...🔥🔥🔥...
Seorang wanita duduk di depan cermin dengan seorang pria yang bertingkah kemayu tengah memoles wajahnya dengan make up.
Parasnya yang memang sudah cantik natural dengan di tambah sedikit sentuhan make up membuatnya bak seorang putri kerajaan dengan gaun indah yang membalut tubuhnya.
Sedangkan seorang wanita yang berdiri di belakangnya sedang menata rambutnya, dengan di bentuk sedemikian rupa hingga nampak indah dengan di tutupi kain penutup rambut berwarna senada dengan gaun yang wanita itu kenakan.
"Alemong deh ih, eik gak nyangka loh kalo ternyata yey ini beneran bakal merid ama bos!" Ucap Mikelo dengan tatapan kagum pada wanita yang kini sudah tampak seperti bidadari turun dari langit.
"Udah lo jangan banyak bacot deh Mikelo, selesein aja pekerjaan kita ini. Nanti kalo orangnya bos dateng gimana? Lo mau di pecat dari MUA?" Ucap Sindi dengan sinis.
"Iiiiihhs, salah deh eik bawa lo ke sini! Harusnya tuh Bella yang ada di sini temenin eik nata rambut Nona Pricil." Celetuk Mikelo.
"Bela?" Cicit Pricil yang sejak tadi diam memperhatikan ke duanya.
"Iya Bella, doubel L ya cantik!" Ralat Mikelo.
Ceklek.
Pintu ruangan di buka oleh seorang wanita paruh baya dengan seorang wanita berparas cantik yang kini memasuki ruang di mana pengantin sedang di rias.
"Mama Tini, ka Mawar? Akhirnya kalian datang!" Pricil tampak senang dengan ke datangan ke duanya.
"Yah harus bagai mana lagi! Kami melakukan terpaksaaa." Ucap Tini, wanita paruh baya yang tidak lain adalah ibu dari Pricil.
"Mama, jangan gitu ih! Hari ini kan hari bahagia lo! Jadi kami harus dateng dong buat nyaksiin lo!" Ujar Mawar dengan mulutnya yang manis saat berucap.
"Terima kasih ya, mama dan ka Mawar sudah mau datang." Ucap Pricil tulus.
Sindi menatap malas ke dua wanita yang baru saja masuk, dengan tatapan matanya yang tidak suka.
Rupanya selain Bella, ternyata ada juga yang tidak menyukai gadis ini!
"Ini sudah selesai kan? Acara akan segera di mulai loh! Giman sih kalian! Bukannya riasain adek gw! Malah berdebat!" Omel Mawar dengan tatapan tajam pada Sindi dan Mikelo.
Tini menyapu isi ruang, harusnya aku mencegah pernikahan Pricil, Mawar lah yang lebih pantas menikah lebih dulu!
Tok tok tok.
Ceklek.
Seorang pria dengan tubuh tegap, mengenakan setelan hitam berdiri di depan pintu.
"Mau berapa lama lagi kalian akan membuat Tuan muda menunggu?" Tanyanya dengan tatapan dan ucapannya yang dingin.
"Estoge, eik sudah selesai loh! Apa mata yey gak lihat... ini Nona udah cantik!" Ujar Mikelo dengan menaruh alat make up yang ada di tangannya ke atas meja rias.
Mawar dan Tini membatu Pricil berdiri dan berjalan dengan memegangi gaun dan tangan Pricil.
Sedangkan pria berbadan tegap itu berjalan di belakang, dengan matanya yang tajam mengawasi Tini dan Mawar.
Mawar membatin, gak apa deh gw di langkah. Toh pelangkah yang di berikan Pricil dan Yoga cukup fantastis.
Prayoga yang berdiri di depan altar menyambut ke datangan calon pengantinnya dengan tatapan matanya yang seolah di buat terpana dengan tampilan Pricil.
Dengan di saksikan keluarga inti dan beberapa sahabat terdekat, ke duanya mengikat janji suci pernikahan.
