NovelToon NovelToon

ZAKIA: Penyesalan Yang Tak Berujung

01

Kediaman Wijaya.

tok tok tok (bunyi suara ketukan pintu)

"non, non Kiaa" panggil bik Sumi asisten rumah tangga di kediaman Wijaya.

"iya bik, sebentar" ucap Zakia dari dalam kamarnya tengah melipat sajadah nya. Zakia baru selesai melaksanakan sholat Isya.

Klekk (suara pintu terbuka)

"di panggil tuan untuk makan malam bersama non" ucap bik Sumi sambil tersenyum ke arah nya.

Zakia seketika kaget dan bingung, pasalnya baru kali ini ia di ajak makan bersama oleh ayahnya. Yah memang Zakia sedari kecil di asuh oleh bik Sumi, ayahnya tidak terlalu mengurus nya bahkan selalunya menganggap nya tidak ada, gadis yang baru lulus SMA itu tidak pernah merasakan kasih sayang ke dua orang tuanya, Ayah nya membenci nya karena dengan kelahirannya nyonya Wijaya istri tercinta dari Adam Wijaya meninggal dunia akibat pendarahan hebat pasca melahirkan Zakia secara normal.

"non, non kia" panggil bik Sumi ketika melihat anak majikannya yang sudah dia anggap seperti anak sendiri hanya berdiri mematung dengan Pandangan mata yang kosong.

Zakia melihat ke arah bik Sumi dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"bik beneran? Kia di panggil untuk makan malam berdua bersama Ayah?" ucap Zakia memastikan.

"iya anak cantiknya bibik, akhirnya do'a non terwujud, awal yang baik untuk hubungan kalian sayang" ucap bik Sumi dengan mata nya yang juga ikut berkaca-kaca. Ia tahu betul bagaimana kehidupan Zakia selama ini tanpa kasih sayang dari orang tuanya, Pak Adam wijaya hanya memberikan nya materi untuk kebutuhan hidupnya tapi tidak dengan kasih sayang nya, sedangkan yang Zakia inginkan ialah kasih sayang dari Ayahnya.

"ayok kebawa non, temui ayah mu dan makan malam bersama nya" ucap bik Sumi tersenyum lebar sembari mengusap air mata nya yang sedikit mengalir.

Zakia mengangguk antusias langsung tersenyum dengan lebar juga sembari mengusap airmatanya. Ia berjalan turun menuju lantai bawah dimana ruang makan berada. dari atas tangga Zakia sudah melihat ayahnya yang tengah duduk memainkan ponselnya sambil menunggu kedatangan Zakia. Zakia jalan perlahan hingga sampai di meja makan, berdiri di sebelah kursi meja makan, ia masih enggan untuk duduk tanpa perintah dari Ayahnya, ia takut akan di bentak seperti dahulu waktu usianya menginjak 10 tahun, hanya karena ingin sekali makan berdua bersama Adam Wijaya Ayahnya, ia di bentak dengan keras bahkan Adam sampai menghardik nya dengan kata-kata yang tidak pantas di ucapkan untuk anak seusia Zakia pada saat itu.

"A... aay.. ah" panggil Zakia dengan suara terbata akibat takut.

"silahkan duduk, dan makan makanan mu, setelah makan ada yang ingin aku bicarakan kepada mu" ucap Adam dengan nada dingin.

"i.. iyaa ayah, terimakasih" ucapnya terbata-bata.

Pak Adam dan Zakia pun mulai makan dengan tenang, tak ada suara lain yang terdengar selain suara sendok yang bersentuhan dengan piring makan mereka masing-masing. Zakia makan sambil melirik ke arah ayah nya, ia merasa sangat senang karena baru kali ini ia betul-betul berada begitu dekat dengan ayah nya, ia bisa melihat wajah ayah nya dengan jelas, aroma parfum ayahnya dan sedikit kerutan di wajah nya. Zakia begitu mencintai ayahnya meskipun tidak di anggap oleh Adam.

Selesai makan malam beberapa menit kemudian...

"Zakia.. " panggil ayah Adam dengan nada suaranya yg dingin.

"i... iiya ayah" jawab Zakia gugup.

"langsung saja, saya ingin menyampaikan kalau minggu depan kau akan aku nikahkan dengan anak dari kolega bisnis ku" ucap ayah Adam to the point

Zakia seketika kaget mendengar ucapan ayahnya.

"mm...me.. menikah ayah?" tanya Zakia memperjelas.

"Ya.! " jawab ayah Adam singkat.

"**... ta tapi kenapa Yah? Kia baru lulus SMA" ucap Zakia berharap Ayah nya mengerti akan kondisi diri nya, Zakia mungkin memahami bahwa saking tidak dianggapnya ia oleh ayahnya sendiri sampai-sampai ayah Adam melupakan jika anak gadis satu-satunya ini baru berusia 18 tahun, masih terlalu mudah untuk menikah.

