NovelToon NovelToon

Gadis 147 cm

01. Di pecat

"Hei–kamu, sedang apa disini? Ayo ikut!"

"Eh eh apa-apan nih? Main tarik-tarik saja, bapak siapa ya dan mau apa jangan ganggu saya."

Faiha menatap kesal dan tak suka pada seorang laki-laki paruh baya yang tiba-tiba mencekal lengannya dan hendak memaksa untuk ikut bersamanya.Gadis itu pun menghempaskan tangan yang tengah menggenggamnya begitu kuat dan kasar. Ia sungguh tak mengenal siapa orang tersebut.

"Kamu ini bukannya belajar di kelas malah keluyuran di mall dan asik nongkrong di foodcourt lagi.Ayo, di mana temanmu yang lain?"

"Hah–!?"

"Hah heh hoh, sudah bolos sekolah ngeyel lagi.Ayo katakan kamu dari SMU mana?" Pria itu malah memarahi gadis itu dan kali ini sepertinya semakin kesal dengan tingkah laku Faiha yang menurutnya sedang mendrama karena telah ketahuan membolos sekolah.

"Tu-tunggu dulu pak, anda salah faham. Saya di sini itu sedang bekerja bukan membolos sekolah dan juga saya bukan anak SMU seperti yang bapak bilang bahkan umur saya sudah 21 tahun. Kalau bapak tidak percaya, ini lihatlah KTP saya." Faiha mengeluarkan selembar kartu identitasnya dan sontak saja membuat pria paruh baya tersebut terlonjak kaget dan merasa malu secara bersamaan karena telah salah mengira.

Faiha mencebikkan bibir imutnya dan kembali memasukkan KTP nya kedalam dompet lusuhnya. Kemudian ia menatap kembali pada pria itu menunggu apa yang akan di ucapkan olehnya.

"I-itu asli kan? Bukan KTP hasil nembak, saya harap kamu jangan mencoba menipu saya ya."

"Aduh, pak. Kenapa anda keras kepala sekali sih, sudah jelas kan kalau yang terpampang nyata itu adalah gambar saya. Ck–menyebalkan."

Disaat suasana sudah tenang dan agak mereda tiba-tiba sang manager menghampiri mereka karena sejak tadi melihat interaksi keduanya yang begitu serius dan seperti tengah bertikai.

"Maaf, ini ada apa ya?bapak siapa dan apa ada masalah dengan karyawan saya?" Sang manager bertanya dengan ramah dan sekilas menatap kearah Faiha penuh tanya.

Perasaan Faiha tiba-tiba merasa tidak enak, entah itu apa. Jangan-jangan apa yang ia takutkan akan terjadi lagi dan Faiha pun hanya bisa pasrah dan menerimanya.

"Oh, tidak pak. Maaf sepertinya saya hanya salah faham. Saya mengira kalau karyawan bapak ini adalah seorang pelajar dan suka membolos sekolah dan ternyata bukan."

"Iya pak, benar. Saya tidak mengenal bapak ini dan saya juga tidak melakukan kesalahan apa pun." Faiha menjelaskan sebagai pembelaan diri.

Setelah saling meluruskan kesalah fahaman dan saling meminta maaf. Waktu shift kerja Faiha pun telah usai dan saat ini ia telah bersiap untuk pulang. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti karena suara panggilan sang manager.

"Faiha, tolong ikut ke ruangan saya sebentar!"

"Baik,pak." Dengan berbagai pertanyaan yang berputar di pikirannya,Faiha mengikuti langkah menuju ke ruangan sang manager.

"Silahkan duduk!" Sang manager mempersilahkan Faiha untuk duduk di kursi tepat di hadapannya.

Sejenak suasana hening.Faiha menunduk dan menunggu apa yang akan di ucapkan oleh laki-laki itu.

"Ekhem–begini Faiha, sebelumnya saya mohon maaf atas apa yang akan saya sampaikan.Sebenarnya kamu adalah salah satu karyawan yang sangat baik, rajin dan juga cekatan dalam melaksanakan pekerjaan."

