NovelToon NovelToon

RIKI & AMEL

AMPERA

...❤...

.......

.......

.......

Dedaunan berjatuhan, tertiup derasnya angin,mereka bertaburan mengikuti kemana angin akan membawanya.

Begitu pula dengan hati, ketika sudah tergerak oleh perasaan, ia akan membawamu pergi menuju keindahan atau kesedihan.

Angin akan membawa nya pergi jauh dari tempatnya, mungkin ketika angin berhenti ia akan terjatuh, dan di pungut oleh seseorang lalu di bakar atau terkubur.

Angin itu adalah Cinta, ia akan membawa mu jauh dari tempatmu, ketika Cinta berhenti maka semua sudah berakhir, hanya menyisakan rasa sakit.

Namun, angin akan selalu datang lagi dan lagi,menerbangkan apapun yang ia lalui,dedaunan itu terbang kembali dalam wujudnya yang berbeda.

Sama halnya dengan perasaan Cinta mu,walau mungkin terasa sulit ataupun menyakitkan,percayalah ia akan datang lagi,walaupun dengan wujud yang berbeda.

Jangan pernah putus asa karena cinta yang sirna, karena dunia ini sangat luas, akan ada seseorang yang akan sangat Mencintaimu di kemudian hari.

.

.

.

.

Palembang, 30 Desember 2016.

Amelia, Anak tunggal dari Bapak Zuki dan Ibu Merry.

Tinggal di Perumahan kebun bunga kencana, pekerjaan bapak Zuki adalah membuka toko kerupuk dan pempek khas palembang.

Anak perempuan kesayangan yang selalu di manja itu akhirnya sudah berumur 16 tahun,tepatnya hari ini mereka merayakan hari ulang tahunnya dengan acara makan bersama keluarga.

"Ma, masih mau ngerayain ulang tahun aku?"

"Iyalah nak, tiap tahun mama bakalan ngerayain ulang tahun kamu terus, jarang-jarang bisa kumpul bareng keluarga."

"Tapi aku udah besar, tahun depan nggak usah lagi ya,oke ma?"

"Iya, anak mama udah gadis, pasti pengen ngerayain sama temen sekolah kamu kan, tapi acara ini udah kebiasaan dari kamu umur satu tahun loh, jadi nggak bisa di hilangin."

"Yaudah terserah mama deh." ucapnya dengan wajah suram.

"Kamu kenapa?, biasanya nggak pernah sedih pas ulang tahun?"

"Nggak ada apa-apa kok ma, udah bosen aja acaranya gini terus." katanya sembari meyakinkan sang mama.

"Habis tiup lilin kamu boleh kembali ke kamar, paman dan bibi mu akan datang jadi nggak enak kalau kamu nggak ngelakuin kayak biasa."

"Iya ma."

Suasana di rumah kini ramai, seperti setiap tahun mereka tidak pernah absen mengunjungi hari ulang tahun ku, aku bersyukur mereka dengan tulus menuangkan cinta mereka pada ku.

Sudah 6 bulan aku berada di SMA, tanpa adanya teman-teman satu SMP dengan ku, aku seperti kehilangan keceriaan, aku ingin sekali bersekolah ketempat temanku berada, tetapi paman ku adalah guru di SMA SPH, jadi ia menyuruhku bersekolah di sana, soal pembayaran dia akan menanggung semuanya. Aku sendirian, tidak mudah mendekati orang-orang di sana, tatapan mereka seakan memandang rendah diriku.

Mama dan Papa selalu berusaha yang terbaik untuk ku, jadi aku akan menghiraukan mereka dan belajar di sana sampai lulus dengan tenang.

SPH (Sekolah Palembang Harapan)

Adalah sekolah yang bergengsi di palembang, fasilitas sangat memadai dan sangat populer. Di karena kan murid-muridnya adalah anak orkay (orang kaya).

Karena jarak sekolah dengan rumah ku sangat jauh, jadi aku menyewa kost di dekat sekolah. Semuanya ku lakukan sendiri, aku mencoba untuk mandiri dari sekarang ini.

Sekarang sekolah lagi libur tahun baru dan akan masuk kembali pada tanggal 5 januari. Jadi, aku bisa pulang ke rumahku dan menikmati acara ulang tahun di rumah, tahun kemarin teman-temanku merayakan ulang tahun ku di suatu tempat beramai-ramai, tapi sekarang kami tidak bisa berkumpul lagi karena beberapa alasan, sehabis menyapa para kerabat dan meniup lilin aku pun kembali ke kamar.

"Nak, selamat ulang tahun, ini kado dari mama, doa mama selalu yang terbaik buat kamu, sekolah yang bener."

"Iya,ma."

Mama pun meninggalkan ku di kamar, aku bergegas pergi ke meja belajar, membuka komputer ku yang tak ku bawa ke kost, bukan ingin belajar ya, melainkan ingin bermain game.

Waktu SMP aku sangat suka bermain game, saat malam aku selalu membuka game dan bermain bersama orang-orang di dalam game secara online, aku bermain secara diam-diam karena mama sering marah melihat aku begadang, keseruan menembak dan mengebom musuh membuat hatiku senang.

Aku termasuk ahli dalam permainan, semenjak masuk ke SMA aku menahan diri dan meninggalkan komputer kesayanganku di rumah agar aku bisa fokus belajar.

🔹KikiNaruto (Aktif)

"Wah, dia aktif nih, ajak main ah."

