Malam hari dirumah Isma.
Isma sedang bersantai bersama kedua anaknya, saat tiba-tiba ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk, Isma membuka dan membacanya. Pesan itu dari Bella, temannya sesama mua.
"Bebb, minggu ini kamu kosong nggak?."
"Kosong kak."
"Bisa bantuin aku nggak beb?."
"Tentu kak, dimana?."
"Digedung xxxxxxxxx...Tapi kamu aku tugassin buat ngemake up keluarga pihak pengantin cowok dirumahnya, gapapa kan?."
"Oke kak, gapapa."
"Besok kamu ke gedung dulu. Nanti akan ada yang jemput kamu ke rumah keluarga pengantin cowok.
"Oke."
Chat pun berakhir.
....
Hari minggu Isma berangkat setelah sholat subuh. Ia tiba digedung pukul 05.15 pagi, bersama Bella, dan tim make up yang lain. Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya orang yang menjemput Isma pun datang, lalu mereka pun pergi ke alamat pengantin pria.
Sesampainya disana, Isma dipersilahkan masuk oleh seorang ibu paruh baya. "Silahkan masuk neng." Ucap ibu itu ramah.
"Iya bu."Jawab Isma, lalu dia masuk dan duduk. "Ibu, ibunya pengantin?." Tanya Isma.
"Iya neng. Panggil saja bu Erna."Jawab ibu itu.
"Oh iya bu Erna, ibu sudah siap di make up?." Tanya Isma lagi.
"Sudah neng. Ayo dikamar depan aja neng, biar nggak keganggu." Ajak bu Erna. Isma mengangguk, dan mengikutinya.
Setelah kurang lebih 45 menit, Isma selesai merias wajah bu Erna. Dia memakaikan kebaya dan kerudung, juga asesorisnya. Bu Erna nampak senang melihat pantulan dirinya dicermin.
"Masih ada lagi yang mau dimake up bu?."Tanya Isma.
"Ada neng, tiga orang lagi keponakan saya.Tapi mereka belum datang." Jawab bu Erna, sembari memiringkan kepalanya kekanan dan kekiri, dengan tangan memegang handphonenya. Rupanya dia sedang berselfie ria. Ganjen juga si ibu. Batin Isma.
Isma lalu merias calon pengantin pria. Dia memakaikan baju adat sunda, lengkap dengan blangkon dan asesorisnya. Setelah itu, dia merias tiga orang keponakan bu Erna, dan tugasnya pun selesai, dan saat ini Isma menunggu orang yang tadi menjemputnya ke gedung. Orang itu adalah pegawai bu Erna, tapi dia tidak juga datang.
Jam menunjukan pukul 7.50 pagi, saat mobil yang akan ikut mengantar calon pengantin pria berjejer rapi didepan rumah bu Erna. Mereka sudah bersiap pergi.
"Neng, ikut bareng aja sama ibu ke gedungnya. Soalnya, orang yang tadi jemput neng ke gedung, dia harus jaga rumah." Jelas bu Erna.
"Ohh gitu ya. Kalau gitu saya pesen ojol aja."Jawab Isma.
"Jangan neng. Udah, mending bareng aja. Masih ada mobil yang kosong kok." Ucap bu Erna, dan Isma akhirnya setuju.
"Des...Desy." Bu Erna memanggil salah satu keponakannya.
"Iya tan."
"Masih ada mobil yang kosong kan?."
"Ada tan, kenapa?."
"Ini si neng yang nge makeup, tante suruh ikut kita bareng sekalian. Soalnya tadi kan dia dijemput mang Ujang. Sekarang mang ujangnya tante suruh jaga rumah." Jelas bu Erna.
"Oh iya kak, ikut bareng aja." Ajak keponakan bu Erna. Isma pun mengangguk.
Desy menghampiri satu mobil, dan berbicara pada sang pemilik mobil itu. Desy lalu memanggil Isma. Isma menghampirinya.
"Kak ikut mobil ini aja ya?." Ucap Desy, lalu membuka pintu belakang kemudi.
"Terima kasih." Balas Isma pada Desy. Lalu dia masuk.