Pesta pernikahan yang menjadi impian Pricil setelah 3 tahun menjalin cinta dengan Prayoga. Dan kini kisah mereka berlabuh pada ikatan pernikahan.
Pricil tersenyum simpul pada Prayoga.
"Aku tidak menyangka bisa menikahi mu, Pricil!" Ujar Prayoga.
"Aku juga, tidak menyangka bisa menikah dengan mu, apa lagi ini pernikahan yang ada dalam impian ku. Kau mengabulkannya." Ujar Pricil.
"Mengabulkan impian mu adalah suatu kewajiban untuk ku! Aku hanya ingin membahagiakan mu, sayang!" Seru Prayoga.
Seorang wanita cantik berdiri di antara ke duanya dengan gaun mini yang melekat pada tubuhnya.
"Selamat ya atas pernikahan kalian!" Ucapnya dengan suranya yang manja.
"Terima kasih, Bella!" Ucap Pricil dengan tulus memeluk sahabatnya Bella.
Ke dua mata Bella tertuju pada Prayoga, menatap pria dingin itu dengan penuh damba.
"Kau tampak cantik, Pricil." Ujar Bella dengan melerai pelukannya.
"Ini semua berkat MUA yang kau kirim, Bella." Ucap Pricil.
Bella memeluk Prayoga dengan berbisik di telinganya, "Aku merindukan mu, sayang! Ku tunggu kau di kamar ku!" Ucapnya dengan suaranya yang pelan.
"Jangan bertindak bodoh Bella!" Prayoga mengurai pelukan yang di lakukan Bella padanya.
Bella kembali bergabung dengan sahabatnya yang lain dengan tatapan matanya yang enggan lepas dari Prayoga.
Sedangkan Prayoga kini membawa Pricil untuk menemani rekan bisnis yang sekaligus sahabatnya sejak di bangku sekolah menengah atas.
Prayoga tampak mengeratkan tangannya pada pinggang Pricil yang ramping.
"Akhirnya Yoga duluan nih yang mengakhiri masa lajangnya. Udah ngebettt lo bro?" Ledek Bayu yang asal jeplak.
"Sialannn lo! Bacottt lo di jaga bro!" Oceh Prayoga.
"Sepertinya Tuan Prayoga sangat mencintai mu Nona Pricil!" Ujar Bayu.
"Ah lo, usil aja, ini kan hari bersejarah mereka. Wajar lah ya nempel terus kaya perangko." Ujar Bowo.
"Lo kapan nyusul kita?" Tanya Prayoga.
"Gw udah duluan nyusul lo kawinnn." Ledek Bayu.
"Kapan? Ko gak undang undang?" Tanya Pricil dengan polosnya.
Bowo menggelengkan kepalanya, astaga ini cewe beneran polos banget! Apa mungkin dia tau sepak terjang Yoga dengan wanita di luaran sana?
"Gak usah di dengerin sayang! Dia hanya bergurau!" Ucap Prayoga.
"Ahahah dasar lo Yoga! Dia pasti masih virginnn ya?" Bayu berbisik pada Prayoga.
Prang.
Bersambung...
...🔥🔥🔥🔥...
Bermula dari ke gabutan menjadi tulisan.
Jangan lupa like dan komen 🤭🤭
...🔥🔥🔥...
"Ahahah dasar lo Yoga! Dia pasti masih virginnn ya?" Bayu berbisik pada Prayoga.
Prang.
Belum sempat Prayoga menjawab pertanyaan sohibnya itu. Mereka sudah di kejutkan dengan suara gelas yang pecah.
"Kau tetap lah di sini!" Ucap Prayoga pada Pricil.
Pricil hanya mengangguk patuh.
Prayoga, Bayu dan Bowo menuju ke arah di mana ada keramaian di salah satu sudut ruang tempat acara berlangsung.
"Ada apa ini?" Tanya Prayoga dengan suaranya yang tegas dan berwibawa.
