya Ani dengan enggan
"Iya, rencananya besok mau berangkat. Jawab Ari dengan jujur. "Tapi... sepertinya harus ditunda dulu." sambungnya sambil mengedarkan pandangannya ke arah Nurul.
"Jadi Kakak mau membantu kami?" ucap Lidya dengan senyum sumringah di wajahnya.
"Iya, saya akan mencobanya." jawab Ari dengan mantap.
Nurul yang sangat bahagia mendengar keputusan Ari, akhirnya angkat bicara. Ia tak bisa menyembunyikan perasaannya. "Alhamdulillah ... terima kasih banyak Kak, sudah mau membantu kami karena sebelumnya kami sangat bingung harus minta tolong kepada siapa lagi." ucap Nurul dengan satu nafas saking senangnya.
Ari menyunggingkan senyumnya menanggapi perkataan Nurul sambil mengangguk pelan."Hmm, apa kalian sudah menyediakan materi ceramah untuk kegiatan ini? karena kalau saya yang harus_" tanyanya dengan enggan.
"Oh... kalau masalah itu kami sudah menyiapkannya dari beberapa hari yang lalu" sela Lidya dengan penuh semangat karena masalah mereka sudah beres. "Tapi .... kayaknya ada di rumah Nurul" sambungnya setelah teringat sesuatu yang dilupakan, karena seharusnya mereka membawa materi tersebut untuk diberikan kepada Pak Sekdes.
Nurul pun mengingat sejenak "oh Iya, ketinggalan di meja belajarku. Bagaimana kalau besok pagi saya akan mengantarnya?" tanya Nurul
"Boleh, masih ada 2 hari lagi kan." jawab Ari dengan santai.
"Nah... masalahnya kan sudah selesai jadi diminum dulu tehnya, mumpung masih hangat." ucap bunda Hani mengingatkan mereka karena sedari tadi mereka hanya asyik berbincang-bincang.
"He he he... Iya bunda" tawa renyah Nurul pun terdengar karena kini perasaannya sudah merasa lega, kemudian meneguk teh hangat itu ke dalam mulutnya dan diikuti yang lain.
Mereka pun melanjutkan perbincangan tentang kesibukan mereka selama mempersiapkan segala keperluan untuk kegiatan Isra mi'raj,Terkadang terdengar suara canda dan tawa dari mereka.
Setelah 30 menit kemudian, mereka bertiga pamit pulang ke rumah masing-masing namun Bunda Hani menyuruh Rendi dan Ari untuk mengantar mereka pulang.
5 menit kemudian sampailah mereka di rumah Nurul. Karena tidak ingin membuang-buang waktu, Nurul bermaksud segera memberikan materi ceramah kepada Kak Ari.
Nurul pun buru-buru masuk ke kamarnya dan mengambil materi ceramah tersebut.
Namun sayangnya, ketika ia menuruni tangga yang ada di teras rumahnya ( rumah panggung ) tiba-tiba terdengar suara...
Bruk.....
Tanpa sengaja Kaki Nurul tersandung ketika menuruni tangga rumahnya karena terlalu terburu-buru dan jatuh tepat di depan Ari. Dengan cepat Ari langsung menangkap tubuh Nurul, dan...
Cup
Ya, mereka terjatuh dan secara tidak sengaja berciuman dengan posisi Nurul yang menindih Ari. Kini perasaan mereka menjadi campur aduk antara kaget, deg-degan, malu dan salah tingkah, keduanya pun terdiam beberapa saat, dan saling menatap ke netra lawannnya.
Deg
Deg
Deg
Suara jantung mereka berdetak dengan sangat kencang, masing-masing dapat merasakan detakan jantung dari lawannya.
"Astagfirullah ..." teriak Ani dan Lidya bersamaan
Nurul dan Ari refleks mengalihkan pandangan mereka.
"Kalian tidak apa-apa kan?" tanya Rendi dengan perasaan khawatir.
"Ekh... tidak apa-apa Kak." ucap Nurul setelah bangun dari tubuh Ari, "Untung saja tadi tertutup dengan jilbab panjang ini, mudah-mudahan mereka tidak sempat melihatnya." batin Nurul
"Iya tidak apa-apa kok." ucap Ari sambil memegang bagian belakang kepalanya dan bersikap senormal mungkin, walau pun sebenarnya Dia sedang mengendalikan detak jantungnya yang seakan-akan ingin melompat ke luar.