Nama user itu adalah teman dalam game ku, ia selalu mengajak aku bermain, dia seperti tidak ada kerjaan, selalu saja online di setiap saat aku bermain, kali ini aku yang akan mengajaknya main, dia pasti kehilangan aku karena selama ini dia sangat suka berkelompok denganku.

"Hei, sudah lama nggak aktif? Kemana aja?"

"Fokus belajar."

"Nggak usah belajar, yang main game ahli biasanya punya otak pinter."

"Haha, termasuk kamu yang online terus?"

"Iyalah, aku rangking pertama terus di sekolah walaupun sering online."

"Baguslah pengen punya otak kayak gitu, pinjemin dong."

"kalo ketemu gue pinjemin."

"haha, itu musuh di depan."

"Kamu arah sana, aku nembak arah sini."

"Oke!"

Dor..dor..dor...

"Yeah!"

"Masih gege aja walaupun udah gak main selama 6 bulan ini."

"Ya dong, kalo beginian gak bakalan lupa, Lala ahlinya!"

"Ya, Lala terbaik buat Riki, haha."

"Situ, liat ke depan cuy, bahaya!"

Kesedihan akan kesepian itu melenyap seketika ketika ia memegang komputernya dan bermain.

Sang mama terus mengintip dari balik pintu, bersyukur melihat anaknya kembali tersenyum.

.....

.

.

.

🔸LALA (Aktif)

"Dia kembali."

Keceriaan terpancar di wajah tampan Riki Chaniago, cowok nakal yang punya otak pintar, Hobi nya adalah bermain game online.

Dalam kamarnya yang berwarna biru tua dihiasi dengan beberapa gitar elektrik dan disertai beberapa poster anime di dindingnya membuat suasana kamar terlihat keren.

"Booyah!!!"

"Masih mau main lagi?"

"Ayo."

"Belom tidur?, nanti di marah mama kamu?"

"Ini hari ulang tahun aku, jadi nggak apa begadang malam ini."

"Selamat ulang tahun, ini aku kasih kado."

"Terima kasih, tapi kado nya terlalu berlebihan, ini kan harganya bisa dua juta, aku juga gak bakalan sering main lagi."

"Itu hadiah kecil, mau fokus belajar?"

"Iya, sekarang bukan anak SMP lagi, jadi harus rajin belajar, aku kembalikan kadonya ya?"

"Jangan!!!"

"Kenapa?, ini bisa kamu jual buat jajan ki?"

"Ambil aja, aku udah gak perlu."

"Kamu maksa ya, bukan aku yang pinta, jadi aku terima, makasih ya."

"Iya."

"Ayo lanjut main."

"Oke!"

Mereka berdua melanjutkan permainan mereka sampai subuh.

"Udah subuh." katanya pelan.

"Udah 15x menang."

"tidur."

"Oke, bye ki."

"Bye."

.....

.

.

Tanggal 1 januari 2017

Engga terasa tahun begitu cepat berlalu, meninggalkan banyak kenangan untuk memulai hal baru.

Aku berdiri di atas jembatan Ampera yang sangat panjang itu, terlihat ramai nya penduduk merayakan tahun baru, ada beberapa orang datang bersama keluarga dan pasangannya juga ada pedagang yang masih berjualan untuk sekadar mencari nafkah, aku hanya memandang mereka dari atas, semua terlihat jelas dari atas apalagi kapal-kapal yang masih berlayar.

Di sana aku menunggu seseorang, Kevin Anggara namanya. Pacarku dari kelas dua SMP lalu, dia bertubuh tinggi dan berkulit putih, dulu dia adalah kakak ketua OSIS yang cukup terkenal di SMP ku. Selama ini hanya bisa memberi kabar dari telepon karena saat lulus SMP dia pindah ke jakarta melanjutkan SMA di sana, jadi kami hanya bisa LDR.

Kebetulan dia berlibur ke palembang, dan kami sudah janjian akan bertemu di atas jembatan Ampera, jembatan Ampera sangat spesial bagi ku, karena disini lah moments kami resmi menjadi sepasang kekasih, rasa rindu ini tak menentu, kini aku di selimuti kegugupan.

Dalam benak ku banyak timbul pertanyaan, bagiamana kabarnya, apa dia juga merasakan apa yang aku rasakan, hati ini tidak sabar untuk bilang kalau aku sangat merindukannya. Mengingat kembali masa-masa indah kami disini sungguh membuat aku tersenyum malu.

Aku pun tersadar dari lamunan saat seseorang memeluk ku dari belakang.

"Apa kabar?"

Suara tidak asing itu jelas adalah seseorang yang aku tunggu, aku pun langsung berbalik.

"Kevin?"

"Ya?"

Aku tersenyum bahagia melihat sosok yang ku rindu, tubuh ini langsung masuk ke dalam pelukannya.

"Aku kangen."

Kata yang selama ini ingin ku ungkapkan akhirnya terbang bebas ke dalam hatinya,

tapi dia tidak menjawab perkataan ku dan hanya diam saja.

"Apa kabar kamu?"

Aku pun mulai bertanya.

"Baik, kamu?"

"Nggak baik, aku selalu merindu."

"Sekarang, udah ketemu, jadi jangan merindu lagi ya."

"Emang kamu nggak bakalan pergi lagi?"

"Pergi, kali ini mungkin aku nggak bakalan bisa balik lagi."

"Kenapa?"

Perkataannya seketika membuat aku bingung dan terkejut.

"Maaf, aku nggak pantas buat kamu rindukan lagi, maaf."