"Eh emmm ini nak, hanya ada salah paham kecil ko. Gak usah di dengerin." Oceh Tini dengan wajah panik menatap putrinya Mawar dan juga Mikelo.
Mikelo langsung berlari ke arah Prayoga dan berlindung di belakang tubuhnya yang kekar dan tinggi.
"Bohong bos! Mereka itu culas bos! Eik denger sendiri bos. Mereka itu mau jahatin Nona cantik bos! Makanya mereka itu, yey dan yey." Mikelo menunjuk jari telunjuknya ke arah Tini dan Mawar secara bergantian.
Mikelo menusukkk nusukkk jari telunjuk nya pada lengan Prayoga.
"Setuju bos ganteng, eik ini kawin sama Nona cantik!" Ujar Mikelo.
"Jaga tangan lo! Apa mau gw potong dulu!" Prayoga menatap sinis lengannya yang di tusuk Mikelo.
Prak.
"Estoge bos! Jangan gitu napeh!" Seru Mikelo dengan manja menepuk lengan Prayoga dengan tangannya.
"Ya udah cepet jelasin, apa maksud nya, Mikelo? Jelaskan dengan benar!" Tanya Prayoga dengan tatapan mata yang tajam pada Tini dan Mawar.
"Bukan Yoga, ini bencay cuma mulutnya aja yang lemes. Dia tuh gak tau apa apa, salah dengar dia tuh!" Kilah Mawar.
"Iya nak Yoga, manusia bertulang lunak ini hanya salah denger, tepatnya telinganya itu loh yang kurang baik dalam mendengar alias bermasalah." Oceh Tini.
"Saya sedang tidak bertanya pada anda." Ucap Prayoga dengan sinis.
"Tau nih, Yoga itu bukan sedang bertanya pada anda! Jadi tunggu sampai Yoga menyuruh anda untuk bicara! Ngerti!" Ucap Bayu dengan kesal.
"Eik itu denger kalo yey dua entuh, mau manfaatin Nona cantik buat mintaiin doku bos! Teruuuus dokunya bakal di pinta sama yey entuh! Tau bos buat apeh! Buat coping coping!" Ujar Mikelo dengan mengerucutkan bibirnya.
"Dasar wanita culasss!" Gumam Bayu.
"Jangan harap kalian berdua bisa mempengaruhi Pricil!" Seru Prayoga yang memilih meninggal kan Tini dan Mawar.
"Dasar kampretttt lo! Bencoy!" Gerutu Mawar dengan tatapan mata yang tajam pada Mikelo.
"Daaah!" Mikelo melambaikan tanganya pada Mawar dan Tini, dengan suaranya yang khas. Lalu berlari mengejar Prayoga dengan suaranya yang berteriak pelan.
"Booooos, tunggu eik napeh, tar eik di telen loh ama itu hantu doku!" Oceh Mikelo, "Iiiihhh seyem!" Oceh nya lagi dengan mengerdikkan bahunya.
Sementara itu, Tini memarahi atas ke cerobohan Mawar. Ke biasaan nya yang selalu berfoya foya, senang berbelanja membuatnya lupa jika ayahnya kini sudah tidak sekaya dulu lagi.
Bahkan pernikahan antara Pricil dan Prayoga juga selain atas dasar ke duanya yang saling cinta, karena keluarga Prayoga mau mengucurkan dana pada perusahaan ayah Pricil.
"Kamu juga sih, gak bisa apa buat lebih bersabar, kita atur rencana kalo udah di rumah." Ujar Tini dengan memasang senyum pada saat ada pasang mata yang melihat ke arahnya.
Prayoga dan ke dua temannya kembali ke tempat di mana Pricil berada.
Prayoga menghentikan langkah kakinya, menajamkan matanya, saat melihat Pricil yang tengah berbicara dengan akrab, dengan seorang pria berwajah tampan.
"Siapa pria itu?" Gumam Prayoga.
"Widiiiih, gila. Siapa tuh bos? Keren juga, sebelas dua belas lah ya kalo di bandingin sama bos mah!" Ujar Bayu.
