Kisah ini milik seorang gadis bernama Putri Prameswari. Seorang gadis tangguh yang sejak kecil sudah tidak mendapat kasih sayang dari ibunya.
Putri Prameswari hanya tinggal bersama ayah dan kedua kakek neneknya disebuah desa dipinggiran kota, sejak putri Masih kecil ibunya memilih pergi mengikuti pria lain yang lebih mapan.
Walau hanya memiliki ayah kakek nenek sebenarnya putri tidak pernah kurang kasih sayang, kehidupan putri berjalan dengan sebagaimana kehidupan gadis gadis lainnya, sekolah mengaji bermain dan kadangkala berliburan bersama teman temannya.
Tapi semua berubah semenjak kedua kakek dan neneknya meninggal, ayah putri jadi sering sakit-sakittan, dalam keadaan yang seperti ini putri sebenarnya sangat merindukan kehadiran ibu walau dia tidak pernah menanyakan keberadaan ibu kandung, tapi dilubuk hatinya yang terdalam dia sangat mengharapkan bisa berjumpa walau hanya sekejap mata.
Putri gadis yang mandiri selalu menjadi rengking pertama disekolah, diusia yang ketujuh belas tahun dia sudah menamatkan jenjang pendidikan sekolah menengah atas, dia memiliki cita cita menjadi desainer yang terkenal, bisa membuat ayahnya bangga dan mampu membuat ibu menoleh kearahnya.
Kini kehidupan putri menjadi suram, ayah cinta pertamanya sandaran hidup tempat berkeluh kesah tempat mengadu penyemangat hidupnya telah tiada, beliau meninggal tepat setelah dia menamatkan pendidikan sekolah menengah atas, hidup sebatang kara tidak tau apa yang harus dilakukan dan tidak memiliki tujuan.
Dalam keadaan putus asa dia mendapat kabar dari saudara jauh, bahwa ibu kandungnya menanyakan keberadaan dirinya, seperti tanaman layu yang tersiram air hujan begitulah pengharapan dirinya terhadap sosok seorang ibu.
Putri kembali memiliki harapan dan semangat hidup, hingga suatu hari ibu datang meminta dia untuk ikut pulang bersama kekeluarga baru beliau.
Putri yang sangat senang mengetahui ibu tidak benar-benar menyampakan dirinya, dia baru mengetahui bahwa ibu selalu berkirim uang setiap bulan untuknya.
Harapan hanya tinggal harapan, putri yang semula mengharap kehadiran ibu dapat menghilangkan dahaga kasih sayang seorang ibu, nyatanya setiba dirumah besar itu ibu menjadi orang asing yang acuh tak tersentuh.
Putri tidak tau seperti apa dirinya dihati ibu, kenapa membawanya pulang bila hanya menganggap orang asing dihadapan keluarganya.
Bayangan tentang bermanja-manja dengan ibu, bercengkrama dengan saudara saudara tirinya, bermain berbelanja berlibur bersama keluarga barunya semua terhempas dengan kenyataan yang ada.
Ibu yang dikira mampu menawarkan kebahagiaan nyatanya mberi kehidupan neraka yang tiada akhir, ibu meminta untuk mengembalikan budinya, meminta putri menjadi pengantin pengganti sementara saudara tirinya.
Kini menyesalpun sudah terlambat, kata kata balas budi terngiang-ngiang dikepala putri, bagaimana mungkin seorang ibu tega mengumpankan anak kandung hanya demi mendapatkan pengakuan anak tiri.
Kalau tau akan terjadi seperti ini putri lebih memilih hidup bahagia dikampung, walau harus sebatang kara tanpa sanak saudara.
Hari dan tanggal pernikahan sudah ditentukan, baju pengantin sudah disiapkan, ibu bahkan tidak menerima kata penolakan
"Jadilah anak yang berguna bagi ibu"
"Kenapa harus putri bu? Apakah ibu membawa putri kembali hanya untuk menjadi pengganti?"
"Balaslah budi ibu, setelah kakak tirimu Fransiska kembali terserah jika kamu ingin pergi.
"Baik, terimakasih bu karena sudah melahirkan putri kedunia ini, terimakasih ibu mengambil kembali budi ibu, putri akan selalu mengingatnya"
Beginikah rasanya punya ibu? Kenapa rasanya sesakit ini, kenapa rasa ini tidak sesuai seperti kata teman teman, kenapa?