Ekspresi nya seketika berubah,

"Apa maksud kamu?"

"Mel, kita lebih baik udahan aja, aku nggak bisa jalin hubungan jarak jauh."

"Apa?"

Mataku membulat masih tak percaya akan ucapan yang menyayat hati itu.

"Apa maksud kamu?"

"Aku udah gak cinta kamu, kita udahan aja, aku udah punya pacar lagi di jakarta."

Dengan suara beratnya ia berkata tanpa rasa bersalah, aku pun menggandeng kedua tangannya.

"Kamu yakin?"

"Ya, kita akhiri aja hubungan ini."

Ia melepas genggamanku dan berpaling pergi, ia berjalan menjauh dan semakin jauh sampai tak terlihat lagi oleh ku.

Aku hanya bisa menghapus perlahan tetesan air mata yang mengalir kecil.

Sakit, ya sangat sakit, bagaimana bisa orang yang kita rindu begitu lama tiba-tiba mengakhiri hubungan dengan mudahnya.

Tanggal 16/07/2014 adalah hari jadi kami.

Dan hari ini tanggal 01/01/2017 putus.

Kevin dan Amelia (tidak berjodoh) ❌

Rasa sedih ku tinggal kan di atas Jembatan Ampera ini, air mata ku sudah ku habiskan di atas jembatan itu, aku tidak akan bersedih lagi ketika turun dari jembatan, karena cinta di mulai dari sini dan harus di akhiri dari sini juga.

Sedih memang hati ini, tapi aku masih punya banyak waktu ke depan, jadi luka ini hanya bisa di kubur sedalam mungkin.

Di sekitar ku banyak orang yang berlalu lalang, tanpa sadar aku melirik ke suatu arah yang membuat aku penasaran, ada seseorang yang tergeletak di atas aspal di suatu tempat tersudut.

Aku memberanikan diri menghampiri, karena penasaran dan juga sedikit rasa takut, aku berjongkok dan menepuk - tepuk punggungnya dengan keras.

"Aw..." rintihnya.

"Kamu nggak apa?"

Ia pun berusaha mengangkat tubuhnya hendak berdiri, tapi ia sangat kesusahan sehingga aku membantunya untuk duduk.

"Sial!" geram nya.

Melihat tingkahnya aku menjadi sedikit takut, dalam benak ku orang ini pasti anak berandal yang suka berkelahi di bawah Ampera.

Dia menyender di dinding sembari memegang beberapa luka di wajahnya yang berdarah.

"Aku bawa kotak obat, sini biar aku obati." tawar ku karena merasa kasihan.

Tanpa tau jawabannya, aku langsung saja membuka kotak obat yang kebetulan habis aku beli di toko untuk di bawa pulang.

"Tahan sebentar."

"Sakit, sakit, sakit."

"Lukanya lumayan dalam, jadi darahnya terus mengalir, tahan bentar aja."

Aku pun mengoleskan Betadine di keningnya yang terluka, dan beberapa goresan kecil di sudut bibirnya dan juga bengkak pada tangannya, waktu semasa SMP aku ikut PMR, jadi sudah biasa mengobati luka orang.

Setelah beberapa menit, akhirnya selesai membalut lukanya dengan rapih.

"Udah, luka nya nggak bakalan infeksi deh, mungkin beberapa hari bakalan sembuh kalo kamu sering oles salep ini." ucapku sembari memberikannya salep luka.

Salep ku tidak di ambilnya, ia hanya diam saja seperti masih marah terhadap sesuatu.

Aku pun memasukkan salep itu ke dalam kantong jaketnya, dan dia hanya menatap ku heran.

"Aku nggak tau apa yang terjadi sama kamu tapi, amarah tidak akan bisa menyelesaikan masalah, semuanya harus diselesaikan pakai otak yang tenang."

Setelah menasehati nya, aku pun pergi meninggalkannya yang masih duduk sembari menutup mata, membuat aku tambah yakin kalau orang itu adalah anak berandal Ampera.

Kenapa di sebut berandal Ampera, biasanya banyak anak muda yang suka nongkrong di di sekitar Ampera bersama kelompoknya dan mereka juga sering berkelahi.

.....

.

.

Tanggal 06 Januari 2017/Senin.

Tring!! Tring!!

Jam Alarm ku berbunyi, menggemparkan nyenyak nya tidur ku.

Sangat malas untuk sekadar bangun, dengan mata yang masih terpejam aku mengulurkan tangan untuk meraih alarm yang sangat bising itu agar dimatikan.

"Masih ngantuk!"

Efek karena semalam begadang nonton MV para cogan, sampai lupa tidur. Padahal ini hari pertama di tahun yang baru, berharap hidup akan lebih menyenangkan.

Akhirnya dengan terpaksa bangun dan pergi ke sekolah dengan mata panda yang masih mengantuk.

Aku berjalan memasuki gerbang dengan buru-buru, karena upacara bendera akan segera di mulai, semua siswa sudah berbaris di lapangan, tanpa tau dimana barisan kelasku,

aku langsung masuk dalam barisan kelas lain tanpa menaruh tas lagi ke dalam kelas, karena aku sudah hampir telat, aku melepas tas dan ku taruh di bawa kaki, berdiri di barisan paling belakang.

Selama upacara di mulai, aku tidak memperhatikan di sekitar dengan benar karena efek kantuk yang sudah ingin menenggelamkan dunia.

Aku hanya bisa menutup wajahku dengan topi, agar aku bisa memejamkan mata untuk mengurangi rasa kantuk.