"Te-terima kasih pak." Faiha tampak gugup

"Dengan berat hati saya ingin menyampaikan kalau kamu tidak bisa bekerja lagi di sini.Sudah terlalu sering kejadian seperti ini kerap terjadi dan itu sangat menganggu para konsumen kita.Saya harap kamu bisa memakluminya dan menerima keputusan ini dengan legowo.Bagaimana Faiha?"

Sebenarnya manager tersebut juga merasa tidak enak untuk memberhentikan Faiha namun, sepertinya itu adalah jalan yang terbaik.

"Deg..."

"Sa-saya di pecat pak.Tapi, semua itu bukanlah kesalahan saya kan pak.Mereka semua yang selalu salah faham terhadap diri saya." Mata Faiha mulai mengembun namun, sebisa mungkin iya menahannya dan mengatkan hatinya. Mencoba menerima keputusan sang manager tersebut.

Melihat wajah Faiha yang tampak berkaca-kaca, laki-laki itu pun sebenarnya tak tega. Apa lagi memang sebenarnya Faiha tidak pernah melakukan kesalahan dalam bekerja. akan tetapi setelah beberapa kejadian yang cukup mempengaruhi kemajuan restauran membuat ia harus melakukannya.

"Kalau begitu baiklah pak, saya akan menerima segala keputusan yang telah bapak buat.Dan jika selama saya bekerja telah melakukan kesalahan saya mohon maaf. Kalau begitu saya mohon pamit dan terima kasih,pak."

Faiha menganggukkan kepalanya dan mohon pamit.

Baru saja Faiha berbalik, sang manager memanggilnya lembali.

"Faiha, tunggu! Ini gajimu bulan ini dan juga uang pesangon untukmu. Terima kasih atas pengabdianmu selama bekerja di sini."

Tangan Faiha terulur menerima dua buah amplop tak lupa ia mengucapkan terima kasih lalu beranjak dari ruangan itu.

"Huh–akhirnya terjadi lagi untuk yang kesekian kali.Sabar-sabat Faiha, ini memang sudah nasibmu.Kenapa sih orang-orang selalu melihat hanya dari bentuk fisikku. Memang salah memiliki wajah baby face, bukankah hal itu malah menjadi suatu anugrah karena selaku terlihat awet muda,kan."

"ck, nasib-nasib–"

"Brukk–auwww!"

Bersambung

Hai-hai, saya kembali lagi dengan cerita terbaru semoga kalian suka ya. Jangan lupa like dan komennya . Terima kasih.

02. Faiha yang penuh semangat

Karena terlalu fokus pada lantai ketika berjalan dan dengan bibir yang asik menggerutu tiba-tiba saja ia menabrak sesuatu yang keras bagaikan batu dan postur yang menjulang tinggi di hadapannya. Seketika membuat Faiha terjingkat kaget alhasil mulutnya semakin aktif berceloteh dengan berbagai umpatan yang aneh.

"Awww–aduh, kalau jalan tuh yang benar dong, pak. Saya kira anda tiang listrik." Mendongak guna melihat raut wajah sang penghalang langkahnya. Padahal sih yang salah ya dirinya sendiri sebab tidak fokus menatap arah depan sehingga terjadilah tabrakan yang tak dapat di hindari oleh keduanya. Faiha sepersekian detik sempat terpana akan wajah bak dewa yunani tersebut. Sampai-sampai raut wajahnya cengo seperti orang yang kelaparan.

"OMG–gantengnya."

"Ekhem, Heru–coba kamu jelaskan apa yang sebenarnya terjadi jika, perlu lihat melalui rekaman kamera cctv siapa yang sebenarnya bersalah dalam hal ini."

Laki-laki yang bernama Heru pun segera beranjak mengambil posisi di antara keduanya.

"Begini ya,dik. Sebenarnya dalam hal ini adiklah yang salah, sebab tuan Abiseka sudah berjalan dengan semestinya dan yang tidak wajar itu adalah kaki adik–"

"Ekhem–ekhem!" Abiseka memberi kode pada sang asisten yang bernama Heru tersebut agar cepat menyelesaikannya tanpa perlu berbasa basi intinya langsung to the point saja.