"Ekh... ada ribut-ribut apa nih..." tanya Umi sambil berlari kecil mendekati Nurul, siapa sangka suara teriakan Ani sampai ke telinga Umi yang sedang berada di dapur.
"Tidak apa-apa Umi, hanya kecelakaan kecil saja." ucap Nurul dan berusaha menenangkan Uminya.
Untung saja cahaya lampu di teras rumahnya sedikit redup, kalau tidak mereka pasti akan melihat wajah Nurul dan Ari yang sudah merah padam.
"Iya Umi tidak apa-apa, jangan khawatir." sambung Ani sambil mengumpul kertas-kertas yang berserakan dan menyerahkannya kepada Ari.
"Kalau begitu kami pamit dulu ya Umi, Nurul." ucap Lidya sambil melihat ke arah Umi dan Nurul secara bergantian.
"Assalamualaikum ..."
"Waalaikumussalam... Kalian hati-hati ya ..." ucap Umi setelah menjawab salam mereka.
Keempatnya pun pergi meninggalkan rumah Nurul. Selama perjalanan Ari lebih banyak diam karena perasaannya yang masih campur aduk. Ya, sebagai pria dewasa ini bukan pertama kalinya ia berciuman. Tapi ini pertama kalinya ia merasakan suatu perasaan yang sulit untuk diartikan. Walaupun hanya sekejap tapi mampu membuat desiran-desiran aneh menjalar di seluruh tubuhnya dengan sangat cepat.
Bagaimana pun ia pernah berpacaran sekali, dan hal itu ia lakukan hanya karena ia sudah terlalu lelah menghindar dari Gadis yang selalu mengejarnya.
Ari pernah berciuman dengan seorang pacarnya, itu pun karena gadis yang menjadi pacarnya itu yang melakukan hal tersebut kepadanya namun rasanya tidak seperti yang ia alami saat ini.
Walau pun hanya sebuah kecelakaan namun mampu menghadirkan sebuah kesan yang sangat luar biasa di hatinya.
"Perasaan ini, mungkinkah aku sudah jatuh cinta?" bisik Ari di dalam hatinya.
Sementara itu di rumah Nurul
Di atas tempat tidur yang berukuran 90×200, berbaringlah seorang gadis remaja yang sudah 2 jam lebih berada di tempat itu namun tidak dapat memasuki alam mimpinya sekali pun ia sudah memejamkan matanya dan sesekali hanya memalingkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan.
"Perasaan apa ini?"
"Mengapa ada perasaan yang sangat aneh seperti ini?"
"Akh... bagaimana kalau teman-teman sempat melihatnya?"
"Apa yang harus aku katakan?"
Itulah sebagian dari pertanyaan-pertanyaan yang ada di hatinya.
Setelah 3 jam kemudian barulah ia bisa tertidur nyenyak karena rasa kantuk yang sudah tak tertahankan.
Di tempat lainnya, ada juga seorang Pria yang mengalami nasib yang sama seperti Nurul, namun sayangnya sampai menjelang waktu subuh dirinya belum bisa memasuki alam mimpinya.
Akhirnya Pria itu melaksanakan sholat subuh terlebih dahulu dan setelah itu barulah ia bisa tidur dengan tenang.
Keesokan harinya di Aula sekolah, tampaklah siswa-siswi yang mondar-mandir di dalam ruangan, karena hari ini mereka harus menyelesaikan segala keperluan untuk kegiatan Isra mi'raj yang akan diselenggarakan esok hari.
Sementara itu di rumah Rendi tampaklah seorang pemuda yang sedang membaca lebaran lembaran kertas dan menghapalnya dengan serius.
"Cie... cie... yang bangun kesiangan lagi sibuk nih?" goda Rendi
"Kamu bisa aja Ren, temanin aku dong"
"Lagi ngapain nih?" tanya Rendi sambil berjalan mendekati Ari
"Lagi baca materi untuk besok Ren, kamu bolehkan jadi jurinya?"
"Boleh dong... tapi aku mau ganti baju dulu, gerah nih..."
"Hmmm ..."
Tak lama kemudian mereka duduk berhadapan di balkon kamar sambil menghapal materi untuk besok.