Dari barisan para lelaki di sebelahku mulai berisik karena sekarang guru memulai pidato yang akan menjadi sangat panjang.

Tidak tau datang dari mana, tiba-tiba seseorang menabrak ku dengan sangat keras sampai aku terjatuh, semua mata pun mengarah ke tempatku yang kini terbaring di bawah.

"Ada apa di sana?" tanya guru yang sedang berpidato di atas.

Tiba-tiba saja seseorang langsung menggendong ku, dengan mata sayu ku melotot kebingungan.

"Dia sakit, aku antar ke UKS!"

jerit pria itu.

"Aku nggak sakit!" ucapku padanya.

"Sakit!" ia menatapku tajam.

Kini hanya bingung yang ada di benakku untuk mendeskripsikan perasaan ku saat ini.

Ruang UKS cukup jauh, di pertengahan jalan dia mulai mengeluh.

"Berat banget!."

"Hei, turunin aja kalo berat."

Ia pun menuruni aku,

"Pergi sendiri."

"Lu yang nabrak gua tadi ya?"

"Bukan!"

"Udahlah, bau badannya sama."

"Bau apa, badan gua wangi."

ia sembari mencium pakaiannya.

Aku mulai mengingat-ingat wajahnya, seperti pernah bertemu.

"Kamu!"

"Kenapa?"

"Berandal Ampera!" sembari menunjuknya.

Ia kini menatapku dengan ekspresi bingung.

"Luka ini, ini sama ini, semua aku yang obati." sembari menunjuk-nunjuk bekas luka di kening, sudut bibir dan lengannya.

"Salah orang!"

Dengan kata singkat itu, ia pun langsung pergi, tanpa ada rasa terima kasih ataupun bersalah.

"Beneran berandal Ampera, nggak ada hati nurani."

gumam ku sembari berjalan ke UKS.

.....

Thanks😘.

ANCAMAN!

.

.

.

Di tengah pelajaran, terdengar suara berisik dari kelas sebelah. Membuat semua orang dalam kelas buru-buru keluar untuk melihat apa yang sedang terjadi, aku pun ikut keluar karena penasaran.

Terdengar suara seseorang sedang berkelahi, aku mulai mengintip dari jendela dan mendapati berandal ampera itu sedang memukul seorang pria di depannya.

"Mati lu!" pekiknya sembari melayangkan pukulan tepat di wajah orang itu.

Melihat itu aku menjadi sangat takut, untung saja beberapa guru segera datang dan memisahkan mereka. Aku dan semua murid buru-buru kembali ke dalam kelas, karena kami masih dalam jam belajar.

"Gila banget tu anak." gumam ku dalam hati sambil menggigit ujung pena.

.....

Istirahat, kantin.

Suasana kantin sama seperti biasa, semua murid mengantri untuk mendapatkan nasi dan beberapa lauk.

"Ini, kakak kasih lebih."

"Terima kasih kak."

Seorang pemuda dewasa di kantin itu selalu memberi lauk lebih padaku sembari sesekali mengajak ku pergi jalan, tapi selalu saja aku tolak dengan beberapa alasan.

Aku duduk untuk menikmati makanan ku, sembari menyuapi mulut karena perut yang sudah lapar, tak sengaja aku melirik berandal ampera yang sedang makan.

"Dia nggak di hukum." gumam ku dalam hati.

Aku heran, dengan kelakuannya tadi, dia masih bisa makan dan minum dengan tenang, tanpa sengaja aku pun mendengarkan percakapan orang-orang di sekitarku.

"Kalian lihat, dia nggak dihukum kan?"

"Iya, padahal tadi kejam banget dia mukulin orang."

"Dia itu anak pemilik sekolah, ibunya direktur sekolah ini, makanya nggak pernah di hukum, dia nggak pernah takut sama guru disini."

"Oh ya?, pantesan kayak gitu."

"Tapi dia populer loh, dia kan dari TK sampai SMA nya disini, siapa sih gak tau Riki anak Direktur, ganteng dan pintar, tapi kekurangannya suka berkelahi dan sifatnya juga angkuh."

Dari percakapan mereka, aku baru tau tentang dirinya. Anak direktur aja bisa babak belur di bawah ampera, bagaimana kehidupannya bisa sampai seperti itu.

Masih penasaran dengannya, sesekali aku melirik dia yang di temani beberapa teman lelaki dan juga beberapa wanita cantik.

Dia mengobrol dengan suasana hati yang baik, masih bisa tertawa dan melontarkan lelucon, padahal perbuatannya barusan sungguh memalukan. Jangan sampai punya suami kayak dia deh, amit-amit.

Aku dengan cepat menghabiskan ajang ku, di jalan kembali ke kelas, aku mampir ke toilet karena gangguan alam di perut lalu tak sengaja aku mendengar percakapan teman sekelas ku.

"Aku udah cantik kan?"

"Iya, jangan pakai banyak liptin nya nanti di marah guru loh."

"Ngapain takut sama guru, yang penting ayang Riki suka."

"Beneran kamu pacaran sama Riki yang tadi berantem?"

"Iya dong, udah dua minggu."

"Jes, kamu yakin?"

"Iyalah, duitnya banyak, suka kasih uang jajan pula, siapa yang nggak suka, aku pacaran sama dia buat meras duitnya aja, siapa peduli dia mau gimana orangnya."

"Kamu mah begitu, siapa sih yang gak tau kembang sekolah baru, banyak cowok ngantri tapi malah pilih si Riki yang suka buat ribut, ternyata ada alasannya."