Jika bisa menarik kembali kata dan keinginan, putri tidak ingin memiliki ibu, dia sudah cukup bahagia hanya dengan memiliki ayah kakek dan nenek.
Sesuai dengan yang ditentukan hari ini putri akan datang kekantor calon suaminya, suami sementara. Dia akan diantar supir pribadi ayah tirinya Pramono, putri tidak tau siapa nama lengkap ayah tirinya karena ibunya Indah Sari hanya memberi tahukan, bahwa suaminya bernama Pramono yang berarti ayah tiri putri, anak dari suaminya Fransiska serta anak laki-laki hasil dari pernikahan ibunya dan Pramono.
Tiba didepan gedung tinggi menjulang itu Putri hanya diantar sampai didalam lobi, Putri sendiri tidak tau nama daerah dia sekarang berada serta nama gedung tepampat kakinya berpijak, tiba didalam lobi sudah ada yang menyebut , seorang laki-laki tinggi yang lumayan tampan yang mengaku sebagai sekertaris tuan muda Satria Dirgantara.
"Mari nona tuan muda sudah menunggu anda didalam" tiba dilantai paling atas sekertaris David mengetuk salah satu ruangan yang paling besar, didepan pintu itu bertuliskan Presdir CEO mungkin yang artinya ruangan ini pemilik tertinggi gedung ini atau bosnya Putri pun tak tau.
Tiba didalam ruangan itu sudah duduk seseorang pria rupawan yang wajahnya bak pahatan, menatap lurus tanpa berkedip dan terasa mengintimidasi, silahkan duduk nona.
Pria rupawan itu melemparkan map coklat berukuran besar.
"Baca dan tanda tangani"
Putri mengambil dan membacanya poin poin dari perjanjian pranikah itu
Pihak pertama : Satria Dirgantara
Pihak kedua:Putri Prameswari
Pihak kedua: dilarang mencapuri urusan pribadi pihak pertama termasuk teman wanitanya, selama dalam masa kontrak pihak kedua dilarang memiliki hubungan dengan pira lain.
Piha kedua wajib menjalankan kewajiban sebagai seorang istri pada umumnya, dan harus pergi dengan sukarela apabila pengantin yang asli sudah kembali.
"Jelaskan aturan yang tidak tertulis didalam rumah vid"
"Baik tuan muda"
"Didalam rumah utama nona hanya perlu mengurus segala kebutuhan tuan muda dari bangun tidur sampai menjelang tidur, nona hanya perlu mengabaikan adik adiknya tuan muda dan ibu tuan muda, jangan sampai mencari masalah dengan mereka.
Setelah penjelasan yang sangat panjang Putri akhirnya menandatangani surat perjanjian pranikah itu, walaupun merasa sangat geram karena merasa dirugikan dan tidak mendapat keuntungan apapun, tapi Putri akan tetap melakukanya demi mengembalikan budi ibunya.
Putri diantar kebali oleh seorang supir, lusa adalah hari pernikahan itu.
Hari pernikahan pun tiba kini Putri tengah berdiri disamping pria yang sudah sah menjadi suami sementara, dimata hukum dan agama tengah menyalami para tamu, resepsi diadakan dengan sangat meriah disebuah gedung bintang lima.
Walaupun didalam keramaian tidak serta merta membuat Putri merasakan kebahagiaan, dia merasa sepi sendiri hampa tanpa tujuan, ada yang seperti tercacah didalam hatinya, dia hanya berharap semoga saudara tirinya segera kembali agar dirinya segera terbebas dari pernikahan kontraknya dan pergi jauh.
Banyak sekali orang-orang besar yang hadir memberikan selamat, Putri sendiri heran mengapa harus diadakan pernikahan begitu meriah bila hanya untuk sementara, bukakan kah semakin sedikit orang mengetahui bahwa istrinya palsu akan semakin bagus.
"Tersenyumlah jangan membuatku malu, mereka akan mengira saya yang memaksa dirimu"
"Maafkan saya tuan" Putri tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya, senyum yang penuh keterpaksaan malah seperti sedang meringis kesakitan. Sebenarnya putri sudah merasa lelah berdiri seharian, ditambah lagi malam harinya masih harus terus mengikuti suaminya menyapa para rekan bisnis dan teman temannya.