"Diem lo!" Gertak Prayoga.
"Lo kenal?" Tanya Bayu dengan menoleh ke wajah Bowo.
"Kenal, itu Alex Ferguson. Pemimpin baru dari perusahaan Corp Ferguson. Dia generasi ke 3 yang memimpin perusahaan itu." Ujar Bowo.
"Gila bro, bukan orang biasa itu mah! Ko Pricil bisa kenal orang sehebat itu ya!" Ujar Bayu.
Prayoga mengepalkan tangannya saat melihat jemari Alex bersentuhan dengan jemari Pricil.
"Ehem, maaf sayang. Aku lama meninggalkan mu!" Ujar Prayoga saat sudah berada di sisi Pricil, ia merekatkan satu tangannya di pinggang Pricil.
Pricil berseru dengan perkataan nya yang di potong oleh Prayoga.
"Iya sayang, tidak apa ko. Oh iya kenalin ini temen lama aku. namanya ---"
"Alex Ferguson, pemimpin dari perusahaan Corp Ferguson, penerus dari generasi ke 3. Bukan begitu Tuan Alex!" Ucap Prayoga dengan sinis, tatapannya memancarkan permusuhan pada Alex.
"Wah rupanya nama ku cukup familiar ya, sampai Tuan Prayoga bisa tahu sedetail itu tentang ku!" Ujar Alex yang menyunggingkan senyumnya meski hampir tidak terlihat.
"Saya sahabatnya Prayoga, senang bisa bertemu dengan anda, mungkin lain kali... kita bisa bekerja sama!" Bowo mengulur kan tangannya pada Alex.
"Wah, ide bagus itu!" Ujar Alex dengan membalas uluran tangan dari Bowo.
"Bagai mana bisa anda kenal dengan istri saya?" Tanya Prayoga dengan sinis.
Bersambung...
...🔥🔥🔥🔥...
Bermula dari ke gabutan menjadi tulisan.
Jangan lupa like dan komen 🤭🤭
...🔥🔥🔥...
"Bagai mana bisa anda kenal dengan istri saya?" Tanya Prayoga dengan sinis.
"Kami dulu teman saat di sekolah menengah atas. Iya kan Pricil?" Ujar Alex dengan menyunggingkan senyum pada Pricil, ke dua matanya berbinar.
"Iya, dulu kamu itu ketua OSIS, murid paling pandai di sekolah." Ucap Pricil mengingat kembali bagai mana Alex dulu.
"Kamu juga pandai, mengharum kan nama sekolah dengan prestasi yang kamu raih, membawa pulang mendali emas saat olimpiade matematika." Terang Alex, mengingat prestasi yang di raih Pricil di kala masih sekolah dulu.
"Dan kamu membawa pulang mendali emas, dalam olimpiade bahasa Inggris." Terang Pricil dengan ke dua matanya yang berbinar.
"Waw sepertinya kalian sangat dekat ya saat itu? Tapi saat ini! Pricil hanya akan dekat dengan ku!" Terang Prayoga dengan semakin menempelll kan tubuh Pricil padanya.
"Tentu saja, karena kamu saat ini adalah pasangan Pricil, tentu kalian akan dekat, teman sehidup semati. Bukan begitu Pricil?" Ucap Alex.
Prayoga mengerutkan keningnya, mendengar apa yang di ucapkan Alex.
"Wah sepertinya ada perbincangan serius di antara kalian? Ayo Bayu, kita harus melimpir dari sini!" Ujar Bowo dengan menepuk lengan sahabatnya Bayu.
"Kami melimpir dulu ya, bro! Pricil, kau harus menjaga baik baik sahabat ku ini, ok!" Ujar Bayu.
"Kalian kenapa tidak tinggal saja di sini?" Tanya Pricil, namun hanya lambaian tangan yang di berikan Bayu.
Alex, Prayoga dan Pricil akhirnya berbicara panjang lebar, entah apa saja yang mereka bahas. Membuat Prayoga merasa tidak nyaman dengan ke hadiran Alex.