"Pulang nanti aku traktir makan bakso sepuasnya deh, aku tadi baru di kasih duit sejuta sama ayang Riki."

"Okelah."

Mendengar percakapan panjang dua wanita itu, membuat aku geleng-geleng kepala, sudah berapa kali aku menggeleng kepala hari ini gara-gara berandal ampera itu, hidupnya yang bergelimang harta ternyata di gunakan secara sia-sia. Apalah daya aku yang jajan aja irit-irit buat beli kuota supaya bisa nonton MV para cogan.

.....

.

.

Aku selalu sendiri, tak ada teman sebangku, pergi ke kantin sendiri, kemana pun sendiri.

Ada kalanya aku mengajak mereka ke kantin bersama, tetapi mereka tak menghiraukan aku, waktu pertama kali masuk kelas ini, aku punya teman sebangku, tapi lama-kelamaan dia berteman dengan yang lain dan akhirnya pindah tempat duduk. Aku duduk di urutan pertama baris ke dua dari empat baris meja.

Hanya mengobrol disaat ada tugas kelompok, itu pun cuman beberapa kalimat biasa. Kehidupan sekolah kali ini tidak seseru saat aku SD dan SMP, awalnya aku berharap akan ada banyak teman yang mengelilingi ku dan menciptakan masa SMA yang indah untuk di kenang di kemudian hari, tapi apa ini, kesendirian yang tak berujung membuat hari-hari ku tampak biasa saja.

Jam olahraga, di lapangan.

Aku sedang bermain volley bersama yang lain, tapi sekali lagi mata ku tertuju ke arah lain, aku melihat dia sedang duduk di depan kelasnya, sepertinya sedang bermain sesuatu di dalam laptopnya, dengan ekspresi itu membuat aku penasaran akan semua yang ia lakukan, bagaimana bisa di saat jam pelajaran dia bisa sesantai itu.

Karena penasaran, membuatku hilang fokus, akhirnya bola volley itu menghampiri ku dengan kuat, akhirnya bukan terkena pukulan ku melainkan kepala berharga ku yang kena pukul, bola volley yang keras dan lemparan yang kuat itu membuat kepala ku mengeluarkan banyak anak burung yang kini mengelilingi pandangan.

.....

.

.

UKS

Aku bangun dengan kepala yang masih berdenyut, ku lihat sekeliling dan mendapati diriku sudah berada di atas kasur UKS, aku memejamkan mata ku kembali. Mengingat hal yang memalukan, semua karena berandal ampera. Mungkin hidupku tidak sebaik status keluarga nya, dan aku cemburu akan hal itu, mengapa dia yang sudah punya segalanya malah menyia-nyiakan semua itu, sedangkan aku yang sangat ingin sepertinya harus berusaha lebih keras untuk mencapainya.

Aku bangkit dari kasur hendak beranjak pergi dari sana, tapi tiba-tiba aku mendengar suara dari balik tirai di sebelah kasur ku, aku pun menarik tirai itu, dan yang ku lihat adalah si berandal yang sedang mengetik laptopnya dengan serius.

"Ah!"

"Kamu!"

"Apaan sih, berisik!"

"Ngapain disini?"

"Sakit!"

"Sakit apaan malah main laptop, bukannya masih jam pelajaran."

"Sampah!"

"Apa!, siapa sampah?"

"Orang-orang dalam game ini sampah, udah pergi sana."

Dia menutup kembali tirai nya, dan aku langsung meninggalkannya dari sana.

"Kok bisa ada sih orang sengeselin dia!" geram ku sampai meremas telapak tanganku sendiri.

.....

.

.

.

Pulang sekolah,

Aku berjalan kaki kembali pulang, karena jarak sekolah ke rumah tidak begitu jauh, aku berjalan melewati parkiran, di parkiran banyak mobil dan motor berbaris, hanya aku yang tidak ada kendaraan ataupun pak supir yang menjemput, iri memang ada dalam hati ku, tapi apa pentingnya iri kalau kita tak berusaha, aku pastikan saat sudah lulus, kerja dan nabung baru beli kendaraan sendiri.

Seperti biasa earsheet selalu aku taruh di kedua telinga, mendengar kan lagu Oppa korea kesayangan ku sembari berjalan ke kosan, dengan hati yang gembira.

Byyurrr

"Aduh!"

Semburan air kotor dari sebuah motor besar yang melaju ngebut membuat seluruh tubuhku kotor.

Di tengah jalan memang ada genangan air kotor akibat hujan sebentar tadi, hati yang gembira itu seketika lenyap tersapu air kotor itu.

"Brengsek!"

Motor itu tetap melaju tanpa berhenti, aku yang kesal tanpa sadar menghafal plat motor itu.

BG 1234 RC

Kini aku berjalan cepat, berharap cepat sampai ke kos, karena malu dengan keadaan kotor ini.

.....

.

.

.

Hari berikutnya,

Dari semalam aku memutuskan untuk tidak penasaran lagi dengan berandal ampera itu, hidupku menjadi sial saat memikirkannya.

Lebih baik di lupakan saja orang tak penting itu, dari pada harus kesal tapi tak bisa berbuat apa-apa.

Aku berjalan buru-buru lagi, karena hampir terlambat akibat menonton drakor baru semalaman. Pagar sedikit lagi di tutup, aku berlari tanpa henti hingga pagar benar-benar tertutup.

"Pak, bukain dong, please!"

"Nggak bisa, kamu telat, pulang sana."