Disalah satu sudut meja Putri melihat ibu bercengkrama dan tertawa bersama keluarga suaminya, tawa mereka seperti tanpa beban, sesekali ketiga adik dari suaminya menatap kearah Putri tersenyum menyeringai, Putri sudah mendap firasat bahwa waktu yang akan dilalui di dalam rumah keluarga suaminya pasti tidak akan mudah.
Tepat pukul sembilan malam segerombolan pria tampan mendekat, mereka teman teman dari suaminya.
"Selamat sat, kenapa mendadak sekali?"
Putri tidak tau apa yang mereka omongkan, setelah para pria tampan memperkenalkan diri dan memberi selamat, Putri meminta ijin untuk istirahat sebentar diruang yang sudah disediakan, dia tidak mau tau dan tidak mau mendengar dengan apa yang mereka bicarakan. Baginya semoga waktu cepat berlalu dan dia segera terbebas, dia akan pergi jauh sekali bila waktu itu tiba.
Cukup lama Putri beristirahat hingga sekertaris David datang untuk menyuruhnya pulang terlebih dahulu dengan diantar oleh sopir
"Nona silakan pulanglah lebih dulu, dan menunggu tuan muda dirumah saja, jangan tidur sebelum tuan muda pulang, saya sudah mengingatkan nina bila nona melanggarnya maka silakan nona tanggung sendiri akibatnya".
" Baik sekertaris David" Putri merinding sendri mendapat peringatan dari sekertaris David, apakah sebegitu mengerikan suaminya itu.
Tiba dirumah Putri sudah disambut oleh seorang kepala pelayan pria paruh baya.
" Selamat datang nona perkenalkan saya Du'an kepala pelayan dirumah ini silakan ikuti saya, saya akan menunjukkan kamar yang ditempati oleh tuan muda dan yang akan ditempati nona juga"
" baik terimakasih pak Du maaf sudah merepotkan"
"Silakan nona diingat lemari yang sebelah sini semua pakaian tuan muda, dan dua pintu itu milik nana, baju yang ada di koper anda sudah disusun oleh pelayan"
"Baik terimakasih"
"Silakan nona bersih bersih dulu lalu menunggu tuan muda pulang, bila nona membutuhkan sesuatu silahkan panggil saya"
"Baik pak Du terimakasih"
Putri duduk dilantai sambil memeluk lututnya, dia menangis tersedu-sedu tanpa suara sambil memukuli dadanya, dia meratapi nasibnya kenapa nasipnya tidak sama dengan teman-temannya yang memiliki ibu kandung tanpa harus mengembalikan budi ibunya, apakah ini karena dirinya terlalu serakah karena tidak cukup dengan hanya memiliki kasih sayang dari ayah kakek dan neneknya dan dia masih menginginkan kasih sayang seorang ibu sehingga Tuhan menghukumnya.
Sungguh Putri merasa lelah, bila mengingat bunuh diri tidak dosa, dia ingin segera menyusul ayah kakek dan neneknya.
Putri tersadar dia bergegas membersihkan diri sebelum suaminya pulang. Setelah selesai dia duduk di sofa yang ada di dalam kamar, karena merasa sangat lelah seharian ini dia jadi menguap beberapa kali, pukul dua belas malam dia mendengar langkah kaki menaiki tangga dan semakin mendekat Putri segera berdiri untuk menyambut suaminya, hatinya semakin berdebar tangan berkeringat dingin mendengar suara pintu dibuka.
"Selamat malam tuan, jika anda ingin segera mandi air hangat sudah saya siapkan, pakaian ganti anda juga sudah saya siapkan"
Tanpa menjawab Satria berlalu kekamar mandi setelah melemparkan setelan jasnya tepat mengenai muka Putri, Putri cukup terkejut dan gelagapan segera menangkap jas tersebut, batinnya menjerit "apakah tangannya akan putus bila memberikan dengan cara baik baik".
Cukup lama Satria berada di dalam kamar mandi, sementara Putri mondar-mandir di depan pintu tidak tau apa yang harus dilakukan, Putri berjingkat kaget mendengar suara pintu kamar mandi dibuka.