Beberapa jam kemudian.
Matahari merangkak meninggalkan langit yang cerah di siang hari, berganti dengan bulan dan bintang yang kini menghiasi langit malam.
Prayoga dan Pricil memasuki salah satu kamar hotel, ruang sweet room yang di hias dengan sedemikian rupa. Tampak romantis untuk pasangan yang baru saja menyandang status suami istri. Setelah pagi tadi mengucap janji suci.
Pricil mendudukan dirinya, dengan menghadap cermin yang terdapat pada meja rias.
Ia melepaskan aksesoris yang terdapat di atas kepalanya. Dengan jantung yang berdegup kencang.
Pricil melirikkan ke dua matanya pada Prayoga, yang tengah duduk di tepian kasur.
Astaga, aku tidak menyangka jika malam ini adalah malam pertama ku dengan Yoga. Apa yang harus aku lakukan ya? Aduh, mana susah lagi ini! Aku harus bagai mana ini! Ini tidak mau terlepasss dari rambut ku!
Pricil ke sulitan, untuk melepasss salah satu aksesoris yang menghiasi rambutnya.
Prayoga melepasss jam rolex yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, aku rasa Alex Ferguson itu menaruh hati pada Pricil.
"Aiiihhh kenapa ini sulit sekali!" Gumam Pricil.
"Apanya yang sulit, sayang?" Tanya Prayoga dengan beranjak untuk menghampiri Pricil.
"Ah ini, kenapa sulit sekali, aku tidak bisa melepasss nya!" Pricil mengarahkan tangannya pada aksesoris yang masih menempelll pada rambutnya.
Prayoga menarih jam rolex milikinya di atas meja, bersama dengan aksesoris lainnya yang sudah berhasil di lepasss Pricil.
"Biar ku bantu lepasss kan!" Dengan perlahan, Prayoga melepasss kan aksesoris yang melekat di rambut Pricil.
"Emmm maaf merepotkan mu, Yoga!" Pricil merasa malu dengan Prayoga, aduh ada apa ini? Apa aku sakit? Jantung ku tidak karuan begini! Tapi kenapa Yoga hari ini begitu tampan.
Deg deg deg deg.
Prayoga menatap Pricil lewat pantulan cermin yang ada di hadapannya dengan lekat, apa Pricil sedang gugup?
Prayoga mengendurkan dasi yang melilit di kerah kemeja putih nya.
"Tidak usah gugup, sayang!" Prayoga menurunkan resleting gaun pengantin yang berada di punggung Pricil.
"A- aku tidak gugup. I- iya... siapa bilang aku gugup, aku bisa saja." Kilah Pricil dengan pipi yang merona.
"Baik lah, aku percaya kamu tidak gugup!" Jemari Prayoga menyusuri punggung Pricil yang tampak putih mulusss tanpa celah.
"Aku akan mandi dulu! Tubuh ku lengkettt!" Pricil langsung beranjak dari duduknya, dan berlari ke arah kamar mandi.
Prayoga menyeringai, kamu tidak akan pernah bisa lari dari ku, sayang!
Prayoga melepasss jas dan kemeja yang melekat pada tubuh nya, ia juga menanggalkan celana yang ia kenakan, hanya menyisakan celana boxser yang menutupi bagian tubuh bawahnya.
Dreeet dreeet dreeet.
Prayoga menajamkan matanya pada nakas kecil yang terdapat di sisi kasur bagian kanan.
Prayoga mengerutkan keningnya, membuang nafasnya dengan kasar.
Ia membuka pesan chat, yang di kirimkan oleh wanita lain yang ada di hatinya.
"Beb, kau membuat ku menunggu lama! Apa kau ingin memaksaaa ku, untuk mengetuk pintu kamar mu! Meminta izin pada istri mu!"
..."Jangan mempersulit posisi ku, Bella! Apa pun akan aku berikan untuk mu, tapi tidak untuk malam ini!" Balas Prayoga....