Aku tetap menunggu di depan pagar, sembari duduk di atas aspal dan menyender di pagar berharap pak satpam kasihan.

Sudah mulai pelajaran pertama di dalam, pagar masih belum terbuka, aku akhirnya menyerah dan berdiri hendak pulang.

Saat aku berjalan beberapa langkah, sebuah motor besar datang.

"Buka pak!"

Dan pagar itu pun segera di buka pak satpam, aku langsung berlari hendak masuk, namun pak satpam menghalangi.

"Pak, aku mau masuk."

"Nggak boleh, kamu telat."

"Dia juga telat loh, apa bedanya coba?"

"Dia beda sama kamu."

"Pilih kasih!"

Akhirnya gerbang pun di tutup kembali, anak berandal adalah si telat itu, ia mulai berjalan hendak masuk ke dalam.

"Hei, kamu, tunggu!"

Dia berhenti dan memandang ke arah ku.

"Bukain pintu, aku juga mau masuk, tolong!"

Dia hanya menatap ku sembari tersenyum mencurigakan.

"Mau masuk?"

"Iya, ajak aku masuk."

"Ada syaratnya."

"Apa?"

"Cium dulu."

"Apaan sih gila!"

"Pulang sana!"

"Eh, bukain dulu, gimana mau cium kalo nggak masuk kan?"

"Pak, biarin dia masuk."

"Iya, tuan."

Aku pun akhirnya masuk ke dalam, akhirnya bisa masuk.

Dia menunjuk pipi dan bibirnya, berharap ku memilih antara keduanya.

"Disini ada pak satpam, cari tempat sepi aja."

"Oke."

Aku menggandeng tangannya sembari memasuki halaman sekolah, lalu aku lepas tangannya dan aku berlari dengan sangat ngebut, ia juga mengejar, tanpa menoleh ke belakang aku langsung masuk ke dalam kelas dan duduk di kursi ku.

Guru dan teman sekelas ku kini menatap dengan tatapan heran.

"Maaf bu, aku habis dari toilet, gangguan alam jadi telat masuk kelas."

Alasan ku di terima oleh guru, dan kami memulai pelajaran seperti biasa.

Jantungku sudah mau copot akibat berandal itu, untungnya dia tidak mengejar ku sampai kelas.

.....

.

.

.

Istirahat,

Aku berjalan ke kantin, melirik ke kanan dan ke kiri, tidak ada tanda kehadiran si berandal, hati ku tenang dia mungkin tak mempermasalahkan hal itu lagi. Saat aku tiba di kantin, si berandal entah dari mana muncul dan langsung menarik lengan ku.

Taman,

Dia membawa ku ke taman belakang sekolah.

"Lepasin!"

Dia tidak melepas tanganku, malah di hempasnya tubuhku di dinding.

"Hutang harus di bayar kan?"

Dia mencoba mendekatkan wajahnya ke wajahku, dengan spontan aku langsung menamparnya dengan tangan ku yang lain.

Dia mencengkram tangan ku, dan mengelus pipinya yang aku tampar.

"Hahahaha, menarik sekali."

Dia pun melepas cengkeramannya, dan pergi meninggalkan aku.

Aku mulai takut, tanganku terasa sakit dan deru nafasku tak beraturan.

Aku kembali ke kelas tanpa mengambil jatah makan ku di kantin, aku hanya menaruh kepalaku di atas meja dengan lesu.

Mulai memikirkan, seharusnya aku pulang saja tadi dari pada berurusan dengan pria yang tidak punya hati itu.

Tiba-tiba seseorang menendang meja ku,

"Hei!"

"Ada apa?"

Jessi dan temannya menghadap ku dengan emosi.

"Dasar cewek ganjen!"

Dia melayangkan tamparan di pipiku, aku langsung berdiri sembari memegang pipiku yang terasa sakit.

"Aku nggak ada masalah sama kamu!"

"Nggak ada masalah?, tolong jelasin."

"Lu pelakor, deketin pacar Jessi dengan genit nya, masih bilang nggak ada masalah!"

"Kalian liat kan tadi di kantin?, Riki pacar gue, jadi tolong tau diri."

"Siapa yang mau sama pacar lo, siapa juga yang mau sama berandal itu, cuman orang gila yang stress yang mau sama dia."

"Apa?, dasar pelakor gak tau diri!"

Alhasil sekarang dua lawan satu, Amel menjambak rambut keduanya, dan mereka juga melakukan hal yang sama.

Semua murid hanya menonton aksi kami, sampai guru datang menghentikan kami.

Sekarang aku berada di ruang guru, bersama kedua wanita tadi. Mendengar ceramah dan ocehan guru BK yang sangat panjang, lalu nama ku kini sudah ada di daftar buku hitam.

Aku kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran, tatapan teman sekelas kini lebih menakutkan dari biasanya, mereka sedang berbisik tentang ku. Seperti biasa, aku hanya bisa menghiraukan mereka, anggap saja mereka sebagai angin lalu.

Jessi dan temannya merasa puas sudah mengintimidasi aku, dalam benak ku menebak bahwa semua ini adalah suruhan si berandal itu, rasa emosi dan juga takut menyatu dalam pikiranku.

.....

.

.

.

Aku berjalan pulang dengan langkah yang cepat, berharap kesialan jangan datang lagi.

Tapi kesialan itu tidak pernah berhenti mengiringi, dia berjalan ke arah ku, aku hanya berjalan seolah tidak melihat siapa pun. Namun, dia menarik tangan ku dan akhirnya aku menghadap ke arahnya, ia mulai berbisik di telinga ku.