Tanpa mengatakan sepatah kata Satria bejalan melewati Putri dia duduk di sofa singgel" keringkan rambutku", Putri yang mendapat perintah dengan gugup segera mengambil hairdryer menancapkan colokan listrik untuk segera mengeringkan rambut suaminya.
"Apakah seperti ini sudah cukup kering tuan?"
Lagi-lagi tidak ada jawaban yang Putri dengar "apakah mulutnya akan menjadi busuk bila menjawab pertanyaan orang lain", putri hanya bisa mengutuk didalam hati.
Putri berdiri termangu di samping sofa sementara Satria asik dengan hp nya cukup lama mereka dalam keheningan, hingga Satria mematikan hp yang dia pegang menaruhnya dimeja, lalu menuju ranjang dia melemparkan bantal dan salah satu selimut kesofa panjang, Putri yang mengerti maksudnya segera mematikan lampu kamar, hingga yang menyala hanya lampu yang berada didalam kamar mandi.
Putri sudah tau apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan didalam kamar itu, karena tadi pak Du'an sudah menjelaskan secara terperinci, dia segera berbaring di sofa, setelah mengucapkan salam sebelum tidur""selamat malam tuan semoga anda mimpi indah".
Semoga seterusnya dia tetap menyuruku tidur disofa ini, dan semoga tidak perlu terlalu banyak berinteraksi hingga kontrak ku berakhir, lagi-lagi Putri hanya bisa berdoa dalam hati, walau dia berusaha menguatkan hati tapi tetap saja dia merasa nelangsa air mata juga turut mendukung keluar tanpa permisi.
Pagi menjelang Putri terbangun oleh getar alarm hp jadulnya, dia memang sudah mengatur alarm satu jam lebih cepat sebelum waktu biasa suaminya bangun, ini juga salah satu peraturan yang harus dia ingat.
Putri segera membersihkan diri setelahnya mengerjakan tugas pagi yang harus dia lakukan, menyiapkan air untuk mandi, menyiapkan pakaian kerja suaminya, dia mengerjakan dengan sangat pelan-pelan taku mengganggu tidur suaminya, Putri tersenyum miris" ini bukan istri sementara tapi lebih tepatnya pelayan sementara.
Cukup lama Putri menunggu suaminya bangun hingga matanya menangkap pergerakan dari tubuh suaminya, Satria menggeliat diam sebentar lalu duduk bersandar.
Putri yang telah melihat suaminya duduk segera menyapa"selamat pagi tuan airnya sudah saya siapkan jika anda ingin mandi"
Setelah Satria masuk kamar mandi, Putri segera turun kelantai bawah untuk mengambil sarapan suaminya, seperti penjelasan pak Du kemaren bahwa suaminya sangat jarang sarapan bersama keluarganya, pak Du tidak menjelaskan apa penyebabnya sehingga Putri tidak banyak bertanya, Putri juga tidak melihat ibu mertuanya dan ketiga adik iparnya.
"Nona ini sarapan tuan muda dan sarapan anda"
"Baik terimakasih pak Du"
Putri membawa nampan yang berisikan dua gelas jus buah dan dua sandwich.
Putri masuk kedalam kamar mendapati suaminya sudah rapi, dia meletakkan sarapan diatas meja
"Tuan silakan nikmati sarapan anda"
"Kau mau kemana"
"Saya mau membereskan bekas anda mandi"
"Tidak perlu kau kerjakan itu tugas pelayan, duduk! Makan sarapanmu"
"B_baik tuan"
Dengan takut-takut Putri duduk didepan Satria memakan sarapannya dengan menunduk,
"Kenapa menunduk kau takut terhadapku?, Saya tidak memakan manusia, setelah sarapan ikut keruang kerja"
"Baik tuan"
Selesai sarapan Putri segera mengikuti langkah kaki Satria keruangan kerjanya, dia menerka-nerka apa yang akan dikatakan suaminya.
Tiba diruang kerja ternyata sudah ada sekertaris David duduk dimeja kerjanya, karena yang Putri lihat di dalam ruangan kerja ini ada dua meja di sisi kiri dan sisi kanan masing-masing meja terdapat komputernya dan banyak sekali tumpukan dokumen.Dia bangkit dari duduknya menyapa kami.