"Apa pun yang aku inginkan? Biarkan aku ikut serta dalam perjalanan mu dalam bulan madu itu, cukup setimpal kan untuk ku yang sudah kau buat kecewa, beb!"
..."Baik lah."...
"Kekasih ku memang yang paling the best, aku cinta pada mu, beb! Muuuach. Selamat menikmatiii malam pertama mu, beb!"
Tok tok tok.
"Pelayanan kamar, Tuan!" Ujar pria yang mengetuk pintu di depan kamar Prayoga.
Prayoga menyimpan kembali hapenya di atas nakas.
"Kali ini siapa lagi yang mengganggu! Tidak mungkin Bella kan!" Gumam Prayoga.
Ceklek.
"Maaf Tuan, saya sudah mengganggu waktu istirahat Tuan. Saya hanya ingin memberikan ini!" Pelayanan hotel menyodorkan nampan yang berisi dua gelas minuman, entah apa isinya.
Prayoga mengerutkan keningnya, "Apa ini? Aku tidak memesan apa pun!"
"Ini salah satu bagian dari pelayanan Tuan, hak istimewa karena Tuan sudah menginap di sweet room, Tuan juga salah satu tamu istimewa di hotel ini." Ucap pelayan dengan ramah, mencoba untuk meyakinkan Prayoga dengan apa yang ia katakan.
"Bawa masuk!" Prayoga memberi perintah pada prlayan hotel dengan gerakan kepalanya, pelayan itu pun masuk dan menaruhnya di atas meja.
"Kalo begitu saya permisi, Tuan! Selamat menikmati malam anda!" Ucapnya yang lantas ke kuar dari kamar Prayoga.
Prayoga mengunci pintu kamarnya. Berharap kali ini tidak akan ada lagi yang menggangu malam pertamanya bersama dengan Pricil.
Pricil menyembulkan kepalanya dari pintu kamar mandi, "Yoga! Bisa tolong ambilkan aku handuk!"
"Kenapa? Kamu lupa dengan handuk mu?" Tanya Prayoga yang melangkah mendekat ke arah kamar mandi.
Pricil menganggukkan kepalanya dengan cepat, membenarkan perkataan Prayoga.
"Untuk apa malu, kita ini kan sudah menikah!" Prayoga tersenyum nakal pada Pricil.
"Tapi kan aku malu, Yoga!"
Bukannya mengambilkan handuk, Prayoga membuka pintu kamar mandi dan mendorong Pricil masuk kembali ke dalam kamar mandi.
"Aku sudah mandi Yoga! Aku ingin ke luar!" Ucap Pricil.
Grap.
Prayoga memeluk tubuh Pricil.
"Yoga! Kamu mandi dulu aja! Emang gak cape? Gak lelah gitu?" Pricil memainkan alisnya naik turun.
Bukannya menjawab, Prayoga justru melumattt bibir pricil yang ramun. Lidahnya menerobosss masuk ke dalam mulut Pricil, membelittt lidah Pricil hingga wanita ini memukulll mukulll dada bidang Prayoga saat Pricil hampir ke habisan nafas.
Prayoga melepasss kan pagutannn nya dan membiarkan Pricil ke luar dari dalam kamar mandi.
Brak.
Pricil menutup pintu kamar mandi dengan keras. Membuat Prayoga berjingkat kaget, "Dasarrr wanita!"
Prayoga membersihkan dirinya di dalam kamar mandi untuk beberapa saat.
Prayoga mengendap endap, melangkah ke arah ranjang untuk melihat apa yang sedang di lakukan Pricil.
Prayoga mengerut kan keningnya, "Apa apaan ini! Aku kan sudah memintanya untuk menunggu ku!" Gumam Prayoga dengan tatapan kecewa pada sosok Pricil.
Bersambung...
...🔥🔥🔥🔥...
Bermula dari ke gabutan menjadi tulisan.
Jangan lupa like dan komen 🤭🤭
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!