Kiara terbangun dari mimpi buruknya dengan nafas yang terengah-engah seolah-olah baru saja berlari beratus-ratus meter. Iya menyambar segelas air putih yang tersedia di atas meja kecil di sebelah tempat tidurnya dengan meneguknya sampai habis . ia mengerjap - mengerjapkan matanya lalu mencubit lengannya sendiri .
Ia sudah bangun.
Setelah itu Kiara baru bisa bernapas dengan normal .
pintu kamarnya tiba-tiba terbuka , memunculkan sosok Anggun ibunya yang telah berpakaian rapi . Mata Kiara kembali berkedip beberapa kali ketika melihat sosok ibunya tersebut .
" Bangunlah, pada Marsa depan ." ujar ibunya .
mata Kiara membesar ,"Marsha ?..."ia segera berdiri lalu bergegas menuju kamar mandi di kamarnya . Marsha adalah salah satu sahabat dekatnya saat sekolah menengah atas .
" Ibu tolong bilang padanya untuk menungguku sebentar ," teriaknya sebelum masuk ke kamar mandi .
ibunya yang melihat tingkah laku anak satu-satunya itu hanya bisa mengulum senyum lalu kembali menutup pintu kamar Kiara . dan meninggalkan putrinya yang tengah bersiap-siap tersebut .
Tak butuh waktu lama Kiara pun selesai berpakaian dan langsung turun menemui Marsa yang ada di ruang tamu.
"Apa kabar Cha? " ucap Kiara. Marsa berdiri dan langsung memeluknya.
"Ayo kita langsung ke kamar aku aja."ajak Kiara, Marsa mengangguk.
"Bantu aku bawa ini" kata Marsa menunjuk barang - barang yang ada di sampingnya.
"Apa ini semua barang - barangku?"tanya Kiara melihat tumpukan barang itu.
"Menurutmu gimana?"tanya Marsa
"### Baiklah ayo" Mereka pun mulai mengangkut barang - barang Kiara yang di bawakan Marsa kedalam kamar.
Kiara dan Marsa sudah berada di kamar Kiara. Mereka Sedang membereskan barang-barang Kiara yang baru saja diantar dari Inggris, tempat Kiara menimba ilmu selama 3 tahun.
Kiara mengambil beberapa buku dari kardus yang ada di bawahnya Dan meletakkan buku-buku tersebut di rak kosong dihadapannya secara bergantian.
" Marsha, Bagaimana kabar paman? Apakah penyakitnya sudah sembuh selama aku berada di Inggris?" Tanya Kiara
" apa?... Oh itu iya, lumayanlah sudah membaik." Sahut Marsha sambil tersenyum. Iya kembali berputar memasukkan album foto Kiara selama di Inggris pada sebuah lemari. Ketika ia membuka lemari tersebut, ternyata lemari itu tidak kosong. Terdapat sebuah album foto usang di dalamnya.
" Apa ini?" Tanya Marsha sambil membawa keluar sebuah album foto.
Kiara menoleh kearah Marsha, merasa sahabatnya itu menemukan sesuatu yang aneh. Dan ketika ia melihat album foto yang ada di tangan Marsha, gadis itu segera menghambur pada marsha dan mengambil album tersebut Sebelum marsha sempat membukanya.
" ini album fotoku ketika aku masih kecil. Ujar Kiara sambil mengelus elus sampul album foto yang Sudah usang tersebut. Matanya berminat takjub seakan tak percaya album ini masih ada.
" Benarkah? Aku ingin melihatnya!" Seru Marsha bersemangat.
Kiara terkekeh, " baiklah.." Ia pun duduk di sebelah Marsha. Ungu mereka berdua bersandar pada lemari kosong tadi. Cara meletakkan album tersebut di pangkuannya dan mulai membuka lembar pertama album tersebut.
lembar pertama, menampilkan satu buah foto close up seorang anak perempuan dengan rambut diikat dua, Tengah tersenyum lebar ke arah kamera, Sepertinya itu adalah Kiara.
" kok berbeda sekali Kiara..." kata Marsha takjub. Tiara hanya tertawa menanggapi ucapan sahabatnya tersebut.
Lembar kedua pun dibuka, terkini menampilkan foto close up seorang anak laki-laki. Matanya sipit dan bibirnya pun tipis. Rambutnya yang dipotong pendek rapi berwarna hitam, tadinya Tengah tersenyum manis ke arah kamera. Mendadak, Tiara tersebut.
Potongan memori itu kembali ke benaknya setelah beberapa tahun " kau tidak berubah sama sekali " dan mengenang kata-kata itu membuat hatinya sakit dilanda rasa rindu yang sangat berlebihan.
" Siapa dia ?" tanya Marsha yang tak menyadari Kiara yang mendadak terpakur menata foto di pangkuannya tersebut .
Tiara mengejar mengerjakan matanya beberapa kali lalu tersenyum menatap Marsha, kemudian ia menatap kembali foto di pangkuannya itu ." ini ... namanya Vano Alexander .."
Kening Marsha masih berkerut menyatakan bahwa Gadis itu masih menunggu penjelasan Kiara.
Cara menghela nafas sejenak sebelum kembali menjelaskannya." dia adalah sahabatku ketika aku berada di taman kanak-kanak hingga sekolah menengah. sekarang , aku tidak tahu ya berada di mana . kami berpisah saat aku di kelas 2 sekolah menengah ."jelas Kiara Sebelum marsha sempat bertanya lagi.
Marsha akhirnya mengangguk-anggukkan kepalanya lalu mengisyaratkan Kiara agar kembali membuka lembaran berikutnya .Dengan agak ragu, Kiara pun membukanya dan foto itu menampilkan sepasang anak kecil kira-kira berumur 5 tahunan tengah berpegangan tangan sambil mengenakan seragam taman kanak-kanak .
Yang perempuan terlihat imut dengan bando di kepalanya sementara rambutnya terurai, sebelah tangannya terangkat seolah melambai ke arah kamera. Yang laki-laki terlihat lucu dengan rambut tebalnya yang sedikit berlebihan, namun, anak laki-laki itu terlihat lebih menggemaskan, dia hanya mengangkat sebelah tangannya sedikit saja sekitar sebatas bahu dan seolah sedang melambai. Namun tak ekspresif yang wanita kecil
"Wah.. lucunya..."
Tiara tak lagi mendengarkan perkataan marshah ketika ia mulai membuka lembar demi lembar album foto tersebut. Iya pun tak begitu memperhatikan setiap foto yang ada, hatinya terlalu sakit melihat itu semua.
seolah-olah seseorang memaksanya membuka kembali lukanya hingga menganga. Membuka kembali memori yang tak diinginkannya.
" Oke, sudah dulu ya... Jika terus seperti ini, Kapan kita selesai membereskan kamarku coba?." Kiara tiba-tiba menutup album foto tersebut dan hal itu membuat Marsha mengeluh.
" Sebentar lagi saja, kita masih memiliki banyak waktu kan. Lagi pula pekerjaanmu kan dimulainya besok,"
" Tidak bisa, Ayo cepat cepat cepat kita harus selesaikan semua ini sekarang atau kita tidak akan bisa mendapatkan makan siang!" Kata Kiara dengan nada menakuti Marsha
"Hmmm... Baiklah!! Menyebalkan, kamu seperti anak kecil saja tahu nggak pakai ancaman-ancam nggak dikasih makan gitu segala." Marsha menjitak peran kepala Kiara lalu berdiri dari duduknya dan kembali bekerja sementara Kiara meringis kecil mendapat jitakkan di kepalanya.
Namun, dalam hati ia merasa sangat lega ia tak harus membuka kembali lebih banyak memori lamanya. Ia pun menyimpan album foto tersebut di atas meja belajarnya..
Kiara berdiri dan menghampiri Marsha, ia pin juga ikut membantu sahabatnya itu untuk menyusun barang. Tidak sia sia tadi malam Marsha menghubunginya. Dan saat itula Kiara meminta bantuan gadia itu. Bukannya apa, Kiara sangat malas untuk melakukannga sendiri, sehingga Dia meminta bantuan pada Marsha.
...****************...
Jangan lupa Like dan komennya ya guys, kalau bisa sih di vote ya kan tapi aku gak maksa kok. Gak vote juga gak apa - apa, yang penting kalian udah mau dukung karya yeoja.
Terimah kasih💜
" Sudah selesai ?" tanya ibu Kiara ketika Kiara dan Marsha kembali ke lantai dasar .
" Sudah dong tante , kami sudah membereskan semuanya." jawab Marsha .
" Aku dan Marsha benar-benar tim yang hebat bukan ? kita berdua bisa membereskan berkadus-kardus barang dalam waktu yang sangat singkat ." kata Kiara sambil mendekat Marsha, marshanya tetap mendengarkannya Begitu juga dengan ibunya Kiara.
" Jika kalian sudah selesai , sana makanlah makan siang sudah Ibu siapkan " kata ibu Kiara.
" Baiklah tante," jawab Marsha dengan semangat.
Belum sempat mereka beranjak, tiba - tiba terdengar suara bel pintu. Baru saja ibu Kiara hendak berjalan kembali kearah pintu. Kiara menyelahnya terlebih dahulu.
"Ibu, biar aku saja." ujar Kiara
Kiara berjalan menuju pintu utama rumahnya dan menekan tombol interkom untuk melihat siapa yang baru saja menekan bel rumahnya. Begitu layar interkom menyala, mata Kiara berbinar.
“Kiara, ini aku!” seru seorang pria dengan senyum manisnya sambil mengangkat sebelah tangannya, seolah melambai.
Tanpa membuang waktu, Kiara menekan tombol untuk membuka pintu dan pintu pun terbuka. Sosok pria itu pun masuk ke dalam rumah.
“Wah… Sudah lama sekali aku tidak ke sini,” komentarnya begitu kakinya menginjak lantai mewah rumah Kiara.
“Apaan sih!” seru Kiara.
Pria itu menoleh dan tersenyum. Kiara menghampirinya dan berdiri di sampingnya. “Wah, wah… Adik kecilku ternyata sudah besar, ya?” ujar pria itu sambil mengacak-acak rambut Kiara.
“Hentikan!” pinta Kiara sambil tersenyum, sudah lama sekali sejak ia merasakan momen-momen ini. Momen ketika ia berkumpul bersama keluarga dan sahabat-sahabatnya.
“Bagaimana sekolahmu di Inggris? Ah… Seharusnya bukan itu yang kutanyakan lebih dulu!” pria itu mengaitkan sebelah tangannya pada bahu Kiara lalu mengacungkan sebelah tangannya ke hadapan Kiara.
“Mana oleh-olehku?”
Kiara hanya tertawa menanggapi tingkah laku pria tersebut. Kiara pun menepukkan sebelah tangannya pada tangan pria tersebut sehingga menimbulkan bunyi yang nyaring. Setelahnya, ia melepaskan diri dari rangkulan pria itu dan menatap wajah pria itu, masih sambil tertawa jenaka.
“Itu! Oleh-oleh dariku,” seru Kiara.
“Hei... Mana bisa gitu!”
“Apa yang kalian lakukan? Makanannya sudah mau dingin!” seruan Marsa dari arah sekat menuju ruang makan, menyadarkan mereka untuk segera beranjak menuju ruang makan.
Kiara berlari ke ruang makan, takut akan tertangkap oleh pria tadi sementara pria tadi hanya tersenyum sambil menggaruk-garuk tengkuknya.
“Aduhh… Ternyata dia belum berubah juga,” katanya ketika sudah berada di dekat Marsa.
Marsa segera memukul lengan pria itu. Membuat pria itu berjengit kaget.
“Ya! Ada apa?” seru pria itu.
Marsa hanya tersenyum manis. “Tidak. Aku hanya senang melihatmu lagi, Tuan Daren" ujarnya.
Mata pria yang bernama Daren itu membesar. “Apa-apaan itu? Tuan? Sudah berapa tahun kita saling kenal?!” teriakan Daren yang tak terima diberi julukan formal oleh Marsa, tak didengarkan oleh gadis itu. Alih-alih mendengarkan, gadis itu malah berlalu sebelum Daren sempat protes. Meninggalkan Daren sendirian sementara tersungging senyum tipis di wajah Marsa.
____
" Jadi bagaimana di Inggris?" Tanya ibu Kiara ketika semua sudah berkumpul di meja makan kecuali Ayah Kiara yang sedang berada di luar kota
" Biasa saja" jawab Kiara sambil melahap makanannya.
" Kenapa kau tidak pernah menghubungi kami selama di sana? Kau tahu, Kami selalu menghadirkanmu di sini. Kalau kalau penyakitmu kambuh." Cerocos Daren yang langsung mendapatkan cetakan halus dari Marsha yang duduk di sebelahnya.
"Kak, penyakitku itu sudah sembuh." Kata Tiara sambil cemberut.
" Itu benar, Kiara baru saja pulang, jadi jangan memusingkannya dengan pernyataan menuduh seperti itu!" Seru Marsha
" Aku kan cuma ingin bertanya, untuk jaga-jaga lagi pula aku kan hanya ingin selalu tahu apa yang adik kecilku ini lakukan."
" Emangnya kau siapanya? Sehingga berhak mengetahui segala yang dilakukan Kiara?"
" Hei apa kau lupa aku ini adalah kakaknya."
" Dan perlu kau ingat kau itu bukan kakak kandungnya" bantah Marsha
" Ya kau kan tahu sendiri karena aku menyukainya, ada seberapa besar rasa suka aku padanya kau kan Juga Tahu."
" Sudah sudah, Kenapa kalian jadi ribut gini sih?" lerai Kiara susah payah.
Sambil sedikit tertawa sementara ibunya berdeham di sebelahnya." Aku bukannya pengen menghubungi kalian, aku hanya sibuk. Sekarang kalian tahu sendiri gimana ketatnya di sana hingga tak ada waktu sama sekali buat aku untuk menghubungi kalian, maafkan aku ya." Ucap Kiara.
" Sudahlah, Kiara , yang penting kamu tidak benar-benar melupakan kami kan? Biarkan saja Pilihan ini." Ujar Marsha sambil mendelik ke arah
Daren yang berada di sampingnya hanya bisa mendengar sebuah lalu kembali lanjutkan makanannya.
"Ah.. ngomong-ngomong. Aku ingin memberitahukan sesuatu pada kalian semua." Ujar Kiara tiba-tiba membuat seluruh perhatian tertuju padanya.
" Sebagai pemberitahuan, kalau aku sudah mendapatkan pekerjaan!!" Serunya.
"Banarkah? selamat ya. Aku tahu orang sepintar dirinu pasti akan cepat sukses di sini!"kata Marsha.
"Aduuhhh... Adik kecilku ini sudah dewasa ternyata ya. Ku kira kita akan lebih sering melewati waktu bersama setelah kau pulanh, tapi sepertinya tidak bisa, ya? Kau pasti akan sibuk sepanjang hari, semangat!"sahut Daren, membuat Kiara tersenyum.
"Secepat itu kah? Kalau boleh tau kerjaan apa itu?"tanya sang ibu.
Kiara mengerjap - ngerjapkan matanya lalu menunduk, seoalh menimbang - nimbang apakah ia harus mengatakan ini atau tidak, tapi...
"Sebagai penata busana di sebuah perusahaan majalah fashion." jawab Kiara.
Tiba - tiba keheningan pun melanda meja makan tersebut. Ia tahu, semua orang pasti sangat terkejut mengapa ia bisa memilih pekerjaan kecil seperti itu. Namun, meskipun tawaran lain padanya, bahkan tawaran dengan jabatan yang lebih tinggi, Kiara akan tetap memilih pekerjaan ini.
"Wah.. Kau sangat hebat."kata Daren seingkat sambil mengacungkan kedua jempolnya.
Marsha segera menyikut perutnya setelah menyadari ekspresi wajah ibu Kiara yang tampak tidak begitu baik.
"Tapi Kia, kenapa kau memilih pekerjaan itu? Menurutku kau bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari itu dan dengan jabatan yang lebih tinggi. Misalnya kau bisa jadi designer yang sebenarnya?" tanya Marsha, seolah mewakili pertanyaan ibu Kiara yang sudah ada di unung lidahnya.
Kiara tersenyum simpul." itu karena, aku ingin belajar dari bawah. Bagaimana cara mengombinasikan pakaian yang tersedianagar terlihat bagus dan sesuai denganntema, baru aku bisa menciptakan gaya ku sendiri di tingkat yang lebih tinggi." jelas Kiara.
"Baiklah, tidak apa - apa. Apa pun pekerjaannya, kamu harus menjalankannya dengan baik" ucap Ibunya tiba - tiba, membuat Kiara dan yang lain ikut menoleh dan menatap beliau.
"Itu adalah keputusan mu nak, ibu hanya bisa mendukungnya dan mendoakan yang terbaim, bukan kah begitu? Semangat sayang.."ucapan itu pun di akhiri dengan tepukan lembut di bahu Kiara.
"Terima kasih ibu. I LOVE YOU"ucap Kiara memeluk ibunya.
...****************...
"Aku selalu merindukan kotaku." ucap Kiara
Marsha menoleh, menatap Kiara yang berdiri sambil memegang erat pagar balkon kamarnya . Matanya terpejam , ia menghirup udara dalam-dalam lalu menghembuskannya . Ia menikmati saat-saat ketika ia bisa kembali menghirup oksigen di kota kelahirannya ini . Karena entah bagaimana cara mendeskripsikan nya , oksigen di sini lebih terasa hidup dari pada oksigen di Inggris . Lebih berbeda dan lebih hangat.
" Tidak terjadi Apapun kan di sana? Kau tidak disakiti lagi kan?" tanya Marsha hati-hati .
Kiara tersenyum lalu menggelengkan kepalanya . "Tidak ,aku merasa senang di sana , tidak ada lagi yang mendiskriminasi ku hanya karena aku anak seorang CEO , tidak ada lagi yang mendeskriminasi wajahku , tinggi tubuh , aku senang itu . tapi entah kenapa aku tetap saja merindukan kota ini .
" Jika ada seseorang yang menyakitimu lagi , katakan pada kami . Kami akan membantumu ." ujar Marsha lagi
Tiba-tiba ,sebuah tangan merangkul pundak kiri Kiara dan pundak kanan Marsha. Lalu orang pemilik tangan tersebut muncul di tengah-tengah mereka.
"Tentu saja .... Kami akan menjagamu , Jangan khawatir , aku tahu kau merasa khawatir setelah berada di sini ."ujar Daren.
Kiara tersenyum senang, "Iya, sekarang aku memiliki kalian."
" Tentu saja !" kali ini tangan Daren melepaskan rangkulannya dari pundak Kiara ."kita ini tim yang hebat bukan ?"
" Hei lepaskan tanganmu ! Apa yang kau lakukan? Kau mencari-cari kesempatan ya " teriak Marsha sembari melepaskan lengan dari bandanya
Kiara yang sekali lagi melihat pertengkaran mereka hanya bisa tertawa. Marsha dan Darren, mereka mengingatkannya pada kartu Tom and Jerry . Tak bisa dipisahkan dan selalu bertengkar setiap kesempatan . Semakin lama Kiara memperhatikan mereka, semakin dalam pula ia menyadari perasaan rindu yang merasuk ke dalam jiwanya .
Karena tak kunjung mereda , ialah mengalihkan pandangannya dari pasangan Marsha dan Daren. Dan kembali menatap keluar balkon rumahnya. Saat itulah ya baru menyadari ada sebuah mobil berhenti di sebelah rumahnya . Tak lama, sebuah mobil pengangkut muatan pun berhenti di sebelah rumahnya . Sepertinya seseorang baru saja pindah ke sana .
"Oh,ada yang baru pindah ?" tanya Kiara lebih tepatnya berseru sehingga mengalikan pertengkaran Marsha dan juga daren dan membuat mereka ikut melihat ke bawah.
"Ah... Benar, apa kamu mau ke bawah? Menyapa tetangga barumu itu?"tanya Marsha
Kiara tertegun sesaat, ia merasa ada sesuatu yang di lupakannya, tapi apa?
"Kia!.."
"Apa? Mm.. Iya tentu saja, ayo!"ajak Kiara kepada mereka berdua.
____
Kiara menuruni anak tangga berletter S tersebut dengan penuh semangat.
"Ku harap orang nya menyenangkan"ucapnya.
"Mungkin kah ia pria tampan?"sahut Marsha
"Hais.. Aku bingung, kenapa para gadis sangat tertarik dengan orang baru"dengus Daren kesal.
"Ibu!"panggil Kiara saat ia sudah berada di lanti bawah,
Ia hendak mengatakan ada seseorang yang baru pindah di sebelah rumah mereka, dan ia ingin ibunya menyapa mereka juga, bukan hanya dirinya. namun tak ada jawaban dari manapun , sehingga Kiara memutuskan untuk membuka pintu depan dan mendahului ibunya menyapa tetangga barunya itu . Namun ketika ia membuka pintu , ibunya tampak banyak berbicara akrab dengan wanita paruh baya yang baru saja pindah ke sebelah rumah mereka , Kiara mendesah ternyata ya keduluan .
" Ibu!"Panggil Kiara sekali lagi. Ibunya berbalik, beliau tersenyum lalu mengisyaratkan Kiara untuk mendekat , diikuti oleh Marsha dan Daren .
Di komplek mewah tempat kediaman Keluarga Kusuma . Jarak antara satu rumah dengan rumah yang lain nyaris tanpa batas, hanya dibatasi oleh tembok pendek sehingga mereka bisa saling melihat halaman rumah masing-masing . kecuali ,
Jika ingin diubah agar menjadi lebih privasi, dan untungnya , rumah Kiara tidak menerapkan hal itu, begitu juga dengan rumah tetangganya . sehingga ia masih bisa melihat dengan jelas halaman rumah tetangganya yang kebanyakan diisi oleh pohon buah , beberapa dengan halaman rumah yang didominasi oleh tanaman bunga beraneka warna.
Ia juga memperhatikan beberapa orang yang sibuk memindahkan barang-barang ke halaman tersebut .
"Ini putriku Kiara , dan itu teman-temannya." jelas Ibu Kiara ketika Kiara sudah berada di belakangnya ,di samping sekat pendek antara rumahnya dan rumah tetangga barunya itu .
Kiara menyalami orang tersebut dan diikuti oleh kedua temannya .
" Aduh ... Nggak kerasa ya ternyata Kiara sudah dewasa . Aku masih ingat sekali saat-saat dia masih sering bermain dengan Vano . Rasanya seperti baru terjadi kemarin saja" kata wanita paruh baya yang berbicara dengan ibunya itu .
Kiara tertegun,"Maaf sebelumnya, apa Tante ibunya Vano ?" tanya Kiara
Wanita paruh baya itu menoleh , keningnya berkerut "Tentu saja , Apa kamu sudah lupa ? Aduh ada zaman sekarang benar-benar..."
" Naafkan dia , ingatannya memang lemah, lagi pula sudah lama sekali kita tidak melihat satu sama lain benar kan?" kata ibunya Kiara
" Itu berarti... Kalian sekeluarga kembali pindah ke sini ?"tanya Kiara , matanya berbinar penuh harap .
wanita paruh baya itu tersenyum ,memaklumi perkataan Kiara dan menjawab ," Iya kami sekeluarga baru kembali dari Amerika ." jawab wanita tersebut .
Kiara maju selangkah , kedua tangannya diletakkan di batas pagar antara rumahnya dan rumah tetangganya itu. jantungnya berdebar-debar,ia menelan ludah sebelum akhirnya berkata " Jadi Vano ada di sini sekarang?" Tanya Kiara
Wanita paruh baya itu tersenyum kemudian mengangguk" tentu saja ." jawabnya.Tiba-tiba saja, Kiara seakan tidak bisa bernafas
" kalau begitu saya permisi dulu ya , Saya harus kembali membantu di dalam rumah"ujar wanita itu sambil tersenyum.
" Oh silakan silakan" sahut Ibu Kiara , juga tersenyum.
Kiara tampak ingin menanyakan sesuatu lagi pada wanita paruh baya itu , namun wanita itu Terlanjur masuk ke dalam rumah . Marsha dan Darren segera mendekatinya dan menyerbunya dengan berbagai pertanyaan .
" Hei siapa itu Vano Vano yang kau tanyakan tadi itu?" tanya Daren protektif .
"Dia teman masa kecilmu itu , yang tadi kita lihat fotonya di album ?" tanya Marsha
"Kiara ayo kita masuk !" ajak ibu nya, bahkan Kiara belum sempat menjawab pertanyaan dari kedua temannya itu.
Kiara terdiam,matanya diam-diam terus menatap ke satu arah . Sosok seorang pria yang sibuk dengan kamera profesionalnya dan terus-menerus berdiri di luar pagar yang terbuka . Perawakannya yang tinggi, memudahkan Kiara melihat dengan jelas sosok pria itu . Tampaknya , pria itu sedang kesal pada kameranya .
" Kiara .." Panggil ibunya sekali lagi namun Kiara tetap tak bergeming .
Ia sibuk merasakan dentuman dentuman menyenangkan di dalam dadanya ketika menyadari siapa pria yang berada di luar pagar itu .
Pria itu akhirnya tanpa pasrah dan menguntungkan kameranya ke lehernya lalu masuk melalui pagar. Ia tak sengaja melihat kerumunan yang tengah menatapnya dan berasal dari rumah di sebelahnya . Tatapannya pun bertemu dengan tetapan Kiara , dan ia hanya menyunggingkan senyum sopan sebelum akhirnya berlalu tanpa kata-kata .
" Tunggu !" seru Kiara . seruan itu berhasil menggantikan pria itu tepat beberapa meter sebelum ia mencapai pintu . Pria itu berbalik ,pandangannya kembali bertemu dengan milik Kiara .
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!