"Selamat pagi tuan muda selamat pagi nona muda"
Putri kaget sendiri dari kapan darinya mendapat panggilan baru, " nona muda", ya ya walaupun dia memang masih muda sih bahkan terbilang kecil, tapi sudah bisa menikah di catatan hukum karena umur Putri sudah lewat angka tujuh belas menuju kedelapan belas.
"Selamat pagi juga sekertaris David"
Putri membalas sapaan sekertaris David, Satria sendiri berlalu duduk di meja kerjanya, dia bahkan tidak membalas sapaan sekertarisnya, apa mungkin tata cara kehidupan kalangan orang atas memang seperti ini, Putri sungguh tidak ingin menjadi bagian dari kalangan orang atas bila tidak mempunyai sopan santun dalam hatinya.
"Silakan duduk nona muda"
"Terimakasih sekertaris David, apakah anda sudah sarapan pagi tadi"
"Saya sudah sarapan, silakan duduk"
Sekertaris David menarik kursi yang ada di depan meja kerja Satria, mempersilahkan Putri duduk, mungkin dia melihat Putri berdiri termangu cukup lama jadi mempersilahkan nona mudanya untuk duduk, Satria sendiri hanya menatap sekilas tanpa berkomentar.
"Ini kartu untukmu, kamu bisa menggunakan sesukamu, saya akan menransfer uang setiap bulannya, kamu jangan kawatir walau kita hanya menikah kontrak tapi saya akan tetap memenuhi kewajiban saya memberi nafkah setiap bulan"
"Apakah saya bisa menggunakan untuk biaya kursus"
"Terserah, barang yang sudah saya berikan untuk kamu itu artinya milikmu"
"Terimakasih tuan"
"Ingat bila ada orang lain kamu harus mengubah panggilan kesaya, kecuali dia" Satria hanya menunjuk David dengan ekor matanya.
"Tidak usah kau perdulikan adik-adikku cukup kamu hormati ibuku, tapi jika kamu tidak mau ribut atau berurusan dengan meraka kamu bisa keluar rumah, terserah kamu mau pergi kemana, yang terpenting pulang sebelum saya tiba dirumah dan jangan sampai ada gosip diluar sana.
"Baik tuan"
"Kamu tenang saja saya juga masih manusia, saya tau batasan-batasannya, saya juga tau status kamu dikeluargamu.
"Terimakasih tuan" Putri cukup tersentuh dengan kebaikan Satria, ternyata ada sisi baiknya juga ora ini, kecuali sopan santunnya, mingkin baginya ucapan orang kecil seperti kita bagaikan lalat berdengung saja ditelinganya.
"Bila ada yang kamu tidak mengerti atau kamu membutuhkan sesuatu kamu bisa mencari dia, sekarang duduklah di sofa itu, tunggu saya berangkat kerja baru kamu bisa pergi terserah kamu mau pergi kemana".
"Baik tuan terimakasih, em sekertaris David apakah saya boleh meminta nomer kontak anda, agar saya lebih mudah untuk menanyakan sesuatu dan tidak membuat kesalahan kedepannya"
Sekertaris David menyerahkan selembar kartu nama kepada Putri, Putri duduk disofa mengeluarkan hp jadulnya dia berselancar di internet untuk mencari lowongan kerja dan tempat kursus.
Putri sudah merancang semua kegiatan yang akan dilakukannya, dia akan memanfaatkan sebaik mungkin sisi kebaikan Satria.
Agar terhindar dari masalah dengan adik-adik dan ibu suaminya dia akan berada diluar rumah seharian penuh dan pulang sebelum suaminya tiba, ini juga merupakan satu cara agar dia tidak terpikirkan dengan masalah yang ada.
Putri memilah-milah pekerjaan apa yang akan dia pilih, karena dikolom pencariaan lowongan kerja terdapat banyak sekali pilihannya, dia harus berhati-hati untuk memilih pekerjaan yang akan dia ambil, yang pertama jangan pekerjaan yang terlalu terlihat di publik, karena tidak mungkinkan istri dari seorang Satria Dirgantara bekerja di minimarket restoran restoran kecil atau warung warung makan tenda.