"tidak ada tapi-tapian, ini keputusan saya, mau tidak mau, kamu harus mau" ucap ayah Adam dingin dan langsung berlalu meninggalkan Zakia yang masih duduk diam terpaku di meja makan itu.

Tidak terasa air matanya kembali tumpah, Zakia sakit, sungguh sakit, Ayah nya betul-betul tidak menganggap nya anak, 18 tahun ia hidup menderita dengan kesepian, tanpa kasih sayang, tanpa Cinta dari orang-orang yang sangat ia sayangi.

Zakia pun kembali ke kamarnya, di dalam kamar ia kembali menangis sejadi-jadinya, meratapi takdir kehidupan nya yang seakan-akan tidak membiarkan secuil kebahagiaan pun untuk menghampiri hidup nya. Ia menangis tersedu-sedu sambil memukul dadanya, betapa tidak, sakit yang ia rasakan tidak bisa ia ungkapkan, ingin rasanya ia berteriak, bahkan sampai ingin mengakhiri hidupnya, namun lagi-lagi keyakinannya yang kuat dan keteguhan imannya terhadap rencana Allah mampu membuatnya dengan cepat mengingat kepada sang penciptanya, sang pemberi kehidupan.

"astagfirullah yaa Allah" ucapnya beristighfar untuk menenangkan diri.

02

1 Minggu Berlalu di kediaman megah Wijaya.

semua para pelayan kediaman Wijaya sibuk menata ruangan yang akan di gunakan untuk acara akad nikah Zakia bersama laki-laki pilihan ayahnya, laki-laki yang sama sekali tidak ia kenal, jangan kan mengenal, tahu namanya saja tidak.

Di dalam kamar Zakia, ia sedang di make up oleh MUA. Air mata Zakia tidak pernah berhenti untuk menangis, sampai membuat si MUA sedikit emosi kepada nya.

"mbak tolong berhenti menangis, jangan mempersulit pekerjaan ku" ucap si MUA dengan nada yang mulai emosi.

"mm.. ma.. af mbak" ucap Zakia terbata-bata. ia mulai berusaha menahan air mata nya agar tidak mengalir lagi. ingin rasanya ia kabur dari rumahnya namun ia tidak sanggup lagi untuk mempermalukan ayah nya. Ia berusaha menguatkan hati nya, mungkin dengan ia melakukan ini, Ayah nya akan berubah sedikit saja melunak hati nya untuk nya.

"bismillah yaa Allah, inn shaa allah ini yang terbaik" ucapnya dalam hati untuk menguatkan dirinya sendiri.

Sedangkan di ruangan tengah kediaman wijaya, tampak pak penghulu beserta beberapa saksi sudah menghadiri acara sakral tersebut.

"Pak Adak mohon maaf, di mana mempelai laki-laki nya?" tanya pak Penghulu.

Baru Adam Wijaya hendak menjawab pertanyaan dari pak penghulu tersebut, muncullah seseorang yang sangat ia kenali yaitu asisten pribadi dari mempelai pria itu sendiri.

"Pak Adam Wijaya, tuan ku sudah sampai dan menunggu anda di depan, apakah anda keberatan untuk menemuinya dan menyuruhnya masuk?" tanya Asisten pribadi itu dengan tatapan tajam yang menusuk.

"bb... bbaaik tuan Zidan, mm.. mma.. affkan sa.. yaa" ucapnya terbata-bata. Adam Wijaya dengan cepat berjalan menuju pintu depan, sesampainya ia langsung menyambut kedatangan mempelai pria dengan menunduk dan mengatupkan tangannya di dadanya sebagai permohonan maaf sebesar-besarnya.

"mm.. mmaa.. afkan saya tuan Zain tidak mengetahui kedatangan anda" ucapnya terbata-bata.

"tidak apa-apa, setelah ini kau akan menjadi mertua ku, tidak perlu sungkan" ucapnya santai namun entah kenapa Adam Wijaya merinding mendengar itu.