"oh, iya–baik, begini ya dik. Maksud saya itu pandangan mata adik sama sekali tidak fokus pada jalan sehingga adik menabrak boss saya." Heru berkata sambil tersenyum manis seakan tengah berbicara pada seorang anak kecil tepatnya pada ababil alias abg labil.

Mendengar panggilan yang di sematkan oleh laki-laki muda yang lumayan tampan ya meskipun tak setampan sang boss namun, cukup membuat dada Faiha jedag jedug karena dikelilingi oleh dua cogan.

"Adik, adik–memangnya saya adikmu apa. Enak saja kalau bicara. sejak kapan juga saya jadi adikmu,huh." Faiha mulai kesal akan kesalah fahaman yang kesekian kalinya.

Membuatnya mood nya jadi bertambah kacau. Sudah baru saja kena pecat, eh sekarang malah bertemu dengan laki-laki dingin dan kaku se kaku kanebo garing yang lupa di simpan di dalam wadahnya. Tiba-tiba saja ia jadi merasa lucu, ingin tertawa tapi takut dosa. Melihat wajah tampan yang benar-benar datar tanpa ekspresi itu.

"Idih–ganteng-ganteng mukanya kaku gitu, kayak kanebo garing. Wkwkwk."

"Oh, apa saya ada salah bicara ya? Adik ini kesini bersama dengan siapa dan kenapa di jam sekolah seperti ini adik berada di tempat ini. Apakah orang tua adik tahu apa yang telah kamu lakulan saat ini?"

Heru dengan sok tahunya berucap semaunya seakan ia berhak menegur gadis belia di hadapannya. Ya, lagi-lagi ada orang yang menganggapnya anak sekolah yang sengaja membolos dan keluyuran di mall-mall. Ingin rasanya Faiha berteriak sekencang-kencangnya dan mengatakan pada semua orang bahwa dia bukanlah anak kecil eh, ralat maksudnya bocah abg yang sedang pecicil-pecililannya. Sungguh melelahkan.

"Maaf ya pak, saya mohon maaf untuk yang terakhir kalinya. Saya ini bukanlah anak kecil, abg, atau apalah sebutannya. Saya ini adalah wanita dewasa yang sudah matang. Bahkan saat ini umur saya akan menginjak yang ke 21 tahun. Sampai di sini anda sudah faham,kan. So, sudah selesai kan urusan kita.Oke, kalau begitu saya undur diri. Permisi ya pak boss."

Faiha langsung melangkah dengan cueknya sampai entah dengan sengaja atau tidak hanya Faiha yang tahu, ia menyenggol tubuh Abiseka dengan sedikit kasar namun, tak berefek sedikitpun pada tubuh tegap dan kekar laki-laki tampan itu. Malah Faiha yang meringis sakit rasanya seperti benar-benar menabrak tiang listrik.

"Aduhh–ini orang apa kayu sih, atose." Faiha mengusap-usap bahunya.

"Kurang ajar sekali ini bocah tengil, masa' tubuh sesempurna ini dia.bilang kayu dan apa tadi dia bilang jg aku dianggapnya tiang listrik .Benar-benar ya ni bocah, lihat saja tunggu pembalasanku saat kita bertemu lagi."

Abiseka begitu kesal dan dongkol tak terima dengan julukan yang di berikan oleh si Faiha. Dia hanya bisa megumpat dari dalam hati.

Menatap kepergian si bocah tengil eh, maksudnya si wanita dewasa yang bernama Faiha dengan rasa kesal.Sampai-sampai ia memelototi sang asisten yang tidak mempunyai salah apa pun kepadanya. Wajah Heru pun seketika berubah pucat pasi karena bakalan kena semprot sang boss.Ya, sebagai pelampiasan kemarahannya.

Faiha menghela nafas panjang ketika sudah sampai di depan rumah yang sangat sederhana.Dengan langkah gontai ia pun membuka pintu.