Ya walaupun mungkin tidak banyak orang yang akan mengenali dirinya sebagai istri dari Satria Dirgantara, atau bahkan tidak akan ada yang ingat karena mereka juga hanya melihat sekilas saja wajah Putri itupun wajah yang dibaluri dengan mik up atau apalah namanya Putri tidak perduli.Tapi untuk menghindari dari segala kemungkinan terjadinya gosip publik atau gosip pribadi, Putri akan sangat berhati-hati memilih pekerjaan.
Pilihan Putri jatuh pada toko online meraka sedang mencari karyawan, disitu tidak dituliskan pendidikan harus tamatan apa. Karena dia sendiri hanya berbekal ijasah SMA.
"Vid kamu belikan hp baru untuknya dan belikan juga dia pakaian baru serta semua kebutuhannya, jangan sampai ada yang melihat istri dari Satria Dirgantara seperti gembel"
"Baikk tuan muda, Tuan sudah waktunya kita berangkat, jam sepuluh pagi kita ada miting penting dari klien Singapura"
Putri melihat suami dan sekertarisnya bersiap-siap membereskan dokumen dan memasukkan kedalam tas kerja, Putri segera bangkit dari duduk untuk mengantar suaminya berangkat bekerja, dia mengantar sampai di depan pintu mobil, Satria mengulurkan tangan dihadapan Putri, tapi Putri terbengong tidak tau apa yang mau dilakukan suaminya.
"Cium tanganku, ini juga bagian dari akting kita", Satria menyuruh Putri mencium tangannya, dia sendiri mencium pipi Putri dan bibirnya.
Putri membeku di tempatnya berdiri, dia bahkan tidak sadar jika mobil yang membawa suaminya sudah berlalu tidak terlihat oleh mata.
"Vid kenapa dia jadi patung, apakah dia bodoh apakah dia belum pernah berciuman"
"Nona muda belum pernah berpacaran tuan muda, data riwayatnya juga sangat baik, jadi dia mungkin juga masih minim pengetahuan.
"Tapi lucu ya dia"
Sekertaris David tersenyum dia melirik tuan mudanya dari kaca spion, sudah lama tuan mudanya tidak tersenyum.
Sementara Putri dia tersadar dan melihat mobil sudah hilang dari pandangan matanya, dia masuk kerumah, baru beberapa langkah dia sudah dicegat oleh ketiga adik iparnya, dia melihat ibu mertuanya dari lantai atas berjalan menuruni tangga.
"Selamat pagi ibu , selamat pagi adik ipar"
"Siapa yang adik iparmu"
"Kamu kira kamu pantas menjadi kakak ipar kami"
"Apakah kamu tidak pernah berkaca?"
"Dari segi apapun kamu tidak layak menjadi bagian dari keluarga kami"
"Lihatlah penampilanmu yang tidak berkelas itu, bagaikan gembel,
"Ibu dari mana tante Indah memungut gembel ini"
"Mungkin dari pasar loak, sudah jangan perdulikan dia, kita harus segera pergi ke salon bersiap siap nanti siang menghadiri acara.
"Terimakasih nasehat dari adik ipar, kalau sudah tidak ada yang mau dikatakan lagi saya permisi" sialan, baru juga hari pertama sudah di caci maki, siapa juga yang mau jadi bagian dari keluarga kalian, kalau bukan dimintai pertanggung jawaban oleh wanita yang bergelar ibu kandung, untuk mengembalikan budi aku juga tidak sudi tinggal di rumah yang mengerikan ini, tentu saja Putri hanya mengatakannya di dalam hati.
"Hei ****** berhenti kami sedang berbicara denganmu, jangan pikir kamu mendapat perlindungan dari kak Satria kamu jadi kurang ajar"
"Iya betul kamu tidak sebanding jika disandingkan dengan kak Fransiska"
Putri berlalu pergi dia tidak mau mendengarkan adik iparnya yang silih bersahut-sahutan mencaci-maki dan merendahkan dirinya", suruh kakak Fransiska kalian yang berkelas atas itu untuk segera pulang agar aku bisa segera pergi, putri ngedumel sambil berganti pakaian, dia akan keluar untuk melakukan wawancara kerja.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!