"Esok akan lebih menyenangkan."

Aku menarik kera nya, dan kedua mata ku melotot berharap bisa mengintimidasi nya.

Namun, dia hanya tersenyum melihat kelakuan ku.

"Berhenti ganggu aku, atau kamu bakalan dapat masalah!"

"Hahaha, masalah apa yang bisa kamu timbulkan?"

Dia menatapku sembari memainkan ujung rambutku, lalu menepis tangan ku dengan kuat sembari memberikan ekspresi senyum yang meremehkan. Ia pun pergi menuju parkiran, tanganku seketika menggepal dengan kuat, perasaan kesal yang sekarang memenuhi ku.

Dia mengendarai motornya dengan ngebut, dan aku tak sengaja melihat plat motornya, ternyata dia si brengsek yang menyemburkan air kotor itu, perasaan kesal ku semakin memuncak, rasanya ingin ku santet saja cowok itu, biar dia jadi orang bodoh.

Semua cacian hanya bisa menenangi perasaan ku, tapi apapun yang ia lakukan besok, aku akan melawannya semampu ku, aku tidak terima di bully oleh si berandal itu.

.....

Payung Pink

🔥❄🔥❄🔥❄🔥❄🔥❄🔥❄

.

.

.

Kali ini aku tidak telat, hanya saja tidak bisa ikut pelajaran pertama karena guru BK menyuruh aku membersihkan dedaunan kering di taman belakang.

Taman yang cukup luas ini aku bersihkan sendiri, kedua orang itu tidak ikut membantu, mereka sengaja ingin melihat aku kesusahan. Jam pelajaran pertama telah usai, kini bel pelajaran kedua akan segera dimulai, tapi pekerjaanku belum kunjung usai, kapan semua ini bisa selesai, sungguh melelahkan.

Aku beristirahat sejenak di kursi taman yang sejuk itu, bayang pohon membuat terik matahari tidak bisa menembusnya. Aku pejamkan mata ini berharap ada kekuatan magis yang menolongku menyingkirkan dedaunan, saat ku buka mata ku, aku sangat terkejut.

"Ya ampun!"

Dedaunan yang sudah tinggal setengah, kembali berantakan, ada seseorang yang mengeluarkannya dari tong sampah.

"Brengsek mana yang ngelakuin ini!" jeritku mencari pelaku.

"Yang bersih ya?"

Suara si berandal, entah sejak kapan dia sudah duduk menyilangkan kakinya di kursi itu.

"Kamu!"

Dia tersenyum senang sudah mempermainkan ku, aku bergegas menghampiri nya. Saat hendak memukul senyum jelek itu, entah kenapa ada batu menyandung kaki ku, sehingga aku pun terjatuh. Kini tubuhku tepat berada di atasnya, kepala ku menyentuh dada bidang itu sampai mendengar suara detakan yang tak beraturan.

"Pelukan ini aku terima."

Aku langsung berdiri kembali,

"Aku jatuh, bukan mau meluk."

Dia hanya diam sembari tersenyum kecil, dan beranjak dari tempat duduknya, meninggalkanku.

"Memalukan!" gumam ku yang sangat merasa kesal juga malu.

.....

.

.

.

Istirahat, akhirnya semuanya selesai, aku hendak ke kantin karena sudah kelaparan sebab tadi pagi tidak sempat sarapan.

Aku mulai mengantri, seperti biasa sang kakak kantin memberi lebih. Aku sangat senang rasanya melihat piring ku yang penuh, aku pun duduk di tempat kosong karena belum banyak anak yang datang.

Suapan demi suapan membuat aku sangat senang, dengan begini saja sudah bisa menghilangkan penat. Saat hendak menyuap lagi, seseorang menepis suapan ku dan melempar piring ku sampai terjatuh dan pecah.

Aku menoleh si pelaku, ternyata lagi-lagi ulah Jessi.

"Masih berani lirik-lirik pacar aku, sana pergi!"

"Aku lagi makan loh, siapa yang liat pacar kamu, aku aja gak tau dia dimana?"

"Itu pacar aku, Riki Chaniago cowok paling ganteng di sekolah ini." ucapnya sembari menunjuk Riki yang sedang makan di meja depan.

Aku tidak tau kalau si berandal ada di sana, aku sedang fokus mengisi perut, sekarang permainan apa lagi yang dia buat, aku hanya bisa menarik nafas panjang menahan emosi, tidak mau ada di daftar buku hitam lagi.

"Cepetan ambil kantong plastik besar!"

"Untuk apa?"

"Buat bungkus cowok kamu, terus taruh dalam dompet, biar cewek mana pun nggak bisa ngeliat dia, kan aman!"

Jessi langsung saja menyiram ku dengan air minum.

"Tutup mulut loh pelakor!"

Tak menghiraukannya lagi dan aku langsung pergi meninggalkan tempat itu, tujuanku saat ini adalah ruang UKS, aku mendapati ruang itu ada kuncinya, jadi aku langsung mengunci pintu.

Aku memeriksa di dalam UKS dan seperti yang aku harapkan, tidak ada siapa pun di dalam. Selama ini aku tidak pernah mengganggu siapa pun, aku selalu bersifat hangat kepada siapapun yang aku temui, tapi kenapa?, kenapa dengan nasib ku saat ini?, di permalukan dan di permainkan?, sekarang hanya bisa menangis tanpa suara.