"Assalamuallaikum. Bulek–"

Ia memanggil-manggil Bulek Lastri melangkah menuju ke arah dapur. Faiha tinggal bersama bulek-nya adik dari sang ayah sejak kedua orang tuanya meninggal dunia. Sang bulek juga seorang janda yang harus menghidupi dua orang anaknya yang masih bersekolah. Oleh karena itu juga Faiha sebisa mungkin membantu perekonomian keluarganya. Bulek Lastri sehari-hari hanya berdagang makanan di sebuah warung sederhana tak jauh dari lokasi tempat mereka tinggal. Mereka termasuk dalam golongan keluarga menengah kebawah.

"Wa'alallaikumsalam. Faiha, kamu sudah pulang nduk. Ayo, mandilah dulu setelah itu makan. Ini alhamdulillah masih ada sisa dagangan yang tidak habis. Cukuplah untuk kita berempat."

Bukannya bergegas untuk mandi, Faiha malah melamun menatap bulek Lastri dengan wajah sendu.

"Loh, Faiha kenapa malah bengong. Ayo lekaslah mandi setelah itu ajaklah adik-adikmu untuk makan bersama!"

"I-iya bulek–" Sontak ia pun segera beranjak menuju kekamarnya dan bersiap untuk mandi.

"Ada apa dengan anak itu, kenapa seperti sedang memikirkan sesuatu."

Usai makan malam, bulek Lastri mengajak Faiha mengobrol di ruang tamu. Sedangkan kedua adik sepupunya sudah masuk ke kamar.

"Apa ada sesuatu yang telah terjadi sesuatu Fai? bulek lihat sejak pulang tadi kamu seperti suntuk sekali wajahmu."

"Iya bulek, sebenarnya ada yang ingin Faiha bilang ke bulek. Sebenarnya hari ini Faiha baru saja di pecat." Faiha tertunduk sedih.

"Di pecat? Kenapa bisa sampai begitu sih Fai, apa kamu telah melakukan suatu kesalahan dalam bekerja?"

Bulek Lastri cukup terkejut namun, hal itu seperti sudah biasa terjadi pada sang keponakan. Faiha tidak pernah bertahan lama ketika bekerja di suatu tempat dan itu sering kali terjadi di sebabkan oleh fisiknya yang dianggap kurang menarik.

"Sama sekali tidak kok,bulek. Fai tidak pernah sekalipun melakukan kesalahan dalam bekerja. Tapi, entah mengapa ada saja masalah yang tidak masuk diakal terus terjadi cuma karena kesalah fahaman yang tidak jelas."

Lastri yang melihat jelas gurat kekecewaan pada wajah Faiha jadi ikut merasakan kesedihan sang keponakan. Dan yang hanya ia bisa lakukan adalah memberikan kekuatan pada Faiha.

"Sudahlah sayang, insyaallah besok kamu akan mendapatkan pekerjaan lagi. Jangan patah semangat, kamu adalah anak yang baik, pintar dan rajin. Bulek, Anwar dan Hani akan selalu mendukungmu." Lastri meusap-usap lengan Faiha.

Hatinya akhirnya sedikit lega setelah mencurahkan kegalauannya pada bibiknya. Setelah itu mereka masuk ke kamar untuk tidur.

Seminggu kemudian Faiha terlihat begitu bersemangat karena pagi ini ia akan datang ke sebuah perusahaan untuk memenuhi panggilan interview. Ya, Faiha mendapatkan untuk interview setelah ia melamar sebagai karyawan sebagai OG. Dengan langkah mantap dan percaya diri, akhirnya Ia pun tiba di depan sebuah gedung yang begitu megah menjulang tinggi di hadapannya.Membuat Faiha tampak begitu terperangah.

"Wah–keren sekali. Bismilahirrahmannirahim.Ayo, Faiha semangat!" Menyemangati dirinya sendiri.

Bersambung

Hai-hai, saya kembali lagi dengan cerita terbaru semoga kalian suka ya. Jangan lupa like dan komennya . Terima kasih.

03.Keinginan Orang Tua

Tampak antrian para pelamar kerja yang akan melakukan interview. Ada sosok mungil yang menyempil diantaranya. Orang-orang menatap remeh kearahnya.Bagaimana tidak, gadis bertubuh mungil itu tampak begitu mencolok.

Apalagi tampilan fisik dan wajahnya yang imut bak gadis remaja yang masih dalam masa pertumbuhan. Padahal sih sudah mentok ngak berubah dan bertumbuh kembali postur tubuhnya. Siapa lagi kalau bukan si imut Faiha.

Mereka berpikir Faiha tidak akan di terima karena tampilannya yang meragukan. Siapa juga yang mau mempekerjaan anak di bawah umur tapi, kenapa gadis itu juga mendapatkan panggilan untuk interview? Apakah Faiha menggunakan identitas palsu agar di terima.begitulah yang ada di pikiran orang-orang tersebut.

"Orang-orang ini sungguh tidak ada sopannya, kenapa dia melihatku seperti itu? Ada yang aneh apa pada wajahku ini? wajah cantik begini,kok."

Faiha begitu percaya diri ya,percaya pada diri sendiri bahwa dirinya cantik bak putri di negeri dongeng.Faiha itu manis dan imut serta menggemaskan apalagi dengan tubuh mungilnya.

"Nona Faiha Arsyana, silahkan masuk!"

"Ah iya, baik." Faiha pun segera beranjak dan masuk ke ruangan tempat berlangsungnya interview.

Pandangan Faiha langsung tertuju pada seorang pria yang juga tengah menatap kearahnya dengan aneh. Bahkan pria tersebut langsung membuka file cv milik gadis tersebut.

"Silahkan duduk!"

"Baik pak, terima kasih." Dengan langkah seanggun mungkin, itu menurut si Faiha. Ia mendudukkan bokongnya di sebuah kursi tepat di hadapan pria itu.

"Emm–.namamu benar Faiha Arsyana dan umurmu 21 tahun?" Memicing menatap Faiha intens

"Iya pak, semua isi dari cv yang saya kirimkan adalah data diri saya yang sebenar-benarnya.Memangnya kenapa, eh–maaf maksud saya apa ada yang kurang dari persyaratan yang di butuhkan,pak?"

Sejenak laki-laki yang menginterview terdiam sambil melihat berkas milik Faiha. Terdengar suara dering ponsel yang berada di atas meja. Laki-laki itu pun segera mengambil lalu mengangkat panggilan tersebut. Betapa terkejutnya ia ketika melihat siapa yang menelponnya.

"Ha-halo, iya pak Heru ada yang bisa saya bantu pak."

"Apa seorang gadis pelamar yang bertubuh mungil masih berada di sana?"

Mendengar pertanyaan dari sang asisten big boss, pak Totok refleks menatap ke arah Faiha yang masih duduk manis di hadapannya.Sedangkan Faiha hanya bisa tersenyum canggung dengan penuh pertanyaan di benaknya.

"Oh, iya pak. Dia masih ada di sini dan saya belum selesai menginterviewnya. Memangnya ada apa ya pak Heru?" Masih menatap intens Faiha. Sedangkan Faiha tiba-tiba perasaannya jadi tidak enak.

"Duh...ada apa lagi ini ya.Kenapa bapak itu menatapku aneh? Mencurigakan, jangan-jangan–Hhh ,sudahlah memang nasibmu Faiha.eh...tapi, tadi dia bilang pak Heru.Kayak pernah tahu nama itu deh."

Faiha berpikir bahwa ia tidak akan di terima, ya, apalagi alasannya jika bukan karena dirinya tidak memenuhi persyaratan untuk bekerja di perusahaan itu.

"Ekhem, mbak Faiha."

"Eh, iya pak–saya." Faiha tersadar dari lamunannya.

"Baiklah, semua persyaratan yang telah mbak berikan dan menimbang. Ternyata mbak telah memenuhi semuanya. Maka, dari itu mbak di terima bekerja di perusahaan kami sebagai karyawan di bagian Office girl.Selamat ya."

Bagai tertimpa durian runtuh, Faiha sampai tidak percaya bahwa akhirnya ia bisa di terima bekerja di perusahaan sebesar itu. Ia pun menghela nafas lega dengan senyum yang mengembang di wajahnya.

"Te-teima kasih kasih banyak,pak."

"Iya, mulai besok mbak sudah bisa langsung bekerja.Selamat bergabung di perusahaan kami." Mereka pun saling berjabat tangan.

Ketika keluar dari ruanagan interview wajah bahagia Faiha tak dapat di sembunyikannya.Wajah imutnya terus tersenyum ceria membuat orang-orang yang masih menunggu giliran menatapnya aneh.

Sepanjang perjalanan tak putus-putusnya Faiha mengucapkan kata syukur karena tak menyangka bahwa secepat itu akhirnya ia mendapatkan pekerjaan kembali.

Malam hari di sebuah rumah mewah. Terdapat tiga orang yang tengah bercengkerama.

"Abi, kapan kamu bisa membawa calon menantu untuk mama dan papa? Ingatlah nak, umurmu sudah berapa dan mestinya kamu sudah memiliki 2 atau 3 anak."

"Yang di katakan mamamu itu benar,Bi. Cepatlah perkenalkan gadis yang akan menjadi pendamping hidupmu. Papa dan mama sudah tua dan ingin segera menimang cucu darimu."

"Kami ingin menghabiskan masa tua dengan bermain dan di temani oleh anak,menantu dan cucu-cucu kami kelak."

Abiseka Jayendra adalalah putra satu-satunya dari pasangan tuan Aryan Jayendra dan nyonya Malika Jayendra. Abiseka saat ini menjadi pimpinan di perusahaan sang ayah yang bergerak di bidang properti dan lainnya.

Mendengar curhatan kedua orang tuanya yang selalu menyangkut hal itu-itu saja membuat kupingnya semakin panas di setiap harinya. Bukannya ia tak ingin memenuhi segala keinginan orang tuanya namun, apa daya memang sampai saat ini di umurnya yang sudah menginjak 36 tahun belum juga mendapatkan calon istri yang cocok.

Bagaimana bisa memiliki calon pendamping hidup, wong sang tambatan di hatinya saja masih melanglang buana entah dimana? Abiseka si pria dewasa nan tampan Ceo dari Jayendra Group hingga saat ini masih betah menjomblo. Bagaimana tidak, sifatnya yang arogan serta kekakuannya membuat perempuan manapun akan segan mendekatinya.

"Abi akan segera mewujudkan keinginan papa dan mama. Tunggulah sebentar lagi. Sabar ya ma,pa!" Abiseka berbicara dengan begitu meyakinkan membuat kedua orang tuanya mendapatkan secercah harapan.

"Baiklah,nak. Semoga apa yang kamu katakan itu benar.Jika tidak, kami yang akan mencarikan calon istri untukmu." Lanjut mama Malika.

Brukkk

Abiseka menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang king size nya. Pikirannya berkecamuk dan melanglang buana. Seketika ia bingung harus mencari calon istri dimana.Adakah perempuan yang mau dengannya. Secara si Abi bisa di bilang sebagai perjaka tua. Entah mengapa itu bisa terjadi, hanya Abiseka dan tuhan yang tahu.

Tiba-tiba ia teringat sesuatu, tepatnya teringat akan seseorang. Senyum pun terkembang di wajah tampannya.Segera ia meraih ponselnya lalu menghubungi sang asisten pribadi.

"Heru, apa kamu sudah melakukan apa yang aku minta?"

"Sudah boss, semua sesuai dengan yang anda perintahkan.Emm–ada apa ya,boss?"

"Ah–besok saja akan aku beritahukan.Ya,sudah."

"Sudah, itu saja boss? Anda menelpon saya malam-malam hanya untuk–"

"Apa? Memangnya aku tidak boleh menelponmu,huh?"

"Oh, bu-bukan begitu boss. Maaf–Baiklah boss, saya akan menunggu perintah anda selanjutnya.selamat malam."

Klekkk

Sedangkan di seberang sana, sang asisten sangat kesal merutuki sang boss yang selalu berbuat semaunya sendiri.

Abiseka akhirnya bisa tidur dengan terseyum bahagia.

Bersambung

Hai-hai, saya kembali lagi dengan cerita terbaru semoga kalian suka ya. Jangan lupa like dan komennya . Terima kasih.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!