Zain Syailendra adalah pebisnis muda yang sangat kaya Raya, ia pewaris tunggal dari Syl Group. alasan kenapa ia bisa menikah dengan Zakia Putri satu-satunya tuan Adam Wijaya di karenakan utang Wijaya group terhadap Syailendra group atau disingkat Syl group. tuan besar syailendra mengambil kesempatan itu karena ia mengetahui bahwa Adam Wijaya memiliki seorang anak perempuan yang sangat cantik. dengan perjodohan itu juga utang Wijaya Group terhadap Syl Group dikatakan Lunas. Tuan besar Syailendra tahu bahwa cucunya itu tidak akan menikah jika tidak di paksa dan di ancam, ia ingin Zain menikah dan memiliki keturunan sebagai penerus Syailendra Group kedepannya. Ia khawatir jika Zain tidak menikah maka dapat di pastikan kedepannya Syailendra Group akan dikuasai oleh saudara tiri Zain yang bernama Brian ketika Brian menikah dan memiliki keturunan penerus Syailendra Group. Tuan besar Group tidak menginginkan hal itu terjadi kedepannya, sehingga ia dengan kekeuh memaksa Zain untuk menikah meskipun harus dengan ancaman pengalihan pewaris sekali pun.

Zain Syailendra sangat membenci makhluk yang bernama wanita. menurutnya tidak ada wanita yang benar-benar baik di dunia ini selain almarhumah ibunya. alasannya sangat jelas kenapa ia tidak menyukai wanita, almarhumah ibu nya meninggal karena terkena serangan jantung mendadak di saat mendengar kabar bahwa suaminya ayah dari Zain Syailendra berselingkuh dan memiliki seorang anak laki-laki dari perselingkuhan itu. setelah kepergian ibu nya, ayah dari Zain Syailendra meninggal di bunuh oleh wanita selingkuhan nya sendiri karena ingin mengusai harta Syailendra, namul hal itu dapat di gagalkan oleh tuan besar Syailendra kakek dari Zaim Syailendra, dan wanita itu akhirnya di tangkap dan di kenakan hukuman mati atas pembunuhan berencana nya terhadap ayah Zain Syailendra.

Ketika akad nikah hendak di laksanakan Tuan besar Syailendra tiba. Ia memang agak telat di karena kan ada beberapa hambatan yang harus ia selesaikan terlebih dahulu sebelum menghadiri acara pernikahan cucu kesayangan nya.

"Selamat datang Tuan besar Syailendra" ucap Pak Adam Wijaya dengan senyum merekah.

"yaa.. terimakasih tuan Adam" jawab Tuan besar Syailendra.

Acara akad nikah pun di mulai.

Zakia akhir nya keluar dari kamarnya menuju ruang tengah rumah nya tempat yang akan diadakan acara akad nikahnya, tempat dimana yang akan merubah takdir hidup seorang gadis cantik namun kesepian Zakia Diellzha.

Zain seketika terpaku melihat kecantikan calon istrinya, sungguh daun muda yang sangat menggoda pikirnya.

"arrrgh, apa-apaan aku ini, ingat Zain tidak adan wanita baik di dunia ini selain mami" ucapnya dalam hati menurutuki kebodohan nya karena memuji wanita hina itu. yaa bagi-nya semua wanita di dunia ini adalah wanita hina, terkecuali ibu nya. seperti itu lah kebencian Zain terhadap makhluk yang bernama wanita atau dengan kata lain perempuan.

"saudara Zain Syailendra, apakah anda sudah siap untuk melaksanakan ijab dan qabul?" tanya pak penghulu memastikan kesiapan Zain sebagai mempelai pria.

"ya, saya siap" jawab Zain lantang.

"Alhamdulillah, mari kita mulai" ucap pak penghulu lagi.

"Saudara Zain Syailendra bin Haris Syailendra, saya nikah kan dan kawinkan enhkau dengan anak kandung saya yang bernama Zakia Diellzha binti Adam Wijaya dengan mas kawin seperangkat alat sholat beserta perhiasan senilai 500 gram di bayar tunai karena Allah" ucap pak Adam yang menjadi wali nikah dan di jawab dengan lantang oleh Zain, seketika semua para saksi yang ada di tempat itu mengucapakan kata SAHHH secara bersamaan.

Alhamdulillah....

03

Acara akad nikah pun selesai, karena pernikahan ini pernikahan rahasia maka hanya ada akad nikah.

Zakia masih menangis, selesai akad ia langsung kembali ke kamarnya dan meninggal kan Zain, Tuan besar Syailendra beserta ayahnya di ruang tamu.

ceklek... bunyi pintu kamar Zakia terbuka, tanpa ucapan salam hanya dengan wajah dingin Zain memasuki kamar Zakia.

"berhenti menangisi sesuatu yang tidak seharusnya kau tangisi, ku rasa kau cukup senang bisa menikah dengan ku dan menjadi nyonya Syailendra yang terhormat dan akan di segani banyak orang, lantas kenapa kau malah menyambut ku di kamar ini dengan air mata buaya mu itu" ucap Zain sinis.