1 jam kemudian terdengar pintu kamar diketuk
Tok-tok-tok
"Ren, Ari makan siang dulu Nak..." suara Bunda Hani terdengar dari seberang pintu kamar Rendi.
"Iya Bun, kami akan turun ke bawah," jawab Rendi
"Jangan terlalu lama ya... nanti makanannya dingin."
"Iya Bunda"
Setelah membereskan kamar, mereka turun ke meja makan dan makan bersama bunda Hani.
****
*Sore hari di Aula sekolah
Seluruh pengurus OSIS dan Panitia Pelaksana serta Guru-guru ikut berpartisipasi dalam membenahi ruang Aula sekolah, yang akan digunakan untuk melaksakan kegiatan Isra mi'raj yang akan diadakan besok pagi.
"Minum dulu Nur." sambil menyodorkan sebotol air mineral, "Biar bisa semangat lagi he he he.." ucap Lidya.
"Makasih Lid" mengambil botol air mineral, "Aninya di mana? kok nggak kelihatan?" tanya Nurul karena tidak menemukan keberadaan sahabatnya itu di seluruh ruangan
"Oh... Dia lagi ke toilet."
"Oh... kalau gitu aku pergi ke sana dulu ya ..." jawab Nurul kemudian bergabung dengan teman-teman yang lain.
Flashback Ani
"Assalamu'alaikum Ani," sapa Rendi
"Waalaikumussalam Kak, kalian berdua kok ada di sini? kangen sama aku ya? he he he" canda Ani
"Ih... kamu geer deh! " saking gemesnya Rendi pun mencubit pipi Ani.
"Aduh, sakit Kak" rintih Ani sambil memegang kedua pipinya.
"Ehem... ehem..." sela Ari
"Kata bunda kami harus datang ke sekolah dulu untuk bertemu dengan pembina OSIS kalian..."
"Oh... gitu, kirain...."
"Kirain apa An... yang jelas ngomongnya jangan digantung gitu." sambung Rendi
"Ekh..nggak Kak" jawab Ani, "Nanti dicubit lagi" gumam Ani kemudian.
"Jadi pembina OSIS nya ada di mana?" tanya Ari
"Pak Hari, ada di Aula Kak, biar aku tunjukin tempatnya, kebetulan aku juga mau ke sana. Ayo Kak." ucap Ani hanya dengan satu nafas.
"Kok aku nggak diajak?!"
"Kak Rendi kan udah tau tempatnya..." celetuk Ani.
Flashback off
5 menit kemudian mereka sampai di Aula sekolah.
"Assalamu'alaikum ... Pak" sapa Ani kepada Pak Hari yang sedang mengarahkan siswa-siswi yang sedang menata kursi plastik yang akan digunakan untuk kegiatan besok.
"Waalaikumussalam..."
"Ini Kak Rendi sama Kak Ari mau ketemu Bapak," ucap Ani dengan sopan.
"Oh Iya, kita ke ruangan guru saja biar lebih tenang." ajak pak Hari
"Iya Pak" ucap Rendi kemudian mengikuti Pak Hari dari belakang.
5 menit kemudian mereka sampai di ruang guru.
"Jadi begini Pak, ini teman saya yang akan menggantikan Pak Sekdes untuk kegiatan besok." ucap Rendi dengan sopan.
"Oh... jadi kamu, sepertinya Bapak pernah lihat, tapi di mana ya?" ucap Pak Hari sambil mengingat-ngingat sesuatu.
"Perkenalkan Pak nama saya Ari Kurniawan." kemudian menjulurkan tangannya.
"Oh Iya, saya baru ingat kamu kan juara lomba ceramah/pidato tingkat propinsi tahun lalu." ingat pak Hari sambil menjabat tangan Ari.
Ari pun hanya tersenyum dan mengangguk pelan.
"Kalau begitu saya tidak perlu khawatir lagi, saya yakin dengan kemampuan nak Ari." ucap Pak Hari dengan mantap.
"Terima kasih Pak"
"Pilihan Nurul ternyata tidak salah." gumam pak Hari dan masih bisa didengar mereka berdua.
"Karena kalian berdua sudah ada di sini, bagaimana kalau kita membantu yang lainnya di Aula." usul pak Hari.
Mereka berdua pun hanya saling memandang. "Iya Pak dengan senang hati." jawab keduanya, setelah melepas pandangan mereka.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!