Seseorang mengetuk pintu dari luar,

"Buka pintunya."

"Iya, tunggu."

Aku segera menghapus air mata ku, dan membuka pintu.

"Kamu nggak apa?"

"Nggak apa."

Dia seorang pria tinggi yang cukup tampan, membawa dua kantong dan masuk memeriksa obat-obatan di dalam.

"Aku ketua PMR disini, adik kelas namanya siapa?"

"Amelia, IPA'2."

"Amel ya, kenapa baju kamu basah semua?, ini handuk dan pakaian ganti."

"Terima kasih kak."

"Ganti baju sana, bentar lagi bel masuk loh."

"Iya, eh, nama kakak siapa?"

"Arifin, kelas 12, IPA'1."

"Terima kasih Kak Arifin."

"Jangan lupa kunci pintunya."

"Iya."

Nggak menyangka, masih ada pria yang baik disini, dia seperti malaikat penolong disaat orang kesusahan. Aku sangat mengagumi nya, udah ganteng, baik pula.

"Baju ini beneran pas banget sama aku."

Aku sedikit gugup untuk kembali ke kelas, aku takut mereka tanpa alasan jelas menuduh aku dan memulai pertengkaran, tapi aku nggak boleh menjadi orang pengecut yang hanya bisa bersembunyi, aku memberanikan diri kembali ke kelas seperti biasa saja.

Saat sampai di kelas, tempat duduk ku sudah di tempati orang lain, dan aku mencari keberadaan tas ku yang sudah berserakan di kuris belakang.

Aku memungut kembali buku dan peralatan tulis ku yang berserakan, juga membenarkan kursi dan meja yang akan aku duduki.

Marah, sangat marah sampai emosi ku mendidih, tapi aku memikirkan mama dan papa di rumah, aku harus sekolah dengan benar, jangan sampai hal seperti ini sampai terdengar oleh mereka lewat guru BK, aku tak boleh bertengkar.

Kursi paling belakang, dan yang paling sudut di dekat jendela. Meja yang dipenuhi tulisan celaan terhadap diri ku, semua tulisan berisi celaan itu aku biarkan saja, anggap saja mereka menyela diri sendiri, tatapan Jessi seakan puas dengan apa yang ia lakukan.

Aku hanya bisa fokus pada pelajaran, sampai bel pulang berbunyi, semua murid berhamburan setelah berdoa selesai. Tinggal aku sendiri di dalam, dengan santai memasukkan buku kedalam tas. Di tas ku juga tertulis PELAKOR dengan huruf yang besar, padahal tas ku ini adalah hadiah ulang tahun dari mama.

Di sepanjang jalan keluar gerbang, semua orang menertawakan aku, dan berbisik-bisik dengan tatapan aneh. Mungkin mereka melihat tulisan di tas ku dan juga rumor yang Jessi buat untuk mempermalukan aku. Dua pasangan itu sangat serasi, sama-sama punya karakter yang buruk.

Di rumah, aku merendam tas ku dengan rinso, berharap tulisan itu menghilang, tetapi ternyata spidolnya permanen. Besok hanya bisa menggunakan tas yang lama.

.....

.

.

.

Tak putus asa, aku masih bisa berangkat sekolah dengan hati yang kuat. Tak ada alasan untuk mereka membenci aku, mungkin mereka hanya suka mempermainkan aku karena tidak punya bahan mainan, mungkin suatu hari mereka akan bosan sendiri.

Berjalan ke sekolah dengan senyuman, di sepanjang perjalanan aku membantu nenek-nenek yang sedang ingin menyebrang jalan, memberi makan kucing liar, dan menyapa beberapa pekerja di sekolah.

Hari ini mendung, mungkin sebentar lagi akan turun hujan, saat aku berada di kelas, hujan turun dengan derasnya membuat aku merasa kedinginan, untung saja setiap hari aku membawa jaket pink kesayanganku, kado dari mama tahun lalu.

hari ini Jessi izin sakit, entah kenapa aku merasa lega, padahal aku tidak seharusnya merasa seperti itu di saat seseorang sedang sakit. Hari ini sekolah tanpa ada masalah, aku juga tidak melihat batang hidung si berandal. Membuat aku sedikit santai menjalani hari ku, sampai bel pulang sekolah.

Hujan turun begitu deras, semua orang di jemput dengan mobil, aku menunggu hujan sedikit mereda baru mulai berjalan.

Tetapi hujan tidak mau berkompromi, dia tidak mereda, sedangkan aku lupa membawa payung, hanya bisa berjalan menyusuri hujan yang lebat.

Aku berlari, air hujan membasahi tubuhku, aura dingin memasuki kulitku, tali sepatu ku tiba-tiba lepas menghalangi aku berjalan, aku berjongkok membenarkannya dengan erat, aku kira hujan sudah berhenti karena tidak ada air yang menetes di kepala ku.

Aku melirik ke atas, ku dapati si berandal sedang memayungi aku, pikiran ku selalu buruk terhadapnya lalu aku berdiri hendak pergi. Namun, dia lagi-lagi menarik tangan ku dan memberikan payung itu kepadaku. Aku merasa curiga sekaligus bingung, rencana jahat apa lagi yang mau ia mainkan, setelah aku mengambil payung, dia langsung meninggalkan aku tanpa sepatah kata. Aku hanya berdiri diam di bawah payung pink itu, merasa dirinya sangat aneh, tapi aku tak banyak berfikir karena tubuhku sudah menggigil, dan aku bergegas berjalan pulang.

.....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!