Deg... tubuh Zakia seketika menegang, air matanya yang sedari tadi tidak berhenti mengalir seolah-olah berhenti mengalir dengan seketika akibat ucapan menohok itu, Zakia merasa sangat sesak di dada nya, suaminya yang baru menikahinya tadi mengucapkan kata-kata yang sungguh menyakitkan. Zakia tidak ingin membalikkan badannya menghadap Zain, rasanya ia tidak rela jika lelaki itu melihat sisa-sisa air mata di pipinya.

" kemasi semua barang-barangmu, hari ini juga kita akan langsung pulang ke mansion Syailendra, ku beri kau waktu 15 menit untuk mengemasi barang-barang mu" ucap Zain lalu keluar dari kamar Zakia.

Tanpa protes Zakia menguatkan hatinya dan mulai mengemasi semua barang-barang nya di bantu oleh bik Sumi. Zakia sedikit menarik dan membuang nafas nya kasar ketika ia melihat semua barang-barang nya sudah terpacking dengan rapi.

"non Kia" panggil bik Sumi dengan mata berkaca-kaca

Zakia menoleh ke arah bik Sumi dan langsung memeluk bik Sumi dengan erat sambil terisak.

"bik, maafkan Kia, selama ini Kia sudah banyak merepotkan bibi, dan terimakasih sudah merawat dan membesarkan Kia seperti anak bibik sendiri" ucap Zakia terisak di dalam pelukan bik Sumi.

Bik Sumi hanya menganggukkan kepala serta mengecup pucuk kepala anak majikannya yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri.

"Bik, setelah ini Kia akan pergi dari rumah ini untuk mengikuti suami Kia, kia minta do'anya yah bik semoga Kia bisa jadi istri yang baik untuk suami Kia, bibik jaga diri yah" ucap Kia lagi menambah haru momen perpisahan antara mereka berdua.

"do'a bibik tidak akan pernah putus untuk kamu nak" ucap bik sumi tulus.

"setelah non Kia pergi, bibik juga akan mengundurkan diri jadi asisten rumah tangga dirumah ini" ucap bik Sumi lagi, Zakia mendongak kan kepalanya menatap bik Sumi, ingin tahu apa alasan ART Setia keluarga nya ini ingin berhenti kerja di kediaman Wijaya.

"jangan menatap bibik seperti itu sayang" ucap bik Sumi yang sedikit gemas melihat tatapan bingung anak majikannya ini dengan hidung yang memerah karena menangis.

"tapi kenapa bibik berhenti bekerja disini?" tanya Zakia yang sudah sangat penasaran dengan alasannya bik Sumi berhenti bekerja.

"karena tugas bibik sudah selesai disini sayang" ucap bik Sumi sambil tersenyum.

"tugas? tugas apa yang sudah selesai? ayah masih membutuhkan bibik untuk mengatur kediaman ini" tanya Zakia bingung.

Bik sumi menghela nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan dari anak majikan kesayangan nya, ia terdiam ingatan nya kembali ke masa silam di mana ibu dari Zakia masih hidup.

...(flashback..... )...

18 tahun yang lalu sebelum nyonya Wijaya meninggal dunia setelah melahirkan Zakia.

Pukul 3 dini hari terdengar suara gelas terjatuh dari dalam kamar yang di tempati oleh nyonya Wijaya, bik Sumi yang pada saat itu hendak ke dapur setelah selesai melaksanakan sholat tahajjud mendengar suara gelas terjatuh itu. Ia pun langsung dengan cepat berlari menuju kamar dimana nyonya Wijaya tempati. pada saat itu nyonya Wijaya menempati kamar yang berada di lantai bawah rumh mereka atas permintaan Adam Wijaya suaminya di karenakan beliau tidak tega melihat istri kesayangan membawa perut besar nya menaiki tangga untuk ke kamar pribadi mereka yang ada di lantai dua.

tok tok tok (bunyi ketukan pintu)

"nyonya... anda tidak apa-apa?" tanya bik Sumi sedkit khawatir.

"m..mbak Sum, to..long aku" jawab nyonya Wijaya dari dalam kamarnya.

Bik Sumi yang mendengar permintaan tolong dari majikannya itu seketika panik dan langsung membuka pintu kamar tanpa bertanya kembali.

"ny.. nyonya kenapa? apakah mau melahirkan?" tanya bik sumi panik, saking paniknya ia tidak menyadari jika pertanyaan nya sangat konyol.

"m.. mbak to.. long aku, aku su.. dah ng.. gak taa.. han" jawab nya terbata-bata menahan rasa sakitnya.

"nyonya yang sabar yah, saya hubungi dulu pak Syaiful untuk mengantarkan kita ke rumah sakit" ucap bik Sumi dan di jawab dengan anggukan oleh nyonya Wijaya dengan raut wajah yang berusaha menahan rasa sakit akibat kontraksi itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!