Di dalam mobil sedan mewah itu ternyata hanya diisi dua orang didepan, dan kini Isma duduk dibelakangnya. Isma menoleh kedepan, tepatnya orang disamping kemudi, terlihat seorang anak remaja yang tersenyum ke arah Isma, dan Isma membalas singkat senyum anak itu.
Sementara orang didepan Isma, atau sang pengemudi mobil, ia tidak bisa melihat wajahnya karena terhalang jok mobil. Orang itu sedang menundukan pandangannya, mungkin sedang sibuk dengan ponselnya. Isma hanya bisa memastikan, orang itu adalah laki-laki.
"Maaf pak merepotkan." Ucap Isma
"Gapapa." Jawab lelaki itu singkat.
Tiba-tiba, ada seorang ibu masuk ke dalam mobil itu, dari samping kiri dan duduk disebelah Isma. "Aduuh maaf pak dokter, ibu jadi ngerepotin." Ucap ibu itu.
"Gapapa bu Mirna. Saya nggak merasa direpotkan."Jawab lelaki itu lagi.
Ohh, jadi orang ini dokter." Gumam Isma dalam hati.
(Ya, dia adalah dr Dika sang duren sawit.Tentu Isma tidak tahu yaa).
"Gimana kabar pak Budi bu?." Tanya dr Dika
"Alhamdulillaah baik dok."
"Oh syukurlah."
Mereka (dr Dika& bu Mirna) berbincang. Isma hanya mendengar sekilas perbincangan mereka. Dari obrolan mereka, Isma bisa menyimpulkan, kalau dokter ini masih keponakan bu Erna.
"Neng saudara bu Erna?." Tiba-tiba suara ibu itu mengagetkan Isma
"Sa.....saya bu?." Ooh bukan, saya dari tim make up bu." Jawab Isma.
"Oh saya kira saudara bu Erna. Neng yang udah makeuppin bu Erna?." Tanya bu Mirna.
"iya bu." Jawab Isma.
"Bagus ya makeupnya. Saya sampai pangling lihat bu Erna. Yang ngeriasnya ternyata masih muda, cantik lagi." Ucap bu Mirna memuji
"Alhamdulillaah kalau suka, masih belajar bu."Jawab Isma merendah.
"Ahh udah bagus gitu neng, ibu suka makeupnya, nggak medok."
Isma dan bu Mirna lalu mengobrol. Dan mau tidak mau, Dika mendengarkan obrolan mereka, hingga membuat Dika penasaran, dengan wanita dibelakangnya itu, karena bu Mirna yang terus memujinya. Dika melirik spion didepannya, lalu membenarkan posisi spionnya, karena belum bisa menangkap bayangan wanita dibelakangnya.
Sekarang posisi spion itu, sudah menangkap jelas sosok wanita dibelakangnya. Dika melihat Isma yang sedang tersenyum ke arah bu Mirna. Hmmmm, manis juga. Kalimat pertama yang muncul dihati Dika, membuatnya terus mencuri pandang ke arah spionnya. Apalagi jalanan memang macet saat itu, karena hari minggu banyak pasar tumpah menyebabkan kemacetan tambah parah.
Sepanjang perjalanan, Dika selalu melihat ke arah spion, tentu saja tanpa sepengetahuan ketiga orang lainya yang ada dimobil, sampai ia sadar. Ngapain gue liatin wanita itu terus? Mungkin aja dia istri orang kan?.Batin Dika.
...........
Sampailah rombongan didepan gedung. Mobil mengantri untuk parkir ditempat yang disediakan. Isma turun sebelum mobil Dika mendapat giliran parkir. "Saya duluan bu." Ucap Isma pada bu Mirna.
Kemudian ....."Terima kasih tumpangannya pak." Ucap Isma pada sang pengemudi.
"Sama-sama." Balas Dika.
Isma turun menuju gedung. Sementara Dika memperhatikan Isma dari dalam mobil, sampai sosoknya tak terlihat.
Di Dalam Gedung.
Acara berlangsung lancar, mulai dari akad hingga resepsi. Kedua pengantin tampak berbahagia. Mereka duduk dipelaminan bersama kedua orang tua masing-masing. Para tamu mulai naik ke pelaminan memberi ucapan selamat kepada kedua mempelai, tak terkecuali Dika. Dia naik dan memberikan ucapan selamat kepada adik sepupunya itu.
Ketika Dika hendak turun, ia melihat dua orang perempuan melewati pelaminan menuju stand makanan. Dua orang perempuan, dengan dress hitam panjang dan kerudung senada, melintas tepat dihadapannya. Mereka adalah Isma dan Yulia, salah satu tim make up Bella, yang hendak mengambil makanan.
Dika terus memperhatikan dua perempuan itu. Tidak.... lebih tepatnya Dika memperhatikan Isma. Dari tadi dia terus memperhatikan wanita yang tadi ikut bersamanya juga bu Mirna.
Setelah dirasa cukup, Isma dan Yulia menuju ruang make up, membawa dua piring makanan, disusul tiga orang pagar ayu, yang membawa makanan untuk Bella, dan dua tim bella yang lain.
...****************...
.
.
.
Hai selamat malam readers👋
ini novel pertama aku. Maaf ya kalau kata-katanya agak kaku, dan typo dimana-mana😁
Mohon dukungannya🙏
Isma dan Yulia berdiri mengantri di stand es krim, sebelum masuk ke ruang make up. Setelah mendapatkannya, Isma menaruh lima kap es krim di piring yang telah ia siapkan, lalu membawanya. Baru saja dia melangkahkan kakinya, tiba-tiba ada seorang anak kecil berlari menuju stand es krim, dan menabrak Isma dari belakang, hingga dia terdorong ke depan, menabrak tamu yang ada di depannya, dan es krim itu tumpah mengotori baju dan celana orang yang Isma tabrak.
Isma sangat kaget. Dia langsung mengelap baju orang itu dengan tisu makanan yang dibawanya. Dia terlihat sangat panik dan takut kalau orang yang ditabraknya akan memarahinya.
Dengan cepat Isma mengelap baju itu sambil terus meminta maaf. "Maaf pak, saya nggak sengaja." Kata-kata itu terus keluar dari mulutnya, sampai Yulia pun ikut meminta maaf.
"Maaf pak, teman saya nggak sengaja.Tadi ada anak kecil nabrak temen saya, jadinya dia nabrak bapak, dan akhirnya eskrim itu tumpah." Timpal Yulia, lalu menyerahkan tisu pada Isma.
Sementara lelaki itu, yang tak lain adalah Dika hanya diam, menatap Isma yang sedang mengelap baju dan celananya yang kotor. Isma tidak berani mengangkat wajahnya, ia terus menunduk karena dia tahu laki-laki yang ditabraknya kini pasti sedang menatapnya.
Tiba-tiba suara lelaki itu terdengar. "Sudah tidak apa-apa."
"Sekali lagi saya minta maaf pak." Ucap Isma lagi.
"Iya, gapapa, biar saya sendiri yang bersihkan." Sahut Dika.
"Kami benar-benar minta maaf pak." Kali ini yulia yang meminta maaf. Lelaki itu hanya mengangguk samar.
"Kami pamit, mari." Ucap Isma dan Yulia dengan menundukkan kepala mereka. Isma menatap sekilas kearah Dika. Dia tersenyum tipis, ditengah rasa paniknya. Dalam hati, Dika tersenyum melihat kepanikan Isma, karena ia pun sebenarnya tahu, kejadian anak kecil yang menabrak Isma, sebab ia sendiri dari tadi memperhatikan Isma. Namun Dika tak menyangka, dia akan terkena tumpahan eskrim dibajunya. Dika lalu pergi ke toilet membersihkan baju dan celananya yang kotor. Untung cantik. Batin Dika yang entah apa maksudnya.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Dua bulan berlalu semenjak kejadian di gedung itu, seperti biasa Isma menjalani hari-harinya. Setiap sabtu dan minggu, ia mendapat job make up, entah itu acara sendiri atau sekedar membantu teman mua yang lain.
Sementara disana Dika masih saja mengingat kejadian itu, walau ia tidak berniat mengingatnya, namun kejadian di gedung itu seperti membekas dihatinya. "Kenapa aku inget dia terus?. Padahal aku juga gak tau dia siapa, atau apapun tentang dia. Lagipula kami baru bertemu kan?. Tapii..tunggu!! Sepertinya aku pernah bertemu dengan dia sebelumya, tapi dimana? Wajahnya kayaknya nggak asing." Dika tampak berfikir. "Aaghhhhh sudahlah, ngapain juga aku mikirin yang gak penting."
Tiba-tiba...Drtttttt.......drtttttt, suara ponsel Dika terdengar
"Hallo
...........
"Oke, secepatnya saya ke sana !!
Dan sambungan pun terputus.
Dika langsung pergi ke rumah sakit, karena ada pasien darurat, dan harus segera dioperasi. Dika melajukan mobilnya cukup kencang, mengambil jalan altetnatif, agar terhindar dari kemacettan dan bisa segera sampai di rumah sakit.
Ditengah perjalanan, tiba-tiba ada sebuah motor keluar dari gang sebelah kiri jalan, hendak masuk ke jalan alternatif itu. Motor sudah memberi tanda, namun Dika tidak melihatnya, karena saat itu dia sedang menerima panggilan dari rumah sakit, yang menanyakan keberadaanya sekarang.
Ketika Dika tersadar ada motor didepannya dengan jarak yang sangat dekat, dia menginjak rem mobilnya, berharap bisa berhenti dan tidak menabrak. Namun, karena jarak yang begitu dekat, akhirnya mobil itupun menabrak motor dari belakang dan
BRUUKKKK.......motor itu terjungkal ke jalanan, begitupun pengemudi, dan penumpang motor. Pengemudi jatuh tengkurap, dengan dua tangan menyentuh aspal, sedangkan sang penumpang, tertindih bodi motor.
Dika sangat shock. Dia segera turun dari mobilnya, ketika ia mendengar teriakan dari salah satu warga yang mulai berdatangan ke tempat kejadian. Mereka menolong pengemudi dan penumpang motor, yang ternyata dua orang perempuan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hai readers mohon dukungannya ya😊dengan meninggalkan jejaknya hehehe😘🙏🙏
Vote,like, dan komennya ya❤️
"Hati-hati dong pak kalau berkendara." Ucap salah satu warga. Sedangkan warga yang lainnya mengangkat bodi motor yang menimpa sang penumpang tadi. Penumpang motor itu merintih kesakitan, sembari memegangi perutnya yang tertimpa bodi motor.
Setelah motor diangkat, Dika sangat terkejut melihat wanita yang terbaring di aspal, dan sedang merintih kesakitan itu.Dia. Batin Dika. Ternyata yang ia tabrak adalah Isma, dan Tari adik sepupunya. Kemudian salah seorang warga hendak memindahkan Isma. Ia dibantu warga lainya membawa Isma ke salah satu rumah warga, namun tiba-tiba Dika berkata:" Bawa ke mobil saya saja pak!! Saya akan membawanya ke rumah sakit." Kata Dika.
"Iya betul, mending langsung dibawa aja, keburu polisi datang, bisa panjang urusannya." Timpal salah seorang warga lainya.
Isma lalu dimasukan ke mobil Dika, dibaringkan di jok belakang didampingi Tari. Sementara motor mereka dititipkan disalah satu rumah warga. Sebelum berangkat, Dika menelpon rumah sakit, untuk memberi tahu keadaannya.
"Kamu gak apa-apa?." Tanya Dika cemas.
"Saya nggak apa-apa." Tari yang menjawab, sedangkan Isma masih memegang perutnya.
"Kak !! Kakak gak apa apa kan?." Tanya Tari pada Isma, Isma tidak menjawab
"Kalian saudara, teman atau gimana?." Tanya Dika.
"Kami bersaudara. Ini kakak sepupu saya."Jawab Tari menjelaskan.
"Sudah menghubungi keluarga?." Tanya Dika.
"Belum." Jawab Tari.
"Tangan kamu berdarah, coba bersihkan dulu." Dika memberikan tisu basah pada Tari, karena melihat jari tangan dan siku Tari berdarah. Setelah sampai di rumah sakit, Dika membawa Isma dan Tari ke UGD.
"Suster, tolong tangani kedua pasien ini, saya buru-buru ada operasi, nanti saya kesini lagi. Saya yang akan tanggung jawab semuanya." Ujar Dika.
"Mereka kenapa dok?." Tanya suster itu.
"Tadi saya nggak sengaja nabrak mereka."Jawab Dika, lalu meninggalkan UGD. Isma dan Tari akhirnya mendapat penanganan.Tari terluka di jari tangan dan kakinya. Sedangkan Isma, kulit lututnya nampak terbuka, karena bergesekkan dengan aspal, dan perutnya memar, biru bersemu ungu, akibat tertimpa bodi motor.
Isma masih merasakan nyeri dibagian perutnya, walau sudah mendapat pengobatan, dan dia mengatakannya pada dokter jaga yang ada disana.
"Baik bu, nanti saya buatkan resep untuk menghilangkan rasa nyerinya." Ucap dokter itu.
Tak lama kemudian, Rangga datang dengan Anggia. Kedua adik Isma nampak khawatir pada kakak dan sepupu mereka. Rangga menanyakan keadaan mereka, dan kecelakaan yang mereka alami, karena setau Rangga, kakaknya hari ini akan pergi merias beberapa anak SMU, untuk acara perpisahan disekolahnya. Lalu Tari menjelaskan semuanya, dan Rangga menanyakan orang yang menabrak mereka.
"Sudah, jangan diperpanjang. Yang penting orang itu sudah bertanggung jawab, dan membawa kami kemari." Sahut Isma.
Kemudian datang suster membawakan resep untuk Isma dan Tari. Rangga mengambil resep itu, dan pergi ke apotek. Setelah mendapat obatnya, Rangga memberikan obat itu pada suster, lalu suster mengambil dua obat dan memberikan pada Isma dan Tari, mereka lalu meminumnya. Setengah jam kemudian, Isma sudah tidak merasakan sakit di perutnya.
"Sus, apa saya sudah boleh pulang?." Tanya Isma.
"Maaf bu. Sepertinya anda harus menunggu doktetr Dika dulu. Tadi beliau berpesan kalau ibu jangan dulu pulang sebelum dia datang."
"Memang dokter Dika nya kemana sus?." Tanya Isma.
"Dokter Dika masih diruang operasi, sebentar lagi juga kesini." Jawab suster itu.
"Owhh gitu."
Setelah menunggu hampir 30 menit, dokter Dika tidak juga muncul. Rangga mengajak Isma pulang, karena dia ada urusan.
"Kak, udah lah gak usah nunggu dokter segala. Mending kita pulang, bukannya kakak udah diperiksa tadi?." Ajak Rangga
"Iya, kakak juga udah merasa baikkan." Sahut Isma.
Lalu Isma memanggil suster lagi . "Sus, kami mau pulang sekarang, bisa kan?. Kami sudah baikkan kok."
"Tapi bu, dokter Dika gimana?." Jawab Suster
"Gapapa Sus, kami udah diobati kan?. Jadi gak perlu di periksa lagi." Sahut Isma yang mengira kalau suster itu menyuruhnya menunggu dokter Dika, karena dia akan diperiksa lagi.
"Tapi bu, tadi dr Dika pesan......"
"Sudah sus gapapa. Ini adik saya katanya masih ada urusan."
"Ya sudah kalau begitu. Ini surat kontrol sama obatnya. Oh ya bu, semua administrasi sudah ditanggung oleh dr Dika."
"Lho kenapa begitu sus?."
"Saya tidak tau bu. Saya hanya menjalankan tugas saja. Semoga anda berdua lekas sembuh ya bu." Ucap suster itu ramah.
"Terima kasih sus." Ucap Isma.
"Sama-sama." Balas suster sambil tersenyum, lalu mereka pun meninggalkan rumah